You are on page 1of 23

MATERI MANAGEMENT KEPEMIMPINAN ( LEADERSHIP) OSIS SMP NEGERI 2 SAMPANG 0leh : Mochamad Afif Subchan S.PdI I.

PENDAHULUAN Pengantar Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen tidak lain merupakan suatu kiat atau kewibawaan yang mampu menggerakkan orang lain baik secara perseorangan maupun kelompok di dalam suatu organisasi sehingga menimbulkan kemauan dan kemampuan untuk melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Berdasarkan rumusan pengertian kepemimpinan secara sederhana tersebut, memberikan makna bahwa dalam lingkup kepemimpinan mengandung banyak dimensi : tugas dan fungsi kepemimpinan, criteria keberhasilan, sumber, syarat yang perlu dipenuhi oleh seorang pemimpin, serta kemampuan professional dalam mewujudkan tugas dan fungsi kepemimpinan. Dalam kerangka manajemen, kepemimpinan berfungsi sebagai salah satu piranti penggerak, motor atau motivator sumber daya yang ada dalam organisasi, sehingga peran kepemimpinan diharapkan mampu mendinamisasikan organisasi dalam mencapai tujuan. Melalui pembinaan dan pengembangan diri kepada para pelaku kepemimpinan diharapkan memiliki kualitas : Mampu memahami dan menghayati tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Sebab dengan memahami dan menghayati tugas dan tanggung jawab kepemimpinannya diharapkan pola pikir, sikap dan perilakunya dapat : merumuskan atau mendefinisikan misi organisasi yang diembannya. Berperilaku mewujudkan tercapainya tujuan organisasi. Memelihara keutuhan serta mengembangkan organisasi. Menghindarkan atau menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi dalam organisasi. Kemampuan menciptakan kesadaran dan tanggung jawab orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya (anggota), sehingga setiap orang yang menjadi tanggung jawabnya merasa dengan sadar sebagai bagian dari kehidupan organisasi yang dipimpinnya. Kemampuan menciptakan etos kerja yang tinggi sebagai pencerminan dari rasa ikut memiliki, melaksanakan dan mengamankan tugas dan tanggung jawabnya. Kemampuan menimbulkan dinamika organisasi yang dipimpinnya sesuai laju perkembangan, kebutuhan dan ilmu serta tehnoligi. Substansi Kepemimpinan OSIS pada dasarnya menyangkut dua substansi pokok, yaitu : aspek-aspek kepemimpinan dan masalah keosisan. Substansi kepemimpinan meliputi berbagai dimensi, baik secara teoritis maupun aplikasinya. Demikian pula masalah OSIS baik sebagai suatu definisi maupun sebagai organisasi kait-mengait melibatkan berbagai pengertian. Lingkup Kepemimpinan OSIS meliputi para pembina, perwakilan kelas, pengurus dan para siswa anggota OSIS. OSIS sebagai organisasi pada hakekatnya berperan sebagai salah satu jalur pembinaan kesiswaan, disamping tiga jalur yang lain, yaitu latihan kepemimpinan, ekstrakurikuler dan jalur wawasan wiyatamandala. OSIS dalam kerangka pembinaan kesiswaan paling tidak perlu dilihat dari dua aspek yaitu OSIS sebagai suatu definisi dan OSIS sebagai organisasi yang berperan ganda terhadap pembinaan kesiswaan. Peran OSIS akan berhasil mewujudkan fungsinya apabila didukung adanya kemauan dan kemampuan memimpin dari para pembina, pengurus, perwakilan serta kesadaran dari para anggota OSIS. Oleh sebab itu peranan kepemimpinan baik bagi para pembina, perwakilan, pengurus maupun anggotanya merupakan kunci penentu keberhasilan OSIS. Kemauan dan kemampuan para pelaku kepemimpinan OSIS hanya dapat berperan dengan

sebaik-baiknya apabila secara teratur, terencana dan berkelanjutan dilaksanakan pembinaan dan pengembangan bagi para pelaku kepemimpinan tersebut. Oleh sebab itu kepemimpinan dalam rangka pengelolaan OSIS mutlak diperlukan dengan hasil yang diharapkan : 1) menunjang keberhasilan peranan OSIS dalam usaha mendukung terwujudnya wawasan wiyatamandala. 2) Membina, meningkatkan serta lebih memantapkan kepemimpinan pengurus dan anggota OSIS, sehingga melahirkan kepemimpinan OSIS yang berwibawa. 3) Terciptanya dinamika OSIS sebagai satu-satunya organisasi siswa intra sekolah dalam usaha membina kehidupan para siswa untuk mendukung tercapainya tujuan proses belajar mengajar. II. LATAR BELAKANG TEORI 1. Definisi Salah satu dari sekian banyak definisi tentang kepemimpinan menyebutkan, bahwa kepemimpinan adalah The art of gettings things done throught other people. Definisi singkat tersebut memberikan indikasi bahwa : Keberhasilan seorang pemimpin sangat ditentukan oleh kecakapan mereka didalam saling kerjasama, dan berkomunikasi secara tepat dengan orang lain. Kepemimpinan adalah suatu proses interaksi dinamis atau kerjasama antara seseorang dengan orang lain atau lingkungan kerja. Dalam proses kerjasama atau komunikasi banyak variable (significant) yang harus selalu dipertimbangkan dan diperhatikan oleh setiap pemimpin, yaitu : 1) Perundang-undangan/AD-ART, kebijaksanaan serta peraturan-peraturan lainnya. 2) Variabel waktu 3) Interaksi antara sumber daya manusia, system dan berbagai macam sarana dan sebagainya. 4) Efektifitas. 5) Untung dan rugi. 6) Terpercaya dan berpengalaman. 7) Kewibawaan, status dan konflik. Dengan demikian derajat kepemimpinan seseorang akan banyak didominasi atau ditentukan sejauh mana penguasaan seseorang pemimpin terhadap segi-segi : Kesadaran terhadap pribadi dirinya, terhadap orang lain dan situasi. Kesadaran terhadap berbagai macam kesulitan yang dihadapi, persepsi dan komunikasi yang tepat. Kelenturan dan fleksibilitas mental. Kecakapan untuk memecahkan masalah. Kemauan untuk mengambil keputusan. Kemauan untuk bekerja. 2. Tugas Pokok dan Fungsi Secara umum tugas pokok dan fungsi seorang pemimpin ada 4 (empat) macam : 1. Merumuskan atau mendefinisikan misi organisasi. 2. Mengusahakan tercapainya tujuan organisasi. 3. Mempertahankan keutuhan organisasi. 4. Menyelesaikan konflik. Berdasarkan keempat tugas pokok dan fungsi pemimpin tersebut di atas, jelas bahwa dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi kepemimpinan, kewajiban utama pertama-tama yang perlu dilaksanakan adalah memahami organisasi yang dipimpinnya dan mampu merumuskan apa yang sesungguhnya menjadi misi organisasi. Di dalam memahami organisasi dalam rangka manajemen ada tiga peranan organisasi yang perlu diperhatikan, yaitu : organisasi sebagai alat pencapaian tujuan, organisasi sebagai wadah,

dimana diterapkan dan dikembangkan berbagai disiplin ilmu dan terakhir organisasi sebagai tempat, dimana dibina dan dikembangkan karier seseorang. Sedangkan misi organisasi merupakan menara yang harus dipedomani dalam menyusun suatu rencana demi tercapainya tujuan organisasi. Dengan mampu memahami dan merumuskan misi organisasi lebih dahulu, seorang pemimpin baru dapat menyusun langkah dan strategi bagaimana mencapai misi tersebut. Selanjutnya mengorganisasikan dan menggerakkan berbagai sumber yang ada, sepereti sumber daya manusia, sarana dan dana serta sumber-sumber lainnya secara terkoordinasi, sehingga masing-masing sumber dapat dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya. Dengan demikian keutuhan organisasi tetap terjaga dan terpelihara. Organisasi yang berperan sebagai alat pencapai tujuan, tempat diterapkan dan dikembangkan berbagai disiplin ilmu, tempat dibina dan dikembangkan karier seseorang tetap tumbuh dan berkembang, serta berperan sesuai dengan fungsinya. Kelangsungan hidup dan keutuhan organisasi dalam mencapai tujuan atau misi organisasi yang telah ditetapkan, mampu menyalurkan dan menyelesaikan segala macam konflik dengan sebaik-baiknya. 3. Kualifikasi Pemimpin Aktivitas seorang pemimpin pada dasarnya diarahkan demi tercapainya tujuan melalui kelompok (orang lain) atau anggota organisasi yang dipimpinnya. Oleh sebab itu pemimpin yang paling baik atau berhasil adalah seseorang yang mampu memengaruhi bukan hanya bawahannya, melainkan juga rekan dan atasannya. Ada beberapa teori bagaimana seorang pemimpin dapat berhasil melaksanakan tugas dan fungsinya, yaitu : teori sifat, teori perilaku dan teori kontingensi. a. Teori Sifat. Teori ini mencoba mengidentifikasi sifat-sifat yang membedakan antara orang-orang besar atau orang-orang terkenal dalam sejarah dengan orang-orang biasa. Dalam studi teori ini melakukan identifikasi profil dari sifat-sifat pemimpin dengan bukan pemimpin Berdasarkan penelitian, ada sederetan sifat baik yang bersifat fisik maupun non fisik, yang diperlukan dalam keberhasilan seorang pemimpin. Studi teori sifat menekankan pada tiga masalah pokok, yaitu ciri-ciri fisik, kepribadian dankecakapan. Oleh sebab itu berdasarkan teori sifat tersebut keberhasilan seorang pemimpin akan ditentukan oleh dominasi sifat-sifat yang dimiliki, yaitu : 1. Kondisi fisik (physical characteristic) * tinggi badan * berat badan * kesehatan * penampilan * bentuk badan/perawakan * daya kerja (energy) 2. Kepribadian (personality) * percaya diri (self confidance) * berpengaruh (dominance) * penuh kemauan, cita-cita (ambition) * kematangan, emosi, pengendalian diri * tekun (parsistance 3. Memiliki kemampuan * kecerdasan * kelancaran berbicara * pengetahuan * kepandaian (scholarship) * kemampuan memberikan pertimbangan dan mengambil keputusan * wawasan * keaslian (originality) * kemampuan menyesuaikan diri (adaptability)

