You are on page 1of 4

Ahli Geologi Inggris: Pengeboran Lapindo Penyebab Semburan Lumpur Sidoarjo Para ilmuwan internasional baru-baru ini bertemu

di Surabaya untuk membahas perkembangan semburan lumpur Lapindo tersebut. Ringkasan Berita

Lumpur vulkanik raksasa yang menyembur lima tahun lalu di dekat sebuah tempat pengeboran gas di Indonesia masih memuntahkan lumpur beracun. Lumpur itu telah menghancurkan desa-desa di Jawa Timur dan para ilmuwan mengatakan lumpur tersebut akan terus keluar hingga tahun-tahun mendatang.Selagi terus menghamburkan lumpur beracun dan gas yang mencemari udara, warga Gempolsari yang sebelumnya merupakan komunitas nelayan dan buruh pabrik yang aktif, telah meninggalkan desa mereka. Pemerintah Indonesia mengatakan semburan lumpur akhirnya telah meperlambat hingga 10 ribu kubik meter lumpur, air dan gas per hari. Pada tingkat itu danau lumpur sangat besar yang ditahan oleh tanggul-tanggul masih bisa teratasi. Ilmuwan-ilmuwan internasional baru-baru ini bertemu di Surabaya untuk membahas perkembangan semburan lumpur tersebut. Awalnya lumpur itu menyembur di sebuah sawah dekat tempat pengeboran gas yang dimiliki oleh Lapindo Brantas. Lapindo bersikeras bencana itu disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi 280 kilometer dari tempat itu dua hari sebelumnya. Tetapi Davies dan geolog lainnya mengatakan pengeboran itulah yang menyebabkan semburan lumpur. Ratusan korban barubaru ini berunjukrasa di Sidoarjo menuntut Lapindo mengeluarkan sisa uang kompensasi yang berjumlah 140 juta dolar. Kerumunan massa juga menolak rencana perusahaan itu untuk memulai sebuah proyek pengeboran baru bulan Agustus, yang letaknya hanya 2,5 kilometer dari semburan sebelumnya. Lapindo dimiliki oleh keluarga Bakrie, yang dipimpin oleh Aburizal Bakrie seorang pebisnis raksasa dan anggota pemerintahan koalisi. Bakrie telah menjauhkan diri dari bisnis keluarganya sejak bencana tersebut, sambil ia mempersiapkan untuk ikut kampanye presiden tahun 2014. Sejak semburan tersebut, Pemerintah Indonesia telah mengeruk lumpur panas tersebut dan mengalirkannya ke sungai dan akhirnya menuju ke laut, merusak ekosistem laut dan mencemari air. Sebagian ilmuwan memperkirakan lumpur tersebut akan terus mengalir selama 26 tahun, tapi ilmuwan lainnya mengatakan lumpur itu bisa mengalir terus hingga 80 tahun.
Deskripsi tentang aspek kesadaran hukum yang relevan
Persoalan semburan lumpur panas Lapindo Brantas di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sampai dengan akhir 2010 masih saja terjadi sehingga telah mengakibatkan masalah pelik dari aspek teknis dan sosial. Sehubungan dengan masih berlangsungnya semburan lumpur, maka berdampak pada semakin luasnya warga yang terkena dampak yang berimbas pada pemenuhan hak ekonomi, sosial dan budaya. Penyelesaian ganti rugi dalam bentuk jual beli masih berlarut-larut dan korban masih belum juga mendapatkan hak-haknya sebagaimana yang telah dijanjikan. Lambannya sikap Pemerintah, ditambah lagi dengan masih dilakukannya negosiasi ulang untuk pembayaran ganti rugi tersebut memperlihatkan bahwa Pemerintah, tidak saja, abai terhadap perlindungan dan pemenuhan hak-hak-korban, namun juga lemah dalam berhadapan dengan korporasi. Hal itu menunjukkan bahwa kesadaran hukum masyarakat masih kurang. Dari sisi masyarakatnya sendiri, akibat kesadaran hukum yang kurang, sering kali mereka salah cara dalam menyampaikan aspirasi. Biasanya mereka cenderung bonek dalam menyampaikan aspirasi mereka. Tanpa membaca hukum yang mengatur tentang tata cara menyampaikan aspirasi kepada pemerintah, mereka langsung berdemo dan berorasi yang sering kali berakhir anarkis dan bentrok dengan pihak

