You are on page 1of 176

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X.

2 SMA NEGERI 1 PURWOHARJO KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN MENGGUNAKAN GAMBAR DAN IMAJINASI

SKRIPSI

OLEH DWI YANI LESTARI NIM 104211472066

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA,

DAN DAERAH AGUSTUS 2008 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 PURWOHARJO KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN MENGGUNAKAN GAMBAR DAN IMAJINASI

SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Negeri Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Oleh Dwi Yani Lestari NIM 104211472066

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA

JURUSAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH Agustus 2008 ABSTRAK Lestari, Dwi Yani. 2008. Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dengan Menggunakan Gambar dan Imajinasi. Skripsi, Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Pembimbing: Dr. Sunaryo Hs, S.H., M.Hum. Kata kunci: kemampuan menulis, deskripsi, gambar, imajinasi. Berdasar pada Standar Isi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2006, keterampilan menulis telah diajarkan mulai jenjang SD/MI hingga jenjang SMA/MA. Siswa SD/MI hingga SMA/MA diharapkan memiliki keterampilan menulis dalam berbagai bentuk, termasuk dalam bentuk tulisan deskripsi. Meski telah dilaksanakan pembelajaran menulis deskripsi di kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi, hasil pembelajaran menulis deskripsi di kelas tersebut tidak maksimal. Dari kegiatan studi pendahuluan, diketahui adanya permasalahan dalam proses pembelajaran menulis deskripsi dan kelemahan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi, baik pada aspek isi, organisasi, dan kebahasaan, sehingga nilai yang diperoleh belum mampu mencapai standar keberhasilan yang disyaratkan, yakni 65%.. Untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan, peneliti bekerjasama dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi merencanakan tindakan melalui penelitian dengan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi setelah menggunakan gambar dan imajinasi, baik pada aspek isi, organisasi, maupun kebahasaan. Dengan menggunakan gambar dan imajinasi, diharapkan kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi mengalami peningkatan, baik pada aspek isi, organisasi, maupun kebahasaan, sehingga nilai yang diperoleh mampu mencapai standar keberhasilan yang disyaratkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan AprilMei 2008 di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi, dengan subjek penelitian siswa kelas X.2. Penelitian ini difokuskan pada kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi dengan tema keindahan alam. Data penelitian ini adalah data hasil wawancara, rekaman aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran menulis deskripsi di kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi, dan hasil karya siswa yang berupa karangan deskripsi. Sumber data penelitian ini adalah siswa dan guru Bahasa Indonesia kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Berdasarkan hasil penilaian karangan deskripsi siswa dengan mengacu pada pedoman penyekoran dan standar keberhasilan yang telah ditentukan, diketahui bahwa pada tahap pretes, yakni sebelum menggunakan gambar dan imajinasi, rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa hanya mencapai i ii

45,79% sehingga belum mampu mencapai standar keberhasilan yang disyaratkan. Setelah diberikan tindakan dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I, rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa mengalami peningkatan sebesar 18,61% sehingga mencapai 64,40%. Pada siklus II, rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa mengalami peningkatan sebesar 14,06% dari siklus I sehingga mencapai 78,46%. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa setelah menggunakan gambar dan imajinasi, kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi mengalami peningkatan sebesar 32,67% dan mampu mencapai standar keberhasilan yang disyaratkan. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada setiap aspeknya, setelah menggunakan gambar dan imajinasi. Setelah menggunakan gambar dan imajinasi, kemampuan menulis karangan deskripsi siswa mengalami peningkatan pada: (1) aspek isi, dengan peningkatan sebesar 38,46% pada subaspek kesesuaian, 23,59% pada subaspek kerincian, dan 44,62% pada subaspek kreativitas imajinasi; (2) aspek organisasi, dengan peningkatan sebesar 15,38%; dan (3) aspek kebahasaan, dengan peningkatan sebesar 31,28% pada subaspek kalimat, 35,38% pada subaspek diksi, dan 40% pada subaspek ejaan. Berdasarkan penelitian peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dengan menggunakan gambar dan imajinasi, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia disarankan: (1) menggunakan gambar dan imajinasi dalam pembelajaran menulis deskripsi, (2) menggunakan langkah-langkah pembelajaran sebagaimana langkah-langkah pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi, dan (3) membimbing siswa untuk melakukan tahapantahapan dalam menghasilkan sebuah karangan dalam setiap pembelajaran menulis, yakni tahap prapenulisan, penulisan, penyuntingan dan revisi, dan publikasi. Untuk peneliti lanjutan disarankan melaksanakan penelitian dengan menggunakan gambar dan imajinasi untuk meningkatkan kemampuan siswa pada keterampilan menulis yang lain.

KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas restu, ridha, kasih sayang, dan nikmat-Nya Yang Luar Biasa sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dengan Menggunakan Gambar dan Imajinasi. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih dan penghargaan tiada terkira penulis sampaikan kepada pihakpihak sebagai berikut. 1. Dr. Dawud, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Sastra UM dan Dr. Maryaeni, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia UM yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. 2. Dr. Sunaryo Hs, S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing yang banyak memberikan bimbingan dan kemudahan selama penyelesaian skripsi ini. 3. Dr. Sumadi, M.Pd. selaku Dosen Penguji I dan Dra. Martutik, M.Pd. selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lebih baik. 4. Kepala SMA Negeri 1 Purwoharjo Banyuwangi; Ibu Sri Utami, S.Pd.; dan siswa siswi kelas X.2 yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan baik dan lancar.

5. Bapak, Ibu, Mas Bibit, dan Adik Tri tercinta di Banyuwangi sebagai motivasi utama bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini, yang selalu memberikan kasih sayang, doa, serta kepercayaan sehingga penulis bisa menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab dalam mengemban amanat keluarga.

6. Na Yoja di Pulau Dewata yang banyak memberikan dukungan dan pelajaran selama penyelesaian skripsi ini, serta kepercayaan, kasih sayang, dan kesabaran yang luar biasa untuk menerima dan mendampingi penulis dalam kondisi apapun sehingga bisa menjadi lebih kuat dan tabah menghadapi segalanya. 7. Bapak Ibu Guru, Dosen, dan Guru Mengaji yang pernah memberikan bimbingan dan ilmu yang bermanfaat untuk mengantarkan penulis meraih harapan dan cita-cita sehingga penulis bisa menjadi orang yang lebih baik. 8. Sahabat terdekat, Mbak Devi dan Dik Eri, yang tidak pernah lelah berbagi dan membantu penulis dalam suka dan duka selama kuliah, dan merupakan teman diskusi dan penenang yang baik dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Saudara seatap di rumah kedua TERAM 12 F, khususnya adik sekamar Yupi, Henot, dan Rere yang suka mengganggu tetapi juga membantu, juga CeCe Pie-Pie, CeCe Nikman, Ita, Risa, Yuni, dan semua yang pernah memberikan dukungan, bantuan, ataupun semangat dalam penyelesaian skripsi ini. 10. Teman-teman Sasindo UM angkatan 2004; sahabat PMII Komisariat Sunan Kalijaga Malang; rekan KKN Wajar Dikdas Wongsorejo-Banyuwangi semester pendek 2007; dan

rekan PPL SMP Negeri 1 Malang semester genap 2008 yang pernah berjuang bersama sehingga bisa lebih siap menghadapi dunia nyata. 11. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Sebagai manusia biasa, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesikan skripsi ini, dan apabila masih terdapat kesalahan atau kekurangan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya dalam dunia pendidikan. Penulis

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK..................................................................................................... KATA PENGANTAR................................................................................... DAFTAR ISI.................................................................................................. DAFTAR TABEL.......................................................................................... DAFTAR GAMBAR..................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. DAFTAR KODE NAMA SISWA ................................................................ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang........................................................................... 1.2 Masalah..................................................................................... 1.2.1 Ruang Lingkup Masalah ....................................................... 1.2.2 Rumusan Masalah ................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian....................................................................... 1.4 Kegunaan Penelitian.................................................................. 1.5 Asumsi Penelitian ..................................................................... 1 5 5 6 7 7 8 x xi v vii ix i iii

1.6 Definisi Operasional.................................................................. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Menulis................................................................ 2.1.1 Pengertian Menulis ............................................................... 2.1.2 Menulis sebagai Suatu Proses .............................................. 2.1.3 Prinsip-prinsip dalam Menulis ............................................. 2.2 Menulis Deskripsi..................................................................... 2.2.1 Pengertian Tulisan Deskripsi ............................................... 2.2.2 Macam-macam Deskripsi ..................................................... 2.2.3 Langkah-langkah Menulis Karangan Deskripsi ................... 2.3 Pembelajaran Menulis ............................................................. 2.3.1 Hakikat Pembelajaran Menulis ............................................ 2.3.2 Tujuan Pembelajaran Menulis .............................................. 2.3.3 Evaluasi Pembelajaran Keterampilan Menulis ..................... 2.4 Pembelajaran Menulis Deskripsi dengan Menggunakan Gambar dan Imajinasi ........................................................................... 34 2.4.1 Pengertian Gambar dan Imajinasi ........................................ 2.4.2 Dasar Menggunakan Gambar dan Imajinasi dalam Menulis Karangan Deskripsi .............................................................. 2.4.3 Menggunakan Gambar dan Imajinasi dalam Pembelajaran Menulis Deskripsi di Kelas.....................................................

11 11 13 16 20 20 22 24 27 27 29 31

34

38

42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian................................................................ 3.2 Tahap-tahap Penelitian.............................................................. 3.2.1 Studi Pendahuluan.................................................................. 3.2.2 Perencanaan Tindakan .......................................................... 3.2.3 Pelaksanaan Tindakan ........................................................... 3.2.4 Observasi atau Pengamatan ................................................... 3.2.5 Refleksi.................................................................................. 3.3 Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian........................................ 3.3.1 Lokasi Penelitian ................................................................... 3.3.2 Waktu Penelitian ................................................................... 3.3.3 Subjek Penelitian.................................................................... 3.4 Data dan Sumber Data............................................................... 3.4.1 Data ....................................................................................... 3.4.2 Sumber Data .......................................................................... 3.5 Teknik Pengumpulan Data........................................................ 3.6 Teknik Analisis Data................................................................. 3.7 Prediksi Hasil............................................................................ 3.8 Pengecekan Keabsahan Data..................................................... BAB IV PAPARAN DATA 4.1 Studi Pendahuluan .................................................................... 4.1.1 Observasi Awal ..................................................................... 63 63 45 46 49 50 51 52 53 54 54 55 55 56 56 56 56 58 61 61

4.2 4.1.2 Pretes ................................................................................... 4.2 Pelaksanaan Tindakan .............................................................. 4.2.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I .............................................. 4.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II ............................................ 4.3 Hasil Tindakan..........................................................................

64 73 73 95 114

4.3.1 Kemampuan Siswa Kelas X.2 dalam Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Gambar dan Imajinasi pada Siklus I .......................................................................... 115

4.3.2 Kemampuan Siswa Kelas X.2 dalam Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Gambar dan Imajinasi pada Siklus II ........................................................................ BAB V PEMBAHASAN 5.1 Temuan Proses Pembelajaran................................................... 5.2 Temuan Hasil Penelitian .......................................................... BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan................................................................................... 6.2 Saran.......................................................................................... DAFTAR RUJUKAN................................................................................ PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................. 158 159 155 152 153 133 140 123

BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini dibahas tentang (1) latar belakang dilaksanakan penelitian peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa dengan menggunakan gambar dan imajinasi, (2) masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, (4) kegunaan penelitian, (5) asumsi penelitian, dan (6) definisi operasional yang terkait dengan penelitian. 1.1 Latar Belakang Kemampuan menulis sangat penting bagi kehidupan manusia. Seseorang yang mampu menulis, dapat memanfaatkan kemampuannya untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui tulisan. Dengan tulisan, mereka dapat mengungkapkan berbagai pikiran, perasaan, dan kemauan kepada orang lain tanpa harus berhadapan langsung (Nurchasanah & Widodo, 1993:5).

Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan yang tercakup dalam ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia. Salah satu tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah siswa dapat memiliki kemampuan menulis. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006 yang menerangkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (BSNP, 2006:260). Berdasar pada Standar Isi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2006, keterampilan menulis telah diajarkan mulai jenjang SD/MI hingga jenjang SMA/MA. Siswa SD/MI hingga SMA/MA diharapkan memiliki keterampilan menulis dalam berbagai bentuk, termasuk dalam bentuk tulisan deskripsi. Selain siswa SD/MI, kompetensi dasar menulis deskripsi juga diajarkan pada siswa SMA/MA, khususnya pada siswa kelas X semester 1. Acuan tersebut tertuang dalam kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA/MA kelas X semester 1, yang isi kompetensi dasarnya adalah Menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif (BSNP, 2006:262). Oleh karena itu, pembelajaran menulis deskripsi juga dilaksanakan di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Meski telah dilaksanakan di sekolah, selama ini pembelajaran menulis deskripsi di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi belum terlaksana dengan maksimal. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, diketahui bahwa pembelajaran menulis deskripsi di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi tidak diajarkan secara mendalam kepada siswa. Guru hanya sedikit memberikan materi tentang tulisan deskripsi, kemudian siswa langsung diberi tugas menulis karangan deskripsi sehingga

kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi tidak maksimal. Guru juga enggan memanfaatkan berbagai media untuk merangsang siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran menulis deskripsi. Guru hanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu arah, yaitu dari guru pada siswa sehingga siswa lebih banyak mendengar materi dari guru daripada melaksanakan aktivitas belajar. Padahal menurut Dalvi (2006:60), metode pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah cenderung menjadikan suasana belajar kaku, monoton, dan kurang menggairahkan sehingga siswa menjadi kurang aktif dan tidak bersemangat dalam belajar. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi, diketahui bahwa siswa kurang mampu menyusun karangan deskripsi dengan baik. Pendeskripsian objek dalam karangan siswa tidak fokus dan tidak sesuai dengan judul yang ditulis sehingga pembaca kesulitan untuk memahami karangan secara utuh. Siswa juga hanya mengembangkan hasil pengamatan berdasarkan indera penglihatan saja. Siswa kurang memanfaatkan indera yang lain seperti pendengaran, penciuman, pencecapan, ataupun perabaan untuk mengembangkan karangan deskripsi sehingga pembaca kurang dapat melihat dan merasakan apa yang ditulis siswa melalui pancainderanya. Selain itu, siswa belum mampu menggunakan ejaan dengan tepat. Masih banyak terdapat kesalahan penulisan ejaan dalam karangan deskripsi siswa, baik dalam penggunaan kata depan, imbuhan, maupun tanda baca. Bertolak pada permasalahan di atas, perlu diupayakan berbagai cara untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Pembelajaran menulis di sekolah perlu dilakukan dengan cara yang lebih baik, di antaranya dengan memilih media pembelajaran yang

sesuai dan bervariasi. Interaksi positif antara guru dan siswa juga dapat dibentuk dengan pemilihan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan keadaan siswa. Penelitian-penelitian dalam upaya perbaikan dalam pembelajaran menulis juga perlu dilaksanakan sebagai upaya pembaharuan dalam penelitian dan pembelajaran Bahasa Indonesia, serta perbaikan dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi. Berbagai penelitian pernah dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa. Penelitian-penelitian tersebut antara lain berjudul Peningkatan Kinerja Siswa Kelas V SDN Taman 02 Bondowoso dalam Pembelajaran Menulis Deskripsi dengan Media Gambar oleh Citria Nilam Asri Cipto Wijaya, dan penelitian yang dilaksanakan oleh Rohmah Alyunusia yang berjudul Penggunaan Media Gambar dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas 1 MTs YKUI Maskumambang Dukun-Gresik Tahun Pelajaran 2002/2003. Wijaya (2005) memanfaatkan media gambar untuk meningkatkan kinerja siswa dalam menulis deskripsi, sedangkan Alyunusia (2003) memanfaatkan media gambar untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa. Kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa media gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa. Menurut Nurhaeni (1997:15), gambar merupakan media pendidikan yang mudah didapatkan dan dapat diberikan kepada pembelajar dengan berbagai usia, dari anak-anak sampai dengan orang dewasa. Selain itu, penggunaan gambar lebih sederhana dan efisien sehingga dapat diterapkan dalam segala kondisi. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini perlu dilakukan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah jika dalam penelitian sebelumnya hanya digunakan gambar saja, maka dalam penelitian ini digunakan gambar dan imajinasi untuk memudahkan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Perbedaan lain terletak pada subjek dan fokus

penelitian. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Pemilihan ini didasarkan pada hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi belum pernah diadakan penelitian dalam upaya perbaikan kualitas pengajaran dan peningkatan kemampuan menulis siswa. Penelitian ini difokuskan pada kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi dengan tema keindahan alam. Pemokusan ini didasarkan pada hasil pengamatan terhadap karangan deskripsi siswa pada saat studi pendahuluan yang menunjukkan bahwa objek yang dideskripsikan siswa dalam karangannya mayoritas berupa tempat atau pemandangan. Selain itu, juga disesuaikan dengan usia subjek penelitian, yakni siswa SMA, yang dianggap mampu melibatkan perasaan atau menyertakan opini dalam menulis karangan deskripsi dengan tema keindahan alam. 1.2 Masalah 1.2.1 Ruang Lingkup Masalah Kompetensi menulis deskripsi merupakan salah satu kompetensi dalam Kurikulum 2006 atau Standar Isi BSNP mata pelajaran Bahasa Indonesia yang harus dicapai oleh siswa mulai dari jenjang SD hingga SMA. Pada jenjang SMA, kompetensi menulis deskripsi salah satunya diajarkan di kelas X semester 1 dengan kompetensi dasar Menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif (BSNP, 2006:262). Pembelajaran menulis deskripsi bukan hanya ditekankan pada hasil yang akan dicapai oleh siswa, tetapi juga proses yang dilaksanakan siswa untuk menghasilkan sebuah karangan deskripsi. Oleh karena itu, diupayakan berbagai cara untuk mengajarkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi, salah satunya dengan menggunakan gambar dan imajinasi.

Masalah dalam penelitian ini meliputi pelaksanaan dan hasil pembelajaran. Masalah dalam pelaksanaan pembelajaran terkait dengan proses atau kegiatan yang dilakukan oleh siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi untuk menghasilkan sebuah karangan deskripsi, sedangkan masalah dalam hasil pembelajaran terkait dengan hasil karya siswa yang berupa karangan deskripsi dengan tema keindahan alam. 1.2.2 Rumusan Masalah Secara umum, rumusan masalah penelitian ini adalah Seberapakah peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi setelah menggunakan gambar dan imajinasi?. Secara khusus, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Seberapakah peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada aspek isi setelah menggunakan gambar dan imajinasi? (2) Seberapakah peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada aspek organisasi setelah menggunakan gambar dan imajinasi? (3) Seberapakah peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada aspek kebahasaan setelah menggunakan gambar dan imajinasi? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo

Kabupaten Banyuwangi setelah menggunakan gambar dan imajinasi, sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Mengetahui peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada aspek isi setelah menggunakan gambar dan imajinasi. (2) Mengetahui peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada aspek organisasi setelah menggunakan gambar dan imajinasi. (3) Mengetahui peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada aspek kebahasaan setelah menggunakan gambar dan imajinasi. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini mempunyai beberapa kegunaan, antara lain sebagai berikut. (1) Kegunaan teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan teori pembelajaran menulis serta menambah kajian-kajian teoritis tentang menulis. (2) Kegunaan praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah, juga bagi peneliti, di antaranya sebagai berikut.

(a) Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi diri untuk mengetahui kekurangan atau kesulitan dalam menulis karangan deskripsi, serta alternatif pemecahannya. (b) Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi pembelajaran Bahasa Indonesia sekaligus sebagai alternatif pemecahan masalah dalam proses pembelajaran menulis, khususnya dalam pembelajaran menulis deskripsi. (c) Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dalam upaya meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dalam rangka perbaikan pembelajaran di sekolah. (d) Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam hal pembelajaran Bahasa Indonesia, serta meningkatkan kesiapan diri peneliti sebagai calon guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.

1.5 Asumsi Penelitian Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Kurikulum 2006, Standar Isi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), khusus mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA/MA kelas X semester 1 memuat kompetensi dasar menulis deskripsi. (2) Menulis karangan deskripsi diajarkan di kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. (3) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi perlu ditingkatkan.

(4) Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi belum pernah melaksanakan pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. 1.6 Definisi Operasional Definisi operasional merupakan sejumlah istilah yang dapat digunakan sebagai acuan dasar dalam menentukan arah penelitian. Kejelasan arah penelitian dapat membantu dalam menyamakan pemahaman dan pemokusan dalam penelitian. Beberapa definisi operasional terkait dengan istilah-istilah dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut. (1) Peningkatan adalah bentuk perubahan yang ditunjukkan berdasarkan keadaan sebelumnya dan keadaan setelahnya, yang dalam penelitian ini peningkatan yang dimaksud adalah perubahan kemampuan siswa (dari yang kurang baik menjadi lebih baik) setelah diberi tindakan. (2) Kemampuan menulis adalah kemampuan seseorang dalam mengungkapkan buah pikirannya melalui bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain. (3) Karangan deskripsi adalah karangan yang bertujuan menggambarkan atau menyampaikan informasi yang berupa sifat dan semua perincian wujud dari suatu objek kepada pembaca agar pembaca seolah-olah dapat melihat atau merasakan sendiri objek yang diceritakan. (4) Gambar adalah sebuah alat atau media dalam bentuk lukisan yang menampakkan orang, tempat, atau benda, baik hasil lukisan tangan yang dicetak atau hasil seni fotografi dalam berbagai macam bentuk, warna, dan

ukuran, untuk menyampaikan serangkaian informasi atau menyatakan maksud dari seseorang kepada orang lain. (5) Imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambar-gambar (lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada Bab II ini dipaparkan kajian pustaka yang dijadikan landasan teoritis penelitian peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Hal-hal pokok yang dibahas meliputi (1) kemampuan menulis, (2) menulis deskripsi, (3) pembelajaran menulis, dan (4) pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. 2.1 Kemampuan Menulis 2.1.1 Pengertian Menulis Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang produktif dalam menuangkan pikiran dan gagasan, serta menyusun informasi dalam bentuk karangan. Kegiatan menulis bisa berasal dari membaca atau menyimak suatu informasi. Selain itu, menulis dapat juga berasal dari berbagai kejadian-kejadian yang dialami oleh penulis sendiri maupun orang lain. Tulisan merupakan salah satu media yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, perasaan, atau kemauan seorang penulis. Menurut Nurchasanah & Widodo (1993:2), menulis adalah proses menuangkan atau memaparkan informasi yang berupa pikiran, perasaan, atau kemauan dengan menggunakan wahana bahasa tulis berdasarkan tataan tertentu sesuai dengan kaidah bahasa yang digunakan penulis. Sebagaimana diungkapkan oleh Whiteman (dalam Nurchasanah & Widodo, 1993:2), menulis pada dasarnya merupakan pertimbangan dalam mempresentasikan kesatuan fenomena melalui seperangkat proses. Hasil proses menulis itu berupa wacana atau teks. Unsur-unsur yang bersifat kontekstual digunakan dalam menulis. Unsur-unsur itu semacam sistem notasi atau tanda yang digunakan dalam ilmu pengetahuan

yang dimanipulasikan, seperti diagram, kode, peta, dan sebagainya. Pertimbangan mempresentasikan kesatuan fenomena yang dimaksud tentunya dinyatakan dalam bentuk bahasa tulis.

Gie (2002:3) mengungkapkan bahwa dalam bahasa Indonesia kata menulis dan mengarang merupakan suatu kata padanan yang mempunyai arti yang sama. Menulis artinya semula ialah membuat huruf, angka, nama, dan sesuatu tanda kebahasaan apapun dengan sesuatu alat tulis pada suatu halaman tertentu. Kini dalam pengertiannya yang luas, menulis merupakan kata sepadan yang mempunyai arti yang sama seperti mengarang (Gie, 2002:3). Menurut Gie (2002:9), mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan buah pikirannya melalui bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain. Buah pikiran ini diungkapkan dan disampaikan kepada pihak lain dengan wahana berupa bahasa tulis, yakni bahasa yang tidak menggunakan peralatan bunyi dan pendengaran melainkan berwujud berbagai tanda dan lambang yang harus dibaca. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses menuangkan pikiran, gagasan, perasaan, atau kemauan untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain dengan menggunakan wahana bahasa tulis berdasarkan tataan tertentu sesuai dengan kaidah bahasa yang digunakan penulis. 2.1.2 Menulis sebagai Suatu Proses Menulis merupakan suatu proses. Oleh karena merupakan suatu proses, penulis harus mengalami tahap prakarsa, tahap pelanjutan, tahap revisi, dan tahap pengakhiran. Tahap ini dibedakan dalam tahap pratulis, tahap penulisan, tahap penyuntingan, dan tahap pengakhiran atau penyelesaian (Parera, 1993:3). Akhadiah, dkk. (1988:2) membedakan proses penulisan

menjadi tiga tahapan, yaitu (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap revisi. Menurut Akhadiah, dkk. (1988:3), dalam tahap prapenulisan ditentukan hal-hal pokok yang akan mengarahkan penulis dalam seluruh kegiatan penulisan itu; dalam tahap penulisan dilakukan apa yang telah ditentukan, yaitu mengembangkan gagasan dalam kalimat-kalimat, satuan paragraf, bab atau bagian, sehingga selesailah buram (draf) yang pertama; dan dalam tahap revisi, yang dilakukan ialah membaca dan menilai kembali apa yang sudah ditulis, memperbaiki, mengubah, bahkan jika perlu memperluas tulisan.

Menurut DePorter & Hernacki (2002:191), tahap-tahap proses penulisan yang lengkap adalah: (1) sebelum menulis, yaitu proses membangun suatu fondasi untuk topik yang berdasarkan pada pengetahuan, gagasan, dan pengalaman, (2) draf kasar, yakni kegiatan menelusuri dan mengembangkan gagasan-gagasan, (3) berbagi, yaitu kegiatan bertukar pendapat dan saling memberikan umpan balik dengan rekan tentang draf tulisan yang telah dibuat, (4) perbaikan (revisi), adalah kegiatan pemilihan terhadap umpan balik yang diberikan oleh teman pada tahap berbagi, menentukan mana yang baik dan mana yang perlu digarap lagi, mengulangi, dan memperbaiki, (5) penyuntingan, yakni kegiatan memperbaiki semua kesalahan ejaan, tata bahasa, tanda baca, serta memperhatikan penggunaan kata dan kalimat-kalimat, (6) penulisan kembali, yaitu proses penulisan kembali tulisan sebelumnya dengan memasukkan isi yang baru dan perubahan-perubahan penyuntingan, dan (7) evaluasi, yaitu tahap yang menandai akhir pemeriksaan yang merupakan kegiatan memastikan bahwa tulisan yang telah dibuat selesai sesuai dengan apa yang direncanakan dan ingin disampaikan. Tompkins (dalam Kurniawan, 2007:3) menyajikan lima tahapan dalam proses menulis, yakni sebagai berikut. (1) Tahap pramenulis, meliputi kegiatan menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri, melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis, mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis, mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis, dan memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang telah ditentukan. (2) Tahap pembuatan draf, meliputi kegiatan membuat draf kasar, dengan lebih menekankan isi daripada tata tulis.