Kelemahan dari studi atau teori sifat ini adalah : 1. Tidak mudah untuk menentukan dan mengukur sifat-sifat pribadi yang ada padaseseorang. 2. Tidak selalu orang-orang yang mempunyai sederetan sifat-sifat tersebut berhasil kepemimpinannya. Tetapi berdasarkan hasil penelitian lebih lanjut, bahwa diantara sederetan sifat-sifat tersebut ada enam macam sifat pribadi seseorang yang berkaitan dengan keberhasilan manajerial, yaitu : 1) Tingkat aktivitas atau daya kerja (energy). 2) Kecakapan mengorganisasikan dan merencanakan. 3) Kecakapan bekerjasama (interpersonal competence). 4) Kecakapan kognitif. 5) Dorongan atau motivasi kerja. 6) Pengendalian diri dan daya tahan. b. Teori Perilaku Apabila studi teori sifat ditekankan pada identifikasi sifat-sifat yang membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin, sebaliknya teori perilaku memfokuskan penelitiannya pada dua hal pokok, yaitu : 1. Perilaku para pemimpin 2. Berbagai macam perilaku pemimpin yang berpengaruh terhadap penampilan dan kepuasan bawahan. Oleh sebab itu secara singkat, Studi teori perilaku adalah berbagai macam perilaku pemimpin yang menimbulksn pengaruh terhadap penampilan dan rasa puas bawahan. Sebagai hasil studi para pakar, perilaku pemimpin pada dasarnya dikatagorikan ke dalam dua kelompok, yaitu : 1) Berorientasi pada hubungan kerja (Human Relation Oriented) 2) Berorientasi pada pekerjaan (Task Oriented) Dalam studi yang lain orientasi pada hubungan kerja disebut pula employe centered, sedang orientasi pada pekerjaan disebut production centered. Dan oleh Gary A. Yukl di dalam bukunya berjudul Leadership in Organization halaman 121 125, perilaku kepemimpinan tersebut diidentifikasikan ke dalam 19 (sembilan belas) katagori perilaku (Taxonomy) yaitu : 1) Mengutamakan pelaksanaan tugas (performance emphesis) Perilaku pemimpin menekankan pada : Pentingnya pendayagunaan/penampilan bawahan Memperbaiki/meningkatkan produktivitas dan efisiensi Memperhatikan kapasitas kerja bawahan Selalu mengikuti penampilan kerja bawahan 2) Bertenggang rasa (consideration) Perilaku seorang pemimpin yang mencerminkan : Bersahabat terhadap bawahan Memberikan dukungan terhadap bawahan Berbaik budi terhadap bawahan Selalu terbuka dan bersikap obyektif 3) Membangkitkan kepercayaan (inspiration) Perilaku pemimpin selalu : Mendorong timbulnya antusiasme siswa diantara sesama siswa dalam melaksanakan tugas-tugas kelompok Mendorong timbulnya keyakinan diri terhadap kecakapan bawahan dalam keberhasilan melaksanakan tugas dan pencapaian tujuan organisasi 4) Penghargaan dan pengakuan (praise recognition) Seorang pemimpin selalu : Memberikan penghargaan dan pengakuan terhadap keberhasilan bawahan Menunjukkan penghargaan terhadap usaha-usaha khusus dan partisipasi (contribation) bawahan

Meyakinkan bawahan akan penghargaan terhadap saran dan gagasan-gagasan yang diberikan bawahan. 5) Kemungkinan pemberian imbalan atau penghargaan (structuring reward contingencies) Perilaku pemimpin yang berupa : Memberikan imbalan atau penghargaan terhadap keberhasilan kerja bawahan yang benarbenar terbukti bermanfaat, seperti : Kenaikan gaji Promosi Pekerjaan/tugas yang diinginkan Pekerjaan yang lebih baik 6) Partisipasi pengambilan keputusan (decision participation) Pemimpin mengadakan konsultasi dengan bawahan dan melibatkan bawahan kemungkinannya ikut serta dalam pengambilan keputusan 7) Memberikan otonomi dan delegasi (autonomy delegation) Pemimpin memberikan delegasi sebagian wewenang dan tanggung jawabnya terhadap bawahan, sehingga memungkinkan bawahan ikut serta dalam menentukan bagaimana mengerjakan tugas-tugas pekerjaan 8) Memberikan klarifikasi peranan pemimpin (role clarification) Seorang pemimpin memberitahukan atau memberikan informasi kepada bawahan tentang : tugas dan kewajiban pemimpin, khususnya berbagai peraturan serta kebijaksanaan yang harus diperhatikan dan dipatuhi, serta minta kepada bawahan apa yang diharapkan oleh pemimpinnya. 9) Menetapkan tugas (goal setting) Pemimpin selalu memperhatikan : Betapa pentingnya pelaksanaan tugas khusus yang ingin dicapai dari masingmasing tugas bawahan Pelaksanaan proses pencapaian tugas dan umpan balik 10) Pelatihan (training coaching) Perilaku seorang pemimpin yang selalu : Menentukan kebutuhan pelatihan bawahan dan menyediakan keperluan (kelengkapan) pelatihan. 11) Penyebaran informasi (information dissemination) Seorang pemimpin yang memperhatikan bawahan dengan memberikan informasi maupun perkembangan yang berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas, termasuk berbagai peristiwa intern dan ekstern, keputusan yang telah diambil oleh pemimpin yang lebih atas, dan program dalam berbagai pertemuan pimpinan maupun organisasi lain. 12) Pemecahan masalah (problem solving) Seorang pemimpin akan melibatkan bawahan dalam memecahkan persoalan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, bila keputusan mendesak diperlukan 13) Perencanaan (planning) Seorang pemimpin merencanakan bagaimana mengorganisasikan serta menyusun kegiatan kerja secara efisien lebih lanjut Membuat rencana bagaimana mencapai tugas masing-masing unit kerja Memperhitungkan berbagai macam kemungkinan-kemungkinan timbulnya permasalahan yang potensial. 14) Koordinasi (coordinations) Seorang pemimpin selalu : Mengkoordinasikan pekerjaan para bawahan Menekankan betapa pentingnya koordinasi Mendorong timbulnya keberanian para bawahan untuk melaksanakan koordinasi kerja. 15) Fasilitas kerja (work facilitation) Pemimpin harus menyediakan kelengkapan yang diperlukan oleh bawahan : Perlengkapan Pelayanan Berbagai sumber yang lain

16) Wakil Organisasi (representation) Seorang pemimpin perlu mengadakan kontak atau kerjasama dengan organisasi lain, serta orang-orang yang berperan atau mempunyai kedudukan penting dalam organisasi, menghimbau agar mereka menghargai dan membantu. Mempengaruhi bawahannya agar atasan dan organisasi diluar bersedia kerjasama 17) Menciptakan suasana kerjasama (interaction facilitation) Pemimpin berusaha agar tercipta suasana akrab, kerjasama, saling memberikan informasi dan memberikan pemikiran, saling membantu diantara sesama bawahan. 18) Mengendalikan konflik (conflict management) Seorang pemimpin yang selalu mengendalikan para bawahan dari perselisihan dankeluhan, mendorong bawahan untuk memecahkan segala perselisihan melalui cara-cara yang konstruktif, membantu untuk memecahkan konflik dan ketidaksesuaian diantarabawahan 19) Kritik, disiplin (criticism discipline) Seorang pemimpin memberikan kritik dan teguran kepada bawahan yang menunjukkan : penampilan kerja yang malas, pelanggaran, tidak memperhatikan atau tidak patuh terhadap suatu ketentuan, meningkatkan terhadap berbagai disiplin, berbagai tindakan administrasi atau disiplin, seperti : peringatan, teguran, hukuman dan pemecatan (pemberhentian). c. Teori Kontingensi Teori kepemimpinan kontingensi disebut pula Life Cycle Theory, yang dalam perkembangannya dikenal Teori Kepemimpinan Situasi. Berdasarkan penelitian teori kepemimpinan ini, gaya atau perilaku kepemimpinan berbeda-beda dari suatu situasi ke situasi lain. Oleh sebab itu seorang pemimpin harus mampu melakukan diagnosa dengan sebaik-baiknya terhadap situasi Seorang pemimpin yang baik menurut teori ini harus mampu membawakan perilakunya sesuai dengan situasi, mampu memperlakukan bawahan sesuai dengan kebutuhan dan motif yang berbeda-beda. Dengan demikian perilaku kepemimpinan yang terbaik, yaitu kepemimpinan yang efektif, adalah perilaku kepemimpinan yang dapat menyesuaikan kepemimpinannya dengan situasi yang dihadapi. Sedangkan situasi yang dimaksud dalam hal ini, ialah pengertian yang mencakup : waktu, tuntutan pekerjaan, kemampuan bawahan, iklim organisasi, harapan dan kemauan atasan, teman sejawat dan bawahan. Sejauh mana seorang pemimpin harus memperhatikan situasi sangat tergantung pada tingkat kedewasaan bawahan dalam tugas-tugas tertentu, fungsi dan tujuan yang akan dicapai. Ada indikasi tertentu untuk menentukan tingkat kedewasaan bawahan, yaitu bawahanyang : 1) memiliki tujuan, kemampuan untuk merencanakan dan mencapai tujuan. 2) Memiliki rasa tanggung jawab dalam arti mempunyai kemauan (motivasi) dan kemampuan (kompetensi). 3) Memiliki pendidikan dan pengalaman. 4) Memiliki kemampuan dan pengalaman teknis dalam melaksanakan tugas, serta percaya diri dan memiliki harga diri. Tingkat kedewasaan bawahan berbeda-beda satu dengan yang lain, bergantung pada tugas, fungsi atau tujuan tertentu yang dipercayakan. Kesimpulannya, bahwa inti dari teori kepemimpinan kontingensi atau situasi adalah sebagai berikut : 1) Perilaku kepemimpinan cenderung berbeda-beda dari situasi ke situasi lain bergantung pada tingkat kedewasaan bawahan. 2) Ada empat perilaku kepemimpinan, yaitu : a) Direktif, seorang pemimpin yang cenderung untuk mengutamakan perintah, petunjuk dan pengawasan. Ciri-cirinya : (1) pemimpin menentukan semua keputusan, yang bertalian dengan pekerjaan dan memerintahkan semua bawahan untuk melaksanakan. (2) Pemimpin menentukan semua standar bagaimana bawahan melaksanakan tugas.

