Professional Documents
Culture Documents
INDONESIA
Muhammad Syihab Habib Kamaludin
Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah adalah agama Islam, bahwa agama Islam adalah cara hidup yang koheren, dirancang untuk kebahagiaan di dunia maupun di akhirat, dengan cara menciptakan keharmonisan antara kebutuhan moral dan material manusia dan aktualisasi keadilan sosial ekonomi serta persaudaraan dalam masyarakat manusia. Hal ini menunjukan bahwa Islam merupakan ajaran agama yang memiki ajaran yang bersifat rahmatan lil alamin. Dalam aplikasinya, ajaran Islam sangat kompleks membahas tentang kehidupan manusia yang mampu diatasi dengan baik. Baik dari segi ekonomi, politik, sosial, kesehatan, dan banyak hal lagi yang dibahas dalam Islam baik keduniaan (Duniawi) maupun keakhiratan (Ukhrowi). Dalam pandangan sosialis, kkeadaan suatu Negara tau tumbuh kembang suatu negara ditentukan dari tumbuh kembang tingkat perekonmian Negara tersebut. Akan tidak begitu dengan Islam, dalam makroekonomi Islam, dijelaskan bahwa tolak ukur suatu Negara di ukur melalui kesejahteraan masyarakatnya dalam skala mikro ataupun makro. Dalam mendukung perkembangan kesejahteraan masyarakat suartu negara, lembaga keuangan syariah baik bank maupun non bank sangat beperan penting . Hal ini dapat dilihat dari kejadian yang menimpa Indonesia pada tahun 1998 dimana unit usaha yang mampu bertahan adalah usaha yang mampu mempertahankan
kredibilitasnya dalam perekonomian makro dan salah satunya adalah BMT yang membantu menyelamatkan Negara dari inflasi yang sangat tinggi pada saat itu. Peran bank syariah disini adalah sebagai penyalur dana masyarakat dan didalamnya banyak akad yang dianut untuk memperjelas aliran dana atau cashflow dana
KUMPULAN TUGAS KULIAH JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM STAIN SURAKARTA masyarakat. Dalam kasusu kali ini akad musyarakah adalah sebagai objek pembahasan dan bagaimana aplikasinya dalam realitas A. Pengertian Syirkah/Musyarakah 1 Secara bahasa, syirkah atau musyarakah berarti mencampur. Dalam hal ini mencampur satu modal dengan modal yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam istilah fikih syirkah adalah suatu akad antara dua orang atau lebih untuk berkongsi modal dan bersekutu dalam keuntungan. Musyarakah, adalah kerjasama dalam suatu usaha oleh dua pihak Ketentuan Umum dalam akad musyarakah adalah sebagai berikut: Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah tidak boleh melakukan tindakan, seperti: - Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi - Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin pemilik modal lainnya. - Memberi pinjaman kepada pihak lain. - Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan oleh pihak lain. Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila: 1) Menarik diri dari perserikatan; 2) Meninggal dunia; 3) Menjadi tidak cakap hukum. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus diketahui bersama.
Muhammad Syafii Antonio. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta : Gema Insani.
KUMPULAN TUGAS KULIAH JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM STAIN SURAKARTA 1. Landasan Syariah 2 Akad syirkah ini mendapatkan landasan syariahnya dari al-Quran, hadist dan ijma. a. Dari Al-Quran Maka mereka berserikat dalam sepertiga Q.S. An-Nisa : 12. Ayat ini sebenarnya tidak memberikan landasan syariah bagi semua jenis syirkah, ia hanya memberikan landasan kepada syirkah jabariyyah (yaitu perkongsian beberapa orang yang terjadi di luar kehendak mereka karena mereka sama-sama mewarisi harta pusaka). b. Dari Sunnah
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Allah SWT telah berfirman : Aku adalah mitra ketiga dari dua orang yang bermitra selama salah satu dari kedunya tidak mengkhianati yang lainnya. Jika salah satu dari keduanya telah mengkhianatinya, maka Aku keluar dari perkongsian itu. H. R. Abu Dawud dan al-Hakim. Arti hadist ini adalah bahwa Allah SWT akan selalu bersama kedua orang yang berkongsi dalam kepengawasanNya, penjagaanNya dan bantuanNya. Allah akan memberikan bantuan dalam kemitraan ini dan menurunkan berkah dalam perniagaan mereka. Jika keduanya atau salah satu dari keduanya telah berkhianat, maka Allah meninggalkan mereka dengan tidak memberikan berkah dan pertolongan sehingga perniagaan itu merugi. Di samping itu masih banyak hadis yang lain yang menceritakan bahwa para sahabat telah mempraktekkan syirkah ini sementara Rasulullah SAW tidak pernah melarang mereka. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Rasulullah telah memebrikan ketetapan kepada mereka. c. Ijma Kaum Muslimin telah sepakat dari dulu bahwa syirkah diperbolehkan, hanya saja mereka berbeda pandangan dalam hukum jenis-jenis syirkah yang banyak variasinya itu.
