You are on page 1of 4

ETIKA WIRAUSAHA 1.1.

Pengertian Etika Istilah etika diartikan sebagai suatu perbuatan standar (standard of conduct) ya ng memimpin inuividu dalam membuat keputusan. Ethics is the study of right and w rong and of the morality of choices made by individuals. An ethnical decision or action is one that is right according to some standard of behavior. Business et hics (sometimes referred to as managemert ethical is the application of moral st andards to business decisions and actions. Etik ialah suatu studi mengenai yang benar dan yang salah dan pilihan moral yang dilakukan seseorang. Keputusan etik ialah suatu hal yang benar mengenai perilak u standar. Etika bisnis kadang-kadang disebut pula etika manajemen, yaitu penera pan standar moral kedalam kegiatan bisnis. W.F. Schoell menyatakan: Business Eth ics is a system of "oughts" a collection of principles and rules of conduct base d on beliefs about what is right and wrong business behavior. Behavior that conf orms to these principles is ethical (Schoell, 1993: 46). Some pholosophers say that behavior is ethical if it follows the will of God. Etika bisnis mencakup hubungan antara perusahaan dengan orang yang menginvestasi uangnya dalam perupahaan, dengan konsumen, pegawai, kreditur, saingan, dan seba gainya. Orang-orang bisnis diharapkan bertindak secara etis dalam berbagai aktivitasnya di masyarakat. Harus ada etik dalam menggunakan sumber daya yang terbatas di mas yarakat dan apa akibat dari pemakaian sumber daya tersebut, apa akibar dari pros es produksi yang ia lakukan? Diharapkan orang bisnis memiliki standar etik yang lebih tinggi di masyarakat, karena mereka langsung berhadapan dengan masyarakat yang selalu mengawasi kegiatan mereka. Definisi lain menyatakan: Business ethics is about building of trust between peo ple and organizations, an absolutely essential ingredient to conducting business successfully especially in the long term (Linda Klebe Trevino, 1995: 290). Jadi prinsipnya seorang wirausaha lebih baik merugi daripada melakukan perbuatan tidak terpuji. Para pengusaha semaksimal mungkin harus menghindarkan pertengkar an, apalagi yang akan menyebabkan putus hubungan. Semua claim dari relasi sampai tingkat tertentu harus dilayani dengan penuh toieransi. Harus dicari win-win so lution pada setiap persengketaan. Cepat ganti barang baru, jika ada claim yang b enar. Semua ini untuk menjaga reputasi, nama baik perusahaaan. Perbuatan tidak t erpuji. beriaku curang, tidak jujur, tidak menepati janji, akan meruntuhkan mart abai bisnisnya, sedangkar. martabat atau reputasi adalah satu kata magis yar.g h arus dijunjung tinggi oleh seorang wirausaha, yang akan merupakan competitive ad vantage, keungulan bersaing yang abadi, dan menang selama-lamanya. Gambar 1.1. Etika Terhadap Stakeholder 1.2. Keuntungan Menjaga Etika Tiga Tingkatan Sta idar Etika There are three levels of ethical standards: The law The policies ind procedures of an organization The moral stance of the individual (Zimmerer, 1996: 23) Undang-undang dan berbagai peraturan mengatur masyarakat apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan dan memiliki sanksi yang jelas, ada hukumannya. Sedangkan the policies and procedures adalah aturan yang berlaku di dalam sebuah lembaga, menyangkut aturan kerja, kompensasi, cara berpakaian dsb. The moral stance meru pakan sikap/perilaku individu bila berhadapan dengan sesuatu dalam pergaulan yan g tidak ada aturan formalnya. Nilai-nilai moral ini diperoleh oleh seseorang sej ak dini dari keluarga, belajar agama, belajar budi pekerti, sopan santun. Perila ku semacam ini dilatih dalam kehidupan sehari-hari Sebagaimana dikatakan oleh Ar istoteles: "you get a good adult by teachim a good child to do the right thing. " (Zimmerer, 1996: 23). Apabila dilihat perilaku fundamental yang berhubungan dengan etika di masyarakat , dan berlaku sepanjang masa di semua etnis adalah:

1. sopan santun, selalu bicara benar, terus terang, tidak menipu, tidak men curi, 2. integrity, memiliki prinsip, hormat, jangan dua muka, 3. jaga janji, bisa dipercaya bila berjanji, amanah, jangan rnau menang sen diri, 4. fidelity, benar dan oyal pada keluarga, teman, jangan menyembunyikan inf ormasi yang tidak perlu diiahasiakan, 5. fairness, berlaku fair, dan terbuka komit pada kedamaian, jika salah jan gan tetap bertahan, tapi cepat mengakui kesalahan, periakuan sama pada setiap or ang, toleran, 6. caring for others, perhatian, baik budi, ikut andil, tolong siapa yang m emerlukan, 7. respect for other, menghormati hak-hak orang lain, privacy, beri pertimb angan pada orang lain yang dianggap berguna, jangan berprasangka, 8. responsible citizenship, patuh pada undang-undang dan peraturan yang ber laku, jika menjadi pemimpin harus bersifat terbuka dan menolong, 9. pursuit of excellence, berbuatlah yang terbaik disegala kegiatan, dalam pertemuan, tanggungjawab, rajin, komit, tingkatkan kompetensi dalam segala bidan g, jangan mau menang sendiri, 10. accountal ility, bertanggungjawab dalam segala perbuatan terutama dalam. mengambil keputusan. (diringkas dari Zimmerer 1996:28) Untuk menjaga terlaksananya etika ini, maka didalam perusahaan dapat dilakukan m enyusun "credo" perusahaan. Kemudian dikembangkan kode etik didalam perusahaan s ecara tertulis, tidak terlalu rinci tapi cukup memuat hal-hal yang minimum saja seperti menyangkut tata sopan santun, keselamatan kerja, kesehatan, konflik, kem ananan, kerahasiaan, kegiatan politik dalam perusahaan, melestarikan lingkungan dsb. Mendorong karyawan agar taat pada peraturan, adakan peht'han-pelatihan, umu mkan jika ada kejanggalan/ pelanggaran, ciptakan budaya perusahaan yang nyata di ikuii / dibiasakan berlaku terus menerus. 1.3. Konsumerisme Konsumerisme adalah gerakan protes dari para konsumen atau masyarakat, karena pe rlakuan para pengusaha/ wirausaha yang kurang baik dalam melayani konsumen. William J.Stanton, menyatakan Consumerism is the action of individual and organi zation (consumer, government, and business) responding to consumer dissatisfaction in exchange relationships. Artinya konsumerisme ialah suatu tindakan dari indiv idu atau organisasi konsumen, lembaga pemerintah dan perusahaan) sebagai jawaban ketidakpuasan yang diterima dalam hubungan dengan jual beli. William F.Schoell et al (1993:72) menyatakan: Consumerism is a movement to stren gthen the power of consumers in relation to the power of producers and sellers. Pada bagian lain (p. 387) dinyatakan bahwa Consumerism is the organized efforts of consumers to demand honest and fair business practices. Melalui consumerism ini, masyarakat mengharapkan para pengusaha berperilaku baik , etis dalam berbisnis, tidak berusaha menipu, tidak menjual barang dengan iklan berlebihan dan sebagainya. Konsumerisme menyangkut dua hal: 1. Proses terhadap ketidakpuasan, ketidakadilan yang diterima konsumen 2. Mengusahakan untuk memperbaiki keadaan menjadi lebih baik. Adanya gerakan konsumen ini, menimbulkan jawaban positif dari pihak produsen, da n dari pihak pemerintah. Jawaban positif tersebut dalam bentuk: 1. Pendidikan Konsumen, para produsen berusaha mendidik masyarakat, dengan mengeluarkan brosur, buletin, yang memuat informasi tentang barang yang dijual, cara penggunaan. Informasi ini harus dapat dibaca secara jelas. 2. Pemberian Jaminan, sampai waktu tertentu bila ada kerusakan. akan tiiber i barang penggami, reparasi gratis, spare-pans gratis, dsb. 3. Lembaga Konsumen, membantu menampung ke'uhan-keluhan konsumen, dan mempe rjuangkannya kepihak produsen dan pemerintah. 4. Pemerintah, akan mengeluarkan berbagai peraturan untuk melindungi kesela matan konsumen, seperti pada bungkus rokok dan iklan rokok ditulis "merokok tida k baik buat kesehatan anda, makanan ini tidak memakai zat wama atau zat pengawet

, hewan harus dipotong dirumah potong hewan milik pemerintah dsb. Hak-hak konsumen ini telah d;ungkapkan sejak tahun 1960, seperti ditulis oleh Wi lliam F. Schoell In the earh 1960s President John F Kennedy, proclaimed four bas ic consumer rights. 1. the right to choose, hak untuk memilih, jangan hanya ditawarkan komoditi satu jenis saja, tanpa ada pilihan. 2. the right to be informed, konsumen berhak memperoleh informasi dari prod usen, terhadap barang yang akan d;beli, baik mengenai bahan, cara pemakaian, day a tahan, dsb. 3. the right to be heard, jika ada keluhan konsumen, harus didengar. Jika a da tuntutan konsumen harus segera diperhatikan oleh produsen. 4. the right to safety, apabila konsumen menggunakan produk, harus dijaga k eselamatan konsumen, jangan sampai barang yang telah dibeli membahayakari konsum en terutama dalam hal mainan anak-anak, atau obat. 1.4. Masalah Polusi Dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan, para konsumen melancarkan "green co nsumerism " Since the twentieth anniversary of Earth Day, tahun 1990, dilancarka n green marketing, sebagai respons terhadap green consumerism. William F. Schoel l menyatakan Green marketing is the development and use of marketing programs desi gned to enhance a firm environmental image. Green marketing adalah mendesain kegiatan marketing untuk melestarikan lingkunga n, agar menimbulkan citra baik terhadap perusahaan. Usaha melestarikan lingkunga n ini bisa berbentuk kegiatan menanam pepohonan diiingkungan perusahaan, mengola h air limbah sebelum dibuang ke selokan/sungai, meniberi filter udara pada cerob ong acap pabrik, mengurangi kebisingan suara mesin, dengan memasang a!at peredam suara, mengurangi polusi tanah, dengan recycling atau mengolah kembali sampaii yang dihasilkan pabrik dsb. Sebenamya bukan produsen saja yang harus menjaga kel estarian lingkungan ini, tapi juga kita sebagai konsumen. Konsumen harus membant u melalui menjaga kebersihan, membuang sampah ditempatnya, tidak menggunakan spe da motor yang suara knalpotnya terlalu keras. dan tidak bangga dengan suara knal pot demikian, sehingga tidak ada lagi modifikasi knalpot buat digunakan dijalan umum, menjadi suara knalpot buat pembalap.Jangan berlagak sebagai pembalap ulung dijalan umum. Oleh sebab itu semua warga ncgara berkewajiban menjaga, tidak membiarkan makin m eningkatnya polusi suara, polusi tanah, air, dan udara. Para pengusaha berkeyakinan bahwa kebijaksanaan green marketing yang dilancarkan oleh perusahaan, akan beipengaruh terhadap keputusan membeli konsumen terhadap suatu produk. 1.5. Budaya Perusahaan Untuk menanamkan kebiasaan baik pada karyawan, maka perlu dikembangkan budaya pe rusahaan dalam sebuah organisasi. Apa yang dimaksudkan dengan Budaya Perusahaan: 1. Company culture is the system of shared values and beliefs employment ha ve about the standards and criteria used in the firm to judge achievement, individ ual contribution, and expertise (W. F. Schoell, 1196: 289) 2. Organization culture refers to a system of shared meaning held by members that distinguishes the organization from other organizations (Robbins, 1996: 206 ) 3. Corporate culture define as the shared experiences, stories, beliefs and norms that characterize an organization (Kotler, 1997: 67) Budaya Perusahaan ialah karakteristik suatu organisasi perusahaan yang mencakup pengalaman, cerita, kepercayaan dan norma-norma bersama yang dianut oleh seluruh jajar; n perusahaan. Misalnya pada sebuah perusahaan dapat kita lihat, bagaiman a karyawannya berpakaian, berbicara, melayani tamu, pengaturan kantor, dsb. Budaya perusahaan ini dapat membuat karyawan gairah, termotivasi, disiplin. suka , memiliki moral tinggi atau malahan sebaliknya tidak bergairah, tidak disiplin, santai, malas, selalu mengharap imbalan, dsb. Oleh sebab itu pengembangan budaya perusahaan harus dilakukan, karena sangat ber

maniaat untuk: meningkatkan sense of identity, sense of belonging, komitmen bersam a. stabilitas internal perusahaan, pengendalian sifat-sifat yang kurang baik, da n akhirnya akan menjadi pembeda satu perusahaan dengan peiusahaan lain, dan akhi rnya akan menimbulkan citia tersendiri bagi kemajuan perusahaan.

You might also like