You are on page 1of 6

Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu KARAKTERISTIK YANG HARUS DIMILIKI SEORANG ILMUAN

Oleh: I PUTU YUDIANDIKA (1191261005)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA 2011

Karateristik Ilmuwan Para ilmuwan sebagai orang yang profesional dalam bidang keilmuan sudah barang tentu mereka juga perlu memiliki visi moral yaitu moral khusus sebagai ilmuwan. Moral inilah di dalam filsafat ilmu disebut juga sebagai sikap ilmiah. (Abbas Hamami M., 1996, hal. 161). Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan jarang dipelajari secara sistematis dalam sekolah atau kuliah. Sifat-sifat ini tidak dapat dinilai melalui tes atau ujian. Beberapa sifat atau karakteristik begitu melekat pada diri hampir setiap individu ilmuwan hingga dapat dianggap sebagai hal yang esensial bagi kesuksesan saintifik. Sikap ilmiah harus dimiliki oleh setiap ilmuwan. Hal ini disebabkan oleh karena sikap ilmiah adalah suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat obyektif. Sikap ilmiah bagi seorang ilmuwan bukanlah membahas tentang tujuan dari ilmu, melainkan bagaimana cara untuk mencapai suatu ilmu yang bebas dari prasangka pribadi dan dapat dipertanggungjawabkan seca-ra sosial untuk melestarikan dan keseimbangan alam semesta ini, serta dapat dipertanggungawabkan kepada Tuhan. Karakteristik yang Esensial 1. Ketekunan (Persistence) Karakteristik ini mecakup sikap tidak mudah menyerah, sabar, teliti, dan sikap mencurahkan pikiran pada satu tujuan. Mungkn contoh yang paling tepat untuk menunjukkan usaha yang membutuhkan ketekunan tinggi adalah proses mendapatkan gelar Ph.D. Kegagalan atau kemunduran dan kemajuan dalam setiap tahap kegiatan saintifik terjadi bergantian, yang harus dilalui oleh setiap ilmuwan. Ketekunan adalah jembatannya. 2. Keingintahuan (Curiosity) Sikap selalu ingin tahu lebih banyak, tidak puas terhadap informasi atau penjelasan yang hanya menyentuh kulit luar suatu permasalahan saja, adalah roda pergerakan kemajuan sain.

3. Motivasi diri (Self-motivation) Hasrat untuk bekerja adalah buah dari kenikmatan dalam bekerja. Motivasi diri jarang ditemui dalam kebanyakan pekerja, sering dijumpai pada profesional, dan merupakan suatu yang berfsifat universal pada diri ilmuwan yang produktif. Pikiran yang dicurahkan pada satu tujuan jelas akan meningkatkan usaha seseorang, tapi motivasi diri bisa menghasilkan pencapaian yang lebih dibanding usaha tanpa motivasi. Seorang ilmuwan yang mengerjakan riset paruh waktu, mungkin di sela-sela tanggung jawabnya dalam mengajar, dengan motivasi yang kuat dapat lebih produktif dibanding peneliti yang bekerja secara penuh tapi tanpa memiliki motivasi yang kuat. Terkait dengan roduktivitas seorang ilmuwan, ukuran yang biasanya digunakan alah kuantitas publikasi, tetapi yang harus diingat bahwa dampak atau sumbangan terhadap sains sendiri tidak bergantung pada jumlah publikasi. Artinya bahwa kualitas lebih penting dibanding kuantitas. 4. Fokus (Focus) Fokus adalah kemampuan untuk memperoleh poin yang penting diantara setumpuk detail dan informasi, kemudian berkonsentrasi terhadap poin tersebut tanpa teralihkan oleh gangguan dari luar. Sikap fokus menjamin bahwa objek mendapat semua perhatian yang dibutuhkan. Kurangnya fokus dapat dilihat dari kecenderungan pembahasan yang tidak tuntas, kurang efisien, ada detail penting yang terlewat, logika yang meloncat-loncat, dan kepanikan yang berlebihan saat menghadapi hambatan. 5. Keseimbangan antara sikap skeptis dan penerimaan (Balance between skepticism and receptivity) Sikap kritis itu penting. Semua data dan interpretasi harus dievaluasi terlebih dahulu, bukan langsung diterima mentah-mentah. Akan tetapi, yang lebih penting lagi ialah mencapai keseimbangan antara sikap skeptis dan penerimaan: kesedian untuk mengajukan hipotesis yang mungkin terbukti salah, dibarengi dengan kemampuan untuk memilah hipotesis yang tidak tepat. Seorang ilmuwan seharusnya menerima (dan kemudian mengkritisi) suatu konsep atau hasil baru yang diajukan ketimbang menghadapinya dengan penolakan. Sikap kritis yang menolak semua hal baru telah

terbukti merampas baik kesenangan dalam sains maupun bahan mentah bagi kemajuan sains.

