You are on page 1of 20

ESSAY BLOK II

TOPIK : Keterkaitan antar Bidang Studi (B.S) Hukum dan HAM dengan B.S Hankam. NAMA JUDUL : ZULKARNAIN, Kelompok : E, No. Urut : 82 : Penegakan Supremasi Hukum Guna Memantapkan

Situasi dan Kondisi Kamtibmas Dalam Rangka Pemilu 2014.

A. Pendahuluan 1. Umum Secara konstitusional Negara Indonesia tegas dikatakan adalah negara hukum (Pasal 1 ayat 3 UUD 1945). Lebih lanjut dikatakan bahwa suatu negara dapat dikatakan sebagai negara hukum atau rule of law bilamana aturan hukum telah dijadikan sebagai aturan main (fair play) dalam peneyelenggaraan pemerintahan negara, terutama dalam memelihara ketertiban dan perlindungan terhadap hak-hak warganya. Secara teori hukum John Lock dalam bukunya Second Tratise of Government menguraikan minimal ada tiga unsur bagi suatu negara dikatakan negara berdasarkan hukum, yaitu : a. Adanya hukum yang mengatur bagaimana anggota masyarakat

dapat menikmati hak asasi dengan damai. b. Adanya suatu badan yang dapat menyelesaikan sengketa yang

timbul dibidang pemerintah atau antar pemerintah. c. Adanya badan yang tersedia atau diadakan untuk menyelesaikan sengketa yang timbul diantara sesama anggota masyarakat.1 Konsep ini menunjukkan bahwa bagi setiap negara yang menyatakan sebagai negara hukum haruslah mutlak sifatnya menghormati dan menjalankan supremasi hukum. Apa yang dimaksud dengan supremasi hukum. Dalam referensi dikatakan supremasi hukum adalah gabungan kata supremasi dan hukum yang berasal dari kata bahasa Inggris supremacy
1

______, http://hukum-on.blogspot.com/2012/06/pengertian-supremasi-hukum-dan.html, Pengertian Supremasi Hukum dan Penegakan Hukum, diunduh tanggal 27 Juli 2012.

dan law, sehingga menjadi supremacy of law. Supremacy dapat diartikan higest in degree or higest rank, artinya berada pada tingkatan atau peringkat tertinggi atau juga higest of authority atau kekuasaan tertinggi. Menurut Soetandyo Wignjosoebroto (2002), supremasi hukum merupakan upaya untuk menegakkan dan menempatkan hukum pada posisi tertinggi yang dapat melindungi seluruh lapisan masyarakat tanpa adanya intervensi oleh dan dari pihak manapun, termasuk oleh penyelenggara negara. Oleh Carles Hermawan kiat ini disebut memposisikan hukum menjadi komando atau panglima (2003) , dan kemudian ia menjadi lebih populer supremasi hukum sama dengan menjadikan hukum sebagai panglima. Rumusan sederhana dari supremasi hukum adalah pengakuan dan penghormatan tentang superioritas hukum sebagai aturan main (rule of game) dalam seluruh aktifitas kehidupan berbangsa, bernegara, berperintah dan bermasyarakat yang dilakukan dengan jujur (fair play) transparan dan akuntabel. Lebih lanjut perlu dikemukakan bahwa betapa pentingnya

penegakan supremasi hukum ini dalam kehidupan berbangsa, bernegara, bermasyarakat khususnya jika dikaitkan dengan upaya mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat dalam rangka Pemilu 2014. Hal ini dapat dilihat dari fungsi dan keberadaan hukum itu sendiri, yaitu (1) Law as a tool of social control, sebagai alat kontrol sosial. (2) Law as a tool social engineering, sebagai alat untuk merekayasa masyarakat. (3) Law as facilitation of social, sebagai fasilitas berinteraksinya berbagai interaksi sosial. (4) Law as a conflict social, sebagai jalan keluar atau penyelesaian konflik sosial. dan (5) Law as a recruitment of emantipation, sebagai cara untuk memahami berbagai perbedaan atau pihak-pihak lain.2 Dalam tulisan ini juga dikemukakan teori akutualisasi hukum yang dikemukakan oleh Lawrance M. Friedman yang menyatakan bahwa keberhasilan penegakan supremasi hukum mensyaratkan berfungsinya semua komponen sistem hukum. Sistem hukum menurut Friedman ini ada tiga, yaitu: (1) Struktur Hukum, merupakan kerangka, bagian yang tetap bertahan (statis), bagian yang memberikan semacam bentuk dan batasan
2

Taqwaddin, S.H., SE, MS. C.D., Materi Sosiologi Hukum S2, Unsiyah, Banda Aceh, 2007.

terhadap keseluruhan instansi penegak hukum atau aparat penegak hukum. (2) Substansi hukum, merupakan aturan-aturan atau norma-norma dan pola perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem, termasuk produk yang dihasilkan oleh orang-orang yang ada dalam sitem hukum itu mencakup keputusan yang mereka lakukan atau aturan baru yang mereka susun. Jadi disini juga merupakan materi atau isi dari peraturan perundangundangan tersebut. (3) Budaya hukum, merupakan gagasan, sikap, keyakinan, harapan dan pendapat tentang hukum, jadi disini melihat bagaimana budaya hukum masyarakat apakah patuh atau tidak patuh terhadap hukum. Di Indonesia struktur hukum ini adalah (1) Kehakiman, yang diatur berdasarkan kepada UU Nomor 4 tahun 2004 tentang Pokokpokok Kekuasaan Kehakiman. (2) Kejaksaan, yang diatur berdasarkan UU Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan. (3) Kepolisian, yang diatur berdasarkan UU Nomor 2 tahun 2002 tentang Polri dan (4) Advokat, yang diatur dalam UU Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat. Secara khusus dalam penyelenggaraan Pemilu tentu saja adalah Bawaslu karena diberikan kewenangan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan khususnya pelanggaran administratif dengan mengkedepankan