keamanan. Sudah berkali-kali masyarakat korban Lapindo pergi ke Jakarta hanya untuk menyampaikan aspirasinya. Mulai dari demo yang damai, hingga berakhir bentrok dan anarkis. Tidak sedikit biaya kerugian yang harus ditanggung pemerintah akibat dari kurangnya kesadaran hukum tersebut. Apalagi jika sampai terjadi bentrok dan kisruh dengan pihak keamanan, sering kali menimbulkan korban luka bahkan korban jiwa. Padahal para korban baik dari pihak kepolisian maupun pihak demonstran memiliki keluarga masing-masing yang menunggu mereka di rumah. Sehingga dalam hal ini kedua belah pihak sama-sama diirugikan bila sampai terjadi kisruh. Selain itu, kisruh tersebut akan menimbulkan pelanggaran hukum dan hak asasi yang lebih banyak dan lebih meluas. Kedua belah pihak pun akan sama-sama rugi. Terutama rugi materi, karena biaya pengobatan sangat mahal. Apapun alasannya, bagaimanapun persoalannya, masyarakat seharusnya tetap mengikuti aturan-aturan yang berlaku, sehingga bisa terwujud keserasian dan keamanan dalam masyarakat itu sendiri maupun pemerintah. Meskipun tidak semua para demonstran terutama demonstran lumpur Lapindo melanggar/tidak mengetahuoi aturan hukum tersebut. Dari sisi pihak keamanan atau polisi, meskipun mereka sudah menjadi aparat penegak hukum di Indonesia, masih banyak juga diantara mereka yang masih belum memiliki kesadaran hukum meski sebagian lagi juga sudah memiliki kesadaran hukum. Pihak keamanan yang tidak memiliki kesadaran hukum biasanya cenderung cepat emosi dan main pukul kepada para demonstran. Padahal seperti para demonstran, mengamankan demo sudah ada tata acaranya dan aturan-aturan tertentu untuk pihak keamanan. Cepat meluapnya emosi aparat penegak hukum memicu semakin panasnya keadaan saat berorasi sehingga cepat menimbulkan perselisihan bahkan kisruh. Maka dari itu, betapa perlunya kesadaran hukum dalam masyarakat, ternmasuk aparat penegak hukum. Dari sisi pemerintah, sekalipun pemerintah juga pembuat aturan atau perundang-undangan itu sendiri, sekalipun mereka juga sudah tahu dan sudah mengetahui tentang hukum tersebut, mereka juga masih saja melanggar. Baik disadari maupun tidak. Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam mensejahterakan rakyatnya dan tujuan para korban lumpur Lapindo menyisihkan sebagian uangnya yang tak banyakn hanya untuk menyampaikan aspirasi mereka dan menuntut hgak-hak mereka. Pemerintah seharusnya menanggapi hal itu dengan tegas dan jelas. Hal itu memang seharusnya tanggung jawab Lapindo, namun sebagai anungan rakyat dalam berkehidupan negara ini, pemerintah haruusnya memberikan dana atau bantuan sementara untuk para korban lumpur Lapindo. Lagipula, anegara harusnya sudah memiliki dana cadangan dalam menangani masalah ini dan uang negara bermemang hanya untuk mensejahterakan masyarakatnya. Paling tidak, pemerintah mau mendengar aspirasi mereka dan meminta beberapa perwakilan dari mereka untuk berbicara, bernegosiasi, dan bermusyawarah untuk mufakat supaya dari kedua belah pihak tercapai tujuannya masing-masing. Tujuan pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya tercapai, kesejahteraan yang diminta rakyat juga tercapai. Dari sisi pemilik Lapindo, keluarga Bakrie, mereka seharusnya konsekuen dengan segala resiko, termasuk resiko seperti ini. Jika mereka termasuk masyarakat yang sadar hukum, seharusnya mereka juga akan memiliki kesadaran bahwa akibat pengeboran minyak yang mereka lakukan, mereka sudah banyak merebut hak-hak masyarakat di sekitar Lapindo untuk hidup dengan layak. Membeli tanah mereka pun tidak cukup, karena bila diumpamakan kehidupan mereka masih normal, bila ingin menjual tanah, rumahnya juga akan dijual. Paling tidak, rumahnya bisa dibongkar dan dipindahkan ke tempat yang baru. Demikian pula barang-barang mereka. Namun, bila keadaannya seperti ini, membeli tanah saja tidak akan cukup untuk mengganti kerugian yang sudah mereka alami.