(3) Pemimpin memberikan ancaman dan hukuman kepada bawahan yang tidak berhasil melaksanakan tugas yang di tentukan. (4) Pemimpin kurang percaya terhadap bawahan dan sebaliknya bawahan tidak sepenuhnya percaya pada atasan. (5) Bawahan sedikit sekali terlihat dalam proses pengambilan keputusan. (6) Hubungan kerjasama antara pemimpin dengan bawahan dalam suasana yamg saling mencurigai. b) Konsultatif, perilaku pemimpin yang cenderung untuk bersikap melakukan komunikasi dua arah, memberikan kesempatan bawahan untuk menyampaikan keluhan dan perasaan. Ciri-cirinya : (1) pemimpin menentukan tujuan dan mengemukakan ketentuan yang bersifat umum setelah melalui proses diskusi dengan bawahan. (2) Bawahan dapat mengambil keputusan sendiri bagaimana melaksanakan tugastugas dalam batas-batas tertentu, sedang beberapa hal yang lain sepenuhnya menjadi keputusan atasan. (3) Penghargaan dan hukuman yang diberikan dalam rangka memotivasi bawahan. (4) Bawahan merasa bebas untuk berdiskusi dengan atasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan tugas pekerjaan. (5) Pemimpin mempunyai kepercayaan dan keyakinan terhadap bawahan untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik. (6) Tercipta hubungan dua arah dengan baik antara atasan dengan bawahan. c) Partisipatif, pemimpin makin mendengarkan secara intensif terhadap bawahan, serta menciptakan komunikasi dua arah yang makin meningkat. Pimpinan turun ke bawah bersama bawahan di dalam menentukan pengambilan keputusan. Ciri-cirinya : (1) Dalam rangka memutuskan tujuan dalam pengambilan keputusan ditentukan bersama atau melalui kelompok. (2) Apabila pemimpin secara formal harus mengambil keputusan lebih dahulu setelah ada saran-saran dan pendapat bersama dari bawahan. (3) Hubungan kerjasama terjadi dalam suasana yang penuh persahabatan, saling percaya mempercayai. (4) Memotivasi terhadap bawahan tidak sekedar pertimbangan ekonomis melainkanjuga didasarkan atas pentingnya pengakuan peranan bawahan dalam rangka melaksanakan tugastugas organisasi. d) Delegatif, pemimpin memberikan wewenang kepada bawahan untuk menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan kewenangannya sebab bawahan dianggap telah memiliki kecakapan dan terpercaya untuk memikul tanggung jawab. Ciri-cirinya : (1) Bawahan telah dianggap memiliki kecakapan dan dipercaya untuk memikul tanggung jawab mengerahkan dan mengelola dirinya. (2) Bawahan diberikan hak untuk menentukan langkah-langkah bagaimana keputusan dilaksanakan. 3) Ada empat macam tingkat kedewasaan bawahan, yaitu : a) kedewasaan tingkat rendah. b) Kedewasaan tingkat rendah menuju tingkat sedang. c) Kedewasaan tingkat sedang menuju tingkat tinggi, dan d) Kedewasaan tingkat tinggi. 4) Perilaku kepemimpinan yang efektif, adalah kesesuaian antara tingkat kedewasaan bawahan dengan perilaku kepemimpinan, sebagai berikut : Tingkat kedewasaan bawahan Perilaku kepemimpinan yang efektif Rendah, Rendah ke sedang, Sedang ke tinggi, tinggi, Instruktif, Konsultatif, Partisipatif, Delegatif 4. Kriteria Keberhasilan Untuk mengetahui apakah seorang pemimpin berhasil dalam melaksanakan tugas dan fungsinya atau peranannya, ada beberapa indikasi yaitu : a) Dinamika organisasi.

b) Pengaruh atau kewibawaan pemimpin. c) Sikap bawahan terhadap atasan. ad a. Dinamika organisasi Organisasi yang berfungsi ganda, maupun sebagai alat untuk mencapai tujuan, kaitannya dengan keberhasilan kepemimpinan seseorang dalam memimpin organisasi dapat dilihat melalui berbagai indikasi sebagai berikut : 1) penampilan kelompok 2) pencapaian tujuan kelompok 3) berlangsungnya hidup kelompok 4) pertumbuhan kelompok 5) kesiagaan kelompok 6) kemampuan menyelesaikan krisis ad b. Pengaruh pemimpin Pengaruh atau kewibawaan pimpinan sangat menentukan keberhasilan. Seorang pemimpin yang berhasil, dapat dilihat melalui berbagai indikasi, yaitu 1) apakah pemimpin meningkatkan rasa kebersamaan kelompok, kerjasama anggota, motivasi bawahan, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, pemecahan konflik di antara bawahan. 2) Apakah pemimpin menaruh perhatian terhadap efisiensi tenaga ahli yang ada,pengaturan kegiatan, akumulasi dari berbagai sumber, kesediaan dari kelompok untuk menghadapi perubahan dan krisis. 3) Apakah pemimpin mampu mmeningkatkan kualitas kerja, menciptakan rasa percaya diri para bawahan, dan menghasilkan kecakapan bawahan dan memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan kejiwaan dan pengembangan bawahan. ad c. Sikap bawahan terhadap atasan Bawahan pada kehidupan organisasi pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seorang pemimpin. Sebab kepemimpinan itu sendiri pada dasarnya merupakan proses interaksi antara pemimpin dan bawahan dalam mencapai tujuan. Oleh sebab itu keberhasilan seorang pemimpin sangat ditentukan oleh sikap bawahan terhadap kepemimpinan atasan. Atau dengan kata lain keberhasilan seorang pemimpin akan dapat diukur dari sikap bawahan terhadap pemimpin itu sendiri, melalui indikasi : 1) apakah bawahan merasa puas terhadap pimpinan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan hal-hal yang diharapkan bawahan. 2) Apakah bawahan merasa senang terhadap atasannya, menghormatinya dan kagum. 3) Apakah bawahan mempunyai rasa tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan perintah atau sebaliknya melawan atau bawahan tidak memperhatikan atau menyabot perintah atasan. Sehubungan dengan adanya tiga buah pertanyaan diatas ada beberapa seperangkat gejalagejala sikap bawahan terhadap kepemimpinan atasan, yaitu : 1) ketidakhadiran atau absensi. 2) Perbuatan semaunya. 3) Kesedihan. 4) Keluhan terhadap atasan. 5) Permintaan pindah. 6) Sikap lambat. 7) Pemogokan. 8) Kejadian-kejadian yang sengaja menyabot peralatan dan fasilitas pelayanan. 9) Sikap permusuhan terhadap atasan. 5. Kemampuan Teknis Kepemimpinan Disamping definisi, tugas pokok dan fungsi, kualifikasi pemimpin, criteria keberhasilansebagai unsur-unsur pokok dalam kepemimpinan ada satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari masalah kepemimpinan, yaitu kemampuan teknis kepemimpinan. Untuk lebih jauh memahami kemampuan teknis kepemimpinan yang diperlukan oleh setiappelaku kepemimpinan kita sajikan satu definisi yang mengungkapkan fungsi seorang pemimpin

