You are on page 1of 8

GAS

A. Gas Secara Umum B. Gas Ideal

C. Gas Nyata
Andhina Rizkya Satriani (G1C 011 002) Arby Shahab (G1C 011 003) Arista Dewi Nurita (G1C 011 004) Asih Chomsa Lestari (G1C 011 005) Baiq Repika Nurul Furqon (G1C 011 007)

GAS

A. Gas Secara Umum Gas merupakan kumpulan molekul-molekul dengan gerakan acak tapi

berkesinambungan, dengan kecepatan yang bertambah jika temperatur dinaikkan. Gas memang berbeda dengan cairan (yang molekul-molekulnya juga bergerak acak karena molekul-molekul gas terpisah jauh satu sama lain karena gaya tarik antar-molekulnya sangat lemah), kecuali selama tabrakan dan bergerak tak bergatung satu sama lain. Tenaga gerak atau energi kinetik dalam suatu gas adalah bentuk zat terhebat kedua (setelah plasma). Atom-atom gas dan molekul sering memantul antara satu sama lain, karena penambahan energi kinetik ini, apalagi jika energi kinetik ini semakin bertambah.

Berikut ini adalah sifat-sifat fisis yang khas dari semua gas: 1. Gas mempunyai volume dan bentuk menyerupai wadahnya. 2. Gas merupakan wujud materi yang paling mudah dimampatkan. 3. Gas-gas akan segera bercampur secara merata dan sempurna jika ditempatkan dalam wadah yang sama. 4. Gas memiliki kerapatan yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan cairan dan padatan.

Gas adalah zat yang secara normal berada pada keadaan gas pada suhu dan tekanan biasa; uap adalah bentuk gas dari zat apapun yang berwujud cairan atau padatan pada suhu dan tekanan normal. Gas melakukan tekanan pada permukaan apa pun ketika saling bersentuhan, karena molekul-molekul gas senantiasa dalam keadaan bergerak.

Gas mempunyai kemampuan untuk mengalir dan dapat berubah bentuk. Namun berbeda dari cairan yang mengisi pada besaran volume tertentu, gas selalu mengisi suatu volume ruang, mereka mengembang dan mengisi ruang di manapun mereka berada.

Kata gas kemungkinan diciptakan oleh seorang kimiawan Flandria sebagai pengejaan ulang dari pelafalannya untuk kata Yunani, chaos (kekacauan).

B. Gas Ideal 1. Hukum-hukum Gas Ideal a. Hukum Boyle Robert Boyle mempelajari pengaruh perubahan volume gas terhadap tekanan gas pada suhu tetap. Diperoleh hasil bahwa volume yang ditempati oleh gas berbanding terbalik dengan tekanan gas (V ), sehingga dapat dinyatakan: PV = k P1V1 = P2V2 b. Hukum Charles Alexander Charles mempelajari pengaruh perubahan suhu gas terhadap volume gas pada tekanan tetap. Diperoleh hasil bahwa volume yang ditempati oleh gas
T), sehingga dapat dinyatakan:

berbanding lurus dengan suhu gas (V

=k

c. Hukum Gay-Lussac Gay-Lussac mempelajari pengaruh perubahan suhu gas terhadap tekanan gas pada volume tetap. Diperoleh hasil bahwa tekanan yang ditempati oleh gas berbanding lurus dengan suhu gas (P
T), sehingga dapat dinyatakan:

d. Hukum Gabungan Gas Ketiga hukum di atas secara matematis dapat digabung menjadi satu hukum yang disebut hukum gabungan. PV = k Menjadi satu persamaan yaitu: =k

=k

atau

e. Hukum Avogadro Amedeo Avogadro menyempurnakan hukum gas yang dikemukakan Boyle, Charles, dan Gay-Lussac. Dia menghipotesiskan bahwa volume gas proporsional dengan jumlah molekul seperti persamaan di bawah ini:

Dimana n adalah jumlah mol dan k (0,082 L atm/mol K) adalah konstanta Avogadro. Hukum Avogadro menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan tetap, volume gas-gas yang sama memiliki jumlah mol gas yang sama. 2. Persamaan Gas Ideal Tiga persamaan yang menghubungkan volume, tekanan, temperatur dan jumlah gas dapat digabung menjadi persamaan tunggal.

PV=nRT

Hukum Dalton tentang Tekanan Parsial Tekanan total dari sebuah campuran gas ideal adalah jumlah dari tekanan parsial masing-masing gas, yaitu:

Tekanan parsial dari semua komponen dalam suatu campuran gas ideal dapat dihubungkan dengan totalnya dengan persamaan:

Di mana

adalah fraksi mol dari gas ke-I dan didefinisikan sebagai:

3. Teori Efusi Graham Menurut teori efusi Graham, laju efusi (atau keluarnya gas melalui suatu lubang) dari gas-gas pada tekanan dan temperatur yang sama berbanding terbalik dengan akar kuadrat kerapatannya, yaitu bila dan dan adalah laju efusi dari kedua macam gas,

adalah kerapatan, maka dapat dinyatakan:

C. Gas Nyata Untuk dapat menerapkan persamaan hukum gas ideal pada gas nyata, maka diasumsikan gas diperlakukan pada kondisi yang luar biasa. Akan tetapi, seluruh gas nyata menyimpang sedikit dari gas ideal.

Volume molar dapat ditentukan dengan: Vm = V/n

Dengan volume molar dihitung dari hukum gas ideal: Vom = RT/P

Hal tersebut menunjukkan bahwa penyimpangan dari ideal menjadi besar pada tekanan tinggi dan temperatur rendah. Seluruh pengaruh ini dapat dihubungkan dalam istilah sederhana: Secara umum, semakin dekat gas ke keadaan cairan, hal tersebut akan menyimpang dari hukum gas ideal.

Penyimpangan sudut molekul dari hukum gas ideal timbul karena pengabaian dua faktor: a. Volume terbatas partikel gas b. Gaya tarik antar partikel gas

1. Gaya Tarik Penyimpangan yang terjadi dapat dihubungkan dengan gaya tarik antar partikel gas. Gaya ini cenderung untuk menarik partikel kearah yang lainnya, mengurangi jarak diantaranya.

Sebagai hasilnya partikel mendesak menjadi volume yg lebih kecil, hanya jika digunakan penambahan tekanan dari luar. Pengamatan volume molar, Vm menjadi lebih kecil daripada V0m dan penyimpangan dari gas ideal adalah negatif.

Besarnya efek ini tergantung pada kekuatan gaya tarik dan sifat alami gas. Gaya tarik intermolekuler lebih kuat dalam CO2 daripada O2 , dimana menjelaskan bahwa penyimpangan dari ideal pada Vm adalah lebih besar dengan karbondioksida dan dapat menjelaskan mengapa karbondioksida lebih mudah dikondensasi kecairan daripada oksigen.

2. Volume Partikel Setelah dilakukan percobaan bagaimana hubungan Vm/V0m terhadap tekanan untuk metana pada 25 . ternyata diperoleh tekanannya naik sampai sekitar 150 atm, metana kenaikan menuju negative dari keadaan ideal,

menunjukkan penyimpangan 70% dari V0m.

sebagaimana diharapkan pada dasar gaya tarik. Pada 150 atm, Vm adalah hanya sekitar

Tekanan yang sangat tinggi, metana berkelakuan sangat berbeda. Sekitar 150 atm perbandingan Vm/V0m naik, menjadi 1 atm sekitar 350 atm. Diatas tekanan tersebut, metana menunjukkan penyimpangan positif dari hukum gas ideal:

Pengaruh ini tidak berarti unik untuk metana, karena tersebut juga diamati untuk seluruh gas. Pada kenaikan volume molar diatas yang diprediksi oleh hukum gas ideal adalah hubungan volume yang terbatas dari partikel gas. Partikel ini menambah pengamatan volume, membuat Vm lebih besar daripada V0m. Biasanya, pengaruh ini

menjadi lebih jelas hanya pada tekanan tinggi, dimana partikel sungguh tertutup dengan partikel lainnya.

3. Persamaan Van der Waals Sejumlah persamaan yang berbeda telah diperoleh untuk menghubungkan P, V, dan T. untuk gas, akibat tarikan antara partikel dan volumepartikel terbatas. Persamaan Van der Waals diberikan seperti dibawah ini: (P + a/V2m) (Vm b) = RT

Dimana Vm adalah volume molar gas.dalam persamaan ini, a dan b adalah konstan, sedangkan variable bebas adalah P, V, dan T. beberapa macam bentuk gas dengan nilai a dan b diberikan pada tabel dibawah, keadaan a/ V2m menggambarkan gaya tarik antara partikel, dimana konstanta b memperbaiki pengaruh dari volume dari partikel, b secara kasar sama dengan volume molar dari cairan.

Persamaan Van der Waals adalah lebih baik daripada hukum gas ideal untuk memprediksi kelakuan gas nyata yang layak pada tekanan tinggi. Sebagai contoh, O2 pada -50
(g)

dan 100 atm. Pengamatan volume molar adalah 0,148 L. nilai perhitungan

dengan hukum gas ideal adalah 0,183 L. persamaan Van der Waals memperkirakan volume molar 0,140 L lebih mendekati nilai benar.

Tabel Nilai Tetapan Gas yang Umum Dijumpai Sehari-hari

DAFTAR PUSTAKA

Alberty. 1987. Kimia Dasar II. Jakarta: Erlangga. Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti. Jakarta: Erlangga. Dogra. 2009. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta: UI Press. Prasetiawan, Widi. 2009. Kimia Dasar I. Jakarta: Cerdas Pustaka. Wikipedia. Gas. Diakses di: http://id.wikipedia.org/wiki/Gas, pada tanggal 2 Oktober 2012, pukul 19.15 WITA.

You might also like