musyawarah dan mufakat. Dari beberapa pandangan di atas maka pokok permasalahan dalam essay blok II ini adalah : Bagaimana penegakan supremasi hukum guna memantapkan situasi dan kondisi kamtibmas dalam rangka

kesuksesan Pemilu 2014 ?. 2. Maksud dan tujuan Maksud penulisan essay blok ini adalah untuk mengkaji dan memberikan gambaran tentang penegakan supremasi hukum (sebagai materi bidang studi Hukum dan HAM) guna memantapkan situasi dan kondisi kamtibmas dalam rangka Pemilu 2014 (sebagai materi bidang studi Hankam). Adapun tujuannya adalah sebagai sumbang saran kepada pemerintah khususnya Polri dan Badan Pengawas Pemilu 2014 maupun Komisi Pemilihah Umum (KPU) dalam rangka mewujudkan Pemilu 2014 yang akan datang benar-benar sesuai asas penyelenggarann Pemilu yaitu mandiri, jujur, adil, kepastian hukum, tertib, kepentingan umum,

keterbukaan, proporsionlitas, profesionalitras, akuntabilitas, efisien dan sefektif. 3. Ruang lingkup dan tata urut Ruang lingkup essay blok ini dibatasi pada penegakan supremasi hukum khususnya undang-undang Penyelenggaraan Pemilu (UU No. 15 Tahun 2011), undang-undang Pemilu anggota DPR, DPD, DPRD (UU No. 8 Tahun 2012) dan undang-undang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (UU No. 42 Tahun 2008) guna menciptakan situasi dan kondisi kamtibmas yang kondusif dalam rangka Pemilu 2014 dengan tata urut penulisan sebagai berikut : a. Pendahuluan, berisikan tentang gambaran umum sebagai latar belakang judul, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan tata urut, serta beberapa pengertian. b. Pembahasan; menguraikan beberapa fakta yang didukung oleh data aktual penegakan hukum khususnya dalam penyelenggaraan Pemilu yang dikaitkan dengan teori, serta gagasan-gagasan penulis tentang bagaimana penegakan hukum khususnya UU Pemilu oleh para aparat penegak hukum dalam hal ini Bawaslu, Polri, Kejaksaan dan Mahkamah Agung untuk mewujudkan Pemilu 2014 yang aman dan sukses. c. Penutup; berisikan inti pemikiran penulis dari pembahasan sebagai jawaban atas judul yang ditentukan dan saran sebagaimana yang dimintakan dalam TOR Esay Blok II. 4. Pengertian a. Pemilihan Umum, selanjutnya disingkat Pemilu, adalah sarana

pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3 b. Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, adalah


3

Lembaran Negara R.I Tahun 2012 Nomor 117, UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, Pasal 1 ayat (1).

Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.4 c. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, adalah Pemilu untuk

memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.5
d.

Penyelenggara Pemilu, adalah lembaga yang penyelenggarakan

Pemilu yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat, serta untuk memilih gubernur, bupati, dan walikota secara demokratis.6 e. Tindak pidana Pemilu, adalah tindak pidana pelanggaran dan/

atau kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana Pemilu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD. 7 f. Keamanan dan ketertiban masyarakat, adalah suatu kondisi

dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala

4 5

Ibid, Pasal 1 ayat (2). Lembaran Negara R.I Tahun 2011 Nomor 101, UU No. 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilu, Pasal 1 ayat (3). 6 Ibid, Pasal 1 ayat (5). 7 Lembaran Negara R.I Tahun 2012 Nomor 117, UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, Pasal 260.

bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.8 B. Pembahasan 1. Gambaran Penegakan Supremasi Hukum Secara Umum dan

Penyelenggaraan Pemilu. Bagaimana kondisi penegakan supremasi hukum secara umum saat ini. Berdasarkan literatur angka kuantitas yang mencerminkan penegakan hukum dapat dilihat dari data-data di aparat penegak hukum seperti di lingkungan Polri, misalnya bagaimana seberapa besar jumlah hasil penelitian kejahatan dan

penyelesaiannya,

tingkat

kepercayaan

masyarakat kepada Polri sebagai salah satu aparat penegak hukum dan lain-lain. Akan tetapi secara kualitas, dapat dilihat dari penuturan beberapa pakar maupun pejabat dibidang hukum sendiri, misalnya : a. Wahyudin H. Hufron, mengatakan bahwa penegakan

supremasi hukum di Indonesia ini semua sudah mahfum dan bukan rahasia umum lagi bahwa kondisinya merupakan barang yang langka dan mahal harganya, artinya penegakan supremasi hukum masih payah dan bahkan terindikasi pada titik nadir (2008). b. Harkristuti Harkrisnowo, mengatakan bahwa kondisi

penegakan hukum di Indonesia saat ini ditenggarai mendekati titik nadir, telah menjadi sorotan yang luar biasa dari komunitas dalam negeri maupun dunia internasional. Proses penegakan supremasi hukum acapkali dipandang bersifat diskriminatif, inkonstitusional dan mengkedepankan kepentingan kelompok tertentu (2008). c. Hikmahanto (2006) mengatakan terdapat sekurang-

kurangnya ada lima hal mengapa hukum di Indonesia sulit ditegakkan, dengan kata lain penegekan supremasi hukum di Indonesia sukar ditegakkan dikarenakan : 1) Aparat penegak hukum terbawa sangkaan dan

dakwaan korupsi atau suap.

Lembaran Negara R.I Tahun 2002 Nomor 2, Tentang UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri, Jakarta, 2002, Pasal 1 ayat (5).