dalam satu organisasi: ..mengajak dan menghimbau semua bawahan atau pengikut, agar dengan penuhkemauan untuk memberikan sumbangan dalam mencapai tujuan organisasi sesuai dengan kemampuan teknis bawahan itu secara maksimal. Berdasarkan definisi tersebut paling tidak ada tiga macam kemampuan pokok yang memberikan ciri kepemimpinan, yaitu : a. kemampuan untuk memahami bahwa manusia itu pada hakekatnya memiliki kekuatanmotivasi dalam waktu yang bervariasi serta situasi yang berbeda. Untuk itu maka setiap pemimpin perlu memahami dan memiliki kemampuan berkomunikasi. b. Memiliki kemampuan untuk menimbulkan semangat, dalam hal ini pemimpin memerlukan kemampuan memotivasi. c. Memiliki kemampuan untuk berbuat dengan cara tertentu, sehingga menimbulkan suasana yang merangsang lahirnya suatu respon dan motivasi. Oleh sebab itu setiap pemimpin perlu melengkapi diri dengan kemampuan mengambil keputusan. Berdasarkan uraian diatas dalam mewujudkan fungsi kepemimpinan, seorang pemimpin memerlukan paling tidak ada tiga macam kemampuan teknis : komunikasi, motivasi, dan pengambilan keputusan. a. Komunikasi Salah satu diantara keterampilan kepemimpinan adalah human relation, disamping dua keterampilan lainnya, yaitu conceptual skills, dan technical skills. Keterampilan human relation, ialah suatu keterampilan yang didalamnya meliputi berbagai penguasaan dan kemampuan, diantaranya kemampuan berkomunikasi secara jelas dan efektif Dengan demikian kemampuan berkomunikasi merupakan bagian dari keterampilan human relation sebagai bagian dari kualitas atau persyaratan utama yang mutlak diperlukan oleh seorang pemimpin, disamping keterampilan-keterampilan yang lain. Komunikasi bertujuan untuk memberikan pengaruh kepada seluruh anggota organisasi, agar mereka baik secara perorangan atau secara bersama memahami misi atau tanggung jawab dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Ada berbagai peranan komunikasi dalam organisasi : 1) merupakan alat, sehingga seluruh kegiatan organisasi dapat dipersatukan untuk mencapai tujuan tertentu. 2) Merupakan alat yang dapat mempengaruhi dan mengubah perilaku para anggota dalam suatu organisasi. 3) Alat agar informasi dapat disampaikan kepada seluruh anggota organisasi. Oleh sebab itu agar kemampuan berkomunikasi tersebut dapat dilaksanakan dengan efektif, maka setiap pemimpin perlu memperhatikan dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan 1) tipe/pola komunikasi 2) proses komunikasi 3) macam-macam hambatan komunikasi dan teknik untuk mengurangi hambatan 4) sifat arus komunikasi 5) pengaruh suasana dalam komunikasi. b. Motivasi Mengingat pentingnya peranan kepemimpinan dalam organisasi, maka menjadi kewajibanutama bagi pemimpin untuk secara terus-menerus berusaha : 1) mengamati dan memahami tingkah laku bawahan, 2) mencari dan menentukan sebab-sebab tingkah laku bawahan, 3) memperhitungkan, mengawasi dan mengubah serta mengarahkan tingkah lakubawahan. Permasalahannya adalah bagaimana setiap pemimpin selalu dapat memahami, meramalkan bahkan mengawasi dan mengubah tingkah laku bawahan pada saat tertentu dan pada waktunya. Untuk itulah pemimpin perlu mempunyai pengetahuan mengenai motivasi bawahan yang mendorong timbulnya tindakan tertentu pada waktu tertentu pula. Apabila pengertian motivasi disimpilkan sebagai konsep manajemen dalam kaitan dengan kehidupan organisasi dan kepemimpinan, maka definisi motivasi, dari sisi tertentu :

motivasi adalah dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebaliknya apabila motivasi dikaitkan dengan peranan seseorang pemimpin kaitannya dengan bawahan, maka definisinya : motivasi adalah suatu usaha sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar supaya mengarah tercapainya tujuan organisasi. Ada beberapa hal yang perlu dipahami oleh setiap pemimpin, hal-hal yang berkaitan dengan motivasi, yaitu : factor yang berpengaruh, langkah-langkah memotivasi dan teknik motivasi. 1) Faktor yang berpengaruh pada motivasi Ada beberapa factor yang berpengaruh terhadap motivasi, yaitu lingkungan kerja yang didalamnya meliputi : a) kebijaksanaan yang telah ditetapkan : prosedur kerja, berbagai rencana dan program kerja. b) Persyaratan kerja yang perlu dipenuhi. c) Tersedianya alat-alat dan sarana dalam mendukung pelaksanaan kerja. d) Gaya kepemimpinan atasan. e) Kualifikasi bawahan yang meliputi : (1) kemampuan kerja (2) semangat atau moral kerja (3) rasa kebersamaan dalam kehidupan kelompok (4) prestasi dan produktifitas kerja. 2) Langkah-langkah motivasi Beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu petunjuk atau langkah-langkah motivasi bawahan atau orang lain. a) pemimpin harus memahami semua perilaku bawahan. b) Pemimpin harus berorientasi kepada motivasi bawahan yang berbeda satu dengan yang lain. c) Pemimpin harus mengetahui latar belakang kehidupan pribadi, pendidikan, pengalaman, cita-cita dan harapan yang berbeda-beda. d) Pemimpin harus mengetahui masing-masing segi teknis, ekonomis, social dan psikologi yang menjadi daya dorong motivasi bawahan. e) Pemimpin harus memberikan keteladanan. f) Pemimpin harus mampu mempergunakan keahlian : Menciptakan iklim Membuat pekerjaan berarti Memberi ganjaran Berbuat dan bersikap adil Umpan balik yang mendorong Bergaul dengan bawahan g) Pemimpin harus berbuat dan berperilaku realistic. 3) Teknik motivasi Didalam memotivasi bawahan ada dua macam teknik, yaitu dengan cara negatif dan cara positif. a) Dengan cara negatif. Agar orang lain melakukan sesuatu, pemimpin melakukan perbuatan, seperti : (1) memaksa (2) mengancam (3) memukul (4) dan sebagainya b) Dengan cara positif. Pemimpin melakukan langkah-langkah sebagai berikut (1) menjelaskan tujuan organisasi kepada setiap bawahan (2) mengusahakan agar bawahan menyadari, memahami, serta menerima baik tujuan tersebut. (3) Menjelaskan filsafat yang dianut pimpinan organisasi. (4) Menjelaskan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pimpinan organisasi dalam mencapai tujuan.

(5) Mengusahakan setiap bawahan agar mengerti struktur organisasi. (6) Menjelaskan peranan yang diharapkan oleh pimpinan yang harus dilaksanakan oleh bawahan. (7) Menekankan pentingnya kerjasama. (8) Memperlakukan setiap bawahan dengan penuh pengertian. (9) Memberikan penghargaan serta pujian, teguran, serta bimbingan kepada bawahan. (10) Meyakinkan setiap bawahan dengan bekerja baik, tujuan pribadi masingmasing bawahan dapat dipenuhi. c. Pengambilan Keputusan Sesuai dengan fungsinya seorang pemimpin akan terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Agar pengambilan keputusan tersebut dapat dilaksanakan dengan sebaikbaiknya dalam arti mampu mendukung tercapainya tujuan organisasi secara efektif, maka seorang pemimpin perlu memahami pengertian dan sifat-sifat pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ialah suatu proses pemilihan di antara tindakan-tindakan alternative yang ada. Sifat pengambilan keputusan dapat dikatagorikan kedalam tiga hal : 1) Keputusan perseorangan (otoritas) Merupakan keputusan yang dibuat oleh seseorang yang berwenang, lalu disampaikan kepada para anggota kelompok sebagai suatu perintah. Para anggota kelompok diminta pendapat sebelumnya. Biasanya keputusan semacam ini dibuat oleh para ahli dibidangnya. 2) Keputusan konsultatif Setiap anggota kelompok diminta pendapatnya kemudian ditampung, sedangkan pengolahan dan pengambilan keputusannya ditentukan oleh pihak yang berwenang. 3) Keputusan kelompok (consensus) Setiap anggota kelompok diminta pendapatnya dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan, sehingga tercapai kesepakatan bersama. III. KEPEMIMPINAN PANCASILA Kehidupan bangsa Indonesia yang bersumber pada ideologi Pancasila membawa konsekuensi secara sadar dan bertanggung jawab terhadap kehidupan organisasi dalam tingkat dan jenis apapun. Artinya organisasi apapun yang hidup di Indonesia harus berakar dan bersumber pada satu azas yaitu Pancasila. Oleh sebab itu kepemimpinan OSIS sebagai salah satu perwujudan daripada kepemimpinan nasional, tidak boleh tidak harus berazaskan pula kepada nilai-nilai luhur Pancasila. Dengan demikian Pancasila sebagai sumber dari segala kehidupan dan kebijaksanaan, mengandung makna : a. Pancasila sebagai ideologi terbuka, tidak menutup kemungkinan operasionalisasinya perlu menyesuaikan dengan perkembangan dan dinamika jamannya, baik dalam menghadapi kemajuan berbagai ilmu dan teknologi, perubahan social budaya dan perkembangan politik. b. Kepemimpinan Pancasila sebagai bagian daripada kebijaksanaan pengelolaan bangsa dan negara, secara nasional tidak menutup kemungkinan untuk membuka diri terhadap berbagai pengaruh, dinamika kiat kepemimpinan dunia, namun tetap bersumber dan berakar pada nilainilai kepribadian nenek moyang. Oleh sebab itu, kepemimpinan OSIS sebagai bentuk atau perwujudan kepemimpinan nasional atau kepemimpinan Pancasila, tetap berakar pada nilai-nilai luhur kepemimpinan Pancasila. c. Kepemimpinan Pancasila pada hekekatnya tercermin pada nilai-nilai yang terkandung di dalam 12 (dua belas) azas, yaitu : 1) taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2) ing ngarso sung tulodo 3) ing madyo mangun karso 4) tut wuri handayani 5) waspada purba wasisa 6) ambeg paramarta (bersikap adil, mampu membedakan yang penting dan tidak) 7) prasaja (tulus, ikhlas) 8) satya (konsekuen)