2
http//www. shariahlife.com/?article?/syirkah_musyarakah2
KUMPULAN TUGAS KULIAH JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM STAIN SURAKARTA
2. Jenis-jenis Syirkah/Musyarokah Pada prinsipnya syirkah itu ada dua macam yaitu Syirkah amlak (kepemilikan) dan syirkah Uqud (terjadi karena kontrak). Syirkah kepemilikan ini ada dua macam yaitu ikhtiari dan jabari. Ikhtiyari terjadi karena karena kehendak dua orang atau lebih untuk berkongsi sedangkan jabari terjadi karena kedua orang atau lebih tidak dapat mengelak untuk berkongsi misalnya dalam pewarisan. Sedangkan syirkah uqud adalah perkongsian yang terjadi karena kesepakatan dua orang atau lebih untuk berkongsi modal, kerja atau keahlian dan jika perkongsiannya itu menghasilkan untung, maka hal itu akan dibagi bersama menurut saham dan kesepakatan masing-masing. Syirkah uqud ini memiliki banyak variasi yaitu syirkah Inan, Mufawadhoh, Abdan, dan Wujuh. a. Syirkah Inan Syirkah Inan merupakan suatu akad di mana dua orang atau lebih berkongsi dalam modal dan sama-sama memperdagangkannya dan bersekutu dalam keuntungan. b. Syirkah Mufawadhoh Syirkah ini dinamakan syirkah mufawadhoh karena modal yang disetor para patner dan usaha fisik yang dilakukan mereka sama atau proporsional. c. Syirkah Wujuh Syirkah ini dibentuk tanpa modal dari para patner. Mereka hanya bermodalkan nama baik yang diraihnya karena kepribadiannya dan kejujurannya dalam berniaga. d. Syirkah Abdan (Amal) Syirkah ini dibentuk oleh beberapa orang dengan modal profesi dan keahlian masing-masing. Profesi dan keahlian ini bisa sama dan bisa juga berbeda.
3. Syarat-syarat umum syirkah/musyarakah a. Jenis usaha fisik yang dilakukan dalam syirkah ini harus dapat diwakilkan kepada orang lain. Hal ini penting karena dalam kenyataan, sering kali satu
KUMPULAN TUGAS KULIAH JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM STAIN SURAKARTA patner mewakili perusahaan untuk melakukan dealing dengan perusahaan lain. Jika syarat ini tidak ada dalam jenis usaha, maka akan sulit menjalankan perusahaan dengan gesit. b. Keuntungan yang didapat nanti dari hasil usaha harus diketahui dengan jelas. Masing-masing partner harus mengetahui saham keuntungannya seperti 10% atau 20 % misalnya. c. Keuntungan harus disebar kepada semua patner.