(3) Tahap merevisi, meliputi kegiatan berbagi tulisan dengan teman-teman (kelompok), berpartisipasi secara konstruktif dalam diskusi tentang tulisan teman-teman sekelompok atau sekelas, mengubah tulisan mereka dengan memperhatikan reaksi dan komentar baik dari pengajar maupun teman, dan membuat perubahan yang substantif pada draf berikutnya, sehingga menghasilkan draf akhir. (4) Tahap menyunting, meliputi kegiatan membetulkan kesalahan bahasa tulisan mereka sendiri, membantu membetulkan kesalahan bahasa dan tata tulis tulisan mereka sekelas/sekelompok, dan mengoreksi kembali kesalahan-kesalahan tata tulis tulisan mereka sendiri. (5) Tahap berbagi (sharing) atau publikasi, meliputi kegiatan mempublikasikan (memajang) tulisan mereka dalam suatu bentuk tulisan yang sesuai, atau berbagi tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah mereka tentukan. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, maka dalam penelitian ini digunakan empat tahapan dalam proses menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar imajinasi, yakni sebagai berikut. (1) Tahap prapenulisan Kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada tahap prapenulisan dalam penelitian ini adalah menyepakati tema, mengamati gambar, menetukan judul, dan mengisi tabel hasil imajinasi indera. Tema karangan dalam penelitian ini sudah ditentukan, yakni keindahan alam. (2) Tahap penulisan

Kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa pada tahap penulisan dalam penelitian ini adalah kegiatan menulis karangan awal, yakni mengembangkan hasil pengisian tabel hasil imajinasi indera ke dalam kalimat-kalimat dan paragraf sehingga menjadi karangan deskripsi yang utuh. (3) Tahap penyuntingan dan revisi Kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada tahap penyuntingan dan revisi adalah (a) saling mengoreksi tulisan teman terkait dengan ejaan, tata kalimat, dan organisasi, serta menyeleksi tulisan dan menentukan mana yang baik dan mana yang perlu diperbaiki, dan (b) memperbaiki karangan awal menjadi karangan baru sesuai koreksi dan komentar dari teman dengan memperhatikan syarat karangan yang baik. (4) Tahap publikasi Kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa pada tahap publikasi dalam penelitian ini adalah membacakan hasil karangan yang telah diperbaiki di depan kelas, dan menempelkannya di papan tulis dan dinding kelas. 2.1.3 Prinsip-prinsip dalam Menulis Gie (2002:3336) menyebutkan adanya tiga asas utama dalam kegiatan menulis, yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan 3C, yaitu clarity (kejelasan), conciseness (keringkasan), dan correctness (ketepatan). Ketiga asas tersebut diuraikan sebagai berikut. 1) Kejelasan Asas mengarang yang pertama dan utama dalam kegiatan menulis ialah kejelasan. Hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis harus dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Tanpa asas kejelasan sesuatu karangan sukar dibaca dan sulit dimengerti oleh para pembacanya. Asas kejelasan tidaklah semata-mata berarti mudah dipahami, tetapi juga

karangan itu tidak mungkin disalahtafsirkan oleh pembaca. Kejelasan berarti tidak samarsamar, tidak kabur sehingga setiap butir ide yang diungkapkan seakan-akan tampak nyata oleh pembaca. 2) Keringkasan Asas keringkasan tidaklah berarti bahwa setiap karangan harus pendek. Keringkasan berarti bahwa suatu karangan tidak menghamburkan kata-kata secara semena-mena, tidak mengulang-ulang butir ide yang dikemukakan, dan tidak berputar-putar dalam menyampaikan suatu gagasan dengan berbagai kalimat yang berkepanjangan. Menurut Harry Shaw (dalam Gie, 2002:36), penulisan yang baik diperoleh dari ide-ide yang kaya dan kata-kata yang hemat, bukan kebalikannya ide yang miskin dan kata yang boros. Jadi, sesuatu karangan adalah ringkas bilamana karangan itu mengungkapkan banyak buah pikiran dalam kata-kata yang sedikit. 3) Ketepatan Asas ketepatan mengandung ketentuan bahwa sesuatu penulisan harus dapat menyampaikan butir-butir gagasan kepada pembaca dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksud oleh penulisnya. Oleh karena itu, agar karangannya tepat, setiap penulis harus menaati sepenuhnya berbagai aturan dan ketentuan tata bahasa, ejaan, tanda baca, dan kelaziman pemakaian bahasa tulis yang ada. Tiga asas yang telah disebutkan di atas merupakan asas-asas utama yang harus diindahkan dan dilaksanakan dalam kegiatan menulis karangan apapun, sehingga dapat menghasilkan suatu tulisan yang baik dan pasti dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Selain ketiga asas utama tersebut, menurut Gie (2002:3637), masih terdapat tiga asas mengarang lainnya yang perlu diindahkan agar dapat dihasilkan karangan yang baik. Ketiga asas

itu antara lain (1) unity (kesatupaduan), (2) coherence (pertautan), dan (3) emphasis (penegasan), yang akan diuraikan sebagai berikut. 1) Kesatupaduan Asas ini berarti bahwa segala hal yang disajikan dalam suatu karangan perlu berkisar pada satu gagasan pokok atau tema utama yang telah ditentukan. 18

Untuk keseluruhan karangan yang tersusun dari alinea-alinea, tidak ada uraian yang menyimpang dan tidak ada ide yang lepas dari jalur gagasan pokok itu. Selanjutnya dalam setiap alinea hanya dimuat satu butir informasi yang berkaitan dengan gagasan pokok yang didukung dengan berbagai penjelasan yang bertalian dan bersifat padu. 2) Pertautan Asas ini menetapkan bahwa dalam sesuatu karangan bagian-bagiannya perlu melekat secara berurutan satu sama lain. Dalam sebuah karangan antara alinea yang satu dengan alinea yang lainnya perlu ada saling kait sehingga ada aliran yang logis dari ide yang satu menuju ide yang lain. Demikian pula antara kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya dalam suatu alinea perlu ada kesinambungan yang tertib. Jadi, pada asas pertautan semua alinea dan kalimat perlu berurutan dan berkesinambungan sehingga seakan-akan terdapat aliran yang lancar dalam penyampaian gagasan pokok sejak awal sampai akhir karangan. 3) Penegasan

Asas penegasan dalam mengarang menetapkan bahwa dalam sesuatu tulisan butir-butir informasi yang penting disampaikan dengan penekanan atau penonjolan tertentu sehingga mengesan kuat pada pikiran pembaca. Hasnun (2006:15) mengungkapkan bahwa dalam suatu karangan, apapun itu, perlu menggunakan bahasa yang efektif. Menggunakan bahasa secara efektif berarti menggunakan unsur-unsur bahasa secara efektif juga. Secara garis besar, Hasnun (2006:1516) merumuskan unsur-unsur bahasa yang harus diperhatikan dalam menyusun suatu karangan ke dalam beberapa unsur, antara lain sebagai berikut.

1) Pemakaian ejaan dan imbuhan Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca (KBBI). Imbuhan adalah bubuhan (yang berupa awalan, sisipan, dan akhiran) pada kata dasar untuk membentu kata baru. Dalam penulisan karangan perlu diperhatikan kaidah mengenai penempatan tanda baca, penulisan awalan dan kata depan, penulisan kata dasar yang memperoleh imbuhan, dan sebagainya, yang harus sesuai dengan EYD. 2) Pemilihan dan penempatan kata Kata merupakan faktor penting dalam merancang tulisan. Tulisan yang baik ditentukan oleh cara penulisan dan penempatan kata. Pemilihan dan penempatan kata mempengaruhi sekaligus memberikan warna sebuah tulisan. Menurut Mustakim (dalam Hasnun (2006:20), ketepatan dalam pemilihan kata perlu memperhatikan komponen situasi, bentuk, dan makna.

Komponen tersebut saling mempengaruhi. Komponen bentuk disesuaikan dengan situasi, situasi tidak terlepas dengan makna, dan makna tidak terlepas dengan bentuk. 3) Penggunaan kalimat Menyusun kata menjadi kalimat adalah merangkai beberapa kata untuk membentuk satu pengertian atau makna yang lengkap. Dalam menyusun kata menjadi kalimat seorang penulis perlu memperhatikan: (a) kecocokan kata yang pertama dengan kata yang mengikutinya, (b) antara kata pertama dengan kata yang mengikutinya dapat dikembangkan, dan (c) setiap kata yang ingin dipasang atau dipergunakan mencerminkan tujuan yang ingin dikembangkan melalui kalimat.

4) Penggunaan paragraf atau alinea Paragraf adalah kesatuan yang lebih tinggi dari kalimat. Pokok pikiran dalam paragraf didukung oleh adanya kesatuan arti yang bersumber dari beberapa kalimat. Dalam satu paragraf, kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya memiliki hubungan yang saling mendukung atau terkait. Masing-masing paragraf (alinea) memiliki ide pokok yang dapat muncul dalam salah satu kalimat yang menyusun alinea tersebut. Kalimat yang memuat ide pokok disebut dengan kalimat topik/kalimat utama, sedangkan kalimat lain yang menyusun paragraf disebut kalimat penjelas. 2.2 Menulis Deskripsi 2.2.1 Pengertian Tulisan Deskripsi

Tulisan deskripsi ialah tulisan yang berusaha memberikan perincian atau melukiskan dan mengemukakan objek yang sedang dibicarakan (seperti orang, tempat, suasana, atau hal lain) dengan tujuan pembaca seolah-olah melihat, mendengar, mencium, atau merasakan objek yang dilukiskan tersebut (Gunawan, dkk., 1997:13). Deskripsi adalah suatu bentuk tulisan yang hidup dan berpengaruh. Karangan deskripsi berhubungan dengan pengalaman pancaindera seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan (Parera, 1993:5). Wacana deskripsi merupakan jenis wacana yang ditujukan kepada penerima pesan agar dapat membentuk suatu citra (imajinasi) tentang sesuatu hal (Rani, dkk., 2006:3738). Menurut Enre (1988:158), wacana pemerian berfungsi menjadikan pembaca seakan-akan melihat wujud sesungguhnya dari materi yang disajikan itu, sehingga kualitasnya yang khas dapat dikenal dengan lebih jelas. 21

Jenis wacana deskripsi yang diutamakan ialah bentuk lahir suatu objek, dengan jalan memberikan atau mengutarakan renik-renik fisiknya yang khusus. Melalui suatu wacana pemerian kita melihat suatu objek lebih hidup, kongkret, dan utuh. Wacana dengan susunan deskripsi itu mengatur suatu urutan yang saling berhubungan secara berjarak tentang suatu pemandangan, makhluk hidup, benda-benda, hal-hal, ataupun isi alam yang tampak dan berkesan kepada penulisnya (Ahmadi, dkk., 1980/1981:5). Ahmadi (1995:25) mengungkapkan bahwa menulis deskripsi bertujuan membangkitkan impresi/kesan yang dihasilkan oleh aspek orang, aspek tempat, aspek pemandangan atau lainnya, yang diwarnai oleh interpretasi penulis/pembicara terhadap realita, namun demikian

deskripsi juga bisa bersifat sangat objektif. Menurut Vivian (dalam Ahmadi, 1995:27), tujuan utama deskripsi adalah untuk menggugah atau membangkitkan kesan yang dihasilkan oleh aspek tentang seseorang, suatu tempat, suatu pemandangan, atau yang serupa dengan itu. Sedangkan menurut Dawud, dkk. (2004:22), karangan deskripsi adalah karangan yang bertujuan menggambarkan objek sedemikian rupa sehingga pembaca seolah-olah melihat sendiri objek tersebut. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa karangan deskripsi adalah karangan yang bertujuan menggambarkan objek sedemikian rupa berdasarkan pengalaman pancaindera untuk menggugah atau membangkitkan kesan hidup dalam imajinasi pembaca sehingga pembaca seolah-olah dapat merasakan sendiri objek tersebut dengan pancainderanya. 22

2.2.2 Macam-macam Deskripsi Menurut Vivian (dalam Ahmadi, 1995:29), ada dua jenis karangan deskripsi, yaitu deskripsi teknis dan deskripsi sugestif. Deskripsi teknis adalah deskripsi yang diterapkan pada karangan yang memberikan uraian yang langsung dan objektif mengenai rupa (appearance), letak atau struktur dari sesuatu: misalnya tentang tubuh manusia. Deskripsi ini dirancang terutama untuk memberikan informasi, ditunjukkan kepada intelek pembaca, dan secara esensial merupakan ekspositori. Deskripsi sugestif adalah deskripsi yang bertujuan untuk membangkitkan kesan atau impresi tentang suatu tempat, suatu pemandangan, atau orang

yang membentuk atau menyusun suatu wacana yang khusus. Deskripsi sugestif terutama bersifat emosional dan dalam nada (tone) dan ditandai oleh apa yang disebut tentang penekanan pada cara menarik perhatian atau imbauan (appeal) yang bersifat menarik. Seperti halnya Vivian, Gunawan (1997:1315) juga membedakan tulisan deskripsi menjadi dua macam, yaitu deskripsi sugestif dan deskripsi teknis (ekspositoris). Menurut Gunawan (1997:13), deskripsi sugestif yaitu deskripsi yang bertujuan membangkitkan daya khayal, kesan atau sugesti tertentu, seolah-olah pembaca melihat sendiri objek (yang dideskripsikan) secara keseluruhan seperti yang dialami secara fisik oleh penulisnya. Deskripsi sugestif berusaha menciptakan penghayatan terhadap objek melalui imajinasi pembaca. Objek yang dapat ditulis menjadi deskripsi sugestif tidak hanya terbatas pada apa yang dapat diserap oleh pancaindera (dilihat, didengar, dicium, dirasa, atau diraba), tetapi juga hal lain seperti suasana atau perasaan ketakutan, kecemasan, keengganan, 23 kejijikan, cinta, terharu, dan lain-lain, atau bahkan apa yang kita pikirkan dan kita rencanakan bisa juga diungkapkan dalam tulisan deskripsi sugestif (Gunawan, 1997:1314). Deskripsi teknis yaitu deskripsi yang bertujuan memberikan identifikasi atau informasi objek, sehingga pembaca dapat mengenalnya bila bertemu atau berhadapan dengan objek itu (Gunawan, 1997:14). Karena sifatnya yang hanya bertujuan menyampaikan informasi teknis, deskripsi jenis ini memerlukan ketepatan informasi mengenai objek yang telah digarap. Deskripsi teknis tidak berusaha menciptakan kesan atau imajinasi pada pembaca, tetapi hanya sekedar berusaha menanamkan pengertian seseorang tentang suatu hal.

Enre (1988:159) membedakan wacana deskripsi yang juga disebut dengan wacana pemerian ke dalam dua jenis, yaitu pemerian ekspositoris dan pemerian literer. Pemerian ekspositoris biasa disebut wacana pemerian teknis atau ilmiah, yaitu wacana yang bertujuan memberi pengertian mengenai hakekat suatu objek. Penyajiannya bersifat analitik dan tidak bermaksud menggugah perasaan. Ia bersitaf objektif sebagai suatu cara untuk menghargai objek bersangkutan seperti adanya. Pemerian literer sering disebut wacana pemerian impresionistik atau stimulatif, yaitu wacana yang bertujuan menjadikan pembaca melihat sesuatu dengan penuh renak-renik yang menghasilkan kesan dan perasaan. Sifatnya agak subjektif dan literer. Ia tidak hanya menunjukkan atau mendaftarkan hal-hal menyangkut sesuatu, tetapi juga menampilkan sifat-sifat khusus objeknya dan sering berusaha memberi kesan tunggal yang dominan. Pemerian jenis ini sering diperlukan dalam hubungannya dengan subjek berupa pemandangan ketika matahari terbenam atau air sungai yang mengalir, loronglorong sempit di kota dan sebagainya, yang memerlukan gambaran realistik dan seakan-akan bergerak (Enre, 1988:161). Secara garis besar, Parera (1993:10) membedakan tulisan deskripsi menjadi dua macam, yakni deskripsi eksposiroris dan deskripsi impresionistik atau stimulatif. Tujuan deskripsi ekspositoris adalah memberikan informasi dan menimbulkan pembaca melihat, mendengar, dan merasakan apa yang dideskripsikan itu, sedangkan deskripsi impresionistik atau stimulatif bertujuan membuat pembaca memancainderakan objek dan bereaksi secara emosional akan apa yang dideskripsikan. Deskripsi ekspositoris umumnya bersifat logis, yakni disusun seperti katalog dalam urutan yang logis. Berbeda dengan deskripsi impresionistik, yang pengarangnya

harus menentukan dahulu jawaban atau reaksi apa yang ia kehendaki terhadap sebuah objek. Dengan kata lain, deskripsi impresionistik melibatkan opini pengarangnya dalam menuangkan tulisan. Menurut Dawud, dkk. (2004:22), karangan deskripsi ada dua macam, yakni karangan deskripsi objektif dan karangan deskripsi subjektif. Karangan deskripsi objektif adalah salah satu jenis karangan deskripsi yang dalam penggambaran objeknya tidak disertai dengan opini penulis. Karangan deskripsi subjektif merupakan kebalikan dari deskripsi objektif, yaitu penggambaran objeknya disertai dengan opini penulis. 2.2.3 Langkah-langkah Menulis Karangan Deskripsi Menulis karangan deskripsi memerlukan langkah-langkah atau tahapan yang merupakan satu rangkaian yang harus diperhatikan dan dilaksanakan. Menurut Hasnun (2006:211), beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam menyusun karangan adalah: (1) menentukan tema dan judul, (2) mengumpulkan bahan, (3) menyeleksi bahan, (4) membuat kerangka, dan (5) mengembangkan kerangka karangan. Gunawan dkk. (1997:1619) juga membagi tahapan atau langkah-langkah dalam menulis karangan deskripsi menjadi lima tahapan, yakni (1) menetapkan tema tulisan, (2) menetapkan tujuan tulisan, (3) mengumpulkan bahan tulisan, (4) menyiapkan kerangka tulisan, dan (5) mengembangkan tulisan. Mengacu pada pendapat Hasnun (2006:211) dan Gunawan dkk. (1997:1619), langkahlangkah dalam menulis karangan deskripsi dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut. (1) Menetapkan tema dan judul karangan Tema karangan yaitu gagasan persoalan, pokok permasalahan, ide yang akan dikemukakan dalam karangan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan.

Karangan yang hendak dikembangkan dalam penelitian ini berbentuk deskripsi. Oleh karena itu, tema karangan berupa objek yang akan ditulis, yaitu keindahan alam pegunungan dan pantai. Jika cakupan tema tidak terlalu luas, maka tema dapat juga dijadikan judul. Karena judul merupakan kepala karangan, maka kata-katanya harus muncul/tertulis dalam karangan. Judul yang baik adalah judul yang dapat menyiratkan isi keseluruhan karangan. (2) Menetapkan tujuan penulisan Langkah kedua adalah menetapkan tujuan penulisan. Menurut Akhadiah, dkk. (1988:11), perumusan tujuan penulisan sangat penting dan harus ditentukan terlebih dahulu karena merupakan titik tolak dalam seluruh kegiatan menulis. Rumusan tujuan penulisan adalah suatu gambaran penulis dalam kegiatan menulis selanjutnya. Tujuan penulisan siswa dalam penelitian ini adalah memberikan gambaran dan rincian suatu objek kepada pembaca dengan disertai opini atau kesan atau perasaan terhadap objek yang digambarkan. (3) Mengumpulkan dan menyeleksi bahan Langkah yang ketiga adalah mengumpulkan dan menyeleksi bahan. Bahan penulisan ialah semua informasi atau data yang dipergunakan untuk mencapai tujuan penulisan (Akhadiah, dkk. 1988:17). Bahan-bahan untuk menulis karangan deskripsi dalam penelitian ini diperoleh melalui pengamatan terhadap gambar yang merupakan objek yang akan ditulis, dengan menggunakan imajinasi kelima indera, yang kemudian didata ke dalam tabel hasil imajinasi indera. (4) Menyiapkan kerangka karangan Langkah keempat ialah menyiapkan kerangka karangan. Kerangka karangan atau outline dapat diartikan sebagai rancangan atau rencana kerja seorang penulis dalam rangka

menguraikan setiap topik atau masalah. Kerangka karangan disusun berdasarkan bahan-bahan yang telah terkumpul. Dalam penelitian ini, pengisian tabel hasil imajinasi indera berfungsi sebagai bahan sekaligus kerangka karangan. (5) Mengembangkan karangan Langkah yang terakhir dalam menulis karangan deskripsi adalah mengembangkan karangan. Pengembangan karangan dalam penelitian ini dikerjakan berdasarkan pengisian tabel hasil imajinasi indera yang disusun dengan memperhatikan kesatuan dan kebulatan gagasan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan karangan antara lain organisasi, susunan kalimat yang menarik, bervariasi, dan efektif, pilihan kata yang tepat, dan penggunaan ejaan. 2.3 Pembelajaran Menulis 2.3.1 Hakikat Pembelajaran Menulis Pembelajaran merupakan suatu usaha manusia yang dilakukan dengan tujuan membantu memfasilitasi belajar orang lain (Setyosari, 2001:1). Secara khusus, pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh guru, instruktur, pembelajar, dengan tujuan membantu siswa atau si belajar agar ia belajar dengan mudah (Gagne & Briggs dalam Setyosari, 2001:1). Setyosari (2001:4) juga mengungkapkan bahwa pembelajaran adalah penyajian informasi dan aktivitas-aktivitas yang dirancang untuk membantu memudahkan siswa atau si belajar dalam rangka mencapai tujuan khusus yang diharapkan. Gagne (dalam Setyosari, 2001:7576) mengemukakan bahwa pembelajaran meliputi sembilan peristiwa pembelajaran. Kesembilan peristiwa tersebut meliputi: (1) menarik perhatian, (2) menginformasikan tujuan khusus kepada si belajar, (3) menstimulasi ingatan

untuk belajar pengetahuan prasyarat, (4) menyajikan bahan-bahan stimulus, (5) memberi bimbingan belajar, (6) membangkitkan semangat untuk mendapat unjuk kerja, (7) memberikan balikan, (8) menilai unjuk kerja, dan (9) meningkatkan retensi dan transfer. Pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang sepenuhnya mampu memberikan kesempatan pada anak didik untuk mengekspresikan pengalamannya secara mandiri dan kreatif dan tugas guru pada dasarnya hanyalah bagaimana dapat menjadi inspirasi tersendiri bagi peserta didik selama proses pembelajaran agar anak didik mampu menjadi dirinya sendiri (Suhaidi, 2005:3). Keberhasilan dalam pembelajaran menulis bergantung pada strategi dan model yang digunakan guru dalam pembelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kadir (2005:20) yang mengungkapkan bahwa kesenangan dalam mengikuti pelajaran ditentukan dengan bagaimana strategi dan model pembelajaran yang dapat dipakai guru dalam memberikan materi kepada siswa, karena pada dasarnya kreativitas guru dalam meramu pembelajaran (dengan model-model yang menyenangkan) akan menjadi bagian penting dalam pembelajaran. Menurut Nurchasanah & Widodo (1993:7072), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan kemampuan menulis adalah sebagai berikut. (1) Prinsip Menulis adalah keterampilan berbahasa. Keterampilan akan dapat dicapai kalau banyak berlatih. Oleh karena itu, untuk mencapai keterampilan itu, siswa harus diberi banyak latihan atau tugas-tugas. Sebelum guru memberikan tugas-tugas kepada siswa, guru harus menjelaskan

tugas-tugas apa yang diberikan kepada siswa dan apa yang harus dilakukan dan diperhatikan siswa.

(2) Pembimbingan Bimbingan perlu diberikan secara intensif sejak siswa mulai belajar menulis sampai menghasilkan karangan. Setelah siswa menghasilkan karangan, pengoreksian terhadap karangan perlu dilakukan dan hasilnya perlu diinformasikan kepada siswa. Guru bersama-sama siswa bisa mendiskusikan bagaimana pembetulan karangan itu. Dalam hal ini, yang diperlukan adalah siswa mengetahui bagaimana seharusnya menulis karangan yang baik. (3) Sifat pengajaran Pengajaran menulis bisa dilakukan dengan dasar berikut ini. (a) Pengajaran menulis bisa dimulai dari latihan aspek-peraspek kemampuan menulis, kemudian dilanjutkan dengan latihan menulis karangan secara utuh. (b) Pengajaran menulis bisa dimulai dari teori tentang menulis, kemudian dilanjutkan ke praktek menulis, atau sebaliknya. (c) Hal-hal yang ditulis dimulai dengan hal-hal yang dikenal siswa/berada di lingkungan siswa ke hal-hal yang belum dikenal siswa. (4) Media Media pengajaran menulis bisa diambil dari contoh-contoh karangan yang sudah ada, bisa diambil dari surat kabar atau majalah. Pembelajaran yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Guru mengawali pembelajaran dengan

membangun pengetahuan awal siswa tentang tulisan deskripsi. Siswa dengan bimbingan guru melaksanakan kegiatan menulis karangan deskripsi sesuai dengan tahapan dalam proses menulis yang telah direncanakan. Tema karangan yang ditulis siswa adalah adalah keindahan alam, dengan objek pegunungan dan pantai. Objek yang akan dideskripsikan siswa dikemas dalam bentuk media gambar, yang kemudian dikembangkan dengan menggunakan imajinasi kelima indera. 2.3.2 Tujuan Pembelajaran Menulis Kemampuan menulis sangat penting bagi kehidupan manusia. Seseorang yang mampu menulis, dapat memanfaatkan kemampuannya untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui tulisan. Dengan tulisan, mereka dapat mengungkapkan berbagai pikiran, perasaan, dan kemauan kepada orang lain tanpa harus berhadapan langsung (Nurchasanah & Widodo, 1993:5). Tujuan pembelajaran menulis yang ditekankan kepada siswa dapat dilihat dari manfaat kegiatan menulis yang dilaksanakan. Melalui pembelajaran menulis, diharapkan siswa dapat memahami manfaat dari kegiatan menulis yang dilaksanakan sehingga siswa mempunyai kemauan untuk menulis tidak hanya dalam pembelajaran. Bernard Percy (dalam Gie, 2002:21), mengemukakan tidak kurang dari enam manfaat kegiatan mengarang, yakni sebagai berikut. (1) Mengarang sebagai suatu sarana untuk pengungkapan diri (a tool for self-expression). (2) Mengarang sebagai suatu sarana untuk pemahaman (a tool for understanding). (3) Mengarang sebagai suatu sarana untuk membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggan, dan suatu perasaan harga diri (a tool to help to developing personal satisfaction, pride, and a feeling of self-worth).

(4) Mengarang sebagai suatu sarana untuk meningkatkan kesadaran dan pencerapan terhadap lingkungan sekeliling seseorang (a tool for increasing awareness and perception of ones environment). (5) Mengarang sebagai suatu sarana untuk keterlibatan secara bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah (a tool for active involvement, not passive acceptance). (6) Mengarang sebagai suatu sarana untuk mengembangkan suatu pemahaman tentang dan kemampuan menggunakan bahasa (a tool for developing an understanding of and ability to use the language). Menurut Nurchasanah & Widodo (1993:6266), tujuan pengajaran menulis dapat ditentukan berdasarkan aspek yang ingin dicapai oleh siswa. Tujuan tersebut antara lain sebagai berikut. (1) Tujuan yang bersifat teoritis dan praktis, biasanya diwujudkan dalam pengajaran menulis secara serentak, maksudnya dalam pertemuan pengajaran tertentu siswa diharapkan dapat mencapai tujuan yang bersifat teoritis sekaligus dapat mencapai tujuan yang bersifat praktis. (2) Tujuan berdasarkan wujud tulisan/karangan, maksudnya tujuan pengajaran menulis dapat didasarkan atas wujud tulisan yang diharapkan dikuasai oleh siswa. (3) Tujuan berdasarkan tingkat kognisi yang dicapai, yaitu tujuan yang bersifat ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesia, dan evaluasi. (4) Tujuan langsung dan tidak langsung, di mana tujuan langsungnya adalah siswa dapat menulis secara langsung tanpa melalui tahapan kegiatan prasyarat, sedangkan tujuan tidak

langsungnya adalah siswa dapat menulis dengan melalui tahapan-tahapan kegiatan prasyarat. (5) Tujuan yang bersifat diskrit dan pragmatik, yakni pengajaran menulis yang bersifat diskrit bertujuan ingin melihat aspek-aspek kemampuan menulis secara terpisah-pisah, sedangkan pengajaran menulis yang bersifat pragmatik bertujuan ingin melihat kemampuan menulis secara utuh, bukan melihat aspek-peraspek. 2.3.3 Evaluasi Pembelajaran Keterampilan Menulis Evaluasi adalah penentuan sampai berapa jauh sesuatu berharga, bermutu, atau bernilai (Winkel, 1996:475). Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap proses belajar mengajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar itu. Penilaian dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kemajuan dan hasil belajar dalam ketuntasan penguasaan kompetensi (Nurhadi, dkk., 2004:109). Nurhadi, dkk. (2004:109) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan penilaian kelas, guru berwenang untuk menentukan kriteria keberhasilan, cara, dan jenis penilaian. Menurut Nurhadi, dkk. (2004:109), penilaian kelas berorientasi pada hal-hal sebagai berikut. (1) Acuan/Patokan Semua kompetensi perlu dinilai menggunakan acuan kriteria berdasarkan pada indikator hasil belajar. (2) Ketuntasan Belajar Pencapaian hasil belajar ditetapkan dengan ukuran atau tingkat pencapaian kompetensi yang memadai dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai prasyarat penguasaan kompetensi lebih lanjut.