9) hemat 10) terbuka 11) legawa 12) kesatria d. Untuk lebih jauh memahami kepemimpinan Pancasila sebagai bagian dari kebijaksanaan pengelolaan bangsa dan negara dan sekaligus sebagai kepemimpinan modern ada beberapa hal mendasar yang perlu dipahami oleh setiap pelaku kepemimpinan organisasi. 1) Ciri atau sifat modern Kepemimpinan Pancasila tercermin ke dalam ketiga hal pokok, yaitu : a) Berorientasi jauh kedepan. Akibat adanya berbagai perubahan dan perkembangan yang terjadi diluar organisasi menuntut perilaku kepemimpinan Pancasila yang selalu berorientasi ke masa depan, artinya : (1) mampu mengantisipasikan perubahan yang akan terjadi dan mengendalikannya secara terus-menerus. (2) Mampu mempergunakan berbagai macam teknik dan perencanaan yang setrategik didalam menghadapi berbagai perubahan yang potensial di lingkungan kerjanya. (3) Mampu menjawab perubahan dengan segala macam tantangan yang terjadi dan diperkirikan akan terjadi dengan secara baik dan akurat. b) Berdasarkan pola pikir ilmiah. Dengan demikian dalam proses kepemimpinan Pancasila akan selalu dilibatkan konsep teori yang jelas serta keterkaitan dengan disiplin ilmu yang lain yamg telah dikembangkan melalui analisis, eksperimentasi dan hipotesis. Dengan kata lain didorong oleh perkembangan teknologi dsn IPTEK, kepemimpinan Pancasila sewbagai suatu proses dalam rangka pengambilan keputusan dan pemecahan-pemecahan masalah tidak meninggalkan mekanisme dan prosedur pengumpulan data, pengolahan data, perumusan hasil pengolahan dan penyusunan melalui hipotesis. c) Berpegang prinsip efisiensi dan efektif. Sebagai salah satu kegiatan konsep manajemen modern, kepemimpinan Pancasila selalu dilihat dari criteria : (1) efisiensi, ialah taraf keberhasilan organisasi dengan menggunakan atau memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam organisasi secara minimal. (2) Efektif, ialah taraf tercapainya tujuan organisasi yang selalu sesuai dengan rencana yangtelah ditetapkan sebelumnya. 2) Pola pikir Kepemimpinan Pancasila yang berciri modern dijiwai oleh empat azas : a) Azas kebersamaan atau azas integralistik. Azas kebersamaan atau integralistik yang dimaksud dalam kepemimpinan Pancasila antara lain tercermin adanya pola pikir, sikap dan perilaku : Pemimpin tidak terpisah dengan yang dipimpin. Antara pemimpin dan yang dipimpin merupakan kesatuan organis. Antara pemimpin dan yang dipimpin saling pengaruh-mempengaruhi Antara pemimpin dan yang dipimpin bukan unsur yang saling bertentangan, sehingga tidak perlu terjadi dualisme antara pemimpin dan yang dipimpin. Masing-masing unsur yang terkait dalam kegiatan mempunyai tempat dan kewajiban sendiri-sendiri dan merupakan kesatuan organis. Pemimpin tidah memihak kepada suatu golongan yang paling kuat, tetapi juaga tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat. Eksistensi pemimpin sangat bergantung pada yang dipimpin. b) Azas kekeluargaan dan gotong-royong. Azas ini menggambarkan organisasi tata hubungan anggota masyarakat, dimana masingmasing mengerti akan kedudukan dan fungsinya dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan bersama. Cirri-ciri azas ini : Dilandasi oleh cinta kasih saying dan pengorbanan.

Titik tumpu bukan menonjolkan kepentingan pribadi melainkan keselamatan dan kebahagiaan seluruh anggota. Manifestasi tata hubungan ini berbentuk tolong-menolong, Bantu-membantu. Masing-masing individu diakui sebagai pribadi yang penuh dalam kedudukannya sebagai anggota organisasi. Mereka bersatu jiwa, dalam pemecahan masalah dilakukan secara musyawarah dan semangat gotong-royong. Dengan demikian kepemimpinan Pancasila yang berazaskan kekeluargaan dan gotongroyong ditandai dengan ciri-ciri : Kerjasama yang akrab Mementingkan kesejahteraan dan kebahagiaan bersama Berlandaskan kasih saying dan pengorbanan Dalam suasana rela, ikhlas untuk berkorban c) Azas persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan. Azas ini perwujudannya dalam kepemimpinan Pancasila tercermin pada : Menghindarakan pemaksaan yang berakibat tereliminasinya pribadi seseorang. Mendorong lahirnya keberanian, berpartisipasi masing-masing individu. d) Azas selaras, serasi dan keseimbangan. Dalam kepemimpinan Pancasila azas ini tampak pada : Hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin terjalin dalam suasana yang menimbulkan kesejukan hati dan ketentraman hati. Tidak terjadi suasana yang beratsebelah yang dapat menimbulkan ketegangan suasana. 3) Dilihat dari sisi lain makna Kepemimpinan Pancasila mengandung tiga aspek pokok : a) aspek kognitif, artinya kepemimpinan Pancasila merupakan satu pengertian, satu kesatuan makna yang dapat dipelajari, dimengerti dan dipahami. b) Aspek afektif, berarti bahwa di dalam kepemimpinan Pancasila mengandung berbagai ajaran moral, spiritual, masalah-masalah kewajiban dan larangan. c) Aspek motorik, yaitu bahwa kepemimpinan Pancasila bukan hanya sekedar sekumpulan pengertian yang di dalamnya berisi ajaran, melainkan mengandung nilai-nilai yang dapat diamalkan dalam tingkah laku dan perbuatan nyata. 4) Nilai-nilai strategis Kepemimpinan Pancasila Kepemimpinan Pancasila menduduki posisi kunci dan mutlak diperlukan di samping karena sebagai ideology negara, dasar negara, pandangan hidup, jiwa bangsa dan kepribadian bangsa, kepemimpinan Pancasila juga mencerminkan nilai-nilai : a) pola piker, watak, sikap dan perilakunyayang konsisten dan konsekuen. b) Berkharisma sikap dan perilakunya menjadi pola anutan dan keteladanan. c) Membangkitkan etos yang tinggi yang didalamnya tumbuh semangat bersuakarsa dan berkreasi. d) Mendorong orang-orang yang dipimpinnya berani bertanggung jawab sendiri. IV. KEPEMIMPINAN OSIS Berdasarkan uraian mengenai latar belakang teori kepemimpinan secara umum di atas, kepemimpinan OSIS sebagai salah satu strategi pembinaan kesiswaan bersumber pada kepemimpinan universal dengan segala macam teori serta kepemimpinan Pancasila. Untuk lebih jauh memahami makna kepemimpinan OSIS, perlu dikaji dan dipahami pengertian seperti : sumber, tugas dan tanggung jawab, maksud dan tujuan, kualifikasi serta ukuran sampai sejauh mana kepemimpinan OSIS berhasil melaksanakan tugasnya. Masing-masing dimensi secara garis besar mengandung substansi sebagai berikut : 1. Tugas dan Tanggung Jawab Secara teoritis telah dikemukakan ada empat macam tugas pokok seorang pemimpin, yaitu : merumuskan atau mendefinisikan misi organisasi, mengusahakan tercapainya tujuan atau misi organisasi, mempertahankan keutuhan organisasi dan yang terakhir mengatasi konflik. Pelaksanaan dalam kepemipinan OSIS : a. Merumuskan misi organisasi.

Para pemimpin OSIS yang telah terpercaya untuk mengelola OSIS sebagai suatu organisasi, harus mampu memahami terhadap rumusan misi organisasi. Ada tujuh buah misi utama yang telah digariskan, yaitu : 1) meningkatkan peran/inisiatif siswa menjaga dan membina sekolah sebagai wawasan wiyatamandala. 2) Menumbuhkan daya tangkal pada diri siswa terhadap pengaruh negatif. 3) Memantapkan pelaksanaan ekstrakurikuler. 4) Meningkatkan apresiasi dan penghayatan seni. 5) Menumbuhkan sikap berbangsa dan bernegara. 6) Menumbuhkan dan mengembangkan jiwa, semangat serta nila-nilai 45. 7) Meningkatkan kesegaran jasmani dan rohani. b. Mengusahakan tercapainya tujuan atau misi. Tujuan misi pokok yang dibebankan bagi OSIS harus dapat diwujudkan. Oleh sebab itu agar para pemimpin OSIS baik para pembina maupun pengurus, mampu mengusahakan terwujudnya misi tersebut, perlu ada langkah-langkah dan strategi : 1) Memahami peranan OSIS baik sebagai suatu definisi maupun sebagai wadah atau sarana mencapai tujuan . a) Sebagai definisi, OSIS adalah salah satu jalur pembinaan kesiswaan, yang berfungsi sebagai satu-satunya organisasi intra sekolah di lingkungan pembinaan Dirjen Dikdasmen, untuk mencapai tujuan pembinaan kesiswaan. b) Sebagai alat atu wadah mencapai tujuan, OSIS sangat berperan dalam : (1) menumbuhkan dan mengembangkan berbagai macam kemampuan seperti : managerial, leadership, berkomunikasi, kematangan berfikir (rasionalitas) dan nilai-nilai kepribadian siswa. (2) Menumbuhkan, mengembangkan karier siswa. (3) Mengembangkan berbagai disiplin ilmu. (4) Menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai social budaya. (5) Tempat untuk saling bertukar pengalaman dan pengetahuan. (6) Wadah/sarana mencapai tujuan pembinaan kesiswaan. c) Memahami pengorganisasian OSIS yang meliputi : (1) perangkat OSIS yang terdiri dari : pengurus, pembina, dan perwakilan kelas. (2) Pengurus OSIS yang terdiri dari : (a) Seorang Ketua dan dua orang Wakil Ketua. (b) Seorang Sekretaris dan dua orang Wakil Sekretaris (c) Seorang Bendahara dan seorang Wakil Bendahara. (d) Delapan orang Ketua Seksi Bidang dan beberapa orang anggota Seksi Bidang (banyaknya anggota disesuaikan kebutuhan) (3) Perincian Tugas : (a) Pembina OSIS Mengelola, membina dan mengembangkan OSIS Mensyahkan keanggotaan perwakilan kelas Mensyahkan dan melantik pengurus OSIS Mensyahkan ART dan program kerja OSIS Menghadiri rapat-rapat OSIS Mengevaluasi terhadap pelaksanaan tugas (b) Perwakilan Kelas Mewakili kelasnya Mengajukan usul program kerja OSIS Mengajukan calon pengurus OSIS Memilih pengurus OSIS Menilai laporan pertanggungjawaban pengurus OSIS Mempertanggungjawabkan tugas terpadu kepada kepala sekolah (c) Pengurus OSIS Menyusun dan melaksanakan program kerja sesuai AD & ART OSIS Menjunjung tinggi nama baik, kehormatan dan martabat sekolah. (d) Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban

(e) Selalu berusaha meningkatkan kepemimpinan OSIS sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan. 2) Siapapun yang akan diangkat dan ditugaskan untuk menduduki tanggung jawab sebagai pemimpin siswa harus memiliki kualifikasi kepemimpinan. a) Persyaratan kepemimpinan secara umum, yaitu : (1) kondisi fisik (physical characteristic) (2) nilai-nilai kepribadian (personality) (3) memiliki berbagai macam kemampuan (4) berwibawa (5) berorientasi pada 19 (sembilan belas) butir perilaku, yaitu : berorientasi pada tugas bertenggang rasa membangkitkan kepercayaan bersedia menghargai dan memberikan pengakuan bersedia memberikan imbalan melibatkan sesama siswa ke dalam pengambilan keputusan memberikan delegasi wewenang bersedia memberikan klarifikasi bawahan menetapkan tujuan memberikan pelatihan menyebarkan informasi melibatkan bawahan dalam memecahkan masalah mampu merencanakan melakukan koordinasi mengusahakan fasilitas kerja berfungsi sebagai wakil organisasi menciptakan suasana kerjasama mampu mengendalikan konflik selalu memberikan pendapat dan kritik b) Secara khusus pembina dan pengurus OSIS harus memahami persyaratan yang telah ditetapkan, yaitu : (1) berbudi pekerti yang baik, sopan santun terhadap orang tua, guru dan temanteman siswa. (2) Memiliki bakat sebagai pemimpin (3) berkemauan, kemampuan dan pengetahuan yang memadai (4) dapat mengatur waktu, sehingga pelajaran tidak terganggu (5) dicalonkan oleh perwakilan kelas c. Mengusahakan keutuhan organisasi Keutuhan organisasi adalah sangat mutlak demi terwujudnya kerjasma dan koordinasi antara sesama anggota dengan para atasan, maupun unsure-unsur pimpinan yang lain. Keutuhan organisasi hanya akan terwujud apabila unsure-unsur pimpinan, yaitu para pembina, pengurus dan perwakilan kelas memiliki kewibawaan atau karisma. Kewibawaan secara umum adalah kesanggupan atau kemampuan seseorang untuk mengendalikan bawahan atau orang lain. Seorang pemimpin yang paling baik (the best manager) adalah seorang yang mampu mempengaruhi bukan hanya bawahannya, melainkan juga rekan dan atasannya. Untuk itu maka setiap pemimpin perlu memiliki dan mendayagunakan kewibawaannya secara tepat. Apabila kewibawaan dimanfaatkan dan dikendalikan dengan tepat, akan bermanfaat untuk meningkatkan efektifitas kepemimpinan, sehingga sekaligus mendukung tercapainya keutuhan dan tujuan organisasi. Dengan kata lain efektifitas kewibawaan merupakan daya dorong terciptanya pola piker, sikap dan perilaku siswa yang efektif, yaitu siswa yang mampu : 1) Dengan tulus menerima/mengakui kelebihan dari pembina dan pimpinannya sebagai pimpinan yang berwibawa.

2) Siap memberikan informasi dan memberikan sugesti kepada pimpinan, sebelum satu keputusan diambil dan mendukung bentuk keputusan apapun yang telah diputuskan oleh pemimpin. 3) Bekerja keras dan mengerjakan dari penyelesaian bagian pekerjaan organisasi dan membantu tugas lain yang sesuai. 4) Membina hubungan antar sesama siswa dan hubungan antar pimpinan dan bawahan. 5) Berpartisipasi dalam kegiatan organisasi untuk meningkatkan komunikasi yang lebih baik serta semangat kerja kelompok. 6) Menghindarkan kelompok-kelompok (clige) atau geng, komplotan dan gossip yang cenderung merugikan organisasi. Ada beberapa indikasi keberhasilan diterapkannya kewibawaan seorang pemimpin dalam OSIS, yaitu dengan melihat atau meraskan ada tidaknya : 1) Rasa kebersamaan kelompok 2) Kerjasama antar kelompok dan antar kelompok dengan pembina, pengurus dan perwakilan kelas. 3) Efisiensi sumber daya manusia yang ada. 4) Peningkatan kualitas kehidupan kerja. 5) Terciptanya rasa percaya diri pada sesama siswa 6) Peningkatan kecakapan sesama siswa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. d. Mengatasi atau mengendalikan konflik Konflik pada hakekatnya merupakan segala macam bentuk hubungan antara sesama siswa maupun dengan pemimpin secara pribadi, maupun secara kelompok yang mengandung sifat berlawanan. Dalam kehidupan organisasi apapun yang di dalamnya melibatkan interaksi antara berbagai siswa baik secara individual maupun kelompok, konflik merupakan kejadian yang tidak bisa dihindarkan, bahkan berperan sebagai indikasi adanya proses dinamis suatu organisasi. Konflik dalam suatu organisasi terjadi akibat atau bersumber pada : 1) manusia dan perilakunya 2) organisasi dan 3) komunikasi. Kepemimpinan dalam organisasi mempunyai peranan memberikan sugesti, mendukung terciptanya tujuan, sebagai katalisator, menciptakan rasa aman, wakil organisasi, sumber inspirasi dan menghargai pendapat orang lain. Oleh sebab itu apabila terjadi konflik seorang pemimpin bertanggung jawab untuk menyelesaikan konflik dengan tepat. Ada berbagai cara untuk menyelesaikan konflik seperti : 1) menekan konflik dengan cara yang halus 2) membiarkan konflik itu selesai dengan sendirinya 3) melalui kompromi 4) mengkonfrontasikan pihak-pihak yang terlibat. 2. Kualifikasi Kepemimpinan OSIS pada hakekatnya tercermin pada tugas dan fungsi pembina, pemimpin dan perwakilan OSIS. Agar pengangkatan kepemimpinan OSIS dapat berhasil dengan sebaik baiknya perlu dipertimbangkan secara matang persyaratan seperti yang telah dirumuskan baik secara umum yang berlaku dalam konsep kepemimpinan, maupun persyaratan-persyaratan khusus yang telah digariskan dalam rangka kebijaksanaan pembinaan kesiswaan secara nasional. Secara singkat persyaratan yang perlu dipenuhi meliputi : a) Kepribadian dengan aspek-aspek yang ada di dalamnya (traits theory) b) Perilaku atau orientasi kepemimpinan dengan butir-butir yang ada (behavioral theory) c) Kewibawaan atau karisma d) Persyaratan khusus yang telah digariskan dalam rangka kebijaksanaan kesiswaan Disamping keempat kualifikasi tersebut, ada satu dimensi lagi yang perlu dipertimbangkan di dalam pengangkatan sebagai seorang pemimpin, yaitu Managerial Skill (keterampilan manajemen). Ada tiga kategori keterampilan manajemen :