Syarat-syarat khusus a. Modal yang disetor harus berupa barang yang dihadirkan. Tidak diperbolehkan modal masih berupah utang atau uang yang tidak dapat dihadirkan ketika akad atau beli. Tidak disyaratkan modal yang disetor oleh para patner itu dicampur satu sama lain. Karena syirkah ini dapat diwujudkan dengan akad dan bukan dengan modal. b. Modal harus berupa uang kontan. Tidak diperbolehkan modal dalam bentuk harta yang tidak bergerak atau barang. Karena barang-barang ini tidak dapat dijadikan ukuran sehingga akan menimbulkan persengketaan di kemudian hari karena keuntungan yang dihasilkannya juga menjadi tidak jelas proporsinya dengan modal yang disetor akibat sulitnya dinilai. B. Syarat dan Ketentuan Pokok Musyarakah 3 1. Syarat akad. Karena musyarakah merupakan hubungan yang dibentuk oleh para mitra melalui kontrak/akad yang disepakati bersama, maka otomatis empat syarat akad yaitu 1) syarat berlakunya akad; 2) syarat sahnya akad; 3) syarat terealisasinya akad; 4) syarat lazim juga harus dipenuhi. 2. Pembagian proporsi keuntungan. Dalam pembagian proporsi keuntungan harus dipernuhi hal-hal berikut: a. Proporsi keuntungan yang dibagikan kepada para mitra usaha harus disepakati di awal kontrak/ akad. Jika proporsi belum ditetapkan, akad tidak sah menurut syariah.
KUMPULAN TUGAS KULIAH JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM STAIN SURAKARTA b. Rasio/ nisbah keuntungan untuk maing-masing mitra usaha harus ditetapkan sesuai dengan keuntungan nyata yang diperoleh dari usaha, dan tidak ditetapkan berdasarkan modal yang disertakan. 3. Penentuan proporsi keuntungan. Dalam menentukan proporsi keuntungan terdapat beberapa pendapat dari para ahli hukum Islam sebagai berikut. a. Imam Malik dan Imam Syafii berpendapat bahwa proporsi keuntungan dibagi di antara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad sesuai dengan proporsi modal yang disertakan. b. Imam Ahmad berpendapat bahwa proporsi keuntungan dapat pula berbeda dari proporsi modal yang mereka sertakan. c. Imam Abu Hanifah, yang dapat dikatakan sebagai pendapat tengah-tengah, berpendapat bahwa proporsi keuntungan dapat berbeda dari proporsi modal pada kondisi normal. Namun demikian, mitra yang memutuskan menjadi sleeping partner, proporsi keuntungannya tidak bleh melebihi proporsi modalnya. 4. Pembagian kerugian. Para ahli hukum Islam sepakat bahwa setiap mitra menanggung kerugian sesuai dengan porsi investasinya. Oleh karena itu, jika seorang mitra menyertakan 40% modal, maka dia harus menanggung 40% kerugian, tidak lebih, tidak kurang. Apabila tidak demikian, akad musyarakah tidak sah. Jadi, menurut Imam Syafii, porsi keuntungan dan kerugian dari masing-masing mitra harus sesuai dengan porsi penyertaan modalnya. 5. Sifat modal. Sebagian besar ahli hukum Islam berpendapat bahwa modal yang diinvestasikan oleh setiap mitra harus dalam bentuk modal likuid. Hal ini berarti bahwa akad musyarakah hanya dapat dengan uang dan tidak dapat dengan komoditas. Tidak ada bagian modal yang berbentuk natura. 6. Manajemen musyarakah. Prinsip normal dari musyarakah bahwa setiap mitra mempunyai hak untuk ikut serta dalam manajemen dan bekerja utuk usaha patungan ini. Namun demikian, para mitra dapat pula sepakat bahwa manajemen perusahaan akan dilakukan oleh salah satu dari mereka, dan mitra lain tidak akan menjadi bagian manajemen dari musyarakah. Dalam kasus seperti ini sleepimh
KUMPULAN TUGAS KULIAH JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM STAIN SURAKARTA partners akan memperoleh bagian keuntungan sebatas investasinya, dan proporsi keuntungannya hanya sebatas proporsi penyertaan modal. 7. Penghentian musyarakah. Musyarakah akan berakhir jika salah sati dari peristiwa berikut terjadi. a. Setiap mitra memiliki hak untuk mengakhiri musyarakah kapan saja setelah menyampaikan pemberitahuan kepada mitra lain. b. Jika salah seorang mitra meninggal pada saat musyarakah masih berjalan,kontrak dengan almarhum tetap berakhir/ dihentikan. Ahli warisnya memiliki pilihan untuk menarik bagian modalnya atau meneruskan kontrak musyarakah. c. Jika salah seorang mitra menjadi hilang ingatan atau menjadi tidak mampu melakukan transaksi komersial, maka kontrak musyarakah berakhir. 8. Penghentian musyarakah tanpa menutup usaha. Jika salah seorang mitra ingin mengakhiri musyarakah sedangkan mitra lain ingin tetap meneruskan usaha, maka hal ini dapat dilakukan dengan kesepakatan bersama. Mitra yang ingin tetap menjalankan usaha dapat membeli saham/ bagian dari mitra yang ingin berhenti karena berhentinya seorang mitra dari musyarakah tidak berarti bahwa mitra lain juga berhenti.