2) 3)

Mafia peradilan masih marak dituduhkan. Hukum seolah dapat dimainkan, dipelintir bahkan

berpihak kepada mereka yang memiliki status sosial tertentu. 4) Penegakan hukum lemah dan telah kehilangan

kepercayaan dari masyarakat. 5) Masyarakat apatis, mencemooh dan melakukan

proses peradilan jalanan.


Tabel : 1 DATA KRIMINALITAS PER 4 JENIS KEJAHATAN TAHUN 2005-2009
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 JUMLAH JENIS KEJAHATAN I. CURAT CURAS CURANMOR ANIRAT PERJUDIAN PENIPUAN PENGGELAPAN PERUSAKAN PERAS & ANCAM PEMBUNUHAN KEBAKARAN / PEMBAKARAN PERKOSAAN PALSU SURAT PENCULIKAN UANG PALSU LAIN-LAIN 2005 JTP PTP KEJAHATAN KONVENSIONAL 34.270 15.180 7.671 2.714 45.316 2.637 13.368 8.089 11.329 11.141 19.051 8.314 13.326 5.920 4.522 2.099 3.749 1.843 1.102 859 3.085 1.031 2006 JTP 43.135 9.951 30.615 17.808 10.258 20.207 16.524 5.272 4.816 1.299 3.107 PTP 20.678 4.091 3.642 10.750 10.274 6.446 7.770 2.591 2.266 1.080 2.451 JTP 45.089 10.140 32.042 18.799 10.911 19.686 17.281 5.499 4.438 1.236 2.508 2007 PTP 23.929 4.110 4.467 11.965 10.091 7.824 7.918 2.682 2.741 948 1.552 JTP 48.130 7.473 19.304 14.250 9.770 19.787 13.893 5.448 4.099 1.081 2.505 1.976 1.902 514 272 150.404 50,25 12.826 0 0 230 0 0 8 84 13.148 94,67 371 2.387 116 140 17 3 689 16 3.739 78,63 188 1.856 106 138 9 3 630 10 2.940 12.213 0 0 167 0 0 6 61 12.447 2008 PTP 21.796 3.706 4.092 9.967 8.834 8.792 7.651 2.650 2.587 769 1.622 1.878 874 144 221 75.583 JTP 48.347 11.141 39.673 16.893 12.825 27.276 17.847 6.224 5.537 1.228 2.683 2009 PTP 23.067 4.529 5.510 11.572 13.347 11.728 9.395 3.134 3.176 945 1.738

% PROSENTASE PTP II. 1 NARKOBA MONEY 2 LAUNDRING 3 TERORIS PERDAG BAYI/ 4 WANITA 5 CYBER CRIME 6 LUNDUP SENPI TRANS EKONOMI 7 CRIME 8 PEROMPAKAN JUMLAH % PROSENTASE PTP III. 1 KORUPSI 2 ILEGAL LOGGING 3 ILEGAL FISHING 4 ILEGAL MINING LINGKUNGAN 5 HIDUP 6 FISKAL 7 BBM 8 PENYELUNDUPAN JUMLAH % PROSENTASE PTP IV. 1 KERUSUHAN MASA 2 KONFLIK ETNIS 3 SEPARATISME JUMLAH % PROSENTASE PTP TOTAL JTP-PTP 4 JENIS KEJAHATAN % PROSENTASE PTP

1.754 1.227 2.099 1.419 1.603 798 1.985 729 256 125 412 208 186 154 360 310 160.588 62.131 167.848 74.705 38,69 44,51 KEJAHATAN TRANS NASIONAL 3.379 3.445 9.254 8.647 7 24 8 0 16 11 0 1 0 14 4 9 55 0 4 1 6 32 6 2 0 8 8.702

2.224 1.443 2.003 953 275 142 273 244 172.404 81.009 46,99 16.822 0 0 349 0 0 17.104 0 0 268 0 0

2.115 1.483 2.629 1.425 268 157 367 310 119.501 72.480 314.554 163.996 52,14 25.137 13 11 445 8 21 37 13 25.685 91,95 436 2.934 102 227 33 1 552 33 4.318 85,50 23.204 13 4 334 3 18 35 6 23.617

2 0 0 5 0 5 3.441 3.471 9.331 100,87 93,26 KEJAHATAN THDP KEKAYAAN NEGARA 160 92 322 2.706 2.117 3.711 51 19 57 38 26 45 30 17 24 14 10 21 206 153 109 41 3.152 2.390 4.427 75,82 64,11 KEJAHATAN IMPLIKASI KONTIJENSI 147 0 0 147 64,63 167.328 40,69 95 0 0 95 273 0 0 273 25,27

0 0 118 64 17.289 17.436 100,85 228 3.382 157 247 109 81 168 26 4.398 81,74 159 2.827 101 221 84 45 134 24 3.595

107 2.407 38 32 32 16 158 48 2.838

175 2.570 90 232 31 1 573 20 3.692

69 0 0 69

1.471 10 5 1.486 31,22

449 10 5 464 100,00

9 0 0 9

9 0 0 9

9 0 0 9 100,00

9 0 0 9

68.087

181.879 86.314 47,46

194.091 102.040 52,57

167.291 54,38

90.970

344.566 191.314 55,52

Sumber : Bareskrim Polri.