Komentar saya tentang tingkat keasadaran hukum masyarakat secara global Secara umum, kesadaran hukum di Indonesia masih sangat kurang. Mungkin di daerah perkotaan masyarakat sudah mulai menyadari akan pentingnya hukum dan mulai mentaatinya, karena hukumhukum di perkotaan terutama kota-kota besar sudah lumayan tegas. Berbeda dengan di pedesaan

yang masyarakatnya cenderung acuh tak acuh dengan hukum. Mereka cenderung lebih suka mengikuti adat yang sudah ada atau adat yang biasa mereka lakukan. Sekalipun di pedesaan gotong royong serta solidaritasnya masih tinggi, hal itu tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya perselisihan. Apalagi jika ada diantara mereka yang pergi ke kota namun tidak mengerti tentang tata aturan hukum. Mereka akan dikucilkan dan dicemooh karena dianggap kampungan. Dan bila hal itu terjadi, maka kesenjangan akan semaki terlihat antara si miskin dan si kaya. Selain itu,bila akan menyampaikan aspirasi mereka seperti berdemo, orasi, dsb mereka cenderung asal-sasalan, asal berteriak, asal berbicara dan asal nekat. Hal itu yang memicu kerusuhan seperti yang sudah dijelaskan diatas. Padahal penyampaian aspirasi sudah diatur dengan jelas dalam undang-undang. Kesadaran hukum yang kurang juga penyebab munculnya bibit-bibit KKN skala kecil yang bisa menanamkan jiwa-jiwa koruptor skala besar. Contoh sederhana, operasi polisi pada jam-jam tertentu dan tempat tertentu untuk memeriksa kelengkapan surat-surat pengendara motor. Biasanya, banyak-anak remaja yang naik motor tanpa SIM. Kalaupun sudah memiliki SIM, mereka pasti melalui jalan yang tidak benar. Padahal sebetulnya polisi sudah sedikit melonggarkan aturan mereka, biasanya kalau anak yang masih mengenakan seragam sekolah tidak akan diperiksa, karena dianggap kendaraan tersebut digunakan untuk transport bersekolah. Dan jika mereka ketahuan tidak memiliki SIM, biasanya mereka akan ditawari dua pilihan, sidang atau bayar di tempat. Jika mereka memilih sidang, maka merekan sudah bisa disebut memiliki kesadaran hukum karena itu sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dan apabila selesai di tempat atau membayar kepada polisi tersebut, maka baik si pelanggar maupun polisi tersebut, sudah memiliki bibit-bibit KKN. Meskipun hal ini skalanya keci;, namun bisa saja akibat halini mereka jadi terbiasa untuk ber-KKN, sehingga bisa menanamkan jiwa-jiwa koruptor. Dan korupsi di masa depan bisa saja semakin meluas dan merajalela bila tidak segera ditangani. Mungkin korupsi skala besar sudah ditangani KPK, namun itu saja tidak cukup karena pemberantasan suatu penyakit harus sampai akar dan bibit-bibitnya. Dari uraian diatas, terlihat bahwa dampak dari kurangnya kesadaran hukum itu sangat banyak. Mulai dari dampak terkecil hingga besar. Bahkan dampak yang kecil pun bisa menimbulkan dampak yang sangat besar. Sebenarnya, saat ini pemerintah sudah mulai melakukan berbagai usaha dalam peningkatan kesadaran hukum bagi masyarakat. Seperti berbagai penyuluhan di berbagai tempat, hingga berbagai kompetisi dalam rangka peningkatan kesadaran hukum. Kita perlu menghargai usaha pemerintah tersebut. Namun, itu saja tidak cukup. Penegakan hukum dan sanksi yang lebih tegas juga sangat diperlukan. Supaya bagi masyarakat yang sudah tahu tentang hukum agar segera menaatinya. Seperti masyarakat-masyarakat perkotaan. Maka dari itu, kesadaran hukum itu

sangatlah penting, dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup bangsa. Apalagi kita masih menyandang status negara berkembang. Dengan segala polemik yang ada di dalamnya, kita harus berjuang bersama-sama dalam peningkatan taraf hidup bangsa. Supaya tidak ada lagi kemiskinan, pengangguran yang berkurang dan tidak perlu lagi adanya korupsi serta penggusuranpenggusuran yang sangat jelas mengganggu hak asas manusia dalam berkehidupan bermasyarakat serta penghidupan yang layak seperti pendidikan dan sosial budaya.

You might also like