C. Bentuk-Bentuk Musyarakah 1. Musyarakah tetap Bentuk akad musyarakah yang paling sederhana adalah musyarakah tetap ketika jumlah dan porsi modal yang disertakan oleh masing-masing mitra tetap selama periode kontrak.
2. Musyarakah menurun Bentuk akad lain yang merupakan pengembangan dari musyarakah adalah musyarakah menurun. Pada kerjasama ini, dua pihak bermitra untuk kepemilikan bersama suatu asset dalam bentuk property, peralatan, perusahaan, atau lainnya. Bagian asset pihak pertama, sebagai pemodal, kemudian dibagi ke dalam beberapa unit dan disepakati bahwa pihak kedua, sebagai klien, akan
KUMPULAN TUGAS KULIAH JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM STAIN SURAKARTA membeli bagian asset pihak pertama unit demi unit secara periodic sehingga akan meningkatkan bagian asset pihak kedua sampai semua unit milik pihak pertama terbeli semua dan asset sepenuhnya milik ihak kedua. Keuntungan yang dihasilkan pada tiap-tiap periode dibagi sesuai porsi kepemilikan asset masingmasing pihak saat itu. 3. Musyarakah mutanaqishah Salah satu bentuk musyarakah yang berkembang belakangan ini adalah musyarakah mutanaqishah , yaitu suatu penyertaan modal secara terbatas dari mitra usaha kepada perusahaan lain untuk jangka waktu tertentu, yang dalam dunia modern biasa disebut modal ventura, tana unsure-unsur yang dilarang dalam syariah. Implementasi dalam operasional perbankan syariah adalah merupakan kerjasama antara bank syariah dengan nasabah untuk pengadaan atau pembelian suatu barang (benda). Dimana asset barang tersebut jadi milik bersama. Adapun besaran kepemilikan dapat ditentukan sesuai dengan sejumlah modal atau dana yang disertakan dalam kontrak kerjasama tersebut. Selanjutnya nasabah akan membayar (mengangsur) sejumlah modal/dana yang dimiliki oleh bank syariah. Perpindahan kepemilikan dari porsi bank syariah kepada nasabah seiring dengan bertambahnya jumlah modal nasabah dari pertambahan angsuran yang dilakukan nasabah. Hingga angsuran berakhir berarti kepemilikan suatu barang atau benda tersebut sepenuhnya menjadi milik nasabah. Penurunan porsi kepemilikan bank syariah terhadap barang atau benda berkurang secara proporsional sesuai dengan besarnya angsuran. Selain sejumlah angsuran yang harus dilakukan nasabah untuk mengambil alih kepemilikan, nasabah harus membayar sejumlah sewa kepada bank syariah hingga berakhirnya batas kepemilikan bank syariah. Pembayaran sewa dilakukan bersamaan dengan pembayaran angsuran. Pembayaran angsuran merupakan bentuk pengambilalihan porsi kepemilikan bank syariah. Sedangkan pembayaran sewa adalah bentuk keuntungan (fee) bagi bank syariah atas kepemilikannya terhadap aset tersebut. Pembayaran sewa merupakan bentuk kompensasi kepemilikan dan kompensasi jasa bank syariah. 4
Dr. Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, Ms., M.Sc, Ph.D. http://scrib.com/Makalah%20Musyarakah%20Mutanaqishah_Nadratuzzaman 5 Ascarya. 2008. Akad dan Produk Bank Syariah. hal 217-218
KUMPULAN TUGAS KULIAH JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM STAIN SURAKARTA
D. Praktik Pembiayaan Musyarakah di Perbankan Syariah Indonesia Musyarakah dalam kenyataannya, perbankan syariah di Indonesia
mempraktikkan pembiayaan musyarakah yang tidak sama persis dengan konsep klasik musyarakah. Perbedaan karakteristik pokok pembiayaan musyarakah dalam literature klasik dan praktik di Indonesia adalah sebagai berikut: 5
Karakteristik pokok Tujuan transaksi Praktik klasik Investasi bersama (kontribusi dana) serta pengelolaan bersama Para pihak berkontribusi dana. Pengelolaan usaha Seluruh pihak (partner musyarakah) Pembagian hasil Pembayaran bagi hasil dan perhitungan profit rate Profit and loss sharing Dilakukan satu kali diakhir periode. Profit rate dihitung satu kali diakhir atas dasar 100% nilai penempatan dana investor sejak awal periode perjanjian. Revenue sharing Untuk satu kali angsuran pokok: bagi hasil dibayar secara periodik sesuai perjanjian dan profit rate dihitung atas dasar jumlah nominal bagi hasil per dana awal yang masih 100% digunakan oleh nasabah. Untuk pokok yang diangsur; (i) bagi hasil dibayar periodik sesuai denga periode angsuran pokok dan profit rate dihitung dari jumlah nominal bagi hasil per dana awal 100% atau (ii) bagi hasil dibayar periodik sesuai dengan periode angsuran pokok dan profit rate dihitung dari jumlah nominal dari bagi hasil yang di-discount karena menurunnya share dana bank dalam usaha nasabah. Kolateral Tanpa jaminan Dengan jaminan Sebagian besar kasus hanya bank yang memberikan kontribusi dana. Hanya nasabah bank (mushaib) Praktik di Indonesia Pembiayaan atau penyediaan fasilitas
Dalam aplikasi perbankan, musyarakah adalah kerjasama antara pemilik modal atau bank dengan pedagang/pengelola, dimana masing-masing pihak memberikan
KUMPULAN TUGAS KULIAH JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM STAIN SURAKARTA kontribusi modal dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan di muka dan apabila rugi ditanggung oleh kedua belah pihak yang bersepakat. Jenis usaha yang dapat dibiayai antara lain perdagangan,
industri/manufacturing, usaha atas dasar kontrak, dan lain-lain berupa modal kerja dan investasi.
Flowchat Musyarakah 6
MUSYARAKAH NASABAH ACCOUNT OFFICER KOMITE UNIT SUPPORT ANALISA YURIDIS nasabah proyek
4 3
Dokumentasi
Nomor 1. Jenis Dokumen Surat Permohonan Musyarakah (SPM) Data Perusahaan/Pengelola Spesifikasi Proyek Surat Persetujuan Musyarakah (SPM) Akad Musyarakah Tanda Terima Uang Oleh Nasabah (TTUON)
5. 10.
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia. 2003. Konsep,Produk, dan Implementase Operasional Bank Syariah.hal 185-188 10
KUMPULAN TUGAS KULIAH JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM STAIN SURAKARTA Nasabah datang ke bank dengan membawa (1) Surat Permohonan Musyarakah (SPM) dalam surat ini nasabah menjelaskan kebutuhan dana sebagai modal kerja untuk suatu proyek tertentu. Nasabah menjelaskan tentang proyek yang akan dikerjakan, pihak-pihak yang terlibat, dan tujuan proyek. Pengalaman nasabah dalam proyek sejenis dan sumber dana untuk mengembalikan modal tersebut kepada bank. Selain SPM, nasabah juga menyertakan data-data perusahaan dan spesifikasi proyek. (2) account officer/marketing akan menganalisa kelayakan bisnis nasabah, historis usaha nasabah baik dari segi kualitatif dan kuantitatif serta kelayakan proyek/usaha yang akan dikerjakan oleh nasabah. Selanjutnya (3) bagian administrasi pembiayaan akan menganalisa nasabah dari segi yuridis maupun kelengkapan/perizinan dan keabsahan proyek, juga kelengkapan dokumentasi perusahaan dalam bidang hukum, dan bank checking atas nasabah. Hasil pemeriksaan (checking) bagian administrasi pembiayaan
disampaikan kepada account officer/marketing bersamaan dengan analisa kualitatif dan kuantitatif. Kemudian account officer akan melakukan presentasi proyek tersebut kepada (4) komite pembiayaan untuk memperoleh persetujuan. Bila proyek nasabah dianggap tidak layak, dan tidak memenuhi criteria untuk dibiayai, maka seluruh dokumen harus dikembalikan pada nasabah, dan account officer menyampaikan penolakan proyek tersebut kepada nasabah. Bila permintaan nasabah dianggap layak dan memenuhi kriteria, komite akan memberikan persetujuan yang khususnya menyangkut aspek : Jumlah modal nasabah, Jumlah modal bank Jangka waktu kerjasama musyarakah Nisbah bagi hasil dari keuntungan atau pendapatan proyek Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi nasabah.
Bila perlu bank juga dapat meminta bantuan pihak ketiga atau menempatkan pegawai bank dalam proyek untuk mengawasi perkembangan proyek.
11
KUMPULAN TUGAS KULIAH JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM STAIN SURAKARTA Dalam pembiayaan musyarakah, masalah jaminan tidak menjadi prioritas utama, namun feasibility dan pengelolaan proyek yang menjadi tolok ukur keberhasilan proyek. Berdasarkan persetujuan komite, account officer akan mengirimkan (5) Surat Persetujuan Musyarakah (SPM) kepada nasabah. Selain itu bank meminta kelengkapan dokumen lainnya bila masih dibutuhkan. Isi Surat persetujuan musyarakah adalah menyetujui pemberian fasilitas musyarakah pada nasabah dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh komite. Setelah menerima surat persetujuan musyarakah dari bank, nasabah dapat menyetujui atau tidak menyetujui persyaratan-persyaratan ataupun nisbah bagi hasil yang diajukan noleh bank. Bila (6) nasabah setuju maka nasabah akan mempersiapkan kelengkapan dokumen untuk akad musyarakah. Bagian administrasi pembiayaan khususnya sbunit hokum mempersiapkan (7) akad musyarakah yaitu perjanjian bagi hasil antara nasabah dengan bank dengan memperhatikan kelengkapan dokumen dan rincian/ spesifikasi proyek yang akan dibuat, serta segala ketentuan terms and conditions yang telah disepakati antara nasabah dan bank. Setalah akad musyarakah ditandatangni nasabah diminta untuk mengeluarkan (8) Surat Permohonan Reaslisasi Musyarakah (SPRM). Isi SPRM adalah meminta pencarian dana untuk dimulainya pelaksanaan proyek. (9) bagian administrasi pembiayaan memberikan informasi bahwa akad musyarakah telah terlaksana, dan account officer dapat menyetujui dilaksanakannya pencairan dana kepada nasabah. Setelah meneruma dana dari bank, nasabah akan menyerahkan (10) Tanda Terima Uang Oleh Nasabah (TTUON) kepada bank. Selama proyek berjalan (11) account officer diwajibkan untuk turut terlibat, monitoring perkembangan proyek dan pendapatan serta biaya yang dikeluarkan. Setelah (12) proyek berjalan nasabah akan melakukan (13) pembayaran bagi hasil kepada bank sesuai nisbah yang telah disepakati bersama. (14) pembayaran pokok/pengembalian pokok dilakukan dia khir periode selesainya jangka waktu musyarakah.
12
KUMPULAN TUGAS KULIAH JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM STAIN SURAKARTA Secara prinsip syariah selama jangka waktu musyarakah yang dibagikan kepada pemilik modal adalah bagi hasil yang dihitung dari pendapatan atau dari laba, dan pengembalian pokok dilakukan pada akhir periode jangka waktu musyarakah. Namun dalam aplikasinya, untuk menjaga terjadinya side streaming dan melihat cash flow nasabah cuku/mampu untuk mengembalikan modal, maka pembayaran pokok dapat diangsur dan disimpan dalam escrow account (tidak diambil oleh bank sampai jangka waktu musyarakah selesai). Beberapa deviasi pembiayaan musyarakah yang perlu digarisbawahi adalah sebagai berikut : 7 1. Kurangnya informasi dari pihak bank untuk menjelaskan secara penuh esensi dari pembiayaan musyarakah dan keterangan lain yang berkaitan dengan keberadaan produk tersebut. 2. Dalam proses permohonan pembiayaan musyarakah, titik berat analisis masih terfokus pada analisis kemampuan bayar dan keberadaan jaminan. Analisis yang merupakan esensi dari suatu kegiatan esensi,juga telah dilakukan walaupun dalam kapasitas terbatas. Dengan demikian, kesan utang piutang masih lebih kuat terasa dibandingkan kesan investasi. 3. Tingkat efektif pengenaan denda dalam pembiayaan musyarakah yang dikaitkan dan/atau disamakan dengan tingkat efektif nibah bagi hasil (NBH) dikhawatirkan akan tergolong pada riba fadhal.
Hal-hal diatas menjadi perhatian utama dalam standardisasi akad musyarakah yang dikeluarkan Bank Indonesia dalam rangka pemurnian ketentuan syariah dengan memerhatikan syarat minimum menurut ketentuan fikih. E. Teknik Perhitungan Bagi Hasil Dalam Musyarakah 8 Sebagaimana diketahui, musyarakah adalah suatu teknik pembiayaan di bank syariah diantara dua atau lebih pemilik dana, secara bersama-sama membiayai suatu usaha yang akan dijalankan oleh pelaksana. Pelaksana dapat berasal dari salah satu pemilik dana, dapat juga orang lain yang bukan pemilik dana.
7 8
Ascarya. 2008. Akad dan Produk Bank Syariah. hal 219 Muhammad.2004.Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah.hal 80-84
13
KUMPULAN TUGAS KULIAH JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM STAIN SURAKARTA
Pelaksana usaha berasal dari salah satu pemilik modal Biasanya, nasabah yang melaksanakan usaha patungan tersebut dengan sebagian modal dari calon nasabah dan sebagian dari bank syariah. Dari sini, biasanya diawali dengan akad. Dalam akad, disamping diatur tentang hak dan kewajiban masing-masing, juga harus disepakati tentang hasil yang akan dibagihasilkan. Sebaiknya hasil yang akan dibagihasilkan diambil dari pendapatan, tetapi tidak tertutup kemungkinan dari keuntungan. Jika diambil dari keuntungan maka biaya-biaya yang meragukan tidak usah diperhitungkan. Bagi hasil tentunya tidak proporsional atas modalnya, karena salah satu sebagai pengelola, sementara yang lainnya idak. Hal yang paling penting adalah pada saat akad dilakukan telah disepakati tentang nisbah bagi hasilnya. Seperti halnya di dalam pembiayaan mudharabah, di dalam pembiayaan musyarakah pun hasil usaha yang didapat adalah belum pasti. Oleh karena itu harus pula disepakati tentang proyeksi sebagai dasar perhitungan aktualisasi yang sebenarnya terjadi.
Palaksana usaha bukan merupakan salah satu dari pemilik modal Pembiayaan yang melibatkan dana dari bank, biasanya bank tidak akan terlibat dalam pengelolaan usaha secara maksimal. Sehingga bisa jadi pelaksana usaha bukan merupakan salah satu pemilik dana. Berdasarkan pola ini dapat diilustrasikan kasus-kasus sebagai berikut : Tabel Perkiraan bagi hasil Shohibul maal : 1
Bulan ke Cicilan (A) 5.000.000 Perkiraan Bagi hasil (B) 500.000 Setoran (C=A+B) 5.500.000
1 12
Catatan: 1. Jumlah pembiayaan shohibul maal 1 = Rp 60.000.000,2. Jangka waktu 12 bulan 3. Perkiraan/poyeksi bagi hasil 12% p.a. flat
14
KUMPULAN TUGAS KULIAH JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM STAIN SURAKARTA
Besarnya nisbah tidak harus sama setiap bulannya selama masa pembiayaan. Dapat dilakukan akad dengan multi-nisbah, selama hal ini ditetapkan dengan jelas di awal, misalnya dalam akad disepakati: Nisbah bulan 1 3 : 60-40 (shohibul maal mudharib) Nisbah bulan 3 6 : 65-35 (shohibul maal mudharib) Nisbah bulan 6 12 : 70-30 (shohibul maal mudharib) Dengan demikian, semua variasi teknik perhitungan dapat diakomodir dalam perhitungan nisbah bagi hasil, seperti: efektif, progresif, sliding, grace-period, stepup, disesuaikan dengan karakteristik usaha debitur. Menentukan berakhirnya pembiayaan Pembiayaan berakhir pada saat jumlah cicilan dalam table distribusi bagi hasil sama dengan besarnya pembiayaan yang diberikan bank. Implikasinya adalah sebagai berikut : 1. Jika pedapatan aktual lebih besar daripada proyeksi pendapatan, pelunasan kurang dari 12 bulan. 2. Jika pendapatan aktual lebih kecil dari pada proyeksi pendapatan, pelunasan lebih dari 12 bulan. 3. Jika pendapatan aktual sama dengan proyeksi pendapatan, maka pelunasan sama dengan 12 bulan. Jika terjadi kerugian, dalam konsep musyarakah yang dibagihasilkan adalah pendapatan, dan pendapatan yang terkecil adalah nol. Oleh karena itu, maka yang dimaksud kerugian adalah ketidakmampuan debitur membayar cicilan senilai pembiayaan yang diterimanya. Jika ini terjadi, maka kerugian harus ditanggung oleh shahibul maal (bank) secara proporsional dengan porsi musyarakah, kecuali kerugian tersebut timbul akibat : Debitur melanggar syarat yang disepakati Debitur lalai dalam menjalankan usahanya Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka perlakuan jaminan diperbolehkan dalam hal ini, kendatipun tidak wajib hukumnya.
15
KUMPULAN TUGAS KULIAH JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM STAIN SURAKARTA Kesimpulan Secara bahasa, syirkah atau musyarakah berarti mencampur. Dalam hal ini mencampur satu modal dengan modal yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain. empat syarat akad musyarakah yaitu 1) syarat berlakunya akad; 2) syarat sahnya akad; 3) syarat terealisasinya akad; 4) syarat lazim juga harus dipenuhi. Pada prinsipnya syirkah itu ada dua macam yaitu Syirkah amlak (kepemilikan) dan syirkah Uqud (terjadi karena kontrak). Musyarakah dalam kenyataannya, perbankan syariah di Indonesia mempraktikkan pembiayaan musyarakah yang tidak sama persis dengan konsep klasik musyarakah. Besarnya nisbah bagi hasil tidak harus sama setiap bulannya selama masa pembiayaan. Dapat dilakukan akad dengan multi-nisbah, selama hal ini ditetapkan dengan jelas di awal, misalnya dalam akad disepakati: Nisbah bulan 1 3 : 60-40 (shohibul maal mudharib) Nisbah bulan 3 6 : 65-35 (shohibul maal mudharib) Nisbah bulan 6 12 : 70-30 (shohibul maal mudharib)
Dengan demikian, semua variasi teknik perhitungan dapat diakomodir dalam perhitungan nisbah bagi hasil, seperti: efektif, progresif, sliding, grace-period, step-up, disesuaikan dengan karakteristik usaha debitur. Beberapa deviasi pembiayaan musyarakah yang perlu digarisbawahi adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya informasi dari pihak bank 2. Dalam proses permohonan pembiayaan musyarakah, titik berat analisis masih terfokus pada analisis kemampuan bayar dan keberadaan jaminan. 3. Tingkat efektif pengenaan denda dalam pembiayaan musyarakah yang dikaitkan dan/atau disamakan dengan tingkat efektif nibah bagi hasil (NBH) dikhawatirkan akan tergolong pada riba fadhal.
16
KUMPULAN TUGAS KULIAH JURUSAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM STAIN SURAKARTA DAFTAR PUSTAKA
Ascarya. 2008. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: RajaGrafindo. Dr. Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, Ms., M.Sc, Ph.D. http://scrib.com/Makalah%20Musyarakah%20Mutanaqishah_Nadratuzzaman http://www. shariahlife.com/?article?/syirkah_musyarakah2 Muhammad. 2004. Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah. Yogyakarta: UII Press. M.Nadratuzzaman Hosen, AM Hasan Ali, A. Bahrul. 2008. Materi Dakwah Ekonomi Syariah. Jakarta: PKES. Muhammad Syafii Antonio. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta : Gema Insani. Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia. 2003. Konsep, Produk, dan Implementasi Operasional Bank Syariah. Jakarta: Djambatan.
17