a. Keterampilan Tehnis (tehnical skills) Dalam keterampilan ini terkandung : 1) pengetahuan mengenai metoda, proses, prosedur dan macam-macam tehnik untuk melaksanakan suatu kegiatan khusus. 2) Kemampuan untuk menggerakkan berbagai sarana dan peralatan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan yang bersifat khusus tersebut. b. Keterampilan hubungan manusia (human skills) Hubungan ini mencerminkan aspek-aspek : 1) pengetahuan perilaku manusia dan proses kerjasama 2) kemampuan untuk memahami isi hati, sikap dan motif orang lain mengapa mereka berkata dan melakukan pekerjaan 3) kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas dan efektif 4) kemampuan untuk menciptakan kerjasama yang efektif dan kooperati, praktis dan diplomatis. 5) Pengetahuan tentang perilaku yang aseptabel. c. Keterampilan konsepsional (conceptual skills) Suatau keterampilan yang mencerminkan aspek 1) kemampuan analisis 2) berfikir secara rasional 3) ahli atau cakap dalam berbagai macam konsepsi 4) kreatif dalam berbagai ide dalam pemecahan masalah 5) mampu untuk mengemukakan analisis berbagi kejadian serta memahami berbagai macam kecenderungan 6) mampu mengantisipasikan perintah 7) mampu mengenali berbagai macam kesempatan dan problem-problem potensial Kesimpulannya, apabila kualifikasi yang meliputi aspek-aspek kepribadian, perilaku yang berorientasi kepada kepentingan bawahan dan organisasi, kewibawaan, pemahaman terhadap kebijaksanaan teknis, serta dukungan kemampuan teknis, kemampuan bekerjasama dan kemampuan konsepsional dimiliki oleh setiap unsure pimpinan OSIS, berarti akan terpenuhinya kepemimpinan OSIS yang professional. 3. Kriteria Keberhasilan Keberhasilan kepemimpinan, apabila dikaitkan denag teori GARY A. YUKL dapat dilihat dandirasakan melalui tiga macam indikasi, yaitu : dinamika organisasi, kewibawaan pimpinan, dan sikap sesama siswa terhadap pimpinan. a. Dinamika OSIS sebagai organisasi. Dapat dilihat dan dirasakan melalui pelaksanaan program empat jalur dan delapan macam materi pembinaan kesiswaan, yaitu dari program ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sampai pada program apresiasi, persepsi dan kreasi seni. Disamping itu juga dapat dilihat keadaan sekolah sebagai lingkungan pendidikan, apakah benar-benar menunjang proses belajar mengajar tanpa ada intervensi dari dalam maupun dari luar yang membahayakan, termasuk pula terwujudnya program 5K. b. Sikap para siswa terhadap pengurus OSIS. Pengaruh kewibawaan pengurus OSIS dapat diamati melalui tercipta atau tidaknya: 1) kepuasan yang dialami para siswa terhadap berbagai kebutuhan sebagai anggota OSIS. 2) Sikap hormat, menghargai, tunduk, melaksanakan perintah/program terhadap kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh pimpinan OSIS. 3) Timbulnya komitmen yang tinggi di antara para siswa untuk melaksanakan tugas dan program-program OSIS, penuh semangat dan kesadaran dan rasa berbakti kepada pimpinan. c. Pengaruh kewibawaan pemimpin terhadap sesama siswa. Hal ini dapat diamati melalui berbagai indikasi seperti : 1) terciptanya rasa kebersamaan di antara para siswa, dapat diatasinya segala konflik yang terjadi, motivasi kerja yang tinggi diantara sesama siswa. 2) Kegiatan-kegiatan dapat dilaksanakan secara teratur dan terencana, kesiagaan dan kesiapan para siswa dalam menghadapi berbagai perubahan dan persoalan.

3) Terasa adanya usaha dari pimpinan untuk selalu mengadakan pembinaan kualitas para sesama siswa, terciptanya rasa percaya diri di antara para siswa sebagai anggota OSIS. 4. Pelatihan Salah satu indikasi kehidupan organisasi modern ialah adanya sifat dinamis, artinya organisasi itu bergerak dan berkembang secara dinamis akibat pengaruh ilmu dan teknologi. Oleh karena itu kepemimpinan OSIS sebagai bagian dari Kepemimpinan Nasional dan juga merupakan kepemimpinan yang bersifat modern harus siap untuk mengikuti, menyesuaikan dan mengantisipasikan terhadap perkembangan situasi ilmu dan teknologi. Pelatihan adalah suatu proses secara terencana, sistimatik dan berkelanjutan untuk meningkatkan derajat kualitas keterampilan kepemimpinan. Pelatihan sebagai salah satu bentuk pembinaan dan pengembangan adalah suatu proses usaha untuk meningkatkan kealitas kemampuan kepemimpinan. Dengan demikian sasaran pembinaan dan pengembangan adalah kualitas pelaku kepemimpinan yang meliputi sifat-sifat pribadi, kewibawaan, pola dan sikap, serta perilaku kepemimpinan. Oleh sebab itu sasaran pelatihan kepemimpinan diarahkan pada tiga macam sasaran khusus, yaitu : a. Keterampilan teknis, dalam arti penguasaan pengetahuan mengenai metoda, proses, prosedur, macam-macam teknik untuk melaksanakan kegiatan khusus dan kemampuan untuk menggerakkan, memanfaatkan berbagai sarana dan peralatan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan OSIS yang bersifat khusus. b. Keterampilan hubungan manusia, ialah keterampilan seorang pemimpin dalam memahami perilaku manusia (anggota OSIS) dan proses kerjasama, memahami isi hati, sikap dan motif orang lain (anggota OSIS) mengapa mereka berbuat sesuatu, berkomunikasi secara jelas dan efektif, menciptakan kerjasama yang efektif, kooperatif, praktis dan diplomatis. c. Keterampilan yang bersifat konseptual, dalam hal ini pelatihan diarahkan untuk meningkatkan keterampilan seorang pemimpin di dalam kemampuan analisis, berfikr secara rasional, mampu dalam berbagai macam konsepsi, kreatif di dalam berbagai ide dan pemecahan masalah. Tujuan dan hasil dari pembianaan dan pengembangan tidak lain agar para pelaku kepemimpinan selalu bersikap dan berperilaku sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, sehingga mampu menggerakkan seluruh anggota OSIS dan sumber-sumber yang lain dalam rangka mencapai tujuan OSIS. 5. Peranan OSIS sebagai Tempat Kaderisasi Kepemimpinan Pada bagian tugas pokok dan fungsi kepemimpinan dalam kerangka manajemen ditegaskan bahwa ada 3 (tiga) peran organisasi yang perlu diperhatikan, yaitu : organisasi sebagai alat pencapai tujuan, organisasi sebagai wadah dimana diterapkan dan dikembangkan berbagai disiplin ilmu dan terakhir organisasi sebagai tempat dimana dibina dan dikembangkan karier seseorang. Mengacu kepada ketiga fungsi atau peranan organisasi dalam kerangka manajemen tersebut di atas, maka OSIS sebagai organisasi ikut berperan sebagai tempat dibinanya kader-kader pemimpin masa depan. Oleh sebab itu OSIS dapat berperan pula sebagai tempat kaderisasi kepemimpinan. Artinya melalui proses kegiatan sepanjang siswa itu siswa ituberperan sebagai pengurus, sebagai perwakilan kelas maupun sebagai anggota biasa, mereka dapat mengembangkan dirinya baik di dalam berkomunikasi, memimpin maupun segi-segi lain yang berkaitan dengan nilai-nilai kepribadiannya. Oleh sebab itu sepanjang siswa menduduki kepengurusan atau duduk sebagai anggota biasa dapat diikuti secara cermat mengenai perkembangan yang ada pada dirinya. Untuk itu perludiciptakan suatu instrumen yang dapat memotret aktifitas kepemimpinan seorang siswa secara sistematik dan obyektif, V. KESIMPULAN 1. Definisi kepemimpinan OSIS, adalah Kiat atau kewibawaan para pembina, pengurus, perwakilan kelas atau anggota OSIS yang dapat menggerakkan, mendayagunakan dan

mengendalikan kemauan dan kemampuan sesama pengurus, perwakilan, dan atau anggotaOSIS, baik secara perorangan maupun kelompok dalam mencapai tujuan OSIS. 2. Kepemimpinan OSIS sebagai salah satu jalur kebijaksanaan pembinaan kesiswaan, diwarnaioleh tiga sumber : a. nilai-nilai kepemimpinan nasional atau kepemimpinan Pancasila, artinya pola pikir,pelaksanaan kepemimpinan OSIS harus selalu bersumber kepada m12 (dua belas ) azas kepemimpinan Pancasila, yaitu taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani, waspada, ambeg paramarta, prasaja, setya, hemat, terbuka, legawa, dan kesatria. Kecuali itu kepemimpinan OSIS juga harus mengacu kepada : ciri atau sifat-sifat modern kepemimpinan Pancasila, empat ciri OSISyang menjiwai sifat modern kepemimpinan Pancasila, sisi lain dari nilai-nilai strategi kepemimpinan Pancasila. b. Kebijaksanaan sektoral di bidang pendidikan dasar dan menengah, sehingga dengan demikian kepemimpinan OSIS harus selalu dalam kaitan usaha menunjang terwujudnya keberhasilan kebijaksanaan di bidang pendidikan dasar dan menengah, khususnya bidang pembinaan kesiswaan. c. Arus modernisasi, ajaran dari kepemimpinan dunia serta perkembangan ilmu dan teknologi, tidak boleh tidak akan berpengaruh terhadap kehidupan para siswa. Oleh sebab itu kepemimpinan OSIS sebagai salah satu strategi pembinaan kesiswaan, harus terbuka terhadap berbagai teori positif yang berkembang di dunia manajemen, khususnya dibidang kepemimpinan. Tanpa menyesuaikan perkembangan-perkembangan baru yang dinamis di bidang manajemen dan leadership, kepemimpinan OSIS akan ketinggalan oleh perkembangan pola piker, sikap, dan perilaku siswa yang dinamis, dalam arti tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral dan kepribadian bangsa. 3. Keberhasilan kepemimpinan OSIS sangat tergantung pada derajat kepribadian, perilaku, kewibawaan serta kemampuan manajerial para pembina, pengurus dan perwakilan siswa,disamping sikap dari sesama siswa itu sendiri dalam memahami peran OSIS sebagai alat yang berfungsi ganda. Oleh sebab itu mereka seharusnya memahami, memiliki serta melaksanakan dimensi-dimensi kepemimpinan tersebut dengan sebaik-baiknya. 4. Kepemimpinan OSIS diperlukan dalam kerangka menunjang terwujudnya pelaksanaankebijaksanaan pembinaan kesiswaan yang terkenal dengan nama empat jalur dan delapan materi kebijaksanaan pembinaan kesiswaan