Data di atas setidaknya menunjukkan berapa besar kejadian tindak pidana serta penyelesaiannya yang dari waktu kewaktu semakin

meningkat. seperti misalnya tahun 2008 jumlah kejadian 167.291 kasus dan kemudian tahun beriktunya menjadi 344.566 kasus. Persentase

Penyelesaian terjadi peningkatan, misalnya tahun 2008 sebesar 54,38% 7

dan kemudian tahun berikutnya menjadi 55,52%. Ini setidaknya telah menunjukkan bagaimana hukum ditegakan di negara ini, walaupun tentu saja masih banyak persoalan-persoalan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum, sehingga masih banyak persoalan-persoalan dengan aparat penegak hukum atau secara struktur. Secara khusus masalah penyelenggaraan Pemilu atau tindak pidana Pemilu dapat dilihat data pada Pemilu tahun 2009 yang lalu melalui pemberitaan media massa. Misalnya media online VivaNews memberitakan bahwa Bawaslu menutup laporan pelanggran Pemilu legislatif 2009 sebanyak 758 kasus, dengan perincian 496 kasus administrasi, 96 kasus pelanggaran pidana dan 166 kasus lain-lain. pelanggaran administrasi antara lain surat suara terbuka, pemilih mencontreng meski tidak terdaftar dalam daftar pemilih tetap (DPT), Panitia Pemungutan Suara tidak mengumumkan dan menempelkan DPT atau segel kertas suara sudah terbuka sebelum sampai tempat pemungutan suara. Sedangkan perbuatan pidana Pemilu antara lain sengaja menggunakan kekerasan kepada pemilih untuk mencontreng partai atau calon anggota legislatif tertentu dan politik uang. Pemberitaan lain tentang penegakan hukum Pemilu ini misalnya adalah pemberitaan di Kompas.com yang isinya Bawaslu : Polri Tolak Laporan Pelanggaran Pemilu, yang beritanya antara lain Polri menolak laporan pelanggaran Pemilu oleh KPU yang diajukan Bawaslu karena kurang bukti. Berdasarkan data di atas menjadikan hukum sebagai panglima atau penegakan supremasi hukum adalah sebagai suatu keharusan dalam upaya menciptakan situasi dan kondisi kamtibmas dalam rangka Pemilu 2014. Jika hukum dapat ditegakkan maka hukum dapat menjadi alat kontrol sosial dan menjadi jalan keluar dalam penyelesaian berbagai konflik, lebihlebih dalam Pemilu yang syarta dan memiliki potensi terjadinya konflik karena memang adanya perbedaan dalam memperebutkan atau berkompetisi memperebutkan kursi kekuasaan. Disini hukum sangatlah dibutuhkan, sesuai dengan fungsi dari pada hukum itu sendiri sebagai alat untuk memahami berbagai perbedaan atau memahami pihak-pihak lain. 2. Rumusan Pelanggaran dan Kejahatan atau Tindak Pidana Pemilu. 8

Seperti disinggung di atas Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD tahun 2014 yang akan datang sudah ada peraturan perundang-undangan yang baru yaitu UU No. 8 Tahun 2012 yang disahkan oleh Presiden R.I pada tanggal 11 Mei 2012 dan dimasukkan dalam Lembaran Negara R.I Tahun 2012 Nomor 117. UU ini terdiri dari 328 pasal dan 25 bab. Untuk ketentuan pidana dalam UU ini diatur dalam Bab 22 yang dimulai dari pasal 273-321 atau sebanyak 49 pasal dan dibagi dalam dua bagian, yaitu pelanggaran (pasal 273-291) dan kejahatan (pasal 292-321). Sedangkan untuk pelanggaran administrasi Pemilu diatur dalam pasal 253 yaitu pelanggaran yang meliputi tata cara, prosedur dan mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu di luar tindak pidana Pemilu dengan pelanggaran kode etik. Penyelesaiannya adalah Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten dan Kota untuk membuat rekomendasi atas hasil kajian dan kemudian KPU, KPU Provinsi, Kabupaten dan Kota wajib menindak lanjuti rekomendasi tersebut. Kemudian KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/ Kota menyelesaikan pelanggaran administrasi Pemilu berdasarkan

rekomendasi Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Panwaslu Kabupaten/ Kota tersebut sesuai dengan tingkatannya. Masing-masing KPU harus sudah memeriksa dan memutus pelanggaran administrasi dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah menerima rekomendasi dari Bawaslu, Bawaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/ Kota tersebut. Sedangkan jika terjadi sengketa Pemilu (Sengketa Pemilu adalah sengketa yang terjadi antar peserta Pemilu dan sengketa Peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu sebagai akibat dikeluarkannya keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/ Kota), Bawaslu memeriksa dan memutus sengketa Pemilu paling lama 12 (dua belas) hari sejak diterimanya penyelesaian laporan atau temuan. Keputusan Bawaslu mengenai dan

sengketa

Pemilu

merupakan

keputusan

terakhir

mengikat, kecuali keputusan terhadap sengketa Pemilu yang berkaitan dengan verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu dan daftar calon tetap anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/ kota. Dalam hal sengketa Pemilu yang berkaitan dengan verifikasi Partai Politik Peserta

Pemilu dan daftar calon tetap anggota DPR, DPD dan DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/ kota sebagaimana dimaksud tidak dapat diselesaikan, para pihak yang merasa kepentingannya dirugikan oleh keputusan KPU dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan tinggi tata usaha negara (PTUN). Lebih lanjut untuk menyelesaikan berbagai persoalan khususnya yang berkaitan dengan pelanggaran ini dibentuk forum yang disebut dengan Sentra Pengakan Hukum Terpadu (sesuai pasal 267 UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu DPR, DPD dan DPRD). Sentra Gakkumdu ini sebagai wadah menyamakan pemahaman dan pola penanganan tindak pidana Pemilu dari para aparat penegak hukumnya yaitu Bawaslu, Polri dan Kejagung. Pembentukan Sentra Gakkumdu ini sebagaimana diamanatkan dalam UU diatur berdasarkan kesepakatan bersama antara Kapolri, Kejagung dan Ketua Bawaslu. Dalam prakteknya diharapkan apabila ada laporan atau pengaduan tentang tindak pidana Pemilu sudah secara dini didiskusikan diantara Penyidik Polri, Jaksa PU dan Bawaslu apakah suatu peristiwa tersebut benar sebagai tindak pidana Pemilu atau memenuhi unsur dan dapat diajukan ke peradilan. Jika bukan tindak peidana Pemilu sejak dini pula Bawaslu menyelesaikannya sesuai ranah Bawaslu. Hal ini untuk menghindari bolak baliknya berkas perkara atau setelah diproses ternyata dikatakan bukan merupakan tindak pidana Pemilu. 3. Tata Cara Penyelesaian Pelanggaran dan Kejahatan/ Pidana