(3) Multi Alat dan Cara Penilaian Penilaian menggunakan berbagai alat dan cara, yaitu tes dan nontes untuk memantau kemajuan dan hasil peserta didik. (4) Kriteria Penilaian Penilaian memberikan informasi yang akurat tentang pencapain kompetensi dasar peserta didik, adil terhadap semua peserta didik, terbuka bagi semua pihak, dan dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar peserta didik. Salah satu kegiatan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan dengan pengukuran. Istilah evaluasi mengandung pengertian yang berbeda dengan pengukuran. Pengukuran merupakan deskripsi kuantitatif tentang keadaan suatu hal sebagaimana adanya atau tentang perilaku yang nampak pada seseorang, atau tentang prestasi (Winkel, 1996:477). Pengukuran kemampuan menulis adalah proses atau tindakan untuk menentukan kualitas kemampuan menulis (Nurhasanah & Widodo, 1993:72). Nurhasanah & Widodo (1993:72-74) memaparkan ada empat jenis pengukuran untuk mengukur kemampuan menulis, yaitu sebagai berikut. (1) Pengukuran subjektif, adalah pengukuran yang dilakukan dengan cara memeriksa langsung karangan berdasarkan impresi pemeriksa. (2) Pengukuran objektif, adalah pengukuran yang dilakukan dengan cara mencocokkan pekerjaan dengan kunci yang ada. (3) Pengukuran global, adalah pengukuran yang dilakukan secara global tanpa melihat aspekaspek kemampuan menulis yang mendukungnya agar melihat kemampuan menulis secara utuh.

(4) Pengukuran aspek-peraspek, adalah pengukuran kemampuan menulis yang bertujuan melihat kemampuan aspek-peraspek yang mendukung kemampuan menulis secara utuh. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi selama pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi untuk mengetahui apakah tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran sudah terlaksana atau belum. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi, dilakukan pengukuran terhadap aspek-peraspek yang mendukung kemampuan siswa dalam menyusun karangan deskripsi secara utuh. Aspek-aspek yang diukur antara lain (1) aspek isi, yang terdiri dari subaspek kesesuaian, kerincian, dan kreativitas 34

imajinasi; (2) aspek organisasi; dan (3) aspek kebahasaan, yang terdiri dari subaspek kalimat, diksi, dan ejaan. 2.4 Pembelajaran Menulis Deskripsi dengan Menggunakan Gambar dan Imajinasi 2.4.1 Pengertian Gambar dan Imajinasi 2.4.1.1 Pengertian Gambar sebagai Media Pembelajaran Media adalah sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan untuk mencapai tujuan (Wijaya, 2005:19). Media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar (Ibrahim & Nana, 2003:112). Penggunaan media merupakan salah satu unsur yang juga penting dalam pembelajaran. Tujuan penggunaan media dalam proses pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran dapat

berlangsung secara efisien dan efektif sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai. Menurut Hamalik (dalam Arsyad, 2002:15), pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsang kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis tehadap siswa. Selanjutnya, Arsyad (2002:2627) menyimpulkan beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar yaitu: (1) media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, (2) media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, (3) media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu, dan (4) media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan siswa, serta memugkinkan terjadinya interaksi langsung, antara siswa guru, masyarakat, dan lingkungan. Brets (dalam Ibrahim & Nana, 2003:114) mengklasifikasikan media berdasarkan adanya tiga ciri, yaitu suara (audio), bentuk (visual), dan gerak (motion). Kadir (2005:21) mengungkapkan bahwa kreativitas guru tercermin dalam bentuk inovasi yang dibawa dalam pembelajaran, baik berupa inovasi materi ataupun model pembelajaran, serta dapat juga memanfaatkan media yang lain untuk memberikan nuansa baru dalam pembelajaran. Kadir (2005:21) menyatakan juga bahwa untuk memberikan kesenangan pada siswa, guru dapat menggunakan kartu, gambar, atau perangkat teknologi modern yang lainnya (sebagai media). Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa gambar dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.

Gambar fotografi termasuk pada gambar tetap atau still picture yang terdiri dari dua kelompok, yaitu: pertama, flat opaque picture atau gambar datar tidak tembus pandang, misalnya gambar fotografi, gambar dan lukisan tercetak; kedua, transparent picture atau gambar tembus pandang, misalnya film slides, film strips dan transparencies (Sudjana & Rivai, 2005:71). Wijaya (2005:20) menyimpulkan bahwa gambar ialah lukisan yang menampakkan orang, tempat, atau benda baik hasil lukisan tangan yang dicetak atau gambar hasil seni fotografi. Menurut Musbar (2006:5), gambar merupakan sebuah alat untuk menyatakan maksud dari seseorang kepada orang lain yaitu merupakan serangkaian informasi yang diungkapkan melalui bermacam-macam garis dalam berbagai macam bentuk, warna, dan ukuran. Nurhaeni (1997:17) menyatakan bahwa gambar merupakan suatu media untuk merangsang kebutuhan yang tinggi terhadap pengungkapan suatu masalah dengan kemampuan bahasa yang terbatas. Gambar merupakan media pendidikan yang mudah didapatkan dan dapat diberikan kepada siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa gambar adalah sebuah alat atau media dalam bentuk lukisan yang menampakkan orang, tempat, atau benda baik hasil lukisan tangan yang dicetak atau hasil seni fotografi dalam berbagai macam bentuk, warna, dan ukuran, untuk menyampaikan serangkaian informasi atau menyatakan maksud dari seseorang kepada orang lain. 2.4.1.2 Pengertian Imajinasi Secara umum, yang dimaksud dengan imajinasi adalah daya untuk membentuk gambaran (imaji) atau konsep-konsep mental yang tidak secara langsung didapatkan dari sensasi (penginderaan). Oleh karena merupakan suatu daya, maka imajinasi berkaitan langsung

dengan manusia yang memiliki daya tersebut. Proses mengimajinasikan merupakan proses membentuk gambaran tertentu, dan terjadi secara mental (Tedjoworo, 2001:21). Dalam penulisan puisi, istilah imajinasi biasa disebut dengan imaji (imaje). Jabrohim, dkk. (2003:36) mengungkapkan bahwa dalam penulisan puisi, untuk memberi gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat hidup (lebih hidup) gambaran dalam pikiran dan penginderaan, untuk menarik perhatian, untuk memberikan kesan mental atau bayangan visual penyair menggunakan gambaran-gambaran angan. Gambaran-gambaran angan, gambaran pikiran, kesan mental atau bayangan visual dan bahasa yang menggambarkannya biasa disebut imaji (imaje).

Menurut Ricoeur (dalam Tedjoworo, 2001:55), hanya bahasa yang berimajinasilah yang sanggup memperkaya realitas, dan mendekatkan pengetahuan pada kekayaan realitas itu sendiri. Ricoeur juga menambahkan bahwa imajinasi mendorong kreativitas dalam bahasa. Tedjoworo (2001:5356) mengemukakan tiga fungsi imajinasi dalam bahasa, yaitu sebagai berikut. (1) Terhadap kemungkinan penciutan pengalaman, imajinasi memberi konteks keseluruhan tertentu pada pengalaman, agar pengalaman tidak sekedar dibahasakan melainkan lebihlebih digambarkan. (2) Terhadap kemungkinan generalisasi oleh bahasa, imajinasi melengkapi bahasa dengan prinsip-prinsip di luar analogi dan asosiasi, yakni prinsip posibilitas-logis. (3) Terhadap tendensi pendefinisian realitas yang juga berakibat terhadap pendefinisian kebenaran, imajinasi berfungsi mengisi bahasa.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambar-gambar (lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang. Dalam penelitian ini, siswa dibimbing untuk menggunakan imajinasi dalam menulis karangan deskripsi, dengan tujuan siswa dapat memberi gambaran yang jelas dan membuat lebih hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan mengenai objek yang akan dideskripsikan, untuk menarik perhatian, dan untuk memberikan kesan mental kepada pembaca. 2.4.2 Dasar Menggunakan Gambar dan Imajinasi dalam Menulis Karangan Deskripsi 2.4.3 2.4.2.1 Dasar Menggunakan Gambar Gambar dalam penelitian ini dipilih berdasarkan beberapa keuntungan gambar jika digunakan dalam pembelajaran. Gambar fotografi pada dasarnya membantu para siswa membangkitkan minatnya pada pelajaran. Membantu mereka dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreatif dalam bercerita, dramatisasi, bacaan, penulisan, melukis, dan menggambar, serta membantu mereka menfsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks (Sudjana & Rivai, 2005:70). Beberapa alasan diuraikan oleh Nurhaeni (1997:15) sebagai dasar menggunakan gambar, yaitu: (1) gambar bersifat kongkret, (2) gambar mengatasi ruang dan waktu, (3) gambar mengatasi kekurangan daya mampu pancaindera manusia, (4) gambar dapat digunakan untuk menjelaskan suatu masalah, (5) gambar mudah didapat dan murah, serta

(6) gambar mudah digunakan, baik untuk perseorangan maupun untuk kelompok siswa. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari gambar fotografi dalam hubungannya dengan kegiatan pengajaran antara lain: (1) mudah dimanfaatkan di dalam kegiatan belajar mengajar, karena praktis tanpa memerlukan perlengkapan apa-apa, (2) harganya relatif lebih murah daripada jenis-jenis media pengajaran lainnya, (3) gambar fotografi bisa dipergunakan dalam banyak hal, untuk berbagai jenjang pengajaran dan berbagai disiplin ilmu, (4) gambar fotografi dapat menerjemahkan konsep atau gagasan yang abstrak menjadi lebih realistik (Sudjana & Rivai, 2005:7172). Meskipun mempunyai beberapa kelebihan jika dimanfaatkan dalam pembelajaran, tetapi gambar juga mempunyai beberapa kelemahan. Menurut Sudjana & Rivai (2005:72), kelemahan gambar fotografi antara lain: (1) beberapa gambarnya sudah cukup memadai, akan tetapi tidak cukup besar ukurannya bila dipergunakan untuk tujuan pengajaran kelompok besar, (2) gambar fotografi berdimensi dua, sehingga sukar untuk melukiskan bentuk sebenarnya yang berdimensi tiga, (3) gambar fotografi bagaimanapun indahnya tetap tidak memperlihatkan gerak seperti halnya gambar hidup.

2.4.2.2 Dasar Menggunakan Imajinasi

Penggunaan imajinasi dalam penelitian ini didasarkan pada pengertian wacana deskripsi menurut beberapa ahli. Rani, dkk. (2006:3738) menyatakan bahwa wacana deskripsi merupakan jenis wacana yang ditujukan kepada penerima pesan agar dapat membentuk suatu citra (imajinasi) tentang sesuatu hal. Menurut Enre (1988:165), karena pemerian berhubungan dengan penginderaan, maka sebaiknya kata-kata atau ungkapan yang mengandung perasaan atau penginderaan dan membangkitkan gambaran yang hiduplah yang lebih banyak dipakai. Penggunaan imajinasi juga didasarkan pada pernyataan Vivian (dalam Ahmadi, 1995:30) mengenai tulisan deskripsi tentang tempat dan pemandangan, yang menyatakan bahwa di dalam mendeskripsikan suatu tempat atau suatu pemandangan, penulis pertama-tama harus menentukan atau memastikan efek emosional utama atau kesan/impresi yang diinginkan untuk dibangkitkan. Kemudian, penulis harus menyeleksi rincian-rincian atau seluk-beluk (details) yang akan secara efektif mengembangkan impresi dan menyajikannya sejauh mungkin penulis itu dapat membuat deskripsinya hidup. Ia harus tetap menjaga imajinasinya: waspada, siap siaga, mata hatinya dan mata pikirannya terbuka, yang berarti bahwa ia harus memvisualisasikan pemandangan yang dilukiskannya itu menjadi jelas dengan sendirinya agar menghasilkan suatu sajian lukisan atau gambaran yang jelas dan terang. Beberapa kelemahan gambar juga mendasari penggunaan imajinasi dalam menulis karangan deskripsi dengan tema keindahan alam. Menurut Tedjoworo (2001:56), bahasa baru hidup dan berarti ketika imajinasi manusia bermain-main dalam tiap diskursusnya. Suatu definisi akan menjadi realitas yang digambarkannya ketika dibantu oleh imajinasi manusia yang menyertai gerak pemahaman di dalamnya. Tedjoworo (2001:57) menyatakan bahwa sebagai daya reproduktif, imajinasi menghadirkan kembali imaji-imaji yang pernah dibatinkan melalui proses

inderawi terhadap realitas, kongkretnya melalui pengalaman. Imaji yang tepat akan lebih hidup, lebih segar terasakan, lebih ekonomis, dan dekat dengan hidup kita sehingga diharapkan pembaca atau pendengar turut merasakan dan hidup dalam pengalaman batin penyair (Jabrohim, dkk., 2003:36). Scholes (dalam Junus, 1983:3) mengungkapkan bahwa orang tidak mungkin melihat suatu realitas tanpa interpretasi pribadi yang mungkin berhubungan dengan imajinasi, dan orang tidak mungkin berimajinasi tanpa pengetahuan suatu realitas. Imajinasi selalu terikat kepada realitas, sedangkan realitas tidak mungkin lepas dari imajinasi. DePorter & Hernacki (2002:191) mengungkapkan bahwa dengan imajinasi, dengan teknik mengubah bukan memberitahukan (Show Not Tell), dapat mengubah kalimat-kalimat kering menjadi deskripsi yang menakjubkan. Menurut DePorter & Hernacki (2002:190), penjelasan yang hidup adalah alat yang ampuh bagi para penulis. Ketika seseorang belajar menulis deskripsi, dia akan mampu mengembangkan gambaran visual dalam benak para pembaca, dan mengubah pernyataan-pernyataan yang kering mengenai fakta menjadi ilustrasi yang mempesonakan. Orang tidak hanya akan membaca dan memahami, tetapi mereka akan menghubungkan dan bereaksi. Berdasarkan pernyataan beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa imajinasi juga mempunyai peran dalam proses menulis karangan deskripsi, khususnya dalam menulis karangan deskripsi dengan tema keindahan alam. Oleh karena itu, gambar yang hanya berdimensi dua dan tidak memperlihatkan gerak seperti halnya gambar hidup, dideskripsikan dengan cara mengimajinasikannya dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran, penciuman, pencecapan, dan perabaan, agar hasil deskripsi siswa menjadi lebih hidup sesuai

dengan realitas yang mungkin pernah dilihat, dialami, atau dirasakan sehingga apa yang dideskripsikan dapat dirasakan juga oleh pembaca.

2.4.3 Menggunakan Gambar dan Imajinasi dalam Pembelajaran Menulis Deskripsi di Kelas Gambar dalam penelitian ini dimanfaatkan sebagai media untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Gambar yang digunakan adalah gambar dengan tema keindahan alam. Selain gambar, dalam penelitian ini juga digunakan tabel hasil imajinasi indera untuk membantu siswa mengembangkan imajinasinya. Imajinasi dalam penelitian ini dibagi berdasarkan kelima indera, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, pencecapan, dan perabaan. Dalam menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi, siswa terlebih dahulu mengamati gambar untuk dikembangkan menjadi karangan deskripsi, kemudian memanfaatkan imajinasinya untuk mendeskripsikan gambar. Siswa dibimbing untuk menggunakan imajinasinya melalui kelima indera, agar ketika menyusun karangan deskripsi berdasarkan gambar yang diamati, siswa tidak hanya mendeskripsikan apa yang dilihat, tetapi juga mampu mendeskripsikan apa yang didengar, dicium, dicecap, dan diraba. Pengimajinasian dilaksanakan dengan cara mengisi tabel hasil imajinasi indera yang telah disediakan oleh guru, yang terdiri dari lima kolom, yakni kolom indera penglihatan, pendengaran, penciuman, pencecapan, dan perabaan. Setelah mengisi tabel hasil imajinasi indera, siswa mengembangkan pengisian tabel hasil imajinasi indera ke dalam bentuk karangan deskripsi dengan memperhatikan syarat-syarat karangan deskripsi yang baik, baik dari segi isi, oganisasi,

maupun kebahasaan. Karangan yang disusun siswa berdasarkan pengisian tabel hasil imajinasi indera harus diperbaiki setelah diadakan kegiatan penyuntingan antar teman. Setelah karangan diperbaiki berdasarkan hasil penyuntingan, karangan deskripsi siswa dipublikasikan melalui pembacaan di depan kelas dan penempelan di dinding kelas. Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah kegiatan menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi dapat dilihat pada bagan berikut.

LANGKAH-LANGKAH MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN GAMBAR DAN IMAJINASI Gambar 2.1 Langkah-langkah Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Gambar dan Imajinasi

Menyusun draf awal karangan berdasarkan pengisian tabel hasil imajinasi indera

Mengamati gambar

Mengimajinasikan gambar berdasarkan pengamatan kelima indera

Meyunting karangan teman terkait dengan ejaan, diksi, kalimat, dan organisasi (Penyuntingan)

1. TAHAP PRAPENULISAN

2. TAHAP PENULISAN

Memperbaiki karangan berdasarkan hasil penyuntingan dan komentar teman dengan memperhatikan ejaan, diksi, kalimat, dan organisasi (Revisi) Memperbaiki judul karangan dengan memperhatikan kesesuaiannya dengan isi karangan

Mengisi tabel hasil imajinasi indera (penglihatan, pendengaran, penciuman, pencecapan, perabaan)

4. TAHAP PUBLIKASI

Membacakan karangan di depan kelas Menempelkan karangan di dinding kelas

3. TAHAP PENYUNTINGAN DAN REVISI

Menentukan judul karangan

BAB III METODE PENELITIAN


Pada Bab III ini disajikan metode yang digunakan dalam penelitian peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa dengan menggunakan gambar dan imajinasi.

Secara garis besar, pada bagian ini dijelaskan tentang (1) rancangan penelitian, (2) tahap-tahap penelitian, (3) lokasi, waktu, dan subjek penelitian, (4) data dan sumber data, (5) teknik pengumpulan data, (6) teknik analisis data, (7) prediksi hasil, dan (8) pengecekan keabsahan data. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Berdasarkan tujuan tersebut, rancangan yang digunakan adalah rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru atau peneliti untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil dengan mengubah cara, metode, pendekatan, atau teknik yang berbeda dari biasanya (Arikunto, dkk., 2007:11). Wiriaatmadja (2006:13) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah bentuk penelitian yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif (Wiriaatmadja, 2006:83). Suhardjono (dalam Arikunto, dkk., 2007:63) menyatakan bahwa salah satu ciri khas PTK adalah adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru, kepsek, siswa, dan lain-lain) dan peneliti (dosen, widyaiswara) dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action). Kerjasama (kolaborasi) antara guru dengan peneliti sangat penting dalam bersama menggali dan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi.

Kolaborasi atau kerjasama dalam melaksanakan penelitian dapat dilakukan dengan: mahasiswa; sejawat dalam jurusan/sekolah/lembaga yang sama; sejawat dari lembaga/sekolah lain; sejawat dengan wilayah keahlian yang berbeda (misalnya antara guru dan pendidik guru, antara guru dan peneliti, antara guru dan manajer); sejawat dalam disiplin ilmu yang berbeda (misalnya antara guru bahasa asing dan guru bahasa ibu); dan sejawat di negara lain (Wallace dalam Madya, tanpa tahun).

Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi, Ibu Sri Utami, S.Pd. Kolaborasi dilaksanakan dalam setiap tahap penelitian, mulai dari tahap identifikasi masalah hingga refleksi. 3.2 Tahap-tahap Penelitian Seperti yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya, penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru untuk menyamakan pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, serta pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action). Peneliti bekerjasama dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam melaksanakan setiap tahap penelitian, yaitu (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi atau pengamatan, (4) dan refleksi. Penentuan tahap-tahap dalam penelitian ini mengacu pada pernyataan Suhardjono (dalam Arikunto, dkk., 2007:74) bahwa penelitian tindakan kelas terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Maka setelah diketahui masalah yang ditemukan dalam studi pendahuluan, penelitian dilanjutkan pada empat tahap berikutnya, yakni (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi atau pengamatan, dan (4) refleksi, yang terangkai dalam satu siklus. Empat tahap yang dilaksanakan setelah studi pendahuluan merupakan rangkaian tahap dalam siklus I. Apabila melalui kegiatan refleksi sudah diketahui letak keberhasilan dan kekurangan atau permasalahan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus I, peneliti bersama guru melanjutkan penelitian pada siklus II. Sebagai bentuk penguatan, kegiatan pada siklus II pada dasarnya sama dengan kegiatan pada siklus I. Jika tujuan pada siklus I belum tercapai atau masih terdapat kekurangan, maka setelah

diidentifikasi permasalahan atau hambatannya, pada siklus II peneliti dan guru melakukan perbaikan. Tahap-tahap dalam penelitian ini dapat dilihat dalam bagan alur penelitian tindakan kelas sebagai berikut.

STUDI PENDAHULUAN Tahap 1 Pengamatan karangan deskripsi siswa dari pembelajaran sebelumnya bersama guru mata pelajaran Bahasa Indonesia Wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Banyuwangi

Tahap 2 Pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam menulis karangan deskripsi, dan mengidentifikasi permasalahan

SIKLUS I

PERENCANAAN TINDAKAN I Menyusun rencana tindakan Menyusun RPP Mempersiapkan teks karangan deskripsi

Menyiapkan media pembelajaran Menyusun instrumen

PELAKSANAAN TINDAKAN I Implementasi gambar dan imajinasi dalam pembelajaran Tahap implementasi RPP Siklus I: (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, (3) tahap penyuntingan dan revisi, dan

(4) tahap publikasi

REFLEKSI SIKLUS I Analisis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan siklus I

Permasalahan baru hasil refleksi siklus I

SIKLUS II

PERENCANAAN TINDAKAN II Menyusun rencana perbaikan tindakan Menyusun RPP

PENGAMATAN SIKLUS II Pengumpulan data pembelajaran melalui pengamatan KBM (pelaksanaan tindakan I) dan data hasil tindakan dengan menggunakan instrumen yang telah dibuat

REFLEKSI SIKLUS II Analisis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan siklus II

PELAKSANAAN TINDAKAN II Implementasi gambar dan imajinasi dalam pembelajaran Tahap implementasi RPP Siklus II: (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, (3) tahap penyuntingan dan revisi, dan

(4) tahap publikasi

PENGAMATAN SIKLUS I Pengumpulan data pembelajaran melalui pengamatan KBM (pelaksanaan tindakan I) dan data hasil tindakan dengan menggunakan instrumen yang telah dibuat

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan (diadaptasi dari Suhardjono dalam Arikunto, dkk., 2007:74)

Permasalahan baru hasil refleksi siklus II

Berhasil

Simpulan

SIKLUS KE-n 3.2.1 Studi Pendahuluan Studi pendahuluan merupakan kegiatan awal yang dilaksanakan untuk mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran menulis deskripsi di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Studi pendahuluan juga dilaksanakan untuk meyakinkan peneliti bahwa pembelajaran menulis deskripsi di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi mempunyai permasalahan yang perlu dipecahkan atau membutuhkan adanya perbaikan. Winarno (dalam Arikunto, 2002:39) menyatakan bahwa setelah studi pendahuluan peneliti menjadi lebih jelas terhadap masalah yang dihadapi, dari aspek historis, hubungan dengan ilmu yang lebih luas, situasi dewasa ini, dan kemungkinan-kemungkinan yang akan datang, dan lainlain. Arikunto (2002:40) juga menambahkan adanya manfaat lain dari studi pendahuluan, yaitu peneliti menjadi yakin bahwa penelitiannya perlu dan dapat dilaksanakan. Kegiatan studi pendahuluan dalam penelitian ini dilaksanakan dua tahap. Studi pendahuluan tahap pertama merupakan tahap observasi awal yang dilaksanakan dengan (1) menganalisis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dari tugas yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran sebelumnya dan (2)

wawancara atau tanya jawab dengan guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Studi pendahuluan tahap kedua merupakan pelaksanaan pretes menulis karangan deskripsi. Pretes dalam penelitian ini dilaksanakan dengan pertimbangan bahwa pembelajaran menulis deskripsi di kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pernah dilaksanakan. Studi pendahuluan tahap pertama dilaksanakan sebagai tahap identifikasi awal yang bertujuan mengetahui permasalahan dalam pembelajaran menulis deskripsi di kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo, sedangkan studi pendahuluan tahap kedua dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam menulis karangan deskripsi tanpa menggunakan gambar dan imajinasi. Berdasarkan pengamatan karangan deskripsi siswa, wawancara dengan guru dan siswa, refleksi terhadap pembelajaran menulis deskripsi yang dilaksanakan oleh guru, dan berdasarkan hasil pretes, peneliti bersama guru secara kolaboratif berupaya meningkatkan kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. 3.2.2 Perencanaan Tindakan Setelah melaksanakan studi pendahuluan, tahap selanjutnya yang dilaksanakan dalam penelitian adalah perencanaan tindakan. Tahap perencanaan tindakan dilaksanakan pada masing-masing siklus, yakni siklus I dan siklus II. Perencanaan pada siklus I dilaksanakan untuk menyusun rencana tindakan setelah mengetahui masalah yang ditemukan dalam studi pendahuluan, sedangkan perencanaan pada siklus II dilaksanakan untuk menyusun rencana tindakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Dalam tahap menyusun rancangan, peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk

diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung (Arikunto, dkk., 2007:18). Pada tahap perencanaan ini, peneliti bekerjasama dengan guru merancang tindakan untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa, dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Rencana pembelajaran pada siklus I direncanakan dalam dua kali pertemuan yang terbagi menjadi empat tahap proses menulis yang harus dilalui siswa, yaitu (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, (3) tahap penyuntingan dan revisi, dan (4) tahap publikasi. Rencana tindakan disusun berdasarkan program dan jadwal yang telah disusun bersama guru, dan disesuaikan dengan kondisi di sekolah. Selain menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), peneliti bersama guru juga menyusun instrumen pengumpul data yang akan digunakan dalam observasi atau pengamatan terhadap proses pembelajaran, pedoman penyekoran hasil menulis karangan deskripsi untuk mengetahui kemampuan siswa, serta menentukan media yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. 3.2.3 Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pelaksanaan tindakan, rancangan teknik dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan (Suhardjono dalam Arikunto, dkk., 2007:76). Pada tahap ini, gambar dan imajinasi digunakan dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi, sesuai dengan rencana yang telah disusun. Berdasarkan rancangan yang telah disusun, tindakan dalam penelitian ini terdiri dari tindakan I dan II, yang masing-masing tindakan mencakup empat rangkaian kegiatan proses

menulis, yakni (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, (3) tahap penyuntingan dan revisi, dan (4) tahap publikasi. Tindakan I dan II masing-masing dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Masing-masing pertemuan mempunyai alokasi waktu dua jam pelajaran (2x45 menit). Pertemuan pertama adalah tahap prapenulisan dan tahap penulisan, sedangkan pertemuan kedua adalah tahap penyuntingan dan revisi, dan tahap publikasi.

3.2.4 Observasi atau Pengamatan Observasi atau pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan. Observasi atau yang disebut juga dengan pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 2002:133). Pada tahap ini dilakukan pengamatan dan pencatatan terhadap semua hal yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Observasi dilakukan mulai awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran, baik pada pelaksanaan tindakan siklus I maupun siklus II. Hasil dari kegiatan pengamatan ini akan dijadikan acuan untuk melaksanakan refleksi. Pada tahap observasi, peneliti berkolaborasi dengan guru mengamati jalannya pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi, dengan dibantu oleh seorang observer. Data untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi. Selain pengamatan terhadap proses pembelajaran, kegiatan pengamatan juga dilaksanakan terhadap hasil karya siswa yang berupa karangan deskripsi. Pengamatan terhadap

hasil karya siswa dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi, serta mengetahui pencapaian keberhasilan tindakan.