Karakteristik Umum 1. Kecintaan terhadap sains Memang diakui bahwa efek kecintaan terhadap sains dalam mendorong produktifitas sangat besar. Kecintaan pada sains, pada penemuan, dan antuisme sangat berguna, dan dipupuk oleh interaksi saintifik. Pekerjaan dengan tingkat kepuasan yang paling tinggi dari pelakunya adalah pekerjaan yang dihormati oleh masyarakat, yang dapat memberikan keleluasaan bagi individu-individunya, dan keterlibatan dalam tim. Karis sains menyediakan itu semua. 2. Kecerdasan di atas rata-rata Karakteristik ini hampir esensial, tetapi ilmuwan yang hanya memiliki kecerdasan rata-rata pun dapat sukses dengan menguasai sifat-sifat esensial lainnya. Pada dasarnya jenius tidak diperlukan. Di antara orang-orang dengan IQ>120, hanya sedikit ditemukan hubungan IQ dengan inovasi saintifik maupun dengan produktivitas (Simonton, 1988. Seperti yang dikutip oleh Jarrard). Jenius tanpa kualitas lainnya yang dibutuhkan tidak cukup untuk mencapai kesuksesan dalam sains. IQ yang sering dijadikan ukuran kecerdasan seseorang hanya mengukur kemampuan verbal dan matematis, bukan bagaimana kemampuan tersebut diterapkan dalam permasalahan yang dihadapi seharihari. Kemampuan untuk bereaksi terhadap krisis yang terjadi dan manajemen emosi seseorang dalam kehidupan nyata sama pentingnya dengan IQ. 3. Imajinasi Imajinasi dibutuhkan dalam pemecahan masalah sehari-hari. Hampir semua ilmuwan imajinatif, tetapi yang tidak imajinatif pun dapat menghasilkan produk sains yang berharga, dalam bentuk pengujian hipotesis yang teliti. Individu yang memiliki

imajinasi tetapi tanpa sikap kritis tidak mungkin disebut ilmuwan. Ketika imajinasi dikombinasikan dengan kemauan dan kemampuan untuk melihat mana yang mungkin dan mana yang tidak, hasilnya bisa luar biasa. 4. Hasrat untuk maju. Rasa bosan terhadap pencapaian saat ini, keinginan untuk melakukan perubahan dan untuk melakukan hal yang lebih baik, merupakan stimulus bagi kemajuan sains. Terutama karena sikap ini menuntun pada usaha untuk mencoba berbagai variasi konsep baru. 5. Agresifitas Ilmuwan yang agresif cenderung lebih sukses dan produktif. Pada dasarnya sains adalah jalan yang penuh hambatan dan potongan-potongan misteri, serta masalahmasalah dalam eksperimen. Dibutuhkan sikap agresif yang tidak mau kalah dalam mengatasi semua hambatan tersebut. 6. Kepercayaan diri Kepercayaan diri membangun kesediaan untuk menghadapi hambatan dan optimisme., relatif lebih bebas terhadap kekhawatiran pada pandangan orang lain dan bebas dari ketakutan akan masalah yang tidak mampu dipecahkan.

Referensi. Anonim. 2010. Sifat Ilmiah Ilmuan. Available From URL : http://priscaameliapica.blogspot.com/2010/06/sifat-ilmiah-ilmuan.html diakses tanggal 2 november 2010 Anonim. 2010. Tanggung Jawab Sosial Ilmuan. Surabaya. Available From URL : http://blog.tp.ac.id/tanggung-jawab-sosial-ilmuwan diakses tanggal 3 November 2010 Mamad, Tamadin. 2011. Ilmuan (The Scientist). Available From URL : http://mamadtama.wordpress.com/2010/04/09/ilmuwan-the-scientist/ diakses tanggal 3 Nonember 2011

You might also like