You are on page 1of 2

Interferensi cahaya adalah perpaduan dari dua gelombang cahaya yang bersifat koheren, yaitu memiliki frekuensi dan

amplitudo yang sama serta berbeda fase. Peristiwa interfrensi pada lapisan tipis dapat kita amati pada gelembung air sabun atau embun yang disinari cahaya sehingga memancarkan warna - warna cahaya tertentu. Pola interfrensi pada lapisan tipis dipemgaruhi oleh 2 faktor, yaitu perbedaan panjang lintasan optik dan perubahan fase lintasan pantul. Suatu sinar yang datang dengan sudut datang i menuju lapisan tipis r dengan ketebalan d dan indeks bias n akan mengalami pemantulan dan pembiasan dengan sudut bias r. Dengan mempertimbangkan kedua faktor di atas, maka dapat ditentukan syarat interfrensi sebagai berikut : 1. Syarat terjadinya interfrensi maksimum (terang) 2nd cos r = ( m - 0,5)L ; m = 1,2,3,........ 1. Syarat terjadinya interfrensi minimum (gelap) 2nd cos r = m L ; m = 0,1,2,3,........ Ket : n = indeks bias medium d = ketebalan lapisan tipis r = sudut bias m = orde interfrensi L = Lamda / panjang gelombang

Interferensi itu terjadi minimal kalo ada 2 sumber cahaya. Pada lapisan tipis ada 2 permukaan yaitu yang diatas ama yang dibawah. Waktu cahaya melewati lapisan tipis sebagian cahaya dipantulkan oleh permukaan yg diatas (jadi sumber cahaya baru A). Sebagian cahaya lagi diteruskan (dan dibelokkan karena terbias) menembus permukaan atas menuju permukaan bawah; lalu cahaya dipantulkan oleh permukaan bawah (jadi sumber cahaya baru B). Jadi karena sekarang sudah ada 2 sumber cahaya baru (A dan B), maka interferensi cahaya bisa terjadi. Pola interferensinya sendiri tergantung dari beberapa hal bisa dari sudut datang, indeks bias lapisan/film tipis, tebal lapisan tipis-nya dst.

Interferensi pada lapisan tipis


Interferensi dapat terjadi pada lapisan tipis seperti lapisan sabun dan lapisan minyak. Jika seberkas cahaya mengenai lapisan tipis sabun atau minyak, sebagian berkas cahaya dipantulkan dan sebagian lagi dibiaskan kemudian dipantulkan lagi. Gabungan berkas pantulan langsung dan berkas pantulan setelah dibiaskan ini membentul pola interferensi.

Gambar 11. Interferensi cahaya pada lapisan tipis Seberkas cahaya jatuh ke permukaan tipis dengan sudut datang i. Sebagian berkas langsung dipantulkan oleh permukaan lapisan tipis (sinar a), sedangkan sebagian lagi dibiaskan dulu ke dalam lapisan tipis dengan sudut bias r dan selanjutnya dipantulkan kembali ke udara (sinar b). Sinar pantul yang terjadi akibat seberkas cahaya mengenai medium yang indeks biasnya lebih tinggi akan mengalami pembalikan fase (fasenya berubah 180o), sedangkan sinar pantul dari medium yang indeks biasnya lebih kecil tidak mengalami perubahan fase. Jadi, sinar a mengalami perubahan fase 180o, sedangkan sinar b tidak mengalami perubahan fase. Selisih lintasan antara a dan b adalah 2d cos r. Oleh karena sinar b mengalami pembalikan fase, interferensi konstruktif akan terjadi jika selisih lintasan kedua sinar sama dengan kelipatan bulat dari setengah panjang gelombang (). Panjang gelombang yang dimaksud di sini adalah panjang gelombang cahay pada lapisan tipis, bukan panjang gelombang cahaya pada lapisan tipis dapat ditentukan dengan rumus: = 0/n. Jadi, interferensi konstruktif (pola terang) akan terjadi jika 2d cos r = (m ) ; m = 1, 2, 3, dengan m = orde interferensi. interferensi destruktif (pola gelap) terjadi jika 2d cos r = m ; m = 0, 1, 2, 3,

You might also like