3.2.5 Refleksi Refleksi dilakukan pada setiap selesai dilaksanakannya kegiatan pembelajaran. Tahap ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan (Suhardjono dalam Arikunto, dkk., 2007:80). Data yang telah terkumpul pada tahap observasi dievaluasi pada tahap refleksi. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan dalam pembelajaran sudah tercapai atau sebaliknya. Pada tahap ini juga dilakukan identifikasi masalah untuk mengetahui kekurangan atau kelemahan dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan. Identifikasi masalah didasarkan pada hasil pengamatan terhadap proses dan hasil tindakan. Refleksi pada hasil tindakan mengacu pada tingkat keberhasilan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Apabila setelah dievaluasi ternyata indikator keberhasilan belum tercapai, maka perlu dilaksanakan perbaikan pada siklus berikutnya. Refleksi ini juga dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan yang telah dilakukan telah memberi peningkatan terhadap kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi sebelum digunakannya gambar dan imajinasi. Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi dapat dilihat dari selisih perolehan nilai pada tahap pretes (sebelum menggunakan gambar dan imajinasi), dengan perolehan nilai setelah diberi tindakan (setelah menggunakan

gambar dan imajinasi). Jika berdasarkan kriteria yang ditetapkan menunjukkan bahwa hasil kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi setelah diberi tindakan lebih 54

baik dari dari hasil sebelum diberi tindakan, dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi mengalami peningkatan. 3.3 Lokasi, Waktu, dan Subjek Penelitian 3.3.1 Lokasi Penelitian Penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa dengan menggunakan gambar dan imajinasi dilaksanakan di SMA Negeri 1 Purwoharjo yang beralamat di Jalan Slamet Cokro Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Jumlah ruang kelas yang terdapat di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi sebanyak 18 kelas yang terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu kelas X, XI, dan XII. Masing-masing tingkatan mempunyai enam ruang kelas. Pemilihan SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi sebagai lokasi penelitian didasarkan pada pengamatan peneliti terhadap proses pembelajaran di SMA tersebut, terutama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sejauh pengamatan peneliti, guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi masih menggunakan metode ceramah dan kurang memanfaatkan media dalam pembelajaran. Selain itu, di SMA ini belum pernah diadakan penelitian dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis siswa, padahal kemampuan menulis siswa masih kurang. Oleh karena itu, peneliti berkolaborasi dengan guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi berupaya melaksanakan

perbaikan pembelajaran, dengan tujuan meningkatkan kemampuan menulis siswa, khususnya dalam menulis karangan deskripsi.

3.3.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil, yakni bulan Desember 2007, dan pada semester genap, yakni bulan April sampai bulan Mei 2008 tahun ajaran 2007/2008. Penelitian pada semester ganjil dilaksanakan untuk mengidentifikasi masalah atau observasi awal, sedangkan penelitian pada semester genap dilaksanakan untuk kegiatan pretes dan pelaksanaan tindakan. Pemilihan waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal kegiatan belajar mengajar di sekolah, dan diupayakan tidak mengganggu proses belajar mengajar yang sebenarnya. Dalam menentukan waktu penelitian, peneliti berdiskusi dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan meminta ijin kepada Kepala Sekolah. 3.3.3 Subjek Penelitian Siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi tahun ajaran 2007/2008 merupakan subjek dalam penelitian ini. Tindakan diberikan pada seluruh siswa kelas X.2 yang terdiri dari 19 siswa putra dan 20 siswa putri. Dasar pemilihan siswa kelas X.2 sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas X.2 dianggap telah siap untuk melaksanakan pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Pemilihan ini juga berdasarkan anjuran dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X.2, dengan mempertimbangkan waktu penelitian.

3.4 Data dan Sumber Data

3.4.1 Data Data dalam penelitian ini terdiri dari data awal (pratindakan) atau data studi pendahuluan, data pelaksanaan tindakan, dan data hasil tindakan. Data awal adalah data hasil wawancara, data rekaman aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran menulis deskripsi tanpa menggunakan gambar dan imajinasi, dan karangan deskripsi siswa sebelum diberi tindakan, yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah sebagai dasar menyusun rencana tindakan. Data pelaksanaan tindakan adalah data rekaman aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Data hasil tindakan adalah hasil karya siswa yang berupa karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi, setelah dilaksanakannya tindakan siklus I dan siklus II. 3.4.2 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan analisis dokumen. (1) Wawancara Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan lisan kepada subjek yang diteliti. Wawancara memiliki sifat yang luwes, pertanyaan yang diberikan dapat disesuaikan dengan subjek, sehingga segala sesuatu yang ingin diungkap dapat digali dengan baik (Susetyo, 2005:4). Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara tidak

berstruktur dan bersifat informal. Pertanyaan tentang pandangan, sikap, keyakinan subjek, atau keterangan lainnya diajukan secara bebas dan disesuaikan dengan kondisi saat wawancara. Wawancara terhadap guru dan siswa dilakukan untuk memperoleh data berupa informasi terkait dengan pembelajaran menulis deskripsi yang pernah dilaksanakan, sekaligus pendapat mereka tentang pembelajaran tersebut. (2) Pengamatan atau Observasi Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian di mana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian (Susetyo, 2005:1). Observasi dalam penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yakni observasi awal dan observasi pelaksanaan tindakan. Observasi awal dilaksanakan pada tahap studi pendahuluan untuk mengidentifikasi permasalahan sebelum dilaksanakan tindakan, sedangkan observasi pelaksanaan tindakan bertujuan untuk merekam aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Peneliti menggunakan lembar observasi atau catatan lapangan untuk mencatat setiap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. (3) Analisis Dokumen Analisis dokumen dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Dokumen yang digunakan adalah hasil karya siswa yang berupa karangan deskripsi. Analisis dokumen juga dilaksanakan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi setelah diberi tindakan dengan menggunakan gambar dan imajinasi. 3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut. (1) Menelaah data terkumpul. (2) Mereduksi data, yakni menyeleksi, memfokuskan, dan menyederhanakan semua data yang diperoleh. (3) Menyimpulkan data yang telah direduksi dan disajikan secara naratif. Sebelum menyimpulkan data, peneliti melakukan penyusunan informasi secara naratif yang berdasarkan hasil reduksi data dengan tujuan dapat menarik simpulan tentang proses pembelajaran, perkembangan kemampuan siswa, kesulitan yang dialami siswa, serta hasil yang diperoleh setelah diberikan tindakan. Tahap penyimpulan dilaksanakan dengan mengacu pada data yang disajikan dan merupakan pengungkapan akhir dari hasil tindakan menggunakan gambar dan imajinasi dalam pembelajaran menulis deskripsi. Untuk menganalisis kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi, dilaksanakan penilaian terhadap karangan deskripsi siswa. Penilaian dilakukan dengan memberikan skor terlebih dahulu terhadap karangan deskripsi siswa, sesuai dengan indikator yang telah ditentukan dalam pedoman penyekoran. Pedoman penyekoran hasil menulis karangan deskripsi siswa dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Pedoman Penyekoran Hasil Menulis Karangan Deskripsi Siswa No Aspek Subaspek Indikator 1 1. Isi 2 3 Skor 4 5

Kesesuaian

Isi karangan sesuai dengan judul dan

tujuan penulisan Kerincian Isi karangan menggambarkan objek dengan rinci atau sedetail-detailnya sehingga pembaca seolah-olah bisa merasakan secara nyata apa yang dirasakan penulisnya Kreativitas imajinasi Isi karangan dikembangkan berdasarkan imajinasi kelima indera (penglihatan, pendengaran, penciuman, pencecapan, dan perabaan) dan didukung oleh opini atau kesan penulis terhadap objek 2 Organisasi Organisasi Karangan disusun dengan runtut, saling terkait, dan terarah 3. Kebahasaan Kalimat Kalimat yang digunakan bervariasi, efektif, dan terbebas dari kesalahan tata bahasa Diksi Perbendaharaan kata bervariasi dan digunakan secara tepat dan efektif Ejaan Pilihan kata, kata depan, huruf kapital, tanda baca, dan imbuhan digunakan secara tepat (sesuai dengan EYD)

Keterangan:

Skor 1 : Sangat Kurang (SK) Skor 2 : Kurang (K) Skor 3 : Cukup (C) Skor 4 : Baik (B) Skor 5 : Sangat Baik (SB) Skor maksimal: 35 (Sumber: diadaptasi dari Basuki, 1997:3840) Setelah ditemukan skor pada masing-masing subaspek karangan deskripsi siswa berdasarkan tabel 3.1, kemudian dihitung nilai siswa atau persentase pencapaiannya dengan rumus sebagai berikut.

Nilai = %100xmaksimalSkordiperolehyangSkor (Sumber: diadaptasi dari Arikunto, 2003:236) Dari nilai yang diperoleh, siswa dikatakan mampu apabila nilai yang diperoleh dapat mencapai standar keberhasilan minimal dengan mengacu pada pedoman standar keberhasilan yang telah ditentukan. Berikut pedoman yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Tabel 3.2 Pedoman Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Pencapaian (%) Kualifikasi Angka 80100 6579 5 4 A B Kategori Nilai Tingkat Keberhasilan Huruf Baik Sekali Baik Berhasil Berhasil

5664 4055 2039

3 2 1

C D E

Cukup Kurang Gagal

Tidak berhasil Tidak berhasil Tidak berhasil

(Sumber: diadaptasi dari Arikunto, 2003:245) Keterangan: Pedoman standar keberhasilan minimal yang harus dicapai siswa (Tabel 3.2) telah disesuaikan dengan standar ketuntasan minimal (SKM) mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi, yakni 65%. Peningkatan kemampuan siswa dapat dilihat dari perbandingan nilai pretes siswa (karangan deskripsi sebelum menggunakan gambar dan imajinasi) dengan nilai siklus I dan nilai siklus II (karangan deskripsi setelah menggunakan gambar dan imajinasi). Jika diperoleh hasil bahwa nilai siswa pada siklus II lebih baik dari dari nilai siklus I, dan nilai siklus I lebih baik dari nilai pretes, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan siswa mengalami peningkatan.

3.7 Prediksi Hasil Hasil yang diharapkan dari penelitian ini secara umum adalah adanya peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi setelah menggunakan gambar dan imajinasi sehingga nilai yang diperoleh mampu mencapai standar keberhasilan atau standar ketuntasan minimal (SKM) yang telah ditentukan, yakni 65%. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi pada setiap aspeknya, yakni pada (1) aspek isi, yang meliputi (a) kemampuan dalam menyesuaikan isi dengan judul

dan tujuan penulisan, (b) kemampuan dalam merinci objek yang dideskripsikan, (c) kemampuan dalam mengimajinasikan objek menggunakan kelima indera; (2) aspek organisasi, yakni kemampuan dalam mengorganisasikan gagasan dengan runtut, terkait, dan terarah; dan (3) aspek kebahasaan, yang meliputi (a) kemampuan dalam menyusun kalimat, (b) kemampuan dalam menggunakan diksi atau pilihan kata, dan (c) kemampuan dalam menggunakan ejaan. 3.8 Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data bertujuan memperoleh data yang sahih dan absah yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu ketekunan pengamatan dan pemeriksaan mitra peneliti (kolaborator dan observer). Ketekunan pengamatan adalah pengecekan keabsahan data dengan cara menyesuaikan antara tahap yang direncanakan dengan tahap yang telah dilaksanakan dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Pengecekan keabsahan data dengan mitra peneliti adalah ketika melaksanakan penelitian, peneliti dibantu oleh kolaborator dan observer dalam mengumpulkan data. Kolaborator yang dimaksud adalah guru Bahasa Indonesia kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi, sedangkan observernya adalah rekan sejawat peneliti. Pengecekan keabsahan data dengan mitra peneliti bertujuan memperoleh hasil interpretasi data secara objektif.

BAB IV PAPARAN DATA Pada Bab IV ini disajikan paparan data berdasarkan penelitian peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa dengan menggunakan gambar dan imajinasi yang telah dilaksanakan. Paparan data yang disajikan meliputi paparan tentang (1) studi pendahuluan, (2) pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II, dan (3) hasil tindakan siklus I dan siklus II. 4.1 Studi Pendahuluan 4.1.1 Observasi Awal Kegiatan awal yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan adalah observasi awal. Observasi awal bertujuan mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran menulis deskripsi di kelas X, khususnya di kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Observasi awal dilaksanakan pada bulan Desember 2007, dengan meminta ijin terlebih dahulu kepada Kepala SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Kegiatan yang dilaksanakan dalam observasi awal adalah (1) mengamati secara langsung proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas X.2, (2) wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan siswa kelas X.2 terkait dengan pembelajaran menulis, khususnya dalam pembelajaran menulis deskripsi yang pernah dilaksanakan, dan (3) pengamatan terhadap karangan deskripsi siswa

berdasarkan tugas yang telah diberikan guru dalam pembelajaran menulis deskripsi sebelumnya.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, guru masih menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran. Guru belum memanfaatkan berbagai media untuk merangsang siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran menulis. Guru tidak berupaya membimbing siswa untuk menciptakan pemahaman sendiri terhadap kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran. Selain itu, juga diketahui bahwa pembelajaran menulis deskripsi di kelas X SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi tidak diajarkan secara mendalam kepada siswa. Siswa langsung diberi tugas menulis karangan deskripsi tanpa dibimbing untuk melakukan kegiatan sesuai tahapan yang sebaiknya dilakukan dalam proses menulis, seperti (1) prapenulisan, (2) penulisan, (3) penyuntingan dan revisi, dan (4) publikasi. Berdasarkan pengamatan terhadap hasil karya siswa, diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi tidak maksimal. 4.1.2 Pretes 4.1.2.1 Perencanaan Pretes Perencanaan pretes dilaksanakan berdasarkan hasil observasi awal. Tujuan pelaksanaan pretes adalah mengetahui lebih detail tentang permasalahan dan kesulitan yang dihadapi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi. Kegiatan pretes juga untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam menulis karangan deskripsi tanpa mengunakan gambar dan imajinasi. Pretes dilaksanakan dengan memberikan tugas menulis karangan deskripsi pada siswa tanpa menggunakan gambar dan imajinasi. Tugas yang diberikan pada siswa difokuskan pada penulisan karangan deskripsi dengan tema keindahan alam. Pemokusan ini didasarkan pada hasil pengamatan terhadap karangan deskripsi siswa dari tugas yang diberikan guru dalam

pembelajaran menulis deskripsi yang pernah dilaksanakan, yang menunjukkan bahwa objek yang digambarkan dalam karangan deskripsi siswa mayoritas berupa objek tempat atau pemandangan. Selain itu, juga disesuaikan dengan usia subjek penelitian, yakni siswa SMA, yang dianggap mampu melibatkan perasaan atau menyertakan opini dalam menulis karangan deskripsi dengan tema keindahan alam. Dalam kegiatan pretes ini, peranan peneliti hanya sebagai pengamat. Pembelajaran menulis deskripsi dilakukan sendiri oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X.2. Setelah itu, peneliti dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia mendiskusikan langkah selanjutnya yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang muncul selama pembelajaran menulis deskripsi dan berupaya meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi. 4.1.2.2 Pelaksanaan Pretes Kegiatan pretes dilaksanakan dalam satu kali pertemuan, yaitu pada hari Rabu tanggal 23 April 2008 dengan alokasi waktu 2x45 menit. Dalam kegiatan ini, guru meminta siswa menulis karangan deskripsi dengan tema keindahan alam tanpa menggunakan gambar dan imajinasi. Sebelum siswa melaksanakan kegiatan menulis, guru membangun ingatan siswa terkait dengan materi tulisan deskripsi yang pernah dipelajari pada semester sebelumnya.
Dialog 1: Pembukaan dan Penggalian Skemata Siswa tentang Tulisan Deskripsi (Pretes/Rabu, 23 April 2008) Guru : Selamat siang, anak-anak. Siswa : Selamat siang, Bu. Guru : Apa kabar semuanya? Sudah siap mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia hari ini? Siswa : Sudah....

Guru : Anak-anak, kita pernah mempelajari tentang tulisan deskripsi. Kalian juga pernah mencoba menulis tulisan deskripsi. Masih ingatkah kalian apa yang dimaksud dengan tulisan deskripsi? Siswa : (saling berbisik dengan siswa lainnya) Guru : Ayo, siapa yang masih ingat dengan pengertian tulisan deskripsi? Siswa : Tulisan yang menggambarkan suatu objek. Guru : Ada yang ingin menambahkan lagi? Siswa : (diam) Guru : Baik, Ibu jelaskan lagi. Tulisan deskripsi adalah tulisan yang menggambarkan atau menceritakan suatu objek, baik itu benda, manusia, ataupun tempat, sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat atau merasakan sendiri objek yang diceritakan tersebut. Bagaimana, sudah mengerti semuanya anak-anak? Siswa : Sudah.... Guru : Ada yang ingin ditanyakan? Siswa : Tidak, Bu.... Guru : Baik, jika kalian sudah mengerti, sekarang Ibu ingin kalian menulis sebuah karangan deskripsi dengan tema keindahan alam. Kalian boleh mendeskripsikan sekolah kita, tempat tinggal kalian, atau tempat-tempat rekreasi yang pernah kalian kunjungi. Bisa dimengerti anak-anak? Siswa : Bisa.... Guru : Baik, kerjakan mulai dari sekarang!

Selama pretes, siswa melaksanakan kegiatan menulis karangan deskripsi seperti pada pembelajaran sebelumnya, tanpa adanya bimbingan dari guru. Dalam kegiatan menulis, siswa tidak melalui tahap-tahap proses menulis mulai dari prapenulisan hingga publikasi. Meskipun tema telah ditentukan, guru tidak membimbing siswa untuk menentukan dan memahami topik atau objek yang akan dideskripsikan, memahami tujuan penulisan, mengumpulkan bahan, dan menentukan judul, sebagai langkah awal dalam menulis karangan deskripsi. Padahal, kegiatankegiatan tersebut perlu dilaksanakan untuk membantu siswa mengembangkan karangan deskripsi dengan baik. Kegiatan penyuntingan dan perbaikan juga tidak dilaksanakan sehingga siswa tidak mengetahui di mana letak kekurangan hasil karangannya, dan bagaimana menulis karangan deskripsi yang baik, baik dari segi isi, organisasi, maupun kebahasaan. Setelah dua jam pelajaran berjalan, semua hasil karangan siswa langsung dikumpulkan tanpa dikoreksi atau diberikan balikan baik dari sesama siswa maupun guru. Siswa juga tidak melaksanakan kegiatan publikasi, baik melalui pembacaan di depan kelas ataupun menempelkannya di dinding kelas. Padahal, kegiatan ini juga perlu dilaksanakan agar siswa mengetahui manfaat kegiatan menulis yang telah dilaksanakan. 4.1.2.3 Hasil Evaluasi Pretes Pretes dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan detail permasalahan yang dihadapi siswa dalam menulis karangan deskripsi sebelum diberikan tindakan. Kemampuan awal siswa dapat diketahui dari hasil penilaian terhadap karangan deskripsi siswa yang ditulis pada tahap pretes. Penilaian karangan deskripsi siswa mengacu pada pedoman penyekoran hasil menulis karangan deskripsi yang telah disusun. Setelah memberikan skor pada

setiap subaspek pada masing-masing aspek karangan deskripsi siswa, guru memberikan nilai pada karangan deskripsi siswa secara utuh, yang kemudian ditentukan tingkat keberhasilannya. Berdasarkan hasil penilaian karangan deskripsi siswa pada tahap pretes (Lampiran 11a), dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi pada tahap pretes masih kurang. Nilai rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada tahap pretes hanya mencapai 45,79%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi pada tahap pretes masih di bawah standar keberhasilan yang telah ditetapkan, yakni 65%. Tingkat keberhasilan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi pada tahap pretes dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Tingkat Keberhasilan Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Tahap Pretes
No. 1 2 3 4 5 Kualifikasi A (Baik Sekali) B (Baik) C (Cukup) D (Kurang) E (Gagal) Jumlah Siswa 2 5 24 8 Persentase 5,13 12,82 61,54 20,51 Tidak Berhasil Tingkat Keberhasilan Berhasil

Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa pada tahap pretes, tidak ada siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi A (baik sekali). Bahkan, dari jumlah siswa keseluruhan, hanya dua siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi B (baik). Sebagian besar siswa memperoleh nilai dengan kualifikasi D (kurang), yakni sebanyak 24 siswa atau 61,54% dari

jumlah siswa keseluruhan. Siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi C (cukup) sebanyak lima siswa atau 12,82% dari jumlah siswa keseluruhan. Siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi E (gagal) sebanyak 8 siswa atau 20,51% dari jumlah siswa keseluruhan. Jadi, pada tahap pretes, hanya 5,13% siswa dari jumlah siswa keseluruhan yang mampu mencapai standar keberhasilan yang ditetapkan, sedangkan 94,87% siswa lainnya masih belum mampu mencapai standar keberhasilan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi perlu ditingkatkan. Penilaian yang dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi dilihat dari tiga aspek, yakni: (1) aspek isi yang meliputi subaspek (a) kesesuaian, (b) kerincian, dan (c) kreativitas imajinasi; (2) aspek organisasi; dan (3) aspek kebahasaan yang meliputi subaspek (a) kalimat, (b) diksi, dan (c) ejaan. Penilaian dilaksanakan dengan memberikan skor pada setiap subaspek dengan rentangan 15 sesuai dengan kriteria pencapaian indikatornya. Skor 5 merupakan skor tertinggi dengan kriteria sangat baik, skor 4 dengan kriteria baik, skor 3 dengan kriteria cukup, skor 2 dengan kriteria kurang, dan skor 1 dengan kriteria sangat kurang. Penguasaan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi berdasarkan rentangan skor dalam menulis karangan deskrispi pada setiap subaspek pada tahap pretes dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Penguasaan Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Setiap Subaspek Penilaian Tahap Pretes
No Aspek Subaspek Rata-Rata Kemampuan Siswa (%) Skor 1 Sangat Skor 2 Skor 3 Skor Skor 5 Jumlah Siswa

Kurang

Kurang

Cukup

4 Baik

Sangat Baik -

Isi

Kesesuaian Kerincian Kreativitas Imajinasi

44,62 58,46 40

9 12

17 11 15

8 20 12

5 8 -

2 3

Organisasi Kebahasaan

Organisasi Kalimat Diksi Ejaan

50,77 46,67 37,44 42,56

4 9 16 15

12 13 14 12

21 12 7 4

2 5 2 8

Berdasarkan tabel 4.2, rata-rata kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi pada setiap subaspek pada tahap pretes masih kurang. Pada penilaian setiap subaspek, 23,81% siswa dari jumlah siswa keseluruhan memperoleh skor 1 (sangat kurang); 34,43% siswa memperoleh skor 2 (kurang); 30,77% siswa memperoleh skor 3 (cukup); dan hanya 10,99% siswa yang memperoleh skor 4 (baik). Dari tujuh indikator penilaian yang harus dicapai, tidak ada satupun siswa yang memperoleh skor 5 (sangat baik). Bahkan pada subaspek kreativitas imajinasi, tidak ada satupun siswa yang memperoleh skor 4 (baik). Skor tertinggi yang diperoleh siswa pada subaspek kreativitas imajinasi adalah 3 (cukup). Oleh karena itu, kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi perlu ditingkatkan, baik dari aspek isi, organisasi, maupun kebahasaan. 4.1.2.4 Refleksi Pretes

Setelah melaksanakan evaluasi pada tahap pretes, guru melaksanakan refleksi. Melalui kegiatan refleksi, diharapkan dapat diketahui kelemahan atau kekurangan dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dalam kegiatan refleksi, guru mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul selama pembelajaran menulis karangan deskripsi berlangsung. Identifikasi masalah didasarkan pada hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran dan hasil penilaian karangan deskripsi siswa. Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran pada tahap pretes, pada dasarnya siswa sudah mengetahui tentang konsep tulisan deskripsi. Beberapa siswa masih ingat tentang pengertian dan karakteristik tulisan deskripsi yang pernah diajarkan oleh guru. Namun, pengetahuan yang diperoleh siswa terkait dengan tulisan deskripsi hanya diperoleh dari guru. Siswa tidak dibimbing untuk menciptakan pemahaman sendiri sehingga siswa hanya sebatas tahu tentang tulisan deksripsi tanpa diimbangi dengan kemampuan dalam menuangkan ide dalam bentuk karangan deskripsi. Siswa juga tidak diberikan pemahaman mengenai macammacam deskripsi dan bagaimana menulis deskripsi dengan disertai opini agar dapat menumbuhkan imajinasi pembaca. Kegiatan penulisan siswa tidak melalui tahap-tahap dalam proses menulis, yakni tahap prapenulisan, penulisan, penyuntingan dan revisi, dan publikasi. Siswa tidak memahami langkah-langkah yang baik dalam menghasilkan sebuah karangan sehingga karangan yang dihasilkan tidak maksimal. Siswa masih kesulitan dalam menuangkan ide ke dalam bentuk karangan deskripsi yang baik, baik dari aspek isi, organisasi, maupun kebahasaan. Hal ini didasarkan pada hasil penilaian karangan deskripsi siswa pada tahap pretes yang menunjukkan

bahwa nilai yang diperoleh sebagian besar siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi belum dapat mencapai standar keberhasilan yang telah ditetapkan. Secara rinci, permasalahan atau kendala yang dihadapi dalam pembelajaran menulis deskripsi pada tahap pretes adalah sebagai berikut. (1) Masih ada beberapa karangan siswa yang mengandung pola pengembangan narasi, baik dari judul maupun isinya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih belum mamahami wujud karangan deskripsi yang sebenarnya. (2) Siswa belum mampu mengembangkan isi karangan sesuai dengan judul karangan. Bahkan, ada beberapa siswa yang tidak memberikan judul dalam karangannya. (3) Isi karangan siswa tidak fokus pada suatu objek atau pendeskripsian objeknya kurang terarah sehingga sulit dirasakan oleh pembaca. (4) Siswa mengembangkan karangan deskripsi berdasarkan indera penglihatan saja, tanpa mengembangkan berdasarkan indera yang lain sehingga karangan yang dihasilkan kurang rinci atau detail dan pembaca juga tidak mampu mengimajinasikan dengan kelima indera. (5) Siswa belum mampu menyertakan opini atau kesan dalam menulis karangan deskripsi dengan tema keindahan alam. (6) Perbendaharaan diksi dalam karangan siswa kurang sehingga sering terjadi pengulangan kata atau kalimat yang sama. (7) Masih banyak siswa yang mengalami kesalahan penggunaan huruf kapital dan tanda baca. (8) Siswa tidak memahami bahwa kegiatan menulis merupakan suatu proses sehingga menganggap bahwa setelah karangan dikumpulkan, tidak ada kegiatan lanjutan yang harus

dilakukan. Siswa puas dengan hasil karangan yang telah dibuat tanpa adanya perbaikan atau penyuntingan untuk memaksimalkan hasil karangannya. (9) Siswa tidak mengetahui manfaat kegiatan menulis yang dilaksanakan sehingga karangannya tidak maksimal. Hal ini dikarenakan karangan siswa hanya sekedar dikumpulkan tanpa ada kegiatan publikasi.

Berdasarkan beberapa permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran menulis deskripsi pada tahap pretes, maka guru merencanakan tindakan untuk mengatasinya. Penerapan tindakan dari seluruh rencana pembelajaran akan direncanakan dalam dua siklus. Namun, apabila dalam dua siklus belum juga mengalami peningkatan yang signifikan, maka akan ditindaklanjuti pada siklus selanjutnya. Rencana pembelajaran menulis deskripsi siklus I dirancang untuk mengatasi segala permasalahan yang ditemukan pada tahap studi pendahuluan (pretes), sedangkan rencana pembelajaran menulis deskripsi siklus II dan siklus ke-n dirancang untuk mengatasi permasalahan yang masih ditemukan pada siklus sebelumnya. 4.2 Pelaksanaan Tindakan 4.2.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I 4.2.1.1 Perencanaan Tindakan Siklus I Setelah melaksanakan kegiatan studi pendahuluan, kegiatan perencanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan. Tindakan yang diberikan pada siklus I bertitik tolak pada permasalahan yang ditemukan pada saat observasi dan hasil pretes pada tahap studi pendahuluan. Pembelajaran siklus I dilaksanakan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan pada tahap studi pendahuluan.