Pemilu. Tindak pidana Pemilu adalah tindak pidana pelanggaran dan/ atau kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana Pemilu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pemilu. Dalam UU No. 8 Tahun 2012 ini diatur secara khusus dalam penyelesaian atau hukum beracaranya tindak pidana Pemilu. Pelaksanaannya sangat dibatasi dengan waktu sebagai sebab karena Pemilu itu sendiri terbatas karena waktu. Secara umum dapat diuraikan sebagai berikut : a. Penyidik Polri menerima laporan tentang telah terjadinya tindak

pidana Pemilu yang biasanya diterima dari Bawaslu sebagai sebuah

10

hasil kajian dan koordinasi sebelumnya dalam sentra Penegakan Hukum Terpadu. b. Dalam waktu 14 hari sejak diterimanya laporan harus sudah

menyampaikan hasil penyidikan disertai berkas perkara ke Jaksa Penuntu Umum (JPU). c. Dalam hal penyidikan belum lengkap, dalam waktu paling lama 3

hari JPU mengembalikan berkas perkara ke Penyidik Polri disertai petunjuk. d. Penyidik Polri dalam waktu paling lama 3 hari sudah bisa

melengkapi dan mengembalikan kembali berkas perkara ke JPU. e. JPU paling lama dalam waktu 5 hari sudah melimpahkan berkas

perkara ke Pengadilan Negeri (PN). f. Sidang pemeriksaan perkara pidana Pemilu dilakukan oleh

majelis pengadilan secara khusus. g. Paling lama 7 hari, Majelis sudah harus memutus perkara

dimaksud. h. Jika ada proses banding maka paling lama 3 hari setelah diputus

oleh PN, permohonan banding harus sudah diterima oleh Pengadilan Tinggi (PT). i. PT paling lama selama 7 hari sudah harus memutus perkara

banding tersebut. j. Putusan PT merupakan putusan terakhir dan mengikat serta tidak

dapat dilakukan upaya hukum lainnya. Dari uraian singkat beracaranya tindak pidana Pemilu di atas, diharapakan segala proses tindak pidana Pemilu sudah selesai sebelum hasil Pemilu itu sendiri diumumkan atau setidaknya sebelum para calon anggota DPR, DPD dan DPRD dilakukan pelantikan. Artinya setelah para anggota DPR, DPD dan DPRD dilantik tidak ada permasalahan hukum lagi yang berkaitan dengan proses Pemilu itu sendiri. Dari aspek ini maka akan diperoleh kepastian hukum yang lebih cepat dan diharapkan juga mengandung substansi keadilan dan kemamfaatan bagi masyarakat dan para pihak. 4. Jadual Pemilu 2014.

11

Dari UU No. 8 Tahun 2012 ini KPU telah mengeluarkan Peraturan KPU Nomor 7 Tahun 2012 dan telah dirubah dengan Peraturan KPU No. 11 Tahun 2012 Tentang Tahapan, Program dan Jadual Penyelenggaraan Pemilu 2014. Secara garis besar jadual tersebut dapat dilihat sebagai berikut : NO
1

KEGIATAN POKOK
Penataan organisasi penyelenggara seperti penyusunan tata kerja KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten dan Kota Pendaftaran pemantau dan pemantauan Pembentukan badan penyelenggara (PPK, PPS, PPLN, Ka PPS/ PPLN, pembentukan Pantarlih Seleksi anggota KPU Provinsi, Kabupaten dan Kota Sosialisasi, publikasi dan pendidikan pemilih : a. Penyusunan pedoman sosialisasi, publikasi dan pendidikan pemilih b. Pelaksanaan sosialisasi, publikasi dan pendidikan pemilih Distribusi logistik, perlengkapan pemungutan suara : a. KPU Provinsi b. KPU Kabupaten/ Kota c. PPK d. PPS e. Ka PPS Penyusunan Peraturan KPU Pendaftaran dan verifikasi peserta Pemilu : a. Pendaptaran Parpol dan penyerahan persyaratan. b. Verifikasi administrasi c. Pemberitahuan hasil verifikasi Penetapan Parpol Peserta Pemilu Pengumuman Parpol Peserta Pemilu Pengundian dan penetapan nomor urut Parpol Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih : a. Penyerahan data kependudukan b. Penumuman DPT

WAKTU
9 Juni s/d 9 Agustus 2012

KET

2 3 4 5

Agustus 2012 s/d Maret 2014 November 2012 s/d Februari 2013 Januari s/d Desember 2013 9 Juni s/d 31 Oktober 2013 Juni 2012 s/d Juni 2014

7 8

1 Februari - 31 Maret 2014 1 Februari - 31 Maret 2014 1 Maret 5 April 2014 5 8 April 2014 8 April 2014 9 Juni 2012 9 Juni 2013 10 Agustus 2012 7 September 2013 11 Agustus 6 Oktober 2012 7 - 8 Oktober 2012 29 Desember 2012 8 Januari 2013 9 -11 Januari 2013 12 14 Januari 2013 9 November 9 Desember 2012 21 September 2013 9 April 2014 10 Desember 2012 15 Januari 2013 1 - 9 Maret 2013

9 10 11 12

13

14

Penataan dan penetapan Daerah Pemilihan (Dapil) : a. Penetapan jumlah kursi DPRD Provinsi, Kabupaten/ Kota berdasarkan data penduduk b. Penetapan Dapil DPRD Provinsi, Kabupaten/ Kota Pendaftaran calon anggota DPR, DPD dan DPRD Provinsi, Kabupaten/ Kota : a. Pendaftaran Pencalonan b. Verifikasi kelengkapan administrasi calon DPD c. Penyusunan DCT anggota DPD d. Verifikasi kelengkapan admistrasi calon dan bakal calon DPR, DPRD Provonsi, Kabupaten/ Kota

9 15 April 2013 16 22 April 2013 27 Juli 2013 16 29 April 2013

12

15

16 17 18 19 20

21

22

Kampanye a. Pelaksanaan kampanye melalui pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, penyebaran bahan kampanye kepada umum, dan pemasangan alat peraga. b. Pelaksanaan kampanye melalui rapat umum dan iklan media massa cetak dan elektronik Masa tenang Pemungutan dan penghitungan suara Penetapan hasil Pemilu Penetapan Parpol memenuhi ambang batas Penetapan perolehan kursi dan calon terpilih : a. Tingkat nasional b. Provinsi c. Kabupaten/ Kota Peresmian keanggotaan : a. DPRD Kabupaten/ Kota b. DPRD Provinsi c. DPR dan DPD Pengambilan sumpah/ janji DPR dan DPD

11 Januari 2013 5 April 2014 16 Maret 5 April 2014 6 8 April 2014 9 April 2014 7 9 Mei 2014 7 9 Mei 2014 11 17 Mei 2014 12 18 Mei 2014 12 18 Mei 2014 Juni Juli 2014 Jani Juli 2014 Agustus September 2014 1 Oktober 2014

Jadual tahapan Pemilu 2014 ini juga merupakan dasar hukum yang harus dilaksanakan dan ditegakkan sebagai upaya untuk terselenggaranya Pemilu 2014 dengan sukses. Artinya proses sosialisasi oleh para penyelenggara dan semua pemangku kepentingan dalam sukses Pemilu ini amatlah penting, baik sosialisasi kepada para petugas, peserta (partai politik dan calon anggota legislatif) maupun masyarakat luas yang memiliki hak pilih dalam Pemilu nanti. 5. Kebijakan, Strategi dan Upaya. a. Dari uraian di atas tentang kondisi penegakan supremasi hukum maupun peraturan perundang-undangan Pemilu dikaitkan dengan upaya mewujudkan situasi dan kondisi kamtibmas yang mantap, sehingga Pemilu 2014 menjadi sukses dan aman, maka kebijakan yang diambil adalah : Melalui Supremasi Hukum Mewujudkan Pemilu yang Berkualitas Untuk Menghasilkan Para Pemimpin Yang Rahmatan Lil Alamin. b. Adapu strategi yang diambil adalah bersumber dari pokok-pokok

persoalan yang diuraikan di atas yaitu masalaha struktur hukum atau aparat penegak hukumnya, substansi atau isi dari berbagai peraturan perundang-undangan serta budaya hukum masyarakat. sehingga strategi yang diambil adalah :

13

1)

Meningkatkan kapasitas SDM para aparat penegak hukum,

khususnya dibidang penegakan pelanggaran atau pidana Pemilu 2014. 2) Mensinergikan materi peraturan perundang-undangan

dibidang Pemilu baik UU, Peraturan KPU, Bawaslu, Kejagung dan MA dalam operasionalisasi Pemilu 2014. 3) Meningkatkan kesadaran politik masyarakat untuk patuh

dan respek terhadap peraturan perundang-undangan. c. Upaya. Dari strategi yang telah ditentukan di atas maka upaya-

upaya yang dapat dilakikan adalah : 1) aparat Upaya Starategi 1; Meningkatkan kapasitas SDM para penegak hukum, khususnya dibidang penegakan

pelanggaran atau pidana Pemilu 2014. a) KPU, Bawaslu, Polri dan Kejagung membentuk

sentra penegakan hukum terpadu (Sentra Gakkumdu) untuk paling lambat satu tahun sebelum proses

pencontrengan, yaitu tanggal 9 April 2013. b) Bawaslu sebagai leading sektor ataupun Polri

melakukan pelatihan bersama kepada para awak Sentra Gakkumdu untuk meningkatkan pemahaman dan

kebersamaan dalam operasionalisasi penegakan hukum tindak pidana Pemilu di lapangan. c) Sejak awal Sentra Gakkumdu atau setidaknya Polri

melibatkan para kader Parpol peserta Pemilu untuk ikut menegakan hukum UU Pemilu dan menciptakan rasa aman di tengah-tengah masyarakat dengan cara mencatat secara jelas para pengurus Parpol peserta Pemilu maupun petugas pengaman atau garda mereka pada setiap level kepengurusan seperti tingkat Desa, Kecamatan,

Kabupaten/ Kota, Provinsi dan Nasional. d) Sentra Gakkumdu atau setidaknya Polri melakukan dengan 14 semua pemangku kepentingan

koordinasi

khususnya para pengurus parpol peserta Pemilu maupun para calon anggota DPD dan legislatif untuk melakukan MoU (Kesepahaman) dan ikrar bersama mengamankan dan mensukseskan seluruh tahapan Pemilu 2014. 2) Upaya Strategi 2; Mensinergikan materi peraturan

perundang-undangan dibidang Pemilu baik UU, Peraturan KPU, Bawaslu, Kejagung dan MA dalam operasionalisasi Pemilu 2014. a) Kementerian Hukum dan HAM dan atau DPR dan

atau KPU segera mensinergikan peraturan perundangundangan khususnya UU No. 42 Tahun 2008 Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dengan UU No. 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilu. b) Sekretariat atau bidang hukum di KPU, Bawaslu,

Polri, Kejagung dan MA untuk mensinergikan berbagai peraturan yang akan dikeluarkan dalam pengaturan

operasionalisasi suatu kegiatan tahapan Pemilu, misalnya masalah pelaksanaan kampanye tertutup atau terbuka, proses penaganan tindak pidana Pemilu, distribusi logistik Pemilu dan lain-lain, sehingga ada kesamaan tindakan yang sinergi untuk mewujudkan keefektifan dan efisiensi. c) Bawaslu, Polri, Kejagung dan MA perlu membuat

kesepahaman antar pihak dalam penegakan hukum tindak pidana Pemilu, dikarenakan adanya batasan waktu,

misalnya proses penyidikan hanya 14 hari, proses bolakbalik berkas perkara antara Penyidik Polri dan Jaksa PU hanya 3 hari dan lain-lain. Kesepahaman ini perlu karena memang ada perbedaan hukum beracara pada umumnya. 3) Upaya Strategi untuk 3; Meningkatkan dan respek kesadaran terhadap politik

masyarakat

patuh

peraturan

perundang-undangan. a) KPU, Bawaslu dengan dibantu oleh Kementerian

dan Lembaga lain seperti Kemdagri, Kemlu, Hukum dan 15

HAM, Polri, Kejagung, MA melakukan sosialisasi secara sistemik tentang materi pokok peraturan peundang-

undangan Pemilu. Kegiatan sosialisasi dilakukan melalui media yang ada seperti seminar, rapat koordinasi dinas, serasehan dan lain-lain. b) Kementerian Kominfo secara sistematik membantu

sosialisasi peraturan perundang-undangan dibidang Pemilu ini melalui media yang ada seperti media cetak, elektronik, online dan lain-lain. Secara khusus membuat kontent publikasi khusus masalah-masalah Pemilu seperti cerita pendek, drama, cerita bersambung, komedi dan lain-lain yang bisa membantu penumbuhan budaya masyarakat untuk patuh terhadap hukum. Produk-produk sosialisasi tersebut disamping dipublikasikan pada media elektronik yang ada juga dipublikasikan pada media jejaring sosial seperti facebook, twitter, yuotobe ataupun blog-blog yang ada. c) KPU, Bawaslu atau Polri sebagai lembaga-lembaga

yang independent dan dapat dibantu oleh Pemerintah Daerah untuk memberikan sistem reward kepada

perorangan ataupun kelompok kepengurusan yang selama dalam proses Pemilu lebih patuh dan respek terhadap peraturan peundang-undangan maupun nilai-nilai sosial yang berlaku, seperti pada setiap kampanye tidak

melakukan pelanggaran dan lain-lain. d) KPU, Bawaslu dan dibantu oleh seluruh Parpol

peserta Pemilu maupun calon anggota DPR, DPD dan DPRD untuk melakukan sosialisasi seluruh rangkaian tahapan, proses dan jadual Pemilu sebagai upaya untuk meningkatkan partisipasi publik terhadap proses Pemilu. C. Penutup 1. Kesimpulan

16

a.

Supremasi

hukum

bagi

negara

hukum

seperti

Indonesia

sesungguhnya sesuatu yang mutlak untuk dijalankan dengan menempatkan hukum sebagai panglima atau rule of game. Hukum jika dijadikan panglima maka ia akan memberikan kontribusi keadilan, kepastian hukum dan kemamfaatan sebagaimana filosofi keberadaan hukum itu sendiri di tengah-tengah masyarakat yang membuat hukum. Jika ada sebuah kepastian, rasa keadilan dan kemamfaatan maka akan terwujud situasi dan kondisi keamanan dan ketertiban

masyarakat yang kondusif dalam arti segala sesuatu tertata dengan baik sesuai kesepakatan bersama sebagaimana yang diaktualisasikan oleh hukum itu sendiri. Tentu akan berbeda jika hukum hanya sekedar menjadi sub-ordanary misalnya dari sistem politik, maka hukum akan dijadikan semacam tempat membuang sampah, artinya hanya tempat membuang berbagai kesalahan karena memang hukum tidak berdaya atau tidak diberdayakan. b. Apabila situasi dan kondisi kamtibmas terwujud dengan baik

sebagai out put dari supremasi hukum itu sendiri, maka berbagai kegiatan pembangunan dalam rangka mensejahterakan masyarakat akan berjalan dengan baik, termasuk pembangunan di bidang politik seperti Pemilu 2014 yang akan datang. Khusus untuk tahun 2014 yang akan datang akan dilaksanakan Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD dan kemudian akan ditindak lanjuti dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang memang akan berakhir pada tanggal 20 Oktober 2014. Peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan Pemilu 2014 nanti setidaknya adalah UU No. 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilu, UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD serta UU No. 42 Tahun 2008 Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Khusus untuk UU Pemilu Presiden dan Wakil Presiden membutuhkan amandemen atau perubahan karena landasan yang dipakai adalah UU No. 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilu. Apabila ketiga UU ini dapat ditegakkan dengan baik oleh para pemangku kepentingan dalam hal ini KPU, Bawaslu, Parpol peserta Pemilu, Polri, Kejagung , MA dan juga para advokat, maka akan mewujudkan Pemilu 2014 yang aman 17

dan sukses sebagaimana asas-asas Pemilu itu sendiri yaitu mandiri, jujur, adil, kepastian hukum, tertib, kepentingan umum, keterbukaan, proforsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efektif dan efisien atau yang sering juga disebut luber jurdil (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil). c. Sebagai sebuah amanah yang diberikan kepada penyelenggara

Pemilu yaitu KPU sudah mengeluarkan Peraturan KPU Nomor 7 Tahun 2012 dan telah dirubah dengan Peraturan KPU Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Tahapan, Proses dan Jadual Penyelenggaraan Pemilu 2014. Secara garis besar dan penting diketahui oleh publik jadual Pemilu 2014 antara lain adalah : NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