Materi Diklat Kepemimpinan Calon OSIS SMAN 1 Kibin 2011


nilah beberapa karakteristik pemimpin yang handal yang dapat Anda jadikan referensi: Pertama: Mempunyai komitmen penuh membangun team untuk mencapai tujuan bersama. Pemimpin yang handal menyadari bahwa mereka adalah anggota team dan jika mencapai keberhasilan berarti keberhasilan team. Ini berarti pemimpin harus menyadari bahwa walaupun teamnya mempunyai banyak perbedaan, tetapi mereka harus bersatu untuk mencapai tujuan team. Kedua: Menjalankan apa yang dikatakan. Pemimpin yang handal selalu menjalankan apa yang mereka katakan dan memberi contoh bagaimana menjalankannya. Dengan cara seperti ini pemimpin akan disegani dan dihormati oleh anggota teamnya. Bukan karena posisi mereka, tetapi karena tindakan yang mereka lakukan. Tidak lucu misalnya jika seorang pemimpin mewajibkan anak buahnya untuk tidak terlambat datang ke kantor tetapi hampir setiap hari ia terlambat datang ke kantor dengan berbagai alasan. Bagaimana mungkin pemimpin seperti ini akan dihormati dan disegani? Tidak penting apakah Anda disukai atau tidak, tetapi menjadi orang yang menjalankan apa yang dikatakan itu sangat penting. Ketiga: Dapat menjaga jarak antara teman dan atasan. Ini penting agar tidak ada anak buah yang menyalahgunakan kedekatannya dengan Anda selaku pemimpin. di kantor, aturan yang berlaku adalah hubungan kerja, hubungan lain-lain itu nanti bisa nomor dua atau tiga. Kesalahan menentukan jarak ini dapat mengakibatkan timbulkan kecemburuan di antara anggota team anda. Keempat: Tidak punya anak buah emas. Semua anak buah adalah sama. Kalau bersalah mendapatkan punishment. Kalau berhasil, mendapatkan reward. Tentu saja dengan mempertimbangkan kapasitas dan level pekerjaan. Banyak kasus

ketidakpuasan kerja terjadi karena perbedaan perlakuan yang diberikan pemimpin kepada anak buahnya. kalau si A bersalah tidak di apa apakan, tetapi kalau yang lain bersalah bisa di beri teguran keras atau bahkan Surat Peringatan. Dalam bahasa formil; jurus keempat ini, pemimpin harus menjunjung tinggi azas keadilan. Karena jika Anda terus melakukan hal ini maka lama kelamaan makin banyak orang yang tahu dan.. anda akan kehilangan kepercayaan dari anak buah Anda. Lama kelamaan bisa jadi akan semakin banyak anak buah Anda yang performanya menurun. Bukan karena mereka tidak bisa, tetapi karena mereka tidak mau. Ngapain juga kita bagus-bagus kerja, orang dia (si anak emas) aja kerja asal-asalan naik gajinya paling banyak tuh. Hati-hati, ini bisa menjadi sandungan yang paling besar bagi karir Anda di masa depan! Kelima: Mempunyai visi yang jelas. Mereka bisa melihat posisi perusahaan di tengah-tengah persaingan industri, bisa melihat pasar yang sedang tumbuh atau stagnan, dan bisa memprediksi posisi perusahaan di masa depan. Dan mereka juga bisa melihat di mana nanti mereka akan duduk di masa depan, berapa orang anak buahnya, siapa yang akan membantu mereka, dll. Jika Anda bisa melihat masa depan Anda di perusahaan, maka Anda akan lebih hatihati dalam melakukan tiga proses berikut: recruiting, managing & training. Keenam: Mereka tidak suka menunda masalah. Mereka mengambil keputusan. Semua permasalahan akan diselesaikan dengan tepat waktu tanpa bertele-tele. Pemimpin dengan kemampuan rata-rata senang sekali (tanpa sadar) menunda pengambilan keputusan dengan berbagai alasan. Bahkan, karena dibiarkan terlalu lama, akhirnya tidak ada keputusan yang diambil. Mengapa? karena berbagai hal, salah satunya karena takut (akibat) mengambil keputusan. Ketujuh: Promote risk-taking. Ini cocok jika team Anda adalah sales force. Sering kali -selalu- mereka mengeluh tentang target, target dan target. Karena itu, paksalah mereka untuk mencapai batas maksimum kemampuan mereka di dalam pekerjaan, tetapi dengan memberikan reward yang lebih. Karena jika kita lihat ke dalam, salah satu cost yang naik tiap tahun adalah membayar gaji mereka. Karena itu sebagai pemimpin yang baik kita dapat menggugah mereka untuk bekerja dengan lebih baik karena pada pada akhirnya, hasilnya akan mereka nikmati juga. Kedelapan: Dapat menjaga orang-orang terbaik tetap tinggal. Yaitu dengan menjaga proses rekruitmen dan pelatihan yang berkesinambungan sesuai kebutuhan perusahaan. Banyak survei menunjukkan bahwa orang pindah kerja bukan karena pekerjaan mereka dan bukan pula karena klien mereka, tetapi karena atasan mereka. Ingatlah bahwa kalau Anda hebat di lihat oleh orang lain, itu karena team Anda hebat. Karena Anda mempunyai orang-orang terbaik yang tetap tinggal. Kesembilan: Mempunyai paradigma bahwa perubahan itu menyehatkan. Perubahan membuat suasana kantor dinamis. Ada target target baru, pemahaman baru dan membuat orang orang tetap bergerak. Perubahan juga memotivasi orang untuk memaksa diri mereka melakukan / mencapai sesuatu yang mungkin dahulu belum pernah terpikirkan. Itulah sebabnya pemimpin yang handal tidak melakukan

sesuatu yang rutin setiap hari. Mereka tidak makan siang di tempat yang sama, mereka berpindah-pindah. Mereka mengobrol dengan orang yang berbeda-beda. Mereka selalu melihat perubahan dengan antusias. Kesepuluh: Membantu anak buah untuk dapat melihat yang terbaik dari diri mereka. Jika orang dapat melihat yang terbaik dari diri mereka, maka ia akan dapat memberikan yang terbaik pula. Seringkali anak buah kita tidak tahu apa yang terbaik dari diri mereka dan hanya bekerja dan bekerja. Ada pula anak buah yang kurang percaya diri. Believe it or not, ini juga termasuk tugas Anda selaku manajer handal untuk meningkatkan tingkat kepercayaan mereka kepada diri sendiri. O iya, jangan lupa untuk bekerja keras

MENGELOLA PERUBAHAN Permainan Mengelola Perubahan. Membuat sebuah bentuk yang benar sesuai dengan instruksi fasilitator. Pemimpin bekerja bersama-sama dengan orang yang dipimpinnya. Durasi : 15 20 menit Peralatan : tali yang cukup panjang sesuai dengan jumlah kelompok Jumlah peserta : > 25 orang Teknis: Fasilitator memberikan seutas tali yang cukup panjang untuk dipegang oleh semua angota kelompok tersebut kepada masing-masing kelompok. b. Fasilitator menerangkan aturan permainan : setiap anggota kelompok harus memegang seutas tali tersebut dan membentuk bentuk-bentuk geometri dasar, misa : lingkaran, segitiga, kotak, bujur sangkar, jajaran genjang, trapezium, bintang dan sebagainya. c. Setiap kelompok yang behasil membuat bentuk yang dimaksud akan memberikan nilai. Bentuk geometri tersebut dimulai dari yang paaling sederhana (lingkaran) hingga yang paling sulit (bintang). a. Nilai yang terkandung: a. Pemimpin yang baik mampu untuk : (i) Mengarahkan orang ke suatu tujuan (driving people) (ii) Memotivasi orang agar mau berbuat (motivating people) (iii) Mengubah orang (transforming people) Untuk bisa melakukan hal tersebut di atas, pemimpin harus bisa memberikan contoh kepada orangorang yang dipimpinnya, dengan demikian rasa hormat akan diperoleh secara tulus dari orang yang dipimpinnya, bukan karena jabatannya tersebut. b. Saya yakin anda pernah mendengar 2 aturan terkenal dalam dunia kerja : (i) BOS tidak pernah salah (ii) Jika BOS salah, lihat aturan no (i)

Anda juga pasti pernah mengalami di mana BOS memerintah dengan gaya bossy. Yang penting target harus masuk! Jika tidak masuk maka saya pecat kalian semua! Tetapi tidak pernah memberitahukan caranya, tidak pernah melihat ke lapangan, tidak pernah mendengar input dari bawahannya, tidak pernah memonitor laopran harian/kinerja bawahannya. Ada juga pola menara gading (Asal Bapak Senang). Bawahan menunjukkan hal-hal yang sepintas terlihat baik tetapi pada akhir bulan, target tetap tidak pernah tercapai. Seorang pemimpin yang tidak pernah mau bekerja bersama dengan orang-orang yang dipimpinnya, lambat laun akan menemui kendala seperti tersebut di atas. Dari simulasi di atas kita dapat belajar bahwa untuk memenangkan permainan ini dibutuhkan satu komando yang jelas dan sistem (cara) yang benar. Untuk itu diperlukan pemimpin yang bisa membumi

You might also like