Pada tahap perencanaan ini, disusun rencana tindakan untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa. Beberapa tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus I untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi pada tahap studi pendahuluan antara lain sebagai berikut. (1) Guru menggunakan gambar dan tabel hasil imajinasi indera dalam pembelajaran menulis deskripsi, yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi dengan tema keindahan alam. (2) Guru membimbing siswa untuk melaksanakan pengamatan terhadap gambar sebagai langkah awal dalam menulis karangan deskripsi. Gambar berfungsi sebagai objek yang akan dideskripsikan sehingga hasil karangan siswa nantinya menjadi lebih fokus dan terarah. (3) Guru membimbing siswa untuk mengisi tabel hasil imajinasi indera. Pengisian tabel hasil imajinasi indera merupakan bentuk realisasi dari hasil pengamatan terhadap gambar. Hasil pengisian tabel hasil imajinasi indera merupakan bahan sekaligus kerangka yang digunakan siswa untuk menulis karangan deskripsi. Dengan tabel hasil imajinasi indera, karangan deskripsi siswa nantinya menjadi lebih rinci dan tidak hanya berdasarkan apa yang dilihat saja, tetapi juga berdasarkan hasil imajinasi kelima indera. Bentuk tabel hasil imajinasi indera yang harus diisi siswa sebagai dasar penulisan karangan deskripsi pada siklus I adalah sebagai berikut.

Tabel 4.3 Tabel Hasil Imajinasi Indera Siklus I


PENGLIHAT PENDENGAR PENCIUM PERASA PERABA

(4) Dalam menghasilkan sebuah karangan deskripsi, siswa harus melaksanakan proses menulis yang terdiri dari 4 tahap, yaitu (1) prapenulisan, (2) penulisan, (3) penyuntingan dan revisi, dan (4) publikasi. Setiap tahap dalam proses menulis karangan deskripsi dilakukan sendiri oleh siswa dengan bimbingan dari guru. Urutan kegiatan dalam proses menulis siswa tidak harus terpaku pada urutan tahap yang telah ditentukan. Namun, keempat tahap tetap harus dilalui oleh siswa agar siswa lebih memahami tentang konsep karangan deskripsi dan tujuan penulisannya sehingga karangannya menjadi lebih baik. (5) Guru berupaya menggunakan berbagai media dalam menyampaikan materi agar siswa mampu menciptakan pemahaman sendiri tentang konsep karangan deskripsi. Metode ceramah minim dilakukan. Dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi, guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam melaksanakan kegiatan menulis. Kegiatan menulis menjadi milik siswa seutuhnya sehingga siswa menjadi lebih aktif dan tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran. Tindakan siklus I direncanakan dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x45 menit pada masing-masing pertemuan. Dengan beberapa tindakan yang akan diberikan, disusun rencana pembelajaran pada siklus I. Berikut ini rencana pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I. (1) Guru menggali kembali pengetahuan siswa tentang tulisan deskripsi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang tulisan deskripsi. Sebagai penguatan, guru menjelaskan kembali pengertian tulisan deskripsi. Untuk memantabkan pengetahuan siswa dan mengurangi kesalahan siswa pada tahap pretes, guru menyajikan contoh karangan deskripsi dan narasi.

(2) Guru menyajikan contoh pengembangan karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Guru menunjukkan contoh gambar, contoh pengisian tabel hasil imajinasi indera, dan contoh karangan deskripsi yang dikembangkan berdasarkan hasil pengisian tabel hasil imajinasi indera. Dari contoh yang sama, guru menunjukkan tulisan deskripsi yang disertai dengan opini atau kesan penulis terhadap objek yang dideskripsikan. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan siswa memahami langkah-langkah dalam menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi dan menciptakan pemahaman siswa terkait macam-macam deskripsi. 76 (3) Guru memberikan tema keindahan alam kepada siswa. Guru membagikan gambar pegunungan dan tabel hasil imajinasi indera kepada siswa. Pemilihan gambar pegunungan didasarkan pada lingkungan terdekat siswa yang berada di desa, yang masih tampak gunung dan persawahan. Selanjutnya, siswa mengamati gambar, menentukan judul, dan mengisi tabel hasil imajinasi indera berdasarkan hasil pengamatan terhadap gambar. Pengisian tabel hasil imajinasi indera merupakan tahap pengumpulan bahan agar siswa tidak kesulitan dalam mengembangkan karangan deskripsi sehingga karangan deskripsi siswa menjadi lebih rinci dan detail. (Tahap Prapenulisan) (4) Setelah tabel hasil imajinasi indera diisi oleh siswa, guru membimbing siswa untuk mengembangkan karangan deskripsi berdasarkan pengisian tabel hasil imajinasi indera dan judul yang telah ditentukan. (Tahap Penulisan) (5) Guru menyajikan karangan deskripsi siswa yang telah disusun pada tahap pretes, dengan membacakannya di depan kelas, dan menuliskannya di papan tulis. Siswa diberikan

kesempatan untuk mengomentari karangan deskripsi yang disajikan. Siswa dengan bimbingan guru menemukan kesalahan yang terdapat dalam karangan yang disajikan. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang bagaimana menulis karangan deskripsi yang baik dan pentingnya melaksanakan kegiatan penyuntingan dan revisi. (6) Guru membimbing siswa untuk melaksanakan kegiatan penyuntingan dan revisi. Kegiatan penyuntingan dilaksanakan dengan menukarkan hasil karangan siswa dengan siswa lainnya. Setiap siswa mengoreksi dan memberikan komentar atau saran perbaikan terhadap hasil karangan teman, baik dari segi isi maupun kebahasaannya. Setelah setiap karangan dikoreksi dan dikomentari, masing-masing karangan direvisi berdasarkan koreksi dan komentar atau saran dari teman. (Tahap Penyuntingan dan Revisi) (7) Siswa melaksanakan kegiatan publikasi dengan membacakan hasil karangan deskripsinya di depan kelas. Guru juga membimbing siswa untuk menempelkan hasil karangan deskripsinya di dinding kelas. Kegiatan ini dilaksanakan agar siswa memahami manfaat kegiatan menulisnya, dan bangga terhadap hasil tulisannya. (Tahap Publikasi)

4.2.1.2 Proses Tindakan Siklus I Pelaksanaan tindakan pada siklus I mengacu pada perencanaan tindakan yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Tindakan dalam siklus I merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan siswa dalam menulis karangan deskripsi yang ditemukan pada saat studi pendahuluan. Siklus I dilaksanakan karena hasil yang diperoleh pada tahap pretes

belum menunjukkan penguasaan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Nilai yang dicapai oleh siswa dalam menulis karangan deskripsi masih rendah dan di bawah standar keberhasilan yang ditetapkan. Tindakan siklus I diharapkan dapat memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa pada tahap pretes, baik dari aspek isi, organisasi, maupun kebahasaan. Tindakan siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x45 menit pada masing-masing pertemuan, dengan rangkaian proses menulis seperti yang telah direncanakan, yaitu (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, (3) tahap penyuntingan dan revisi, dan (4) tahap publikasi. Proses pelaksanaan tindakan pada siklus I akan diuraikan sebagai berikut. 78 4.2.1.2.1 Pertemuan Pertama Siklus I Pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada pertemuan I siklus I dilaksanakan hari Rabu tanggal 7 Mei 2008, dengan alokasi waktu 2x45 menit. Kegiatan pembelajaran pertemuan I siklus I dilaksanakan pada dua jam pelajaran terakhir, yakni pada jam ke 78, mulai pukul 11.45 hingga 13.15. Berdasarkan kesepakatan dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X.2, pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sendiri oleh peneliti. Jadi, peneliti bertindak sebagai guru dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. 1) Kegiatan Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan mengucapkan salam. Sebelum memulai pembelajaran, guru mempresensi siswa. Seluruh siswa hadir dalam pembelajaran menulis

deskripsi pada pertemuan I. Setelah mempresensi semua siswa dan menanyakan kabar mereka, guru menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia. Guru juga menggali pengetahuan siswa terkait dengan tulisan deskripsi yang pernah mereka terima dalam pembelajaran menulis deskripsi sebelumnya. Berikut dialog yang dilaksanakan oleh guru dengan siswa untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terkait dengan tulisan deskripsi.
Dialog 2: Pembukaan dan Penggalian Skemata Siswa tentang Tulisan Deskripsi (Siklus I Pertemuan I/Pendahuluan/Rabu, 7 Mei 2008) Guru : Assalamualaikum Wr. Wb. Siswa : Waalaikumsalam. Guru : Selamat siang semuanya. Bagaimana khabarnya hari ini? Siswa : Baik, Bu. Guru : Seperti yang telah Bu Sri katakan, dalam beberapa pertemuan ke depan kalian akan belajar bersama Ibu. Sudah siap mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia hari ini bersama Ibu? Siswa : Siap, Bu.... Guru : Sebelumnya Ibu ingin bertanya, apa kalian pernah mempelajari tentang tulisan deskripsi? Siswa : Pernah .... Guru : Kalian pernah menulis karangan deskripsi? Siswa : Pernah .... Guru : Berarti kalian pasti paham tentang karangan deskripsi. Apa yang dimaksud dengan karangan deskripsi? Siswa : (secara serentak) 1) Karangan yang dikembangkan berdasarkan suatu objek. 2) Karangan yang menggambarkan suatu objek.

Guru : Anak-anak, Ibu ingin kalian mengungkapkan pendapat dengan tertib. Coba biasakan mengangkat tangan sebelum menyampaikan pendapat kalian. Baik, ada lagi yang ingin menambahkan? Siswa : (salah satu siswa mengangkat tangan) Karangan yang menceritakan suatu objek berdasarkan apa yang dilihat, dirasa, dan dialami. Guru : Bagus! Ada lagi yang masih ingat tentang pengertian karangan deskripsi? Siswa : (Diam)

Berdasarkan dialog 2, guru dapat mengetahui bahwa pada dasarnya siswa sudah mengetahui konsep dasar tulisan deskripsi. Siswa juga sudah pernah menulis karangan deskripsi. Dengan begitu, guru menjadi lebih mudah untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran dan membimbing siswa untuk menulis deskripsi karena siswa telah mempunyai bekal dari pembelajaran menulis deskripsi sebelumnya. Namun, guru tetap menjelaskan kembali tentang pengertian tulisan deskripsi kepada siswa. Penjelasan yang diberikan oleh guru didasarkan pada jawaban siswa yang telah dirangkum dan ditulis di papan tulis sehingga siswa lebih mudah mengingat dan memahaminya karena mereka sendiri yang menemukan. Hal ini dilakukan guru sebagai penguatan atau memantabkan pemahaman siswa tentang tulisan deskripsi. Agar siswa tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan dalam menyusun karangan deskripsi sebelumnya, guru menyajikan dua contoh kutipan karangan siswa dari pembelajaran menulis deskripsi sebelumnya. Satu contoh karangan yang dikembangkan menggunakan pola pengembangan deskripsi, dan satu contoh karangan yang dikembangkan menggunakan pola pengembangan narasi (Lampiran 7). Siswa dibimbing untuk menemukan perbedaan karangan deskripsi dan narasi dari kedua contoh yang disajikan.

Sebelum melanjutkan kegiatan pembelajaran, guru terlebih dahulu menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran serta manfaat pencapaian kompetensi. Kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam menulis karangan deskripsi.
Dialog 3: Penjelasan Kompetensi yang Akan Dicapai dalam Pembelajaran dan Manfaat Pencapaian Kompetensi (Siklus I Pertemuan I/Pendahuluan/Rabu, 7 Mei 2008) Guru : Baik anak-anak, Ibu yakin kalian sudah pandai tentang karangan deskripsi. Pada pembelajaran kali ini kita akan kembali belajar tentang karangan deskripsi. Kita juga akan mencoba kembali menulis karangan deskripsi. Siswa : (saling menggumam) Ya...h, kok deskripsi lagi seh Bu? Guru : Tunggu sebentar, tunggu sebentar... Kali ini kita akan belajar menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Sudah pernah belajar menulis deksripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi? Siswa : Belum.... Memang bagaimana caranya Bu? Guru : Nanti, Ibu akan memberikan gambar kepada kalian. Gambar itu berfungsi sebagai objek yang nantinya harus kalian deskripsikan. Ketika kalian mendeskripsikan gambar, kalian harus menggunakan imajinasi kelima indera kalian. Siswa : (Diam memperhatikan) Guru : Selain itu, kegiatan menulis deskripsi kalian nanti juga tidak hanya sekedar menulis saja, tetapi hasil tulisan deskripsi kalian nantinya akan dipublikasikan dengan membacakannya di depan kelas dan menempelkannya di dinding kelas. Kita akan membuat mading di kelas kalian. Jadi, hasil karangan kalian akan bermanfaat. Kalian mau kan jika tulisan kalian dipublikasikan? Siswa : Mau Bu, mau sekali....

Dari dialog 3, dapat diketahui bahwa dengan menjelaskan terlebih dahulu kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran dan mengarahkan siswa untuk memahami manfaat kegiatan penulisan yang dilaksanakan, siswa menjadi lebih bersemangat untuk mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan. Karena siswa telah memiliki semangat untuk mengikuti pembelajaran menulis deskripsi bersama guru, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya. 2) Kegiatan Inti Pada kegiatan inti, guru memberikan tindakan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam mengembangkan karangan deskripsi pada tahap pretes. Guru menggunakan gambar dan imajinasi dalam proses menulis siswa. Sebelum siswa memulai proses menulis, guru terlebih dahulu memberitahukan bahwa fokus penulisan deskripsi yang akan dilaksanakan oleh siswa adalah penulisan karangan deskripsi dengan tema keindahan alam, seperti yang telah dilaksanakan pada tahap pretes. Guru kemudian menyajikan contoh pengembangan karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi, dalam bentuk transparansi (Lampiran 8). Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan siswa memahami langkah-langkah menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Dengan menggunakan contoh karangan yang sama, guru menciptakan pemahaman siswa terkait macam-macam deskripsi. Guru mengenalkan siswa tentang deskripsi yang disertai dengan opini atau kesan terhadap objek yang dideskripsikan. Melalui kegiatan ini, siswa diharapkan mampu mendeskripsikan objek dengan disertai opini atau kesan terhadap objek yang dideskripsikan. Pada tahap prapenulisan, kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa adalah (1) mengamati gambar, (2) menentukan judul karangan, dan (3) mengisi tabel hasil imajinasi indera. Guru terlebih

dahulu membagikan gambar dan tabel hasil imajinasi indera kepada masing-masing siswa. Seperti yang telah direncanakan, gambar yang digunakan pada siklus I adalah gambar pegunungan. Guru kemudian memberikan perintah kepada siswa untuk memulai kegiatan prapenulisan. Guru mengamati dan membimbing siswa selama kegiatan prapenulisan. Siswa dibimbing untuk menentukan judul karangan berdasarkan gambar yang diamati. Kegiatan prapenulisan juga merupakan kegiatan pengumpulan bahan yang bertujuan memudahkan siswa untuk mengembangkan idenya ke dalam karangan deskripsi. Selama kegiatan prapenulisan, tidak ada siswa yang bertanya. Siswa tampak dengan tekun mengamati gambar. Siswa juga mulai mengisi tabel hasil imajinasi indera berdasarkan imajinasi kelima indera mereka, dengan mengacu pada gambar yang diamati. Ada beberapa siswa yang dengan cepat menyelesaikan pengisian tabel hasil imajinasi indera, tetapi juga masih banyak siswa yang membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan pengisian tabel hasil imajinasi indera. Banyak siswa yang masih terlihat bingung atau kesulitan untuk mengembangkan imajinasi kelima indera mereka. Setelah tahap prapenulisan, proses menulis siswa dilanjutkan pada tahap penulisan. Guru membagikan lembar kerja yang akan digunakan siswa untuk menulis karangan deskripsi. Pada tahap penulisan, siswa mulai mengembangkan karangan deskripsi berdasarkan pengisian tabel hasil imajinasi indera dan judul yang telah dipilih. Siswa diberikan kebebasan untuk menyusun karangan deskripsi berdasarkan hasil imajinasinya dengan bimbingan guru. Seperti pada tahap prapenulisan, pada tahap penulisan beberapa siswa dengan lancar mengembangkan karangan deskripsi. Namun, ada juga beberapa siswa yang masih bingung

untuk mengembangkan karangan deskripsi, meski mereka telah mempunyai bahan penulisan berupa hasil imajinasi indera.

3) Kegiatan Penutup Lima menit sebelum menutup kegiatan pembelajaran, guru mengingatkan siswa untuk mengakhiri kegiatan menulis dan mengumpulkan karangan ke depan karena waktu yang diberikan hampir habis.
Dialog 4: Perintah Pengumpulan Karangan Deskripsi Siswa (Siklus I Pertemuan I/Penutup/Rabu, 7 Mei 2008) Guru : Anak-anak, waktunya tinggal lima menit lagi. Bagi yang karangannya sudah selesai, silahkan dikumpulkan di meja Ibu. Siswa : (bersama-sama dan gaduh) Iya, Bu.... Siswa : (bersama-sama dan gaduh) Yah...Bu, belum Bu.... Siswa : Bu, kapan karangannya dibacakan di depan kelas dan ditempel? Guru : Nanti Ibu jelaskan. Sekarang bagi yang belum selesai, segera diselesaikan! Ibu beri waktu lima menit lagi.

Dari dialog 4, tampak beberapa siswa dengan antusias mengumpulkan hasil karangan awal, tetapi ada juga siswa yang masih belum menyelesaikan karangan sehingga berupaya menyelesaikannya dengan tergesa-gesa. Ada siswa yang masih bersemangat untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran, meski jam pelajaran sudah hampir habis. Siswa antusias untuk melanjutkan kegiatan pada tahap publikasi, yakni membacakan hasil karangan di depan kelas dan menempelkannya di dinding kelas.

Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan melakukan refleksi pembelajaran. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh selama pembelajaran. Guru juga meminta siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami atau belum dimengerti oleh siswa agar tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan selanjutnya. Guru memberikan penjelasan kepada siswa terkait dengan kegiatan yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya. Di akhir pertemuan, guru menutup kegiatan pembelajaran dengan doa dan salam. 4.2.1.2.2 Pertemuan Kedua Siklus I Pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada pertemuan II siklus I dilaksanakan hari Sabtu tanggal 10 Mei 2008, dengan alokasi waktu yang sama dengan pembelajaran pada pertemuan I, yaitu 2x45 menit. Seperti halnya pembelajaran pada pertemuan I siklus I, kegiatan pembelajaran pada pertemuan II siklus I juga dilaksanakan pada dua jam pelajaran terakhir. Namun, kegiatan pembelajaran pada pertemuan II dilaksanakan pada jam ke 56, yakni mulai pukul 10.15 hingga 11.45. Hal ini disebabkan di SMA Negeri 1 Purwoharjo jumlah jam pelajaran pada hari Rabu berbeda dengan jumlah jam pelajaran pada hari Sabtu. Jika hari Rabu, jumlah jam pelajaran di SMA Negeri 1 Purwoharjo adalah delapan jam pelajaran, sedangkan pada hari Sabtu jumlah jam pelajarannya hanya enam jam pelajaran. 1) Kegiatan Pendahuluan Kegiatan pembelajaran pada pertemuan II siklus I diawali guru dengan mengucapkan salam kepada siswa dan menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan selanjutnya dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Guru juga

tidak lupa mempresensi siswa terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran. Seluruh siswa hadir dalam pembelajaran menulis deskripsi pada pertemuan II. Setelah mempresensi siswa, guru mengajak siswa untuk mengingat kembali kegiatan pembelajaran menulis deskripsi yang telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada pertemuan sebelumnya sebagai bekal untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya. Secara singkat, guru menggali kembali pengetahuan siswa terkait dengan tulisan deskripsi dan langkah-langkah menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Secara umum siswa masih ingat dengan kegiatan pembelajaran menulis deskripsi yang telah dilaksanakan pada pertemuan I. Siswa juga mampu menyebutkan langkah-langkah mengembangkan karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Hal ini memudahkan guru untuk membimbing siswa melaksanakan kegiatan selanjutnya. Guru juga memberikan penjelasan kepada siswa tentang kegiatan yang akan dilaksanakan pada pertemuan II, yakni kegiatan (1) penyuntingan dan revisi, dan (2) publikasi. Sebelum siswa memulai kegiatan penyuntingan dan revisi, guru menyajikan beberapa hasil karya siswa dari pembelajaran menulis deskripsi pada tahap pretes. Guru membacakan dan menuliskannya di papan tulis. Karangan yang dibacakan adalah karangan milik RAL, dan karangan yang ditulis di papan tulis adalah karangan milik DD. Berikut contoh karangan deskripsi milik RAL dan DD yang disajikan di guru depan kelas. 1) Karangan RAL

Suasana Pantai grajakan Bunyi gelombang mendebarkan hatiku. Semilir angin membelai rambutku. Hari minggu adalah hari yang tepat untuk tamasya. Pukul 08.00 pagi aku dan teman-temanku berkumpul di rumahku. Kirakira ada 10 orang saling berboncengan. Pukul 09.25 tepat aku dan teman-teman mulai berangkat dari rumah. Kami semua terdiri dari 5 cewek dan 5 cowok. Tapi kami hanya teman sebaya waktu SMP. Di tengah perjalanan kami menemui sebuah pohon yang besar jatuh di tengah jalan. Akhirnya macetpun terjadi, 3 jam kami menunggu. Lama-kelamaan pohon besar itu dapat di singkirkan dari jalan. Kamipun senang dan langsung melewatinya. Satu jam lamanya kami menempuh perjalanan menuju pantai grajakan. .... Pukul 16.50 kami sampai rumah. Dan setelah itu kami mulai pisah untuk menuju rumah kita masing-masing.

2) Karangan DD

... (tanpa judul) Di belakang rumah saya terdapat kebun yg ditanami jeruk, dan disana saya memelihara kelinci saya, saya sangat suka dg Pekarangan belakang rumah saya. disana udaranya masih segar dan bersih, saya sering dg teman2 saya bermain di Pekarangan belakang rumah saya sambil makan jeruk dan beri kelinci saya. Jadi Pekarangan belakang rumah saya adalah yg paling baik dan Paling seru

Dari contoh karangan yang disajikan, siswa dengan guru mengoreksinya secara bersamasama. Guru membimbing siswa untuk mengidentifikasi kekurangan karangan yang disajikan sekaligus hal-hal yang perlu diperbaiki dalam karangan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan siswa dapat mengetahui kegiatan yang perlu dilakukan dalam penyuntingan dan revisi, serta

hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyuntingan dan revisi. Siswa lebih mudah memahaminya karena dari contoh yang ditampilkan, siswa telah belajar melaksanakan kegiatan penyuntingan dan revisi. Dari karangan milik RAL, siswa mengetahui bahwa karangan tersebut perlu diperbaiki dari segi isinya. Siswa dapat menemukan adanya urutan waktu dalam karangan milik RAL yang merupakan ciri karangan narasi, meski dari judul sudah tampak adanya ciri karangan deskripsi. Sedangkan dari karangan milik DD, siswa menyadari akan pentingnya penulisan judul dalam karangan. Selain itu, siswa juga menjadi tahu bagaimana penulisan ejaan yang benar terkait dengan penulisan kata, kata depan, imbuhan, ataupun tanda baca. Dengan bimbingan guru, siswa dapat memperbaiki penulisan ejaan milik DD.

2) Kegiatan Inti Pada tahap inti, guru mengembalikan karangan deskripsi siswa yang telah disusun pada pertemuan I. Guru terlebih dahulu memberikan penjelasan bahwa kegiatan publikasi juga bisa dilakukan untuk memperoleh masukan orang lain. Guru meminta salah satu siswa, yakni GA, membacakan karangannya di depan kelas. Guru memilih GA untuk membacakan karangannya dengan alasan karangan GA sudah sesuai dengan indikator yang diharapkan. Setelah GA selesai membacakan karangannya, guru memberikan balikan. Sebelumnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan komentar secara lisan atas pembacaan karangan oleh GA. Beberapa siswa memberikan komentar terkait dengan isi maupun teknik pembacaan. Dari kegiatan ini, siswa menjadi tahu akan pentingnya kegiatan publikasi atau berbagi. Siswa juga mengetahui bahwa setiap tahap dalam proses menulis bisa menjadi putaran yang berulang

untuk menghasilkan sebuah karangan yang baik. Misalnya, kegiatan publikasi atau berbagi tidak hanya dapat dilaksanakan setelah revisi, tetapi juga bisa dilaksanakan sebelum penyuntingan dan revisi, untuk memperoleh masukan dari orang lain. Untuk mengefektifkan waktu, guru hanya meminta satu siswa yang membacakan karangan sebelum penyuntingan. Kegiatan publikasi dilanjutkan setelah siswa merevisi karangannya. Kegiatan pertama yang dilaksanakan pada tahap inti adalah penyuntingan. Guru meminta siswa menukarkan karangannya dengan siswa lain. Agar lebih yakin bahwa siswa telah paham dengan kegiatan yang harus dilakukan siswa pada tahap penyuntingan, guru kembali menanyakan kepada siswa terkait kegiatan yang harus dilaksanakan dan hal-hal yang perlu diperhatikan siswa pada tahap penyuntingan.
Dialog 5: Tanya Jawab tentang Kegiatan Penyuntingan (Siklus I Pertemuan II/Inti/Sabtu, 10 Mei 2008) Guru : Karangannya sudah ditukarkan semua anak-anak? Siswa : (bersama-sama) Sudah, Bu .... Guru : Apa tugas kalian? Siswa : Mengoreksi dan memberikan komentar .... Guru : Lalu, apa saja yang harus kalian perhatikan dalam penyuntingan? Siswa : (bersama-sama) Ejaan, tanda baca, kalimat, isi .... Guru : Baik, jangan lupa menuliskan nama komentatornya ya! Siswa : Di mana, Bu? Guru : Di bawah saja, ada yang belum tahu tugasnya anak-anak? Siswa : (diam) Guru : Sudah paham semuanya?

Siswa : Sudah ....

Dari dialog 5, guru mengetahui bahwa siswa telah memahami tugas yang harus dilaksanakan pada tahap penyuntingan. Pada tahap penyuntingan, siswa diberikan kebebasan untuk berdiskusi dengan teman sebangku. Guru mengijinkan siswa mengoreksi karangan milik teman dengan cara memberikan coretan pada karangan dan memberikan komentar atau saran perbaikan di bawah karangan. Coretan dan komentar dari teman itulah yang nantinya dijadikan acuan bagi siswa untuk merevisi karangannya. Guru berkeliling untuk mengontrol kegiatan siswa. Beberapa siswa dengan serius memberikan koreksi dan komentar terhadap karangan temannya, namun ada juga beberapa siswa yang hanya sekedar menjalankan tugas sehingga hasil koreksi dan komentarnya tidak maksimal. Setelah penyuntingan, guru mengajak siswa untuk melanjutkan kegiatan pada tahap revisi. Guru meminta siswa mengembalikan karangan yang disunting kepada pemiliknya masingmasing, kemudian guru kembali membagikan kertas pada siswa. Kertas yang diberikan oleh guru berbeda dengan kertas pada tahap penulisan awal. Kertas yang diberikan guru pada tahap revisi adalah kertas HVS berwarna agar siswa lebih termotivasi untuk meperbaiki karangannya karena akan ditempel di dinding kelas. Pada tahap revisi, kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa adalah memperbaiki karangan awal dengan mengacu pada hasil koreksi dan komentar teman. Saat proses perevisian, beberapa siswa memberikan hiasan berupa gambar-gambar pada kertas revisi karangannya sehingga tampilan karangannya menjadi lebih menarik. Ketika waktu yang diberikan oleh guru habis, semua siswa telah menyelesaikan revisinya. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan pada tahap publikasi. Sebelumnya, guru telah menempelkan dua kertas manila besar di papan tulis sebagai alas untuk menempelkan karangan siswa di

dinding kelas. Pada tahap publikasi, kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa adalah (1) membacakan karangannya di depan kelas dan (2) menempelkan karangan yang telah dibaca pada kertas manila yang telah guru siapkan di papan tulis. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk memberikan komentar terhadap pembacaan karangan oleh teman mereka. Mulanya, siswa enggan maju ke depan kelas dengan kemauan sendiri. Beberapa siswa raguragu untuk meju ke depan meski tampak ada kemauan. Akhirnya, guru sedikit memaksa siswa untuk maju ke depan kelas dengan cara memberikan permainan kecil. Setelah ada salah satu siswa membacakan karangan deskripsinya di depan kelas, beberapa siswa lain mau maju ke depan tanpa dipaksa lagi. Karena keterbatasan waktu, siswa yang maju ke depan untuk mempublikasikan karangan dengan membacakan dan menempelkannya di papan tulis hanya lima orang, yaitu YBA, FM, DSM, DFD, dan CDS. Siswa lainnya melanjutkan kegiatan publikasi di luar jam pelajaran, dengan menempelkan karangannya pada lembar manila yang masih kosong. Berdasarkan panduan guru, setelah semua karangan siswa ditempelkan pada dua lembar manila, lembar manila yang berisi karangan ditempelkan di dinding kelas bagian belakang. Penempelan karangan dikoordinir oleh ketua kelas. Namun sebelum ditempelkan, seluruh karangan siswa dikumpulkan terlebih dahulu kepada guru untuk diberikan penilaian. 3) Kegiatan Penutup Setelah memberikan panduan terkait kegiatan yang harus dilaksanakan siswa untuk melanjutkan kegiatan publikasi, guru menutup kegiatan pembelajaran. Guru membimbing siswa melakukan refleksi proses pembelajaran pada pertemuan I dan II. Dengan panduan guru, siswa mengingat dan menyimpulkan kembali keseluruhan materi dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam dua pertemuan. Guru juga menanyakan kepada siswa tentang

kesulitan yang mereka alami dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Sebagian besar siswa mengaku kesulitan dalam mengisi tabel hasil imajinasi indera dan mengembangkan hasil imajinasi ke dalam kalimat-kalimat. Beberapa siswa juga menanyakan kembali tentang penulisan ejaan. Di akhir pembelajaran, guru memberikan nasehat kepada siswa agar tetap semangat dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia. Kemudian, guru menutup kegiatan pembelajaran dengan doa dan mengucapkan salam. 4.2.1.3 Hasil Evaluasi Tindakan Siklus I Seperti pada tahap pretes, pada siklus I juga dilaksanakan kegiatan penilaian untuk mengetahui kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Berdasarkan hasil penilaian karangan deskripsi siswa pada siklus I (Lampiran 11b), diketahui nilai rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa pada siklus I mencapai 64,40%. Namun, nilai rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa secara keseluruhan masih dibawah standar keberhasilan yang disyaratkan. Tingkat keberhasilan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut. Tabel 4.4 Tingkat Keberhasilan Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Siklus I
No. 1 2 Kualifikasi A (Baik Sekali) B (Baik) Jumlah Siswa 1 17 Persentase 2,56 43,59 Tingkat Keberhasilan Berhasil

3 4 5

C (Cukup) D (Kurang) E (Gagal)

15 6 -

38,46 15,39 -

Tidak Berhasil

Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa pada siklus I, sudah ada siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi A (baik sekali), meski hanya satu siswa. Siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi B sebanyak17 siswa atau 43,59% dari jumlah siswa keseluruhan. Siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi C (cukup) sebanyak 15 siswa atau 38,46% dari jumlah siswa keseluruhan. Siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi D (kurang) hanya enam siswa atau 15,39% dari jumlah siswa keseluruhan. Pada siklus I, tidak ada siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi E (gagal). Jadi, pada siklus I, jumlah siswa yang mampu mencapai standar keberhasilan yang ditetapkan adalah 46,15% siswa dari jumlah siswa keseluruhan sehingga kemampuan menulis deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi masih perlu ditingkatkan karena 53,85% siswa lainnya masih belum mampu mencapai standar keberhasilan yang telah ditetapkan. Tabel 4.5 Penguasaan Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Setiap Subaspek Penilaian Siklus I
No Aspek Subaspek Rata-Rata Kemampuan Siswa (%) Skor 1 Sangat Kurang Skor 2 Kurang Skor 3 Cukup Skor 4 Baik 1 Isi Kesesuaian 65,64 3 23 12 Skor 5 Sangat Baik 1 Jumlah Siswa

Kerincian Kreativitas Imajinasi 2 3 Organisasi Kebahasaan Organisasi Kalimat Diksi Ejaan

71,79 74,87

1 -

16 17

20 15

2 7

55,90 57,95 58,97 65,64

1 1 2

13 13 5 6

21 14 28 10

5 11 5 21

Berdasarkan tabel 4.5, dari tujuh indikator penilaian yang harus dicapai siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi, sudah ada siswa yang memperoleh skor 5 (sangat baik). Pada penilaian setiap subaspek kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi pada siklus I, hanya 1,47% siswa dari jumlah siswa keseluruhan yang memperoleh skor 1 (sangat kurang); sedangkan 15,02% siswa memperoleh skor 2 (kurang); 47,25% siswa memperoleh skor 3 (cukup); 32,60% siswa memperoleh skor 4 (baik); dan 3,66% siswa memperoleh skor 5 (sangat baik). Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa rata-rata kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi pada subaspek kesesuaian, kerincian, kreativitas imajinasi, dan ejaan pada siklus I sudah baik. Namun, rata-rata kemampuan siswa dalam menulis deskripsi pada subaspek organisasi, kalimat, dan diksi masih termasuk dalam kategori cukup. Dengan kata lain, siswa masih lemah dalam ketiga subaspek ini. Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi pada setiap subaspek masih perlu ditingkatkan, terutama pada subaspek organisasi, kalimat, dan diksi. 4.2.1.4 Refleksi Tindakan Siklus I

Setelah seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan hingga tahap evaluasi, dilaksanakan kegiatan refleksi. Dalam kegiatan refleksi, ketercapaian tujuan pembelajaran yang sesuai dengan rencana pembelajaran pada siklus I diidentifikasi. Guru juga mengidentifikasi masalah, kelemahan, atau kekurangan pada tindakan siklus I. Identifikasi didasarkan pada hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran dan hasil penilaian karangan deskripsi siswa setelah diberi tindakan pada siklus I. Pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi tidak hanya berpusat pada guru, tetapi lebih pada proses kreatif siswa untuk menciptakan pemahaman sendiri berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan. Pengetahuan yang diperoleh siswa terkait dengan tulisan deskripsi tidak hanya diperoleh dari guru, tetapi juga dari siswa, sehingga siswa lebih memahami dan menguasai kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran, pada siklus I siswa lebih memahami tentang konsep dan wujud karangan deskripsi. Siswa tidak lagi bingung untuk membedakan antara karangan deskripsi dengan karangan narasi dari contoh yang diberikan oleh guru. Hal ini diketahui dari hasil karangan deskripsi seluruh siswa yang sudah tidak mengandung pola pengembangan karangan narasi. Selain itu, meski belum maksimal, siswa juga sudah mampu melibatkan perasaan atau menyertakan opininya dalam mendeskripsikan objek pegunungan sehingga tujuan penulisannya dapat tercapai. Dari proses menulis yang dilaksanakan, siswa dapat memahami langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menghasilkan sebuah karangan agar karangan yang dihasilkan menjadi lebih baik. Namun, pada tahap prapenulisan siswa masih kesulitan dalam mengisi tabel hasil imajinasi indera atau mengembangkan imajinasinya. Panduan yang diberikan oleh guru masih

kurang sehingga ada beberapa siswa yang belum mengerti makna kolom dalam tabel hasil imajinasi indera dan salah memasukkan hasil imajinasinya. Pada tahap penulisan, siswa masih kesulitan mengembangkan hasil pengisian tabel hasil imajinasi indera ke dalam kalimat-kalimat. Berdasarkan hasil penilaian karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada siklus I, rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa belum mampu mencapai standar keberhasilan yang telah ditetapkan. Dari jumlah siswa keseluruhan, masih ada 53,85% siswa yang belum berhasil. Secara rinci, permasalahan atau kendala yang dihadapi dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I adalah sebagai berikut. (1) Pada tahap prapenulisan, masih terjadi kesalahan dalam pengisian tabel hasil imajinasi indera, terutama dalam pengisian kolom indera perasa. (2) Siswa belum mampu membuat judul yang spesifik sesuai dengan topik atau objek yang dideskripsikan. (3) Siswa masih kesulitan menyusun kalimat dengan struktur kalimat yang tepat, efektif, dan tidak menimbulkan kerancuan makna. (4) Siswa masih kesulitan dalam membuat karangan dengan organisasi yang baik. Keruntutan dan keterkaitan antar kalimat dalam paragraf masih kurang. (5) Perbendaharaan kata yang digunakan siswa masih kurang. Masih ada beberapa siswa yang sering mengulang-ulang kata atau kalimat yang pernah ditulis. \(6) Masih ada beberapa siswa yang belum bisa menggunakan ejaan dengan tepat.

(7) Pada tahap revisi, siswa belum memahami pentingnya memperbaiki karangan. Siswa hanya sekedar menyalin karangan tanpa berupaya membuat karangannya menjadi lebih baik. 4.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II 4.2.2.1 Perencanaan Tindakan Siklus II Pada tahap perencanaan, disusun rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus II dengan mengacu pada permasalahan yang ditemukan pada siklus I. Rencana pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi siklus II dirancang untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan pada siklus I agar kemampuan menulis deskripsi siswa mengalami peningkatan. Rencana pembelajaran pada siklus II disusun dengan beberapa perubahan tindakan sebagai perbaikan dari siklus I. Seperti pada tindakan siklus I, tindakan siklus II juga direncanakan dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x45 menit pada masingmasing pertemuan. Rencana pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus II adalah sebagai berikut. (1) Guru memberikan evaluasi hasil penilaian pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I. Hal ini dilakukan agar siswa mengetahui kesalahan atau kekurangan dalam karangan deskripsi mereka pada siklus I sehingga tidak terjadi lagi pada siklus II. (2) Siswa diberikan penjelasan tentang cara merumuskan judul dan syarat judul yang baik. Siswa diberikan karangan tanpa judul, kemudian diajak untuk menentukan judul dari karangan tersebut dan menuliskannya di depan kelas untuk menerima balikan dari guru. Guru

menginformasikan bahwa judul karangan dapat diperbaiki setelah karangan selesai ditulis agar judul karangan benar-benar sesuai dengan topik dan isi karangan. (3) Dengan karangan yang sama, siswa diajak memperhatikan penggunaan kata dan kalimat, serta organisasi dalam karangan tersebut. Siswa diberi arahan untuk menyusun rincian dengan dukungan opini agar kalimatnya tidak menimbulkan kerancuan makna dan organisasi setiap gagasan dalam karangannya menjadi runtut dan terarah. Kegiatan ini bertujuan mengarahkan siswa tentang hal yang perlu diperhatikan dalam menulis karangan deskripsi. (4) Guru menjelaskan langkah-langkah dalam menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi sekaligus manfaat masing-masing langkah, serta makna masing masing kolom pada tabel hasil imajinasi indera. Pada siklus II, peneliti dan guru memperbaiki judul masing-masing kolom pada tabel hasil imajinasi indera agar siswa tidak lagi mengalami kebingungan dalam mengisi tabel. Bentuk tabel hasil imajinasi indera pada siklus II adalah sebagai berikut. Tabel 4.6 Tabel Hasil Imajinasi Indera Siklus II
PENGLIHATAN PENDENGARAN PENCIUMAN PENCECAPAN PERABAAN

(5) Guru memberikan tema yang sama kepada siswa, seperti dalam pembelajaran menulis deskripsi pada siklus I, yaitu keindahan alam. Guru membagikan gambar dan tabel hasil imajinasi indera kepada siswa. Selanjutnya, siswa memulai kegiatan prapenulisan, yakni mengamati gambar, menentukan judul, dan mengisi tabel hasil imajinasi indera. Namun, gambar yang digunakan pada siklus II adalah gambar pantai. Pemilihan gambar pantai pada siklus II didasarkan pada banyaknya karangan deskripsi siswa dari pembelajaran sebelumnya

dan pada tahap pretes yang objeknya berupa pantai. Selain itu, lingkungan terdekat siswa setelah desa adalah pantai. (Tahap Prapenulisan) (6) Guru membimbing siswa untuk mengembangkan draf awal karangan deskripsi berdasarkan hasil pengisian tabel hasil imajinasi indera dan judul yang telah ditentukan. (Tahap Penulisan) (7) Guru membimbing siswa untuk melaksanakan kegiatan penyuntingan dan revisi seperti yang telah dilaksanakan pada siklus I. Sebelumnya, siswa diberikan karangan yang terdapat banyak kesalahan, dan diajak untuk belajar menyunting karangan tersebut dengan memperhatikan teknik penulisan dan organisasi yang baik. Guru menginformasikan pentingnya kegiatan 98 penyuntingan dan revisi. Guru menginformasikan bahwa kegiatan revisi bukan hanya menyalin karangan tetapi memperbaiki karangan awalnya dengan memperhatikan ejaan, kalimat, dan organisasi sehingga karangannya mudah dipahami. (Tahap Penyuntingan dan Revisi) (8) Siswa melaksanakan kegiatan publikasi dengan membacakan hasil karangan deskripsinya di depan kelas. Kegiatan publikasi dengan penempelan di dinding kelas dilaksanakan di luar jam pelajaran, namun tetap dengan pengawasan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. (Tahap Publikasi)

4.2.2.2 Proses Tindakan Siklus II Pelaksanaan tindakan pada siklus II mengacu pada perencanaan tindakan yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Siklus II dilaksanakan karena hasil yang diperoleh pada siklus I

masih terdapat kelemahan atau kekurangan dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I. Tindakan siklus II merupakan tindakan yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan menemukan solusi dari permasalahan yang ditemukan pada siklus I. Tindakan siklus II diharapkan dapat memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa pada siklus I, khususnya dalam hal ejaan, penyusunan kalimat, dan organisasi. Seperti halnya pada siklus I, tindakan siklus II juga dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x45 menit pada masing-masing pertemuan, dengan rangkaian proses menulis: (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, (3) tahap penyuntingan dan revisi, dan (4) tahap publikasi. Berikut pelaksanaan tindakan pada siklus II pada pertemuan I dan pertemuan II. 99 4.2.2.2.1 Pertemuan Pertama Siklus II Pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada pertemuan I siklus I dilaksanakan hari Rabu tanggal 28 Mei 2008, dengan alokasi waktu 2x45 menit. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan I siklus II dilaksanakan pada dua jam pelajaran terakhir, yakni pada jam ke 78, mulai pukul 11.45 hingga 13.15. Berdasarkan kesepakatan dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi, pelaksanaan tindakan pada siklus II juga dilaksanakan sendiri oleh peneliti. 1) Kegiatan Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan mengucapkan salam. Sebelum memulai pembelajaran, guru mempresensi siswa. Seluruh siswa hadir dalam pembelajaran menulis

deskripsi pada pertemuan I. Setelah mempresensi semua siswa dan menanyakan kabar mereka, guru menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Dialog 6: Pembukaan dan Tanya Jawab untuk Mengetahui Kesiapan Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran (Siklus II Pertemuan I/ Pendahuluan/Rabu, 28 Mei 2008) Guru : Assalamualaikum Wr. Wb. Siswa : Waalaikumsalam. Guru : Selamat siang semuanya. Bagaimana kabarnya hari ini? Siswa : Baik, Bu. Guru : Anak-anak, Ibu akan kembali membimbing kalian dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Siswa : (Bersorak) Guru : (Diam) Sebentar, Ibu tanya terlebih dahulu. Kalian masih ingat pembelajaran kita dalam pertemuan beberapa waktu lalu? Siswa : Ingat, Bu.... Guru : Kita belajar tentang apa anak-anak? Siswa : Menulis karangan deskripsi dengan gambar dan imajinasi.... Guru : Baik, kali kita akan kembali belajar menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Ibu berharap kalian tidak bosan belajar menulis karangan deskripsi bersama Ibu lagi. Siswa : Tidak Bu, tidak apa-apa.... Dari dialog 6, tampak bahwa siswa telah siap mengikuti pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus II. Setelah yakin bahwa siswa telah siap mengikuti pembelajaran selanjutnya, guru kemudian menggali pengetahuan siswa terkait dengan tulisan deskripsi

yang pernah mereka terima dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I. Dari kegiatan penggalian pengetahuan siswa, guru mengetahui bahwa siswa masih mengingat materi atau pengetahuan yang diterima dalam pembelajaran menulis deskripsi siklus I. Hal ini memudahkan guru untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran selanjutnya dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Setelah yakin bahwa siswa telah memahami konsep tulisan deskripsi tanpa harus mengulang materi, guru melanjutkan kegiatan pembelajaran dengan memokuskan materi sesuai permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran menulis deskripsi siklus I. Guru mengadakan evaluasi terhadap hasil karangan deskripsi siswa pada siklus I, terkait dengan kekurangan atau kelemahannya, khususnya dalam organisasi, susunan kalimat, dan diksi. Guru juga mengungkapkan bahwa banyak siswa yang kurang tepat dalam menentukan judul karangan. Judul karangan siswa masih kurang spesifik dan kurang sesuai dengan dan topik yang dideskripsikan. Guru kemudian menjelaskan tentang cara merumuskan judul dan syarat judul yang baik (Lampiran 9). Untuk memantabkan pemahaman siswa, guru memberikan karangan tanpa judul kepada siswa. Karangan yang diberikan adalah sebagai berikut. 101

?
Menatap langit biru di pagi hari memang menyenangkan. Langit biru yang membentang terlihat begitu indah. Dari ufuk timur, matahari pagi yang hangat memandikannya dengan cahaya. Beberapa ekor burung terbang bercengkrama menghiasi luasnya langit biru. Sekelompok gumpalan awan putih laksana kapas yang lembut dan suci. Sungguh indah pemandangan pagi itu. Ketenangan suasana pagi diiringi sapaan angin yang ramah dengan membawa aroma bunga-bunga melati. Hembusan udara yang sejuk mengharumkan gelembung-gelembung di bawah dedaunan. Suara burung pipit yang berceloteh terdengar menghibur hati.

Di bawah lindungan langit biru, dari kejauhan terlihat beberapa anak berjalan berbaris mengenakan seragam sekolah untuk berangkat menuntut ilmu. Wajah yang bersih dengan senyuman manis membuat hati ikut merasakan kedamaian. Mereka terlihat sangat bersemangat untuk memulai belajar dengan penuh keceriaan. Desau angin yang menggoyangkan dedaunan semakin tak terdengar, tertutup oleh teriakan-teriakan mereka.

Dari karangan yang diberikan, guru membimbing siswa untuk menentukan judul pada karangan tersebut sesuai dengan syarat judul yang baik. Setelah menentukan judul, guru meminta beberapa siswa menuliskan judul pilihannya di papan tulis untuk mendapatkan balikan dari guru. Judul-judul yang ditulis siswa di papan tulis adalah sebagai berikut.
(1) Pagiku Yang Indah (2) Keindahan Alam di Pagi Hari (3) Indahnya Pagi dan Alam Pegunungan (4) Hangatnya Pelukan Sang Mentari Pagi (5) Kehangatan Pagi Menembus Alamku (6) Kesejukan Alam di Pagi Nan Elok (7) Suasana Pagi yang Indah (8) Langit biru Pencerah Jiwa di Pagi hari (9) Indahnya Pagi Hari dibawah Himpunan Langit Biru yang Luas (10) Keindahan Suasana Pagi (11) Di awal pagi yang Indah (12) Gambar alam yang indah di pagi yang Cerah

Sebelum memberikan balikan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan judul yang paling tepat dari judul-judul yang telah ditulis di papan tulis. Dengan beberapa

alasan, siswa memilih judul nomor 2, 4, 7, 9, dan 10. Setelah itu, guru memberikan balikan atau komentar pada masing-masing judul yang telah ditulis siswa di papan tulis, kemudian memilih judul yang tepat sesuai dengan isi karangan dan syarat judul yang baik. Guru memilih judul nomor 8 dan 9, dengan alasan kedua judul tersebut mampu menggambarkan keseluruhan isi karangan. Namun, guru memberikan perbaikan dengan memperhatikan ejaan dan efektivitas penulisan judul. Guru menjelaskan pentingnya organisasi dalam karangan, yang ditandai dengan susunan gagasan yang runtut, terkait, dan terarah. Guru juga menjelaskan tentang kalimat utama dan kalimat penjelas beserta fungsinya dalam membentuk organisasi yang baik dalam karangan. Dari karangan yang sama ketika menentukan judul, siswa diajak untuk memperhatikan organisasi dalam karangan tersebut. Siswa dibimbing untuk menemukan kalimat utama dan kalimat penjelasnya. Setelah itu, guru menuliskan beberapa kalimat di papan tulis dan membimbing siswa untuk menentukan unsur-unsur pembentuk kalimat tersebut. Siswa diberi arahan menyusun rincian dengan dukungan opini sehingga kalimatnya tidak menimbulkan kerancuan makna. 2) Kegiatan Inti Guru memberikan tema yang sama kepada siswa, seperti pada pembelajaran menulis deskripsi pada siklus I, yaitu keindahan alam. Guru menjelaskan kembali langkah-langkah dalam menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi sekaligus manfaat masing-masing langkah, dan makna masing-masing kolom pada tabel hasil imajinasi indera. Langkah-langkah menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi dijelaskan menggunakan transparansi dengan bagan yang sesuai dengan gambar 2.1.

Untuk menjelaskan makna masing-masing kolom pada tabel hasil imajinasi indera, guru memberikan pertanyaan panduan berdasarkan kelima indera. Hal ini dilakukan agar siswa tidak mengulangi kesalahan dalam mengisi tabel hasil imajinasi indera seperti yang dilakukan pada siklus I. Pertanyaan-pertanyaan panduan tersebut adalah sebagai sebagai berikut.
(1) Pertanyaan untuk kolom indera penglihatan Apa yang kamu lihat dengan mata? (2) Pertanyaan untuk kolom indera pendengaran Apa yang kamu dengar dengan telinga? (3) Pertanyaan untuk kolom indera penciuman Apa yang kamu cium dengan hidung? (4) Pertanyaan untuk kolom indera pencecapan Apa yang kamu rasakan dengan lidah? (5) Pertanyaan untuk kolom indera perabaan Apa yang kamu raba dengan kulit?

Setelah menjelaskan langkah-langkah menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi, guru membagikan gambar dan tabel hasil imajinasi indera kepada siswa. Selanjutnya, siswa memulai kegiatan prapenulisan, yakni (1) mengamati gambar, (2) mementukan judul karangan, dan (3) mengisi tabel hasil imajinasi indera. Seperti yang telah direncanakan, guru menggunakan gambar pantai dalam pembelajaran menulis deskripsi siklus II. Guru membimbing siswa untuk merumuskan judul karangan sesuai dengan topik dan tujuan penulisan. Pada siklus II, dilaksanakan perubahan tindakan dalam upaya perbaikan dari siklus I dan untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa, dengan cara mengubah judul kolom pada tabel hasil imajinasi indera. Siswa mengisi tabel hasil imajinasi

indera berdasarkan pertanyaan panduan yang diberikan oleh guru. Rata-rata siswa menyelesaikan kegiatan prapenulisan dengan cepat. Siswa tidak lagi bingung atau mengalami kesulitan dalam mengisi tabel hasil imajinasi indera. Setelah tahap prapenulisan, proses menulis siswa dilanjutkan pada tahap penulisan. Guru membagikan lembar kerja yang akan digunakan siswa untuk menulis karangan deskripsi. Guru membimbing siswa untuk mengembangkan karangan deskripsi berdasarkan hasil pengisian tabel hasil imajinasi indera. Guru mengingatkan siswa untuk tidak mengulangi kesalahan dalam menulis karangan deskripsi pada siklus I. Guru mengingatkan siswa tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis karangan deskripsi, baik dari aspek isi, organisasi, maupun kebahasaan. Pada tahap penulisan siklus II, semua siswa dengan lancar mengembangkan karangan deskripsi berdasarkan pengisian tabel hasil imajinasi indera mereka. 3) Kegiatan Penutup Lima menit sebelum menutup kegiatan pembelajaran, guru meminta siswa mengumpulkan karangan deskripsi awalnya di meja guru.
Dialog 7: Perintah Pengumpulan Karangan Deskripsi Siswa (Siklus II Pertemuan I/Penutup/Rabu, 28 Mei 2008) Guru : Sudah selesai semuanya, anak-anak?. Siswa : (bersama-sama) Sudah.... Siswa : Sudah dari tadi, Bu.... Guru : Baik, sekarang Ibu minta tolong dua orang untuk membantu Ibu mengumpulkan karangan teman-teman kalian ke depan! Siswa : Bu, nanti karangannya dibacakan lagi ya? Siswa : Ditempel di dinding lagi ya, Bu?

Guru : Iya, iya.... kita akan mengadakan kegiatan publikasi seperti dulu lagi pada pertemuan mendatang.

Dari dialog 7, tampak seluruh siswa berhasil menyelesaikan karangan awal tepat waktu. Bahkan, ada beberapa siswa yang dapat menyelesaikan karangan sebelum waktu yang diberikan habis. Siswa juga masih antusias untuk melanjutkan kegiatan pada tahap publikasi, yakni membacakan hasil karangan deskripsi di depan kelas dan menempelkannya di dinding kelas. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan melakukan refleksi pembelajaran. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh selama pembelajaran, khususnya hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis deskripsi, baik pada aspek isi, organisasi, maupun kebahasaan. Guru meminta siswa menanyakan hal-hal yang kurang dipahami atau belum dimengerti oleh siswa agar tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan selanjutnya. Siswa mengaku kesulitan dalam menyusun organisasi yang runtut. Di akhir kegiatan pembelajaran, guru menutup pertemuan dengan doa dan salam. Namun sebelumnya, guru memberikan penjelasan kepada siswa terkait dengan kegiatan yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya. 4.2.2.2.2 Pertemuan Kedua Siklus II Pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada pertemuan II siklus II dilaksanakan hari Sabtu tanggal 31 Mei 2008, dengan alokasi waktu 2x45 menit. Kegiatan pembelajaran pertemuan II siklus II dilaksanakan pada dua jam pelajaran terakhir, yakni pada jam ke 56, mulai pukul 10.15 hingga 11.45.

1) Kegiatan Pendahuluan Guru mengawali kegiatan pembelajaran pada pertemuan II siklus II dengan mengucapkan salam kepada siswa dan menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan selanjutnya dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Guru juga tidak lupa mempresensi siswa terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran. Seluruh siswa hadir dalam pembelajaran menulis deskripsi pada pertemuan II. Setelah mempresensi siswa, guru mengajak siswa untuk mengingat kembali kegiatan pembelajaran menulis deskripsi yang dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada pertemuan sebelumnya sebagai bekal untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya. Guru menggali kembali pengetahuan siswa terkait dengan hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis karangan deskripsi, baik pada aspek isi, organisasi, maupun kebahasaan, serta langkah-langkah menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang kegiatan yang akan dilaksanakan pada pertemuan II. Seperti yang telah direncanakan, sebelum siswa memulai kegiatan penyuntingan dan revisi, guru memberikan karangan yang terdapat banyak kesalahan kepada siswa. Karangan diambil dari hasil karya siswa yang disusun pada siklus I, yang objeknya berupa gambar pegunungan. Dengan bimbingan guru, siswa diajak untuk belajar menyunting karangan tersebut. Berikut karangan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk disunting dan direvisi.

Panorama Alam Di Pagi Hari

Terlihat dari kejauhan langit biru di atas gunung yg menjulang tinggi. pepohonan yang tinggi dan hijau mengisi tanah yang kosong. sungai yang mengalir membawa Kehidupan baru Suara aliran Sungai dan daun pohon yang tertiup angin mengisi Kesunyian pada saat itu. Aroma bunga kopi yang harum terbawa angin kesetiap celah. Disana dapat dirasakan pahitnya kopi murni tanpa gula yang membuat mata tidak bisa diajak melanjutkan tidur, & membuat kita untuk giat bekerja. Hembusan angin yang lembut dapat kita rasakan dan membuat suasana santai. Banyak anak-anak yang giat itu mengayun sepeda untuk menuntut ilmu dan burung-burung yang beterbangan seakan mengiringi laju sepeda yang di kayuhnya. Setelah menyunting karangan tersebut, siswa diminta untuk mengungkapkan kesalahan-kesalahan dan pembetulan karangan tersebut dengan memperhatikan teknik penulisan dan organisasi yang baik. Guru kemudian memberikan hasil perevisian karangan yang telah disunting bersama, kepada siswa. Guru menunjukkan organisasi yang runtut dalam karangan yang telah direvisi dengan menunjukkan kalimat utama dan kalimat penjelasnya. Hasil perevisian dari karangan tersebut adalah sebagai berikut. Indahnya Panorama Pegunungan di Pagi Hari Panorama pegunungan di pagi hari sungguh menampakkan keindahan. Terlihat dari kejauhan, langit biru di atas gunung yang menjulang tinggi menyambut pagi dan memberikan kedamaian. Pepohonan yang tinggi dan hijau mengisi tanah yang kosong. Tampak dari ufuk timur, matahari memancarkan sinarnya menerobos pepohonan menghadirkan silau keemasan. Keindahan panorama pegunungan di pagi hari seolah dapat menghilangkan rasa malas bagi siapapun yang menikmatinya. Iringan hembusan angin yang lembut membuat suasana menjadi santai, namun mampu menambah semangat kerja. Sungai yang mengalir seolah membawa kehidupan baru. Suara aliran sungai dan daun pohon yang tertiup angin mengisi kesunyian pada pagi itu. Aroma bunga

kopi yang harum terbawa angin ke setiap celah. Di sana dapat dirasakan pahitnya kopi murni tanpa gula yang membuat mata tidak bisa diajak melanjutkan tidur. Sepinya malam yang berganti pagi berubah menjadi keceriaan di area pegunungan yang indah itu. Tampak anak-anak yang giat sekolah mengayun sepeda untuk menuntut ilmu. Burung-burung yang beterbangan seakan mengiringi laju sepeda yang dikayuh oleh mereka. Canda dan tawa tulus di antara mereka mampu menghilangkan rasa hati yang sepi menjadi ceria.

Kegiatan ini dilaksanakan agar siswa memahami pentingnya kegiatan penyuntingan dan revisi, serta hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan dalam kegiatan penyuntingan dan revisi. Dari kegiatan yang dilaksanakan, siswa memahami bagaimana penulisan ejaan yang benar terkait dengan penulisan kata, kata depan, imbuhan, ataupun tanda baca, serta susunan kalimat, dan organisasi yang baik dalam karangan. 2) Kegiatan Inti Kegiatan pertama yang dilaksanakan pada tahap inti adalah penyuntingan. Guru terlebih dahulu mengembalikan hasil karangan deskripsi siswa yang telah disusun pada pertemuan I dan meminta siswa menukarkannya dengan siswa lain. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap penyuntingan adalah pengoreksian karangan terkait teknis penulisan, seperti organisasi, kalimat, diksi, dan ejaan, serta pemberian komentar atau saran perbaikan terkait dengan isi karangan. Guru kembali mengingatkan siswa terkait kegiatan yang harus dilakukan dan hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap penyuntingan. Pada tahap penyuntingan, siswa diberikan kebebasan untuk berdiskusi dengan teman sebangku. Seperti pada tahap penyuntingan pada siklus I, guru mengijinkan siswa mengoreksi karangan milik teman dengan cara memberikan coretan pada karangan dan memberikan komentar atau saran perbaikan di bawah karangan. Coretan dan komentar dari teman itulah yang nantinya dijadikan acuan bagi siswa untuk

merevisi karangannya, dengan memperhatikan syarat penulisan karangan yang baik. Guru berkeliling untuk mengontrol kegiatan siswa. Seperti halnya pada siklus I, pada tahap penyuntingan siklus II beberapa siswa dengan serius memberikan koreksi dan komentar terhadap karangan temannya, namun ada juga beberapa siswa yang hanya sekedar menjalankan tugas sehingga hasil koreksi dan komentarnya tidak maksimal. Setelah penyuntingan, guru mengajak siswa untuk melanjutkan kegiatan pada tahap revisi. Guru meminta siswa mengembalikan karangan yang disunting kepada pemiliknya masingmasing, kemudian guru membagikan kertas HVS berwarna pada siswa. Pada tahap revisi, kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa adalah perbaikan karangan dengan mengacu hasil penyuntingan dan kriteria karangan deskripsi yang baik. Sebelum kegiatan revisi dimulai, guru mengingatkan siswa pada kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahap pendahuluan. Guru menekankan bahwa kegiatan revisi bukan hanya menyalin karangan, tetapi memperbaiki draf awal karangan dengan memperhatikan ejaan, susunan kalimat, diksi, dan organisasi sehingga karangan deskripsinya menjadi lebih baik. Siswa melaksanakan kegiatan revisi setelah diberi ijin oleh guru. Seperti yang dilakukan pada siklus I, sebagian besar siswa kembali memberikan hiasan berupa gambar-gambar pada kertas revisi karangannya agar tampilannya lebih menarik. Ketika waktu yang diberikan habis, semua siswa telah menyelesaikan revisinya. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan pada tahap publikasi. Pada tahap publikasi siklus II, siswa hanya membacakan karangan deskripsinya di depan kelas, tanpa menempelkan di papan tulis ataupun di dinding kelas. Kegiatan penempelan di dinding kelas dilakukan sendiri oleh siswa di luar jam pelajaran, seperti yang telah dilakukan pada siklus I, dengan dikoordinir oleh ketua kelas, dan dengan pengawasan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X.2. Ketika

membacakan karangan di depan kelas, guru tetap memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan komentar. Beberapa siswa mau maju ke depan tanpa dipaksa oleh guru. Namun, hanya tiga orang siswa yang berani maju, yaitu YBA, YEJ, dan PAS . Karena masih ada sedikit waktu, guru kembali memberikan permainan kecil agar masih ada siswa yang membacakan karangan deskripsinya di depan kelas. Melalui permainan, empat orang siswa maju ke depan kelas untuk membacakan karangannya. Empat siswa itu adalah OYS, Is, RN, dan VW. Di akhir kegiatan publikasi, guru mengingatkan siswa terkait tugas publikasi lanjutan yang harus dilaksanakan siswa di luar jam pelajaran, yang akan diawasi oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. 3) Kegiatan Penutup Guru bersama siswa melakukan refleksi proses pembelajaran pada pertemuan I dan II. Dengan panduan guru, siswa mengingat dan menyimpulkan kembali keseluruhan materi dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada pertemuan I dan II. Guru juga menanyakan kepada siswa tentang kesulitan yang mereka alami dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Kesulitan siswa tidak lagi dalam hal pengisian tabel hasil imajinasi indera dan pengembangan hasil imajinasi ke dalam kalimatkalimat, tetapi dalam membuat organisasi yang baik dalam karangan. Siswa mengaku sulit menyusun gagasan dengan runtut dalam karangan. Di akhir pembelajaran, guru memberikan nasehat kepada siswa agar tetap semangat dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia, dan tidak pernah berhenti untuk menulis. Kemudian, guru menutup kegiatan pembelajaran dengan doa dan mengucapkan salam. 4.2.2.3 Hasil Evaluasi Tindakan Siklus II

Untuk mengetahui kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus II, guru kembali melaksanakan kegiatan penilaian. Berdasarkan hasil penilaian karangan deskripsi siswa pada siklus II (Lampiran 11c), diketahui nilai rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa pada siklus II mencapai 78,46%. Itu menunjukkan bahwa nilai rata-rata 111

kemampuan menulis karangan deskripsi siswa pada siklus II sudah mampu mencapai standar keberhasilan yang disyaratkan. Tingkat keberhasilan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7 Tingkat Keberhasilan Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Siklus II
No. 1 2 3 4 5 Kualifikasi A (Baik Sekali) B (Baik) C (Cukup) D (Kurang) E (Gagal) Jumlah Siswa 19 20 Persentase 48,72 51,28 Tidak Berhasil Tingkat Keberhasilan Berhasil

Berdasarkan tabel 4.7, dapat diketahui bahwa pada siklus II, sebanyak 19 siswa atau 49,72% siswa kelas X.2 memperoleh nilai dengan kualifikasi A (baik sekali), dan 20 siswa atau 51,28% siswa dari jumlah siswa keseluruhan memperoleh nilai dengan kualifikasi B (baik). Dari tabel 4.7 juga dapat diketahui bahwa pada siklus II tidak ada satupun siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi C (cukup), D (kurang), maupun E (gagal). Itu berarti bahwa pada siklus II, 100% siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi sudah mampu mencapai standar keberhasilan yang disyaratkan, yakni 65%. Tabel 4.8 Penguasaan Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Setiap Subaspek Penilaian Siklus II
No Aspek Subaspek Rata-Rata Kemampuan Siswa (%) Skor 1 Sangat Kurang Skor 2 Kurang Skor 3 Cukup Skor 4 Baik 1 Isi Kesesuaian Kerincian Kreativitas Imajinasi 2 3 Organisasi Kebahasaan Organisasi Kalimat Diksi Ejaan 66,15 77,95 72,82 82,56 5 20 7 16 1 11 29 21 32 3 3 2 6 83,08 82,05 84,62 7 6 7 19 23 16 Skor 5 Sangat Baik 13 10 16 Jumlah Siswa

Berdasarkan tabel 4.8, dari tujuh indikator penilaian yang harus dicapai siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi, hanya lima siswa yang memperoleh skor 2 (kurang), sedangkan 33 siswa lain memperoleh skor 3 (cukup), 4 (baik), dan 5 (sangat baik). Tidak ada siswa yang memperoleh skor 1 (sangat kurang) pada setiap subaspek penilaian pada siklus II. Pada penilaian setiap subaspek kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi pada siklus II, hanya 1,83% siswa dari jumlah siswa keseluruhan yang memperoleh skor 2 (kurang), yakni hanya pada subaspek organisasi; sedangkan 23,44% siswa memperoleh skor 3 (cukup); 55,31% siswa memperoleh skor 4 (baik); dan 19,42% siswa memperoleh skor 5 (sangat baik). Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa rata-rata kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi pada setiap subaspek, baik pada aspek isi, organisasi, maupun kebahasaan, pada siklus II sudah baik. 4.2.2.4 Refleksi Tindakan Siklus II Setelah seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan hingga tahap evaluasi, kegiatan refleksi juga dilaksanakan pada siklus II. Pada tahap refleksi, diidentifikasi ketercapaian tujuan pembelajaran yang sesuai dengan rencana pembelajaran pada siklus II. Melalui kegiatan refleksi, diharapkan dapat diketahui kelemahan atau kekurangan yang terjadi selama proses tindakan siklus II. Refleksi didasarkan pada hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran dan hasil penilaian karangan deskripsi siswa setelah diberi tindakan siklus II. Seperti pada siklus I, pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus II tidak hanya berpusat pada guru, tetapi lebih pada proses kreatif siswa untuk menciptakan pemahaman sendiri berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan.

Pengetahuan yang diperoleh siswa terkait dengan tulisan deskripsi tidak hanya diperoleh dari guru, tetapi juga dari siswa sehingga siswa lebih memahami dan menguasai kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Berdasarkan pengamatan guru selama proses pembelajaran menulis deskripsi pada siklus II, siswa lebih memahami langkah-langkah menyusun karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Pada tahap prapenulisan, siswa tidak lagi kesulitan dalam mengisi tabel hasil imajinasi indera berdasarkan pengamatan kelima indera. Kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengisi tabel hasil imajinasi indera pada siklus I tidak lagi dilakukan pada siklus II karena adanya pertanyaan panduan yang diberikan guru. Pada tahap penulisan, siswa juga tidak mengalami kesulitan dalam mengembangkan tabel hasil imajinasi indera ke dalam kalimatkalimat. Seperti pada siklus I, hasil karangan deskripsi seluruh siswa pada siklus II juga tidak mengandung pola pengembangan karangan narasi. Bahkan, siswa sudah mampu mengembangkan karangan deskripsi dengan disertai opini atau kesan terhadap objek yang dideskripsikan berdasarkan imajinasi kelima inderanya. Kelemahan siswa pada siklus II adalah mereka masih lemah dalam menyusun organisasi yang baik dalam karangan. Rata-rata kemampuan siswa dalam mengorganisasikan karangan paling rendah jika dibandingkan dengan kemampuan pada keenam subaspek yang lain. Namun, kelemahan siswa dalam mengorganisasikan karangan tidak mempengaruhi ketercapaian keberhasilan mereka dalam menulis karangan deskripsi. Berdasarkan hasil penilaian karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada siklus II, ratarata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa sudah mampu mencapai standar keberhasilan yang telah ditetapkan. Pada siklus II, tidak ada lagi siswa yang memperoleh nilai di

bawah standar keberhasilan yang telah ditetapkan, yakni 65%. Dari jumlah siswa keseluruhan, 100% siswa dikatakan berhasil atau mampu mencapai standar keberhasilan yang telah ditetapkan. 4.3 Hasil Tindakan Pada hasil tindakan, aspek yang dinilai dalam karangan deskripsi siswa adalah (1) aspek isi yang meliputi subaspek (a) kesesuaian, (b) kerincian, dan (c) kreativitas imajinasi; (2) aspek organisasi; dan (3) aspek kebahasaan yang meliputi subaspek (a) kalimat, (b) diksi, dan (c) ejaan.

4.3.1 Kemampuan Siswa Kelas X.2 dalam Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Gambar dan Imajinasi pada Siklus I Dari beberapa subaspek, rata-rata kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi pada subaspek kesesuaian, kerincian, kreativitas imajinasi, dan ejaan pada siklus I sudah baik. Namun, rata-rata siswa lemah pada subaspek organisasi, kalimat, dan diksi. Organisasi dalam karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi belum runtut dan terkait. Selain itu, pada subaspek kalimat, masih banyak kalimat siswa yang menimbulkan kerancuan makna. Pengulangan kata juga masih dilakukan karena perbendaharaan kata yang kurang. 4.3.1.1 Kemampuan pada Aspek Isi 4.3.1.1.1 Kemampuan pada Subaspek Kesesuaian Pada siklus I, kemampuan siswa dalam menyusun karangan yang sesuai dengan judul dan tujuan penulisan sudah cukup. Rata-rata kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1

Purwoharjo pada subaspek kesesuaian mencapai 65,64%. Pada subaspek ini, sebagian besar siswa memperoleh skor 3 (cukup), yakni sebanyak 23 siswa. Tidak ada siswa yang memperoleh skor 1 (sangat kurang) pada aspek ini. Siswa yang memperoleh skor 2 (kurang) hanya sebanyak tiga siswa, yakni EAW, LF, dan RSs. Pada aspek kesesuaian siklus I, sudah ada siswa yang memperoleh skor 4 (baik), yakni sebanyak 12 siswa. Bahkan, ada yang memperoleh skor 5 (baik sekali), meski hanya satu siswa, yaitu FM. Seluruh karangan deskripsi siswa pada siklus I sudah tidak ada yang mengandung pola pengembangan karangan narasi. Kelemahan siswa dalam menulis karangan deskripsi pada subaspek kesesuaian siklus I adalah penentuan judul. Mayoritas siswa sudah mampu mengembangkan isi karangan sesuai dengan objek atau gambar, yaitu pegunungan. Pada dasarnya, judul yang dipilih siswa juga sudah sesuai dengan isi, hanya saja masih kurang spesifik sesuai objek yang dideskripsikan. Berikut contoh kutipan karangan milik siswa yang isi karangannya sudah cukup sesuai dengan gambar, tetapi judulnya tidak spesifik.

Alam Kita Di hari yang cerah, langit biru yang membentang luas di atas Gunung Tengger. Hembusan angin yang menerpa pepohonan menambah indahnya pegunungan. Aktifitas penduduk di kaki gunung menunjukkan kehidupan manusia yang begitu damai dan tentram. Warna tanah yang terhampar luas kekuning-kuningan menambah permukaan bumi. Di tengah hamparan yang luas, terdapat bangunan yang bertulisan PEPSI. Burung-burung berkicau yang bersautan kesana-kemari. Angin yang berhembus menerpa dedaunan membawa udara sejuk. Dedaunan yang hijau menambah segarnya suasana. Gunung yang menjulang tinggi mencengkeram cakrawala.

.... (karangan DFD)

Dari kutipan karangan di atas, dapat diketahui bahwa pada dasarnya isi karangan milik DFD sudah sesuai dengan gambar yang harus dideskripsikan, yaitu pegunungan. Namun, judul yang dipilih, yakni Alam Kita kurang spesifik sesuai objek yang dideskripsikan. Seharusnya, judul yang dipilih lebih dispesifikkan pada gambar atau objek yang dideskripsikan, yakni pegunungan, agar mampu menggambarkan keseluruhan isi karangan. Contoh judul karangan lain yang masih belum spesifik di antaranya Pemandangan yang Indah (DD), Hangatnya Dekapan Alam Kita (EAW), Pemandangan Alam (IPA), Alamku, Inspirasiku (OYS), Pemandangan Alam (RAL), Alamku, Kenyamananku (Ru), Pesona Alam (VW), Suasana Alam yang Mengagumkan (YLH), dan beberapa judul lain.

4.3.1.1.2 Kemampuan pada Subaspek Kerincian Rata-rata kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek kerincian pada siklus I mencapai 71,79%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam merinci objek yang harus dideskripsikan pada siklus I sudah baik. Sebagian besar siswa memperoleh skor 4 (baik) pada subaspek kerincian, yakni sebanyak 20 siswa. Pada subaspek kerincian ini, sudah ada siswa yang memperoleh skor 5 (baik sekali), yakni FM dan IAP. 16 siswa memperoleh skor 3 (cukup) pada subaspek ini. Siswa yang memperoleh skor 2 (kurang) hanya satu siswa, yaitu RSs. Pada siklus I, sebagian besar siswa sudah mampu menuliskan hasil pengamatan terhadap gambar secara rinci dan mendetail sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat dan

merasakan sendiri apa yang ditulis penulisnya. Namun, masih ada beberapa siswa yang masih lemah dalam merinci objek yang dideskripsikan. Kelemahan siswa dalam merinci objek adalah siswa masih menggambarkan objek yang diamati secara umum, belum sampai pada penggambaran hal-hal atau ciri yang spesifik atau mendetail. Berikut kutipan karangan berjudul Indahnya Gunung di Pagi Hari yang dalam subaspek kerinciannya masih kurang.
Menatap indahnya langit biru beserta gunung dan tumbuhan di sekitarnya. Pagi itu terdengar suara kicauan burung. Suara penduduk sedang bekerja di ladang. Suasana yang sangat indah ketika kita sedang beristirahat dengan menikmati udara di pagi hari. Alangkah senangnya hati ini seandainya bisa berlibur dengan keluarga dengan mendengar kicauan burung beserta suara penduduk yang sedang bekerja di sana. .... (karangan RSs) Dari kutipan karangan di atas, tampak bahwa objek pegunungan tidak digambarkan RSs secara rinci atau mendetail. Keindahan pegunungan yang digambarkan tidak ditunjukkan melalui penyebutan ciri-ciri indahnya gunung yang dideskripsikan seperti apa, mengapa sampai menimbulkan rasa senang, dan beberapa aspek lain terkait objek yang dideskripsikan sehingga pembaca sulit memahami atau merasakan apa yang dimaksud penulisnya. 4.3.1.1.3 Kemampuan pada Subaspek Kreativitas Imajinasi Penilaian pada subaspek kreativitas imajinasi mengacu pada kemampuan siswa dalam mengembangkan imajinasi kelima inderanya untuk menggambarkan objek. Pada siklus I, rata-rata kemampuan siswa pada subaspek kreativitas imajinasi mencapai 74,87%. Rata-rata kemampuan siswa pada subaspek ini merupakan rata-rata yang paling tinggi jika dibandingkan dengan kemampuan siswa pada keenam subaspek yang lain. Tidak ada satupun siswa yang memperoleh skor 1 (sangat kurang) maupun 2 (kurang) pada subaspek kreativitas imajinasi pada siklus I. 17 siswa mampu mengembangkan imajinasi tiga indera mereka sehingga memperoleh skor 3 (cukup). 15 siswa lain mampu

mengembangkan imajinasi empat indera sehingga memperoleh skor 4 (baik). Bahkan, ada tujuh siswa yang berhasil mengembangkan imajinasi kelima indera mereka sesuai dengan objek yang harus dideskripsikan sehingga dapat memperoleh skor 5 (baik sekali). Mereka mampu menggambarkan objek pegunungan berdasarkan imajinasi kelima indera sehingga pembaca seolah-olah dapat merasakan apa yang dirasakan penulisnya dengan melihat, mendengar, mecium, mencecap, dan meraba sendiri setiap detail penggambaran objeknya. Ketujuh siswa tersebut adalah AFM, CDS, DD, DSM, DW, PAS, dan YEJ. 4.3.1.2 Kemampuan pada Aspek Organisasi Kemampuan siswa dalam mengorganisasikan karangan pada siklus I masih lemah. Rata-rata kemampuan siswa pada aspek organisasi pada siklus I hanya mencapai 55,90%. Tidak ada siswa yang memperoleh skor 5 (sangat baik) pada aspek organisasi, tetapi juga tidak ada siswa yang memperoleh skor 1 (sangat kurang). Siswa yang memperoleh skor 4 (baik) hanya sebanyak lima siswa, yaitu DSM, OYS, PAS, PCK, dan VAP. Sedangkan 21 siswa lain memperoleh skor 3 (cukup), dan 13 siswa memperoleh skor 2 (kurang). Berikut kutipan karangan deskripsi siswa yang memperoleh skor kurang pada aspek organisasi.

Panorama Alam di Pagi Hari Terlihat dari kejauhan langit biru di atas gunung yang menjulang tinggi. pepohonan yang tinggi dan hijau mengisi tanah yang kosong. Sungai yang mengalir membawa kehidupan baru Suara aliran sungai dan daun pohon yang tertiup angin mengisi kesunyian pada saat itu. Aroma bunga kopi yang harum terbawa angin ke setiap celah. Disana dapat dirasakan pahitnya kopi murni tanpa gula yang membuat mata tidak bisa di ajak melanjutkan tidur, dan membuat kita untuk giat bekerja .... (karangan AFM)

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa karangan AFM belum menunjukkan organisasi yang baik dalam karangan deskripsinya. AFM tidak menyajikan adanya kalimat utama dan kalimat penjelas dari hal yang umum ke hal yang khusus atau sebaliknya sehingga karangan kurang runtut. Gagasan yang seharusnya terdapat dalam satu paragraf, disusun dalam paragraf yang lain sehingga antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam satu paragraf kurang mempunyai keterkaitan. Akibatnya, karangan menjadi kurang terarah. Alat kohesi juga tidak digunakan dengan tepat. Alat kohesi yang seharusnya digunakan untuk menunjukkan keterkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam satu paragraf, digunakan pada lain paragraf. Contoh kutipan karangan milik AFM menunjukkan lemahnya siswa dalam aspek organisasi. 4.3.1.3 Kemampuan pada Aspek Kebahasaan 4.3.1.3.1 Kemampuan pada Subaspek Kalimat Kemampuan siswa pada subaspek kalimat pada siklus I masih lemah. Pada siklus I, ratarata kemampuan siswa pada subaspek kalimat hanya mencapai 57,95%. Pada subaspek kalimat, ada satu siswa yang memperoleh skor 1 (sangat kurang), yaitu karangan milik PCK. Tidak ada siswa yang memperoleh skor 5 (sangat baik) pada subaspek kalimat. Siswa yang memperoleh skor 4 (baik) sebanyak 11 siswa, sedangkan 14 siswa lain memperoleh skor 3 (cukup), dan 13 siswa memperoleh skor 2 (kurang). Kelemahan siswa pada subaspek kalimat terletak pada kesalahan tata bahasa dalam kalimat yang disusun. Ada beberapa siswa yang yang kurang tepat dalam menyusun kalimat berdasarkan pedoman kalimat yang benar, yakni minimal mengandung unsur Subjek-Predikat (S-P). Siswa tersebut menyusun kalimat yang hanya terdiri dari unsur subjek saja. Selain itu, kalimat yang disusun siswa juga kurang efektif. Kalimat yang

seharusnya disusun menjadi dua atau tiga kalimat, disusun menjadi satu kalimat oleh siswa. Contoh kalimat yang dimaksud terletak pada kutipan karangan sebagai berikut.
Menatap indahnya gunung di pagi hari membuat kita menghilangkan beban pikiran kita ditambah lagi pepohonan yang sangat segar-segar karena terkena embun di pagi hari dan kicauan burung-burung yang keluar dari pegunungan itu juga kabut disekitar gunung. .... (karangan berjudul Suasana Gunung di Pagi Hari milik PCK)

4.3.1.3.2 Kemampuan pada Subaspek Diksi Kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi pada siklus I juga lemah pada subaspek diksi. Rata-rata kemampuan siswa pada subaspek diksi pada siklus I hanya mencapai 58,97%. Hanya lima siswa yang memperoleh skor 4 (baik) pada subaspek diksi, yakni AFM, DSM, DRS, RN, dan YBA. Sebagian besar siswa, yakni sebanyak 28 siswa, memperoleh skor 3 (cukup) pada subaspek diksi. Satu siswa, yakni ARK, memperoleh skor 1 (sangat kurang), dan lima siswa memperoleh skor 2 (kurang). Kelima siswa tersebut adalah DD, DW, IPA, PCK, dan RSs. Diksi yang digunakan siswa dalam menulis karangan deskripsi pada siklus I kurang bervariasi. Siswa menggunakan diksi yang monoton dan beulang-ulang. Selain itu, penggunaan diksi beberapa siswa juga kurang tepat sehingga mengganggu pemahaman makna, seperti yang terdapat pada kutipan karangan siswa berikut. Di pagi hari yang cerah dan menyejukkan ada beberapa pemandangan alam yang sangat indah. Aktivitas gunung yang tiada hentinya dan embun pagi yang menyelimuti gunung menandakan pagi yang sangat sejuk dan cerah. Aktivitas mulai berlangsung kembali sama halnya yang sering dilakukan. Pabrikpabrik mulai menjalani aktivitas kembali. Kendaraan yang sebelumnya masih diselimuti kabut sekarang sudah tampak keramaian jalan tersebut untuk memulai kembali aktivitas semua warga. Dan tampak sekali aktivitas anak sekolah yang mengikuti kegiatan olahraga dilapangan sepak bola yang masih cuaca

bersahabat. Tak mau ketinggalan juga suara burung yang bersahut-sahutan membuat suasana yang asri dan masih alam. .... (karangan berjudul Pesona Alam di Pegunungan milik ARK)

Kelemahan siswa pada kutipan karangan di atas terletak pada diksi yang monoton dan ketidaktepatan penggunaan kata. Hal itu terlihat dari kata sejuk, cerah, indah, aktivitas, dan beberapa kata lain yang digunakan berulang-ulang oleh ARK dalam karangannya. Selain itu, beberapa kata juga digunakan tidak tepat sehingga mengaburkan makna, misalnya kata-kata yang terletak pada dua kalimat terakhir. 4.3.1.3.3 Kemampuan pada Subaspek Ejaan Penilaian siswa pada subaspek ejaan dilihat dari kemampuan siswa dalam menuliskan kata, kata depan, huruf kapital, tanda baca, dan imbuhan yang sesuai dengan EYD dalam karangan deskripsi. Pada siklus I, kemampuan siswa dalam menyusun karangan dengan ejaan yang sesuai dengan EYD sama dengan rata-rata kemampuan siswa pada subaspek kesesuaian, yaitu 65,64%. Pada subaspek ini, sebagian besar siswa sudah dapat memperoleh skor 4 (baik), yakni sebanyak 21 siswa. Tetapi, tidak ada siswa yang memperoleh skor 5 (sangat baik). Siswa yang memperoleh skor 3 (cukup) pada subaspek ejaan sebanyak 10 siswa, yakni AAS, ARK, DEW, EAW, IPA, Is, OYS, RAL, RSs, dan YLH. Pada subaspek ini, masih ada enam siswa yang meperoleh skor 2 (kurang), di antaranya DD, DW, PAS, PCK, RSy, dan YEJ. Bahkan, ada dua siswa yang memperoleh skor 1 (sangat kurang), yakni BVS dan FAS. Pada dasarnya, pada siklus I, rata-rata kemampuan siswa pada subaspek ejaan sudah baik. Kesalahan siswa dalam menuliskan kata yang sesuai dengan EYD jarang ditemukan dalam karangan deskripsi siswa pada siklus I. Kelemahan siswa pada subaspek ejaan terletak pada

kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital. Padahal, kesalahan penggunaan tanda baca yang terlalu sering dalam suatu karangan dapat mengganggu pemahaman makna. Sebagian besar siswa juga kurang mampu membedakan penulisan kata depan dengan awalan. Berikut contoh kelemahan siswa dalam subaspek ejaan terkait dengan kesalahan penggunaan tanda baca, huruf kapital, penulisan kata depan, dan awalan.

Indahnya Alam pegunungan Terlihat dari jauh warna Biru. begitulah yang nampak dari Gunung ini. Disini terlihat Bukit2 kecil yang membentang luas, seakan mengelilingi Gunung yang menjulang tinggi itu. Disekitarnya terlihat pohon-pohon cemara yang berwarna Hijau, Sungai dengan air yg berwarna biru jernih mengaliri diantara Bebatuan Besar. Langit biru yang memayungi gunung ini terlihat begitu segar. .... (karangan BVS)

Kutipan karangan di atas menunjukkan kelemahan siswa dalam menggunakan ejaan. Tampak banyak kesalahan penggunaan ejaan di dalam karangan BVS, terutama dalam penggunaan huruf kapital dan kata depan di. Hal ini sudah dapat dilihat dari penulisan judul pada kata pegunungan yang seharusnya menggunakan huruf kapital di awal kata, tetapi BVS menggunakan huruf kecil. Kesalahan-kesalahan lain juga dapat dilihat pada isi karangan, di antaranya penggunaan tanda baca dan penulisan kata ulang. 4.3.2 Kemampuan Siswa Kelas X.2 dalam Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Gambar dan Imajinasi pada Siklus II Rata-rata kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi pada setiap subaspek, baik pada aspek isi, organisasi, maupun kebahasaan pada siklus II sudah baik. Meski rata-rata kemampuan siswa dalam

mengorganisasikan karangan paling rendah jika dibandingkan dengan kemampuan pada keenam subaspek yang lain, tetapi kelemahan siswa dalam aspek organisasi tidak mempengaruhi ketercapaian keberhasilan mereka dalam menulis karangan deskripsi. 4.3.2.1 Kemampuan pada Aspek Isi 4.3.2.1.1 Kemampuan pada Subaspek Kesesuaian Pada siklus II, kemampuan siswa dalam menyusun karangan yang sesuai dengan judul dan tujuan penulisan sangat baik. Rata-rata kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek kesesuaian mencapai 83,08%. Pada subaspek ini, tidak ada satupun siswa yang memperoleh skor 2 (kurang), maupun 1 (sangat kurang). Siswa yang memperoleh skor 3 (cukup) hanya tujuh siswa, yaitu AAS, EAW, FAS, GA, RAL, RSs, dan YI. Pada subaspek kesesuaian pada siklus II, 19 siswa memperoleh skor 4 (baik), dan 13 siswa memperoleh skor 5 (sangat baik). Seperti halnya pada siklus I, seluruh karangan deskripsi siswa pada siklus II tidak ada yang mengandung pola pengembangan karangan narasi. Seluruh siswa sudah mampu mengembangkan isi karangan sesuai dengan objek atau gambar, yaitu pantai. Kelemahan siswa dalam menentukan judul juga tidak ditemukan pada siklus II. Judul yang dipilih siswa juga sudah spesifik sesuai objek yang dideskripsikan sehingga mampu menggambarkan keseluruhan isi karangan. Berikut contoh kutipan karangan milik siswa yang isi karangannya sudah sesuai dengan gambar, dengan didukung judul yang spesifik.

Panorama Pantai yang Indah

Di keheningan pagi yang cerah terlihat pemandangan pantai yang begitu indah. Bagaikan surga yang tercipta didunia. Langit biru yang luas melambangkan keindahan tiada batas. Tarian ombak yang gumulai seakan mengajak untuk mengikuti iramanya. Di tepian pantai terlihat pasir putih seakan menikmati tarian ombak tiada henti. Hamparan rerumputan yang hijau ditepian pantai bagaikan permadani yang terajut indah. Lambaian dahan pohon kelapa seakan mengajak kita untuk ikut menikmati indahnya pantai itu. .... (karangan VAP) Dari kutipan karangan di atas, dapat diketahui bahwa pada isi karangan milik VAP sangat sesuai dengan gambar yang harus dideskripsikan, yaitu pantai. Judul yang dipilih, yakni Panorama Pantai yang Indah, sudah spesifik sesuai objek yang dideskripsikan. Dengan membaca judulnya saja, pembaca sudah mampu membayangkan apa yang akan digambarkan dalam karangan. Contoh judul karangan milik siswa lain di antaranya Keindahan di Pesisir Pantai (ARK), Indahnya Panorama Pantai (YA), Keelokan Pesisir Pantai (RAL), Pantai Indah di Bawah Lindungan Langit Biru (DRS), Suasana Pantai yang Indah di Pagi Hari (Is), Kilauan Laut Biru dan Keindahan Pesisir Penentram Hati (FM), dan judul-judul lain yang juga sudah menunjukkan kesesuaian dan kespesifikan. 4.3.2.1.2 Kemampuan pada Subaspek Kerincian Seperti pada subaspek kesesuaian, kemampuan siswa dalam merinci objek yang harus dideskripsikan pada siklus II juga sangat baik. Rata-rata kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo pada subaspek kerincian pada siklus II mencapai 82,05%. Sebagian besar siswa memperoleh skor 4 (baik) pada subaspek kerincian, yakni sebanyak 23 siswa. Siswa yang memperoleh skor 3 (cukup) hanya sebanyak enam siswa, sedangkan 10 siswa lain mampu memperoleh yakni 5 (sangat baik). Enam orang siswa yang memperoleh skor 3 (cukup) adalah BVS, DEW, DD, EAW, FAS, dan Is, sedangkan siswa yang mampu mendapatkan skor maksimal adalah DSM, FM, IAP, IPA, LF, OYS, Ru, YBA, YEJ, dan YA.

Pada siklus II, sebagian besar siswa sudah mampu menuliskan hasil pengamatan terhadap gambar secara rinci dan mendetail sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat dan merasakan sendiri apa yang ditulis penulisnya. Setiap ciri yang terdapat pada gambar atau objek disebutkan secara rinci oleh siswa. Berikut kutipan karangan yang menunjukkan bahwa siswa mampu merinci objek secara mendetail.

Panorama Pantai di Pagi Hari Menatap pantai di pagi hari sungguh menyenangkan. Laut biru yang membentang terlihat begitu indah. Ombak yang saling mengejar menghiasi beningnya air panas. Sejauh mata memandang hanya laut yang terlihat. Kaki langit begitu jelas terlihat karena tidak pulau menghalangi. Butir-butir pasir yang berkilau bagai intan permata menambah kesan indah pantai pagi itu. Sungguh indah pemandangan pantai pemandangan pantai pagi itu. Ketenangan suasana pantai diiringi belaian angin yang mesra membawa aroma khas pantai. Hembusan angin sepoi-sepoi melambaikan daun kelapa yang hijau. Suara ombak yang bergemuruh terdengar menghibur hati. .... (karangan AFM)

Dari kutipan karangan di atas, tampak bahwa objek pantai digambarkan AFM dengan rinci atau mendetail. Setiap ciri yang menunjukkan panorama pantai di pagi hari disebutkan secara rinci oleh siswa sehingga pembaca lebih mudah memahami objek yang dideskripsikan dan dapat merasakan apa yang dirasakan penulisnya. 4.3.2.1.3 Kemampuan pada Subaspek Kreativitas Imajinasi Penilaian pada subaspek kreativitas imajinasi mengacu pada kemampuan siswa dalam mengembangkan imajinasi kelima inderanya untuk menggambarkan objek. Seperti pada siklus

I, rata-rata kemampuan siswa pada subaspek kreativitas imajinasi pada siklus II merupakan rata-rata siswa yang paling tinggi dibandingkan dengan keenam subaspek lainnya. Rata-rata kemampuan siswa pada subaspek kreativitas imajinasi sangat baik, yakni mencapai 84,62%. Pada siklus II, tidak ada satupun siswa yang memperoleh skor 1 (sangat kurang) maupun 2 (kurang) pada subaspek kreativitas imajinasi. Pada subaspek ini, hanya tujuh siswa mengembangkan imajinasi tiga indera mereka sehingga memperoleh skor 3 (cukup). Rata-rata ketujuh siswa tersebut mengimajinasikan gambar berdasarkan pengamatan indera penglihatan, pendengaran, dan perabaan. Mereka kesulitan dalam mengembangkan imajinasi penciuman dan pencecapan. Ketujuh siswa tersebut adalah CDS, DFD, DW, EAW, IFB, PAS, dan YLH. Namun, 16 siswa lain sudah mampu mengembangkan imajinasi empat indera, sehingga memperoleh skor 4 (baik). Bahkan, siswa yang dapat memperoleh skor 5 (baik sekali) karena berhasil mengembangkan imajinasi kelima indera mereka sesuai dengan objek yang harus dideskripsikan, juga sebanyak 16 siswa. Mereka mampu menggambarkan objek pantai berdasarkan imajinasi kelima indera sehingga pembaca seolah-olah merasakan apa yang dirasakan penulisnya dengan melihat, mendengar, mecium, mencecap, dan meraba sendiri setiap detail penggambaran objeknya. 4.3.2.2 Kemampuan pada Aspek Organisasi Meski rata-rata kemampuan siswa dalam mengorganisasikan karangan pada siklus II merupakan rata-rata yang paling rendah jika dibandingkan dengan keenam subaspek yang lain, tetapi rata-rata siswa dalam mengorganisasikan karangan sudah baik. Rata-rata kemampuan siswa pada aspek organisasi pada siklus II mencapai 66,15%. Pada aspek organisasi pada siklus II, tidak ada siswa yang memperoleh skor 1 (sangat kurang). Tetapi, masih ada siswa yang

memperoleh skor 2 (kurang), yakni sebanyak lima siswa. Lima siswa tersebut adalah DFD, DW, GA, Is, dan RAD. Pada siklus II, sudah ada siswa yang memperoleh skor 5 (sangat baik) pada aspek organisasi, meski hanya tiga siswa, yaitu AFM, VW, dan YI. Siswa yang memperoleh skor 4 (baik) sebanyak 11 siswa, dan yang memperoleh skor 3 (cukup) sebanyak 20 siswa. Berikut kutipan karangan deskripsi siswa yang memperoleh skor kurang.

Indahnya Pesisir Pantai Menatap langit biru di pesisir pantai memang suatu hal yang sangat mengasyikkan. Ditambah lagi keindahan pesisir pantai yang dapat menghibur hati yang sedang lara. Langit biru yang membentang seakan menyelimuti pantai dari terpaan hujan. Pohon nyiur yang melambai-lambai seolah memanggil para pengunjung untuk menikmatai keindahan pantai itu. Betapa indahnya pemandangan pesisir pantai itu. Laut yang luas tanpa batas disertai desir ombak yang menggulung-gulung semakin menambah indah suasana. Desau angin yang sepoi-sepoi memberikan kedamaian di hati. Asinnya air laut serasa hilang termakan oleh indahnya pantai. Terjalnya batu karang di pinggir pantai menjadi saksi betapa indahnya pantai itu. Halusnya pasir di pesisir pantai menjadi alas bagi para penikmat keindahan. .... (karangan RN)

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa karangan RN cukup menunjukkan organisasi yang baik dalam karangan deskripsinya. RN berusaha menyajikan adanya kalimat utama dan kalimat penjelas dari hal yang umum ke hal yang khusus, meski keterkaitannya masih kurang. Meski gagasan yang seharusnya terdapat dalam satu paragraf disusun dalam paragraf yang lain, tetapi RN telah menggunakan alat kohesi dengan tepat dalam setiap paragrafnya, sehingga ada

keterkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya, misalnya dengan menggunakan alat kohesi itu

4.3.2.3 Kemampuan pada Aspek Kebahasaan 4.3.2.3.1 Kemampuan pada Subaspek Tata Bahasa Berbeda dengan siklus I, kemampuan siswa pada subaspek kalimat pada siklus II sudah baik. Pada siklus II, rata-rata kemampuan siswa pada subaspek kalimat mencapai 77,95%. Pada subaspek kalimat pada siklus II, sudah tidak ada satupun siswa yang memperoleh skor 1 (sangat kurang) maupun 2 (kurang). Pada siklus II, sudah ada siswa yang memperoleh skor 5 (sangat baik) pada subaspek kalimat, meski hanya tiga siswa. Ketiga siswa tersebut adalah AS, CDS, dan DSM. Sebagian besar siswa memperoleh skor 4 (baik) pada subaspek ini, yakni sebanyak 29 siswa. Tujuh siswa lain, yaitu DW, FAS, LF, OYS, RAL, RSs, dan YLH, memperoleh skor 3 (cukup). Siswa yang melakukan kesalahan tata bahasa dalam kalimat seperti yang ditemukan pada siklus I sudah berkurang pada silkus II. Sebagian besar siswa sudah mampu menyusun kalimat berdasarkan pedoman kalimat yang benar, yakni minimal mengandung unsur SubjekPredikat (S-P). Rata-rata kalimat yang disusun siswa sudah efektif dan tidak menimbulkan kerancuan makna. Selain itu, variasi kalimat yang disusun siswa juga cukup. Dalam satu paragraf, siswa mampu menggunakan kalimat sederhana, disertai dengan beberapa kalimat kompleks. Contoh kalimat siswa tersebut terletak pada kutipan karangan berikut.
Menikmati keindahan di pesisir pantai memang menyenangkan. Keindahan pemandangan pesisir pantai tampak begitu menawan. Dari kejahuan terlihat pohon-pohon kelapa yang berdiri kokoh di tepi

pantai. Daun-daunnya melambai-lambai dan terdengar gemersik karena tertiup angin pantai yang semilir. .... (karangan berjudul Keindahan Pesisir Pantai Solusi Stres milik YI)

4.3.2.3.2 Kemampuan pada Subaspek Diksi Kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi pada siklus II pada subaspek diksi juga sudah baik. Rata-rata kemampuan siswa pada subaspek diksi pada siklus II mampu mencapai 72,82%. Pada subaspek ini, sudah ada siswa yang mampu memperoleh skor 5 (sangat baik), meski hanya dua siswa, yaitu DD dan DSM. Sebagian besar siswa, yakni sebanyak 21 siswa, memperoleh skor 4 (baik) pada subaspek diksi, sedangkan 16 siswa lain memperoleh skor 3 (cukup). Pada siklus II, tidak ada siswa yang memperoleh skor 1 (sangat kurang) maupun 2 (kurang) pada subaspek ini. Diksi yang digunakan siswa dalam menulis karangan deskripsi pada siklus II sudah cukup bervariasi. Perbendaharaan kata yang digunakan siswa cukup luas sehingga siswa jarang menggunakan diksi yang monoton dan beulang-ulang. Selain itu, penggunaan diksi siswa juga sudah tepat sehingga tidak mengganggu pemahaman makna. Berikut kutipan karangan siswa yang menunjukkan kemampuan siswa pada aspek diksi.
Di bawah langit biru yang luas menyelimuti alam raya tampak nyiur hijau melambai-lambai seolah mengajak siapa saja untuk mendekat menikmati pesona pantai. Hamparan pasir putih bak ladang kapas menyambut kedatangan kita. Semakin dekat kita menitihkan langkah, akan tampak rumputrumput hijau yang bergoyang mengikuti tiupan angin. Barisan batu karang yang terjal mengelilingi pohon kelapa menjadi tempat yang nyaman untuk menatap luasnya samudra yang seolah tak berujung. Sejauh mata memandang tampak air laut yang biru dan berkilau. .... (karangan berjudul Pantai Sejuta Kenangan milik DSM)

Dari kutipan karangan di atas, tampak bahwa perbendaharaan kata DSM sangat luas. Diksi yang digunakan dalam karangan DSM sangat bervariasi dan jarang terjadi pengulangan kata. Selain itu, diksi pada karangan DSM juga digunakan secara tepat sehingga tidak mengaburkan makna. 4.3.2.3.3 Kemampuan pada Subaspek Ejaan Pada subaspek ejaan pada siklus II, rata-rata kemampuan siswa mencapai 82,56%. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II, kemampuan siswa dalam menyusun karangan deskripsi dengan ejaan yang sesuai dengan EYD sangat baik. Sebagian besar siswa memperoleh skor 4 (baik) pada subaspek ini, yakni sebanyak 32 siswa. Tidak ada satupun siswa yang memperoleh skor 1 (sangat kurang) maupun skor 2 (kurang). Bahkan, siswa yang memperoleh skor 3 (cukup) hanya satu siswa, yakni AAS, sedangkan enam siswa yang lain mampu meperoleh skor 5 (sangat baik). Enam siswa tersebut antara lain AFM, AS, CDS, DEW, FL, dan YLH. Pada siklus II, kesalahan siswa yang sering ditemukan pada subaspek ejaan pada siklus I sudah jarang ditemukan. Bahkan, dalam setiap karangan deskripsi siswa, sedikit sekali ditemukan kesalahan penggunaan ejaan. Pada siklus II, rata-rata siswa sudah mampu menuliskan kata, kata depan, dan imbuhan, serta menggunakan huruf kapital dan tanda baca yang sesuai dengan EYD dalam karangan deskripsinya. Rata-rata siswa juga sudah mampu membedakan penulisan kata depan dengan awalan. Berikut kutipan karangan siswa yang menunjukkan kemampuan siswa pada subaspek ejaan, terkait dengan penulisan kata, kata depan, imbuhan, serta penggunaan huruf kapital dan tanda baca.

Panorama Alam Pantai

Tampak dari kejahuan langit biru di atas lautan yang luas. Ombak yang menggulung terlihat begitu indah. Pohon-pohon kelapa yang tertiup angin terasa mengisi kesunyian di pantai itu. Hamparan pasir putih dan karang-karang seakan menyejukkan jiwa. Alunan ombak dan hembusan angin yang mengenai dedaunan terasa menghidupkan suasana. Bau bangkai ikan dan rasa asin air laut seakan menjadi hal biasa. Suara burung-burung yang berkicau terdengar menghibur hati. Di bawah hamparan langit biru yang luas terlihat perahu-perahu nelayan sedang mencari ikan. .... (karangan AS) Kutipan karangan di atas menunjukkan bahwa AS mampu menggunakan ejaan dengan tepat. Dalam karangan deskripsi AS tidak ditemukan sama sekali kesalahan penggunaan ejaan. Setiap kata dalam karangannya dituliskan dengan tepat sesuai dengan EYD. Begitu juga dalam penulisan kata ulang, kata depan di, serta penggunaan tanda baca dan huruf kapital, AS tidak lagi mengalami kesulitan. Sebagian besar siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi yang lain juga sudah tidak lagi mengalami kesulitan dalam menggunakan ejaan yang tepat sesuai dengan EYD. Hal ini dapat dilihat dari minimnya kesalahan penggunaan ejaan pada karangan deskripsi siswa yang lain.

BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan paparan data pada Bab IV, pada bab V ini disajikan pembahasan penelitian peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa dengan menggunakan gambar dan imajinasi, yang meliputi (1) temuan proses pembelajaran dan (2) temuan hasil penelitian. 5.1 Temuan Proses Pembelajaran Penelitian peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa dengan menggunakan gambar dan imajinasi merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto, dkk. (2007:11) yang menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru atau peneliti untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil dengan mengubah cara, metode, pendekatan, atau teknik yang berbeda dari biasanya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan gambar dan imajinasi dalam pembelajaran menulis deskripsi untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi dengan tema keindahan alam. Pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi dilaksanakan dengan mengacu pada rencana pembelajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan. Dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi, guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam melaksanakan kegiatan menulis. Kegiatan menulis menjadi milik siswa seutuhnya sehingga siswa menjadi lebih aktif dan tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran, dan mampu menciptakan pemahaman sendiri terhadap kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran.

Proses menulis karangan deskripsi siswa terdiri dari empat tahap, yaitu (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, (3) tahap penyuntingan dan revisi, dan (4) tahap publikasi. Pada tahap prapenulisan, kegiatan siswa difokuskan pada pengumpulan bahan untuk memudahkan siswa dalam mengembangkan ide pada tahap penulisan. Pada tahap penulisan, kegiatan siswa difokuskan pada pengembangan bahan yang telah diperoleh pada tahap prapenulisan. Pada tahap penyuntingan dan revisi, kegiatan siswa difokuskan pada kegiatan penyuntingan dan perbaikan karangan agar karangan awalnya menjadi lebih baik dengan mengacu pada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis karangan deskripsi. Pada tahap publikasi, kegiatan siswa difokuskan pada upaya pemublikasian hasil karangan deskripsi siswa dengan membacakannya di depan kelas dan menempelkannya di dinding kelas agar siswa mengetahui manfaat kegiatan penulisan yang dilaksanakan. Penentuan tahap proses menulis siswa dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat Tompkins (dalam Kurniawan, 2007:3) yang menyajikan lima tahap dalam proses menulis, yakni (1) tahap pramenulis, (2) tahap pembuatan draf, (3) tahap merevisi, (4) tahap menyunting, dan (5) tahap berbagi (sharing) atau publikasi. Sesuai dengan rencana, penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yakni siklus I dan siklus II, dengan empat tahap pada masing-masing siklusnya, mulai dari tahap perencanaan hingga refleksi. Penentuan empat tahap dalam penelitian ini mengacu pada pernyataan Suhardjono (dalam Arikunto, dkk., 2007:74) bahwa penelitian tindakan kelas terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Maka setelah diketahui masalah yang ditemukan dalam studi pendahuluan, penelitian dilanjutkan pada empat tahap berikutnya, yakni (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi atau pengamatan, dan (4) refleksi. Tindakan yang diberikan adalah penggunaan gambar dan imajinasi dalam

pembelajaran menulis deskripsi agar kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi mengalami peningkatan dibandingkan dengan kemampuan sebelum diberi tindakan. Tindakan siklus I dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan pada saat studi pendahuluan, sedangkan tindakan siklus II dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan pada siklus I. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan tindakan, beberapa kelebihan yang ditemukan selama proses pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi adalah sebagai berikut. (1) Pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi tidak hanya berpusat pada guru, tetapi lebih pada proses kreatif siswa untuk menciptakan pemahaman sendiri berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan sehingga siswa lebih memahami dan menguasai kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran. (2) Siswa lebih memahami tentang konsep dan wujud karangan deskripsi. Siswa tidak lagi bingung untuk membedakan antara karangan deskripsi dengan karangan narasi. Hal ini diketahui dari hasil karangan deskripsi seluruh siswa yang sudah tidak mengandung pola pengembangan karangan narasi. (3) Dari proses menulis yang dilaksanakan, siswa dapat memahami tahapan yang perlu dilakukan dalam menghasilkan sebuah karangan agar karangan yang dihasilkan menjadi lebih baik, yakni (1) prapenulisan, (2) penulisan, (3) penyuntingan dan revisi, dan (4) publikasi. (4) Siswa lebih memahami hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis karangan deskripsi, terutama pada aspek isi dan kebahasaan. Siswa sudah mampu mengembangkan karangan deskripsi dengan kesesuaian, kerincian, dan kreativitas imajinasi yang baik. Kemampuan

siswa pada aspek kebahasaan juga baik, baik dalam menyusun kalimat, menggunakan diksi, ataupun ejaan. (5) Siswa sudah mampu mengembangkan imajinasi kelima inderanya ke dalam tabel hasil imajinasi indera sehingga dapat menyusun karangan deskripsi dengan disertai opini atau kesan terhadap objek yang dideskripsikan berdasarkan imajinasi kelima inderanya. Kekurangan yang ditemukan selama proses pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi adalah kelemahan siswa dalam menyusun organisasi yang baik dalam karangan. Rata-rata kemampuan siswa dalam mengorganisasikan karangan paling rendah jika dibandingkan dengan kemampuan pada aspek yang lain. Siswa kurang mampu menyusun gagasan secara runtut dan terkait dalam karangan deskripsinya. Namun, kelemahan siswa dalam mengorganisasikan karangan tidak mempengaruhi ketercapaian keberhasilan mereka dalam menulis karangan deskripsi. Berdasarkan hasil observasi dan refleksi tindakan yang diberikan dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I dan siklus II, peneliti menemukan langkah-langkah pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa. Langkah-langkah pembelajaran yang ditemukan dalam penelitian ini didasarkan pada kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I, dan digabungkan dengan perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus II. Langkah-langkah pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi adalah sebagai berikut. (1) Pendahuluan

(a) Guru membangun pemahaman siswa tentang tulisan deskripsi dan macammacamnya, dengan menyajikan beberapa contoh agar siswa mengetahui macam-macam karangan deskripsi dan dapat membedakan antara karangan deskripsi dengan karangan yang lainnya. (b) Guru menyajikan contoh pengembangan karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi untuk membangun pemahaman siswa terkait langkah-langkah dalam menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. (c) Guru menguatkan pemahaman siswa dengan menjelaskan langkah-langkah dalam menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi mulai dari tahap prapenulisan, penulisan, penyuntingan dan revisi, hingga publikasi, sekaligus manfaat masing-masing langkah. (d) Guru menjelaskan makna masing masing kolom pada tabel hasil imajinasi indera dengan memberikan pertanyaan panduan untuk memudahkan siswa dalam mengisi tabel hasil imajinasi indera. Pertanyaan panduan yang diberikan guru mengacu pada judul kolom pada tabel hasil imajinasi indera yang digunakan dalam menulis karangan deskripsi. (e) Guru menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis karangan deskripsi, baik dari aspek isi, organisasi, maupun kebahasaan agar siswa dapat menulis karangan deskripsi dengan baik. (f) Guru menjelaskan cara menentukan judul dan kriteria judul yang baik dalam karangan. Sebagai latihan, guru memberikan karangan tanpa judul kepada siswa, kemudian siswa diajak untuk menentukan judul dari karangan tersebut, dan

menuliskannya di depan kelas untuk menerima balikan dari guru sesuai dengan syarat penentuan judul yang baik. (2) Inti (a) Guru memberikan tema kepada siswa. Guru membagikan gambar sesuai dengan tema dan tabel hasil imajinasi indera kepada siswa. Pemilihan gambar didasarkan pada lingkungan terdekat siswa. (b) Guru membimbing siswa untuk menentukan judul karangan sesuai dengan topik (objek) dan tujuan penulisan. Judul dapat diperbaiki di akhir penulisan karangan (pada tahap revisi) dengan menyesuaikannya dengan isi karangan. (c) Guru membimbing siswa untuk mengamati gambar dan mengisi tabel hasil imajinasi indera berdasarkan hasil pengamatan terhadap gambar menggunakan kelima indera. (Tahap Prapenulisan) (d) Guru membimbing siswa untuk mengembangkan karangan deskripsi berdasarkan hasil pengisian tabel hasil imajinasi indera dengan memperhatikan syarat penulisan karangan deskripsi yang baik. (Tahap Penulisan) (e) Guru membangun pemahaman siswa terkait hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap penyuntingan dan revisi dengan memberikan contoh karangan yang terdapat banyak kesalahan pada siswa, dan mengajak siswa untuk belajar menyunting dan merevisi karangan tersebut dengan memperhatikan aspek isi, organisasi, dan kebahasaannya.

(f) Guru meminta salah satu siswa untuk membacakan hasil karangannya di depan kelas. Siswa yang lain bersama guru mengomentari karangan deskripsi yang dibacakan siswa di depan kelas, terkait dengan hasil karangan dan cara pembacaannya. (g) Guru membimbing siswa untuk melaksanakan kegiatan penyuntingan dan revisi. Kegiatan penyuntingan dilaksanakan dengan menukarkan hasil karangan siswa dengan siswa lainnya. Setiap siswa mengoreksi dan memberikan komentar terhadap hasil karangan teman, baik dari segi isi, organisasi, maupun kebahasaannya. Setelah setiap karangan dikoreksi dan dikomentari, masing-masing karangan dikembalikan pada pemiliknya, kemudian direvisi berdasarkan koreksi dan komentar atau saran perbaikan dari teman. (Tahap Penyuntingan dan Revisi) (h) Guru juga membimbing siswa untuk melaksanakan kegiatan publikasi dengan membacakan hasil karangan deskripsinya di depan kelas dan menempelkannya di dinding atau di mading kelas. (Tahap Publikasi) (3) Penutup (a) Guru bersama siswa melakukan refleksi proses pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. (b) Guru membimbing siswa untuk mengingat dan menyimpulkan keseluruhan materi dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. (c) Guru menanyakan kepada siswa tentang kesulitan yang mereka alami dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi yang telah dilaksanakan. 5.2 Temuan Hasil Penelitian

Kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi diukur dari pencapaian nilai siswa berdasarkan standar keberhasilan yang telah ditetapkan. Siswa dikatakan berhasil atau mampu menulis karangan deskrispsi apabila rata-rata nilai yang diperoleh siswa dapat mencapai standar keberhasilan yang ditetapkan. Pedoman tingkat keberhasilan siswa disusun oleh peneliti bersama guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan mengacu pada rujukan yang ada, dan disesuaikan dengan standar ketuntasan minimal (SKM) mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Berikut pedoman tingkat keberhasilan yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Tabel 5.1 Pedoman Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi
Pencapaian (%) Kualifikasi Angka Kategori Nilai Huruf Tingkat Keberhasilan

80100 6579 5664 4055 2039

5 4 3 2 1

A B C D E

Baik Sekali Baik Cukup Kurang Gagal

Berhasil Berhasil Tidak berhasil Tidak berhasil Tidak berhasil

(Sