You are on page 1of 16

0

MAKALAH HAMA PADA TANAMAN KUBIS DAN PENGENDALIANNYA


Tugas Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah Organisme Penggangu Tanaman

Disusun Oleh : Trisna Gunawan 2403311057

UNIVERSITAS GARUT FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI 2012

KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan Makalah Hama Pada Tanaman Kubis serta Pengendaliannya dapat diselesaikan. Penyusunan makalah ini dimaksudkan sebagai pedoman kita dalam memahami dan mengetahui Hama Pada Tanaman Kubis. Materi ini diharapkan dapat memberikan kita manfaat bagaimana hama pada tanaman kubis dan cara pengendaliaannya. Selanjutnya kami sebagai penyusun makalah ini menyadari bahwa

makalah yang kami buat ini belum sempurna, olehnya itu saran dan kritik serta masukan dari berbagai pihak sangat kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah yang kami buat ini Akhirnya ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini.

Penulis

Garut, Agustus 2012

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI.. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah.. 1.3 Tujuan..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jenis-jenis Kubis. 2.2 Pengendalian Hama Terpadu Kubis. BAB III PEMBAHASAN ... 3.1 Hama Daun Kubis.. 3.2 Pengendalian Secara Kimiawi Pada Tanaman Kubis 3.3 Pestisida Yang Digunakan 3.4aturan Pakai 3.5 Cara Penyemprotan .. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 4.2 Saran DAFTAR PUSTKA

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Keluarga kubis-kubisan memiliki jenis yang cukup banyak. Yang lazim ditanam di Indonesia, antara lain kubis, kubis bunga, brokoli, kubis tunas, kubis rabi, dan kale. Jenis kubis-kubisan ini diduga dari kubis liar Brassica oleracea var. sylvestris, yang tumbuh di sepanjang pantai Laut Tengah, pantai Inggris, Denmark, dan sebelah Utara Perancis Barat. Kubis liar tersebut ada yang tumbuh sebagai tanaman biennial dan ada juga yang perenial. Kubis yang telah dibudidayakan dibuat menjadi tanaman annual. Untuk memperoleh bijinya, kubis tersebut dibiarkan tumbuh sebagai tanaman biennial. Sayuran ini dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi dengan curah hujan rata-rata 850-900 mm. Daunnya bulat, oval, sampai lonjong, membentuk roset akar yang besar dan tebal, warna daun bermacam-macam, antara lain putih (forma alba), hijau, dan merah keunguan (forma rubra). Awalnya, daunnya yang berlapis lilin tumbuh lurus, daun-daun berikutnya tumbuh membengkok, menutupi daun-daun muda yang terakhir tumbuh. Pertumbuhan daun terhenti ditandai dengan terbentuknya krop atau telur (kepala) dan krop samping pada kubis tunas (Brussel sprouts). Selanjutnya, krop akan pecah dan keluar malai bunga yang bertangkai panjang, bercabang-cabang, berdaun kecil-kecil, mahkota tegak, berwarna kuning. Buahnya buah polong berbentuk silindris, panjang 5-10 cm, berbiji banyak. Biji berdiameter 2-4 mm, berwarna cokelat kelabu. Umur panennya berbeda-beda, berkisar dari 90 hari sampai 150 hari. Daun kubis segar rasanya renyah dan garing sehingga dapat dimakan sebagai lalap mentah dan matang, campuran salad, disayur, atau dibuat urap. Kubis dapat diperbanyak dengan biji atau setek tunas. Oleh karena itu kami ingin membahas bagaimana pengendalian hama khususnya pengendalian secara kimiawi pada tanaman kubis.

Rumusan Masalah a. Apa saja hama pada tanaman kubis? b. Mengapa memilih pengendalian secara kimiawi pada tanaman kubis? c. Apa saja pestisida kimia yang digunakan pada tanaman kubis? d. Bagaimana aturan pakai pestisida kimia yang digunakan? e. Bagaimana teknik penyemprotan yang digunakan?

1.2 Tujuan a. Untuk mengetahui hama pada tanaman kubis b. Untuk mengetahui mengapa memilih pengendalian secara kimiawi pada tanaman kubis c. Untuk mengetahui pestisida kimia apa saja yang digunakan pada tanaman kubis d. Untuk mengetahui aturan pakai pestisida kimia yang digunakan e. Untuk mengetahui teknik penyemprotan yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis-Jenis Kubis 1. Kubis Krop (Brassica oleracea L. var. cagitata L) Daunnya membentuk krop (telur) dan berwarna putih sehingga sering disebut kubis telur atau kubis putih. 2. Kubis Kailan (Brassica oleracea L. Var. gennipera D.C) Daunnya tidak membentuk krop dan berwarna hijau. 3. Kubis Tunas (Brassica oleracea L. var. gennipera D.C) Tunas samping dapat membentuk krop, sehingga dalam satu tanaman terdapat beberapa krop kecil. 4. Kubis Bunga (Brassica oleracea L. var. bathytis L) Jenis ini bakal bunganya mengembang, merupakan telur yang berbentuk kerucut dan berwarna putih kekuning-kuningan yang bunganya berwarna hijau. 2.2 Pengendalian Hama Terpadu Kubis A. Prinsip Dasar Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Kubis merupakan tanaman sayuran yang sangat mudah terserang hama, karena sangat peka terhadap iklim. Belajar dari pengelaman dari sejumlah petani kubis di daerah sentra produksi, upaya pengendalian hama berdasarkan konsep PHT merupakan cara dan langkah yang terbaik. Untuk melaksanakan PHT secara baik, ada 4 prinsip dasar yang perlu dipahami, yaitu: 1. Tanaman Budidaya Sehat Cukup pupuk, pengairan, penyiangan gulma, dan pengolahan tanah pratanam yang baik merupakan dasar untuk memperoleh hasil produksi yang tinggi. Selain itu, faktor yang teramat penting adalah pemilihan varietas yang tahan akan hama serta mudah beradaptasi dengan jenis tanah dan iklim.

2. Melestarikan dan Mendayagunakan Fungsi Musuh Alami Unsur alami merupakan kekuatan dahsyat yang mampu mengendalikan lebih dari 99% hama di kebanyakan lahan kubis adar berada pada jumlah yang tidak merugikan. Tanpa disadari sebenarnya hampir semua petani sangat bergantung pada kekuatan alami yang sudah tersedia pada lahannya sendiri. KIta mengetahui bahwa PHT berfungsi untuk mendayagunakan dan memperkuat peranan musuh alami yang menjadi jaminan pengendalian saat terjadi serangan hama. Pengurangan penggunaan pestisida berarti mendatangkan keuntungan ekonomis, kesehatan, dan lingkungan. Pengendalian Hama Terpadu membantu petani untuk mempelajari dan mempraktikkan keterampilan teknologi pengendalian hama. Hal ini sangat penting untuk mencapai sasaran pengelolaan agroekosistem yaitu hasil produk yang tetap stabil dan bebas residu. B. Keuntungan Pendekatan PHT Penerapan pendekatan ini pada tanaman kubis mendatangkan keuntungan yang cukup signifikan, di antaranya: 1. Menjaga Aspek Stabilitas Produksi Kubis merupakan salah satu komoditas unggulan Garut dengan prospek pasar yang potensial baik domestik maupun ekspor. Pendekatan PHT menawarkan metode pengelolaan agroekosistem yang menunjang stabilitas produksi. 2. Aspek Ekonomi Penggunaan sistem PHT pada umumnya dapat mengurangi penggunaan pestisida pada tanaman kubis jika dibandingkan dengan pertanian konvensional. Bila PHT dilaksanakan sepenuhnya, pengeluaran negara untuk subsidi pestisida setiap tahunnya dapat dihemat 50-100 juta dollar (Departemen Pertanian, 1998).

3. Aspek Kesehatan Pestisida yang lengket pada tanaman kubis biasanya meninggalkan residu yang cukup besar, apalagi bila mengingat intensitas penyemprotan yang bisa mencapai 20-30 kali tiap musim tanam di daerah sentra produksi. Saat kubis tersebut dikonsumsi, maka residu pestisida akan terakumulasi di tubuh konsumen. Pada dosis tertentu, penumpukan pestisida di dalam tubuh amat berbahaya bagi kesehatan, sebab bahan kimia penyusun pestisida adalah racun yang keras. Dalam jangka panjang, akumulasi bahan kimia itu akan menyebabkan kanker dan janin yang cacat. Cara terbaik mengurangi dampak pestisida adalah dengan mengurangi kontak. Pemerintah telah mengeluarkan anjuran pengurangan penggunaan pestisida melalui Inpres No. 3/86 yang intinya menekankan penggunaan pestisida seminimal mungkin kecuali saat benar-benar dibutuhkan. 4. Aspek Lingkungan Penggunaan pestisida untuk membunuh hama seringkali juga membunuh organisme lain di dalam ekosistem. Bila organisme yang mati adalah organisme yang menguntungkan bagi pengendalian hama, maka bisa terjadi serangan hama yang lebih hebat. Keadaan ini dapat terjadi karena terganggunya keseimbangan ekosistem yang ada. Sayangnya, penumpukan pestisida dalam ekosistem menimbulkan pencemaran lingkungan yang tidak dapat dilihat dan dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Jadi, kita dapat menyimpulkan bahwa PHT merupakan perwujudan anjuran pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura yang berwawasan lingkungan dengan mengandalkan keterpaduan teknologi teruji dan keterampilan serta kemampuan para petani itu sendiri.

BAB III PEMBAHASAN

3.2 Hama Daun Kubis a. Hama (Plutella xylostella L.) Klasifikasi Plutella xylostella L. Sebagai berikut: Kingdom: Animalia Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Plutellidae : Plutella : Plutella xylostella L.

Morfologi Plutella xylostella L. Plutella xylostella L. tergolong dalam ordo Lepidoptera, famili Plutellidae,Plutella xylostella mempunyai nama lain yaitu Plutella maculipennis, atau disebut juga ulat tritip, tanaman inangnya, antara lain kubis, lobak, sawi, kolhrabi, kubis bunga, kubis kale, kubis tunas dan tanaman lain yang termasuk keluarga Cruciferae. Dalam perkembangannya Plutella xylostella mengalami metamorfosis sempurna (Holometabola), yaitu stadium telur, larva, pupa, imago, lebih jelasnya: a. Imago Imagonya berupa ngengat kecil berwarna coklat kelabu. Pada sayap depan terdapat tanda tiga berlian yang berupa gelombang (undulasi). Warna berlian pada ngengat betina lebih gelap dibandingkan dengan ngengat jantan. Lamanya siklus (daur hidup) 21 hari, ngengatnya aktif pada senja dan malam. b. Telur Bentuk telur bulat panjang, lebar 0,26 mm dan panjang 0,49 mm. Telurnya kecil, putih kekuningan diletakkan pada permukaan bawah daun dalam kelompok 10-20 butir atau 3-4 butir. c. Larva

Ulat yang baru menetas berwarna hijau pucat, sedangkan yang telah besar warnanya lebih tua dengan kepala lebih pucat. Larva Plutella xylostella mudah dibedakan dengan larva serangga hama lainnya karena larva ini tidak mempunyai garis membujur pada tubuhnya, larva terdiri atas empat instar. d. Pupa Setelah cukup tua ulat mulai berkepompong, sarang kepompong dibuat dari sejenis benang sutera yang berwarna abu-abu putih pada bagian bawah permukaan daun. Pembentukan sarang kepompong mula-mula dibuat dari dasar, kemudian sisi depan dan tutupnya. Pada ujung masih ada lubang kecil untuk pernapasan. Hama ulat daun kubis Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae) merupakan salah satu jenis hama utama di pertanaman kubis. Apabila tidak ada tindakan pengendalian, kerusakan kubis oleh hama tersebut dapat meningkat dan hasil panen dapat menurun baik jumlah maupun kualitasnya. Serangan yang timbul kadang-kadang sangat berat sehingga tanaman kubis tidak membentuk krop dan panennya menjadi gagal. Kehilangan hasil kubis yang disebabkan oleh serangan hama dapat mencapai 10-90 persen. Ulat daun kubis P. Xylostella bersama dengan ulat jantung kubis Crocidolomia pavonana F. mampu

menyebabkan kerusakan berat dan dapat menurunkan produksi kubis sebesar 79,81 persen. Kondisi seperti ini tentu saja merugikan petani sebagai produsen kubis. Oleh karena itu upaya pengendalian hama daun kubis ini sebagai hama utama tanaman kubis perlu dilakukan untuk mencegah dan menekan kerugian akibat serangan hama tersebut.

3.2 Pengendalian Secara Kimiawi Pada Tanaman Kubis Pada umumnya mengatasi gangguan ulat kubis dengan menggunakan insektisida kimia sintetik. Ditinjau dari segi penekanan populasi hama, pengendalian secara kimiawi dengan insektisida memang cepat dirasakan hasilnya, terutama pada areal yang luas. Tetapi, selain memberikan keuntungan ternyata penggunaan insektisida yang serampangan atau tidak bijaksana dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan.

10

Kelebihan pestisida kimia adalah dengan menggunakan pestisida kimia lebih efektif dalam memberantas hama dibandingkan dengan menggunakan cara manual atau cara lainnya. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama, hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan dapat menekan kehilangan hasil karena hama, sehingga dapat menekan kerugian petani secara ekonomi. Dengan pestisida, petani tidak begitu memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya yang tidak begitu besar dan dapat dilakukan dalam kondisi apa saja.

3.3 Pestisida yang Digunakan Ada 3 pestida kimia yang digunakan yaitu: 1. Insectisida Dupont Prevathon 50 SC

Bahan aktif : klorantraniliprol 50 gl Insektisida racun lambung dan kontak yang bekerja secara translaminar berbentuk cair berwarna putih yang dapat disuspensikan dalam air untuk mengendalikan hama pada tanaman kubis , cabai , kacang panjang , bawang merah , kentang kedelai dan tembakau, juga mampu mengendalikan hama penggerek batang dan pelipat daun pada padi. Prevathon 50 SC sendiri merupakan Insektisida temuan paling baru dari Dupont, selain sangat ampuh juga sangat aman (berlabel hiaju). Pengunaan produk ini telah membawa perubahan besar di tingkat petani karena mampu memberi jaminan keberhasilan panen serta menekan biaya perawatan. 2. Zat pengatur tumbuh tanaman ProGibb 20 SL Dengan konsentrasi 5-10 ppm, disemprotkan ke seluruh bagian tanaman terutama stomata daun, terbukti dapat memunculkan bunga. Auxin digunakan dalam dosis kecil, part per million (ppm), berfungsi merangsang perpanjangan sel, pembentukan bunga dan buah, pertumbuhan akar pada stek batang, memperpanjang titik tumbuh, serta mencegah gugur daun dan buah. Gibberelin sebelumnya dimasukkan bahan laboratorium yang mahal dan dipergunakan dalam dosis kecil seperti auxin, tapi kini sudah banyak dijual di

11

pasaran dalam bentuk suspensi, dengan merk antara lain ProGibb dan Super Gib. Jika menginginkan gibberelin murni, Anda bisa memerolehnya di toko bahan kimia dengan kode GA3 atau GA6. Gibberelin berfungsi membuat tanaman mengalami fase perpindahan dari vegetatif ke generatif lebih cepat, tanaman akan berbunga sebelum waktunya, membuat ukuran buah besar tanpa biji, membuat tanaman jadi raksasa, mempercepat tumbuhnya biji dan tunas, dan merangsang aktivitas kambium. Auxin maupun gibberelin lebih cocok digunakan untuk tanaman semusim seperti cabe, melon, semangka, dan labu.

3.4 Aturan Pakai 1. Insectisida Dupont Prevathon 50 SC Pestisida jenis SC adalah pestisida yang dibuat dari bahan aktif turunan (derifatif) garam dengan air. Sifat dari pestisida ini adalah cepat larut dan menyebar merata dalam air, sehingga tidak perlu diaduk terus menerus selama pemakaian. 2. Zat pengatur tumbuh tanaman ProGibb 20 SL ZPT ini adalah Pekatan cair bila dicampur air akan membentuk larutan. Formulasi yang larut dalam air atau Water Soluble Concentrate (SL) merupakan formulasi cair yang terdiri dari bahan aktif yang dilarutkan dalam pelarut tertentu yang dapat bercampur baik dengan air. Formulasi ini sebelum digunakan terlebih dahulu diencerkan dengan air kemudian disemprotkan. 3.5 Cara Penyemprotan Penyemprotan dilakukan dengan alat sprayer, namun tanpa standart pelindung yang tepat, hanya dengan memakai sepatu boot tanpa masker dan sarung tangan. Kemudian pestisida tersebut disemprotkan tepat diatas tanaman kubis.

12

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Macam-macam kubis: kubis krop (Brassica oleracea L. var. cagitata L) , kubis kailan (Brassica oleracea L. Var. gennipera D.C) , kubis tunas (Brassica oleracea L. var. gennipera D.C) , dan kubis bunga (Brassica oleracea L. var. bathytis L). Hama pada kubis adalah hama ulat kubis (Plutella maculipennis). Pengendaliannya Insectisida Dupont Prevathon 50 SC, dan Zat pengatur tumbuh tanaman ProGibb 20 SL untuk tanaman kubisnya dilakukan dengan alat sprayer. Penyemprotan

4.2 Saran a) Untuk Petani; beralihlah kearah pertanian yang lebih organik, menggunakan sistem monitoring hama, lebih mengenal musuh alami, menerapkan prinsip dan konsep PHT, menurunkan pemakaian pestisida secara keseluruhan, memahami bahwa pestisida adalah jalan terakhir dilakukan apabila populasi OPT telah melampaui ambang ekonomi, memilih pestisida yang selektif dan tidak berspektrum lebar, menggunakan dosis sesuai dengan petunjuk teknis, menghindari mencampur beberapa pestisida, menghindari frekuensi penyemprotan dengan sistem kalender, memberikan tenggang waktu (waktu tunggu) yang relative lama antara penyemprotan dengan waktu panen. b) Untuk Pemerintah; menggalakkan pertanian organik dengan menciptakan pasar organic dan melakukan apapun yang mungkin untuk merendahkan perbedaan harga antara produk yang dihasilkan baik secara organik, biologis dan kimia pertanian, Mentan- Menkes- MenLH diharapkan terus bekerjasama dalam melakukan pemantauan dan pelaksanaan terhadap pemakaian pestisida, kebijakan terhadap pengurangan pemakaian pestisida harus ditingkatkan, berbagai lembaga konsumen dan lingkungan harus diikutsertakan dalam pengambilan keputusan tentang penggunaan

pestisida, meningkatkan berbagai penelitian tentang residu pestisida dan

13

membiayai penelitian ke arah sistem pertanian alternative non pestisida, Badan Komisi Pestisida harus merupakan lembaga yang independen dalam tanggungjawabnya sebagai tempat pendaftaran dan pemantauan pestisida, Pemerintah harus memaksa pihak perusahaan/ formulator pestisida agar semua nama merk dagang pestisida diberikan skema pelabelan produk yang menunjukkan pemahaman tentang perlakuan pestisida baik pra dan pasca panen, kegiatan PPL harus dilaksanakan sesering mungkin, meningkatkan SLPHT secara gratis dan memberikan penghargaan/ insentif bagi petani yang terbukti melaksanakan program PHT.

14

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous,

2011.

http://ast-shania.blogspot.com/2010/12/plutella-xylostella-

dan-rimpang-jahe.html. hama ulat daun kubis. Anonymous, 2011. http://www.deptan.go.id/teknologi/daerah/kubis-3.htm. PHT. Achmadi, S.S., 2003. Nasib Bahan Kimia POPs di Lingkungan. Seminar Pelatihan Inventori POPs Jakarta. 4 Halaman. Djojosumarto, P., 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Halaman 34 42. Karmisa, I., 2003. Kebijakan Pemerintah Mengenai Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Seminar untuk Training-Workshop Prosedur Inventarisasi POPs, 13 Januari 2003. Bagian Deputy Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan. KLH. Jakarta Matthews, G. A., 1984. Pest Management. Published in the United States of America by Longman Inc. New York. 72 Pages. Prasojo, B., 1984. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta. Halaman 7-8. Wudianto, R., 1998. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta. 21 Halaman.

15

LAMPIRAN FOTO gambar 1 gambar 2

Insectisida

Zat pengatur tumbuh tanaman

gambar 3

gambar 4

Foto kubis sebelum disemprot gambar 13

foto kubis setelah disemprot gambar 14

Hama kubis (Plutella xylostella)

gambar kubis anorganik dari literatur

You might also like