KEGIATAN
Pendaftaran dan verifikasi Parpol peserta Pemilu Penetapan Parpol Peserta Pemilu Pengumuman Parpol Peserta Pemilu Pengundian dan Penetapan Nomor Urut Parpol Peserta Pemilu Pendaftaran Calon Anggota DPR, DPD dan DPRD Provinsi, Kabupaten/ Kota Pengumuman Daftar Calon Tetap Anggota DPD Pengumuman Daftar Calon Tetap Anggota DPR, DPRD Kampanye Pertemuan Terbatas, Tatap Muka dan Pasang Alat Peraga Kampanye Rapat Umum Masa Tenang Pemungutan Suara Pengucapan Sumpah/ Janji Anggota DPR, DPD

WAKTU
9 Agustus s/d 20 Desember 2012 29 Desember 2012 s/d 8 Januari 2013 9 s/d 11 Januari 2013 12 s/d 14 Januari 2013 6 s/d 15 April 2013 27 Juli 2013 4 Agustus 2013 11 Januari 2013 s/d 5 April 2014 16 Maret s/d 5 April 2014 6 s/d 8 April 2014 9 April 2014 1 Oktober 2014

2.

Saran a. Pemerintah khususnya KPU yang sudah terbentuk perlu

melakukan sosialisasi berbagai peraturan perundang-undangan yang menyangkut Pemilu khususnya UU No. 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilu, UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD serta UU Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Sosialisasi ini baik melalui media masssa yang ada maupun pertemuan-pertemuan dan

18

pelatihan. Sosialisasi ini lebih khusus lagi diperlukan kepada para penyelenggara yang terlibat seperti Polri, Kejagung dan MA. b. Perlu segera dilakukan revisi UU No. 42 Tahun 2008 Tentang

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang menyesuaikan dengan landasan UU Penyelenggaraan Pemilu yang baru yaitu UU No. 15 Tahun 2011. Jika tidak dilakukan revisi setidaknya ada yang dilakukan amandemen berupa penambahan ataupun pengurangan substansi sesuai dengan perkembangan politik yang ada seperti partai politik peserta Pemilu, ambang batas perolehan suara partai politik yang boleh mengajukan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden dan lain-lain. c. Pembentukan Sentra Penegakan Hukum Terpadu antara

Bawaslu, Polri dan Kejaksaan dalam penyelenggaraan Pemilu agar dilaksanakan secara serius dan dilakukan pelatihan bersama untuk menyamakan persepsi mana-mana kasus yang memang ranah Bawaslu dan kasus-kasus yang memiliki unsur pidana Pemilu dan dapat diajukan ke penyidik Polri untuk diproses dan dibawa ke Jaksa Penuntut Umum. Cara ini perlu ditempuh untuk menghindari bolakbaliknya perkara tindak pidana pemilu maupun pembentukan opini yang tidak baik antara Bawaslu dengan pihak Polri khususnya yang biasanya saling tuding masalah cukup unsur suatu kasus sebagai tindak pidana Pemilu. Keseriusan pembentukan Sentra Gakkumdu ini perlu dibuatkan posko bersama secara tersendiri di kantor Kejaksaaan atau di Kantor-kantor Polri yang memungkinkan.

Jakarta, 17 September 2012.

Zulkarnain. Peserta PPRA XLVIII-2012 Lampiran : 1. Alur Pikir. 2. Daftar Pustaka.

19

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran 2

Pokja Bidang Studi Kepemimpinan. B.S Materi Pokok Kepemimpinan Nasional. Jakarta: Lemhannas R.I., 2012. Ahmad Suryana (Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian). Kebijakan dan Strategi Pemerintah Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan yang Mandiri dan Berdaulat. Bahan Ceramah Ilmiah Kepada Peserta PPRA XLVIII. Jakarta : Lemhannas R.I., 2012 Harold Koontz, Cyril ODonnell dan Heinz Weihrich. Manajemen (Jilid I dan II). Jakarta : Penerbit Erlangga, 1990. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Balai Pustaka, 1997. Taqwaddin, S.H., SE, MS. C.D., Materi Sosiologi Hukum S2, Unsiyah,Banda Aceh, 2007. Lembaga Ketahanan Nasional R.I. Naskah Lembaga Perkembangan Lingstra Tahun 2012. Jakarta : Lemhannas R.I., 2012. ________ Undang-Undang Dasar Negara R.I Tahun 1945 (Amandemen). Surabaya : Penerbit Kartika, 2004. ________ Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Polri. Lembaran Negara R.I Tahun 2002 Nomor 2. Jakarta : 2002. Lembaran Negara R.I Tahun 2011 Nomor 101, UU No. 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilu. Jakarta : 2011 Lembaran Negara R.I Tahun 2012 Nomor 117, UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD. Jakarta : 2012. Lembaran Negara R.I Tahun 2008 Nomor 176. UU No. 42 Tahun 2008 Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Jakarta : 2008 Mabes Polri. Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Dasar Startegi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri. Jakarta : 2008. KPU, Peraturan KPU Nomor 7 Tahun 2012 Yang Telah Dirobah Menjadi Peraturan KPU Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Tahapan, Program dan Jadual Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD. Jakarta : 2012. _________, http://hukum-on.blogspot.com/2012/06/pengertian-supremasihukum-dan.html, Pengertian Supremasi Hukum dan Penegakan Hukum, diunduh tanggal 27 Juli 2012. ________, http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/09/aspek-hukumpelanggaran-pemilu.html, Aspek Hukum Pelanggaran Pemilu, diunduh 15 September 2014. ________, http://bola.viva.co.id/news/read/48742bawaslu_tangani_758_pelanggaran_pemilu, Bawaslu Tangani 758 Pelanggaran Pemilu, diunduh 15 September 2014.

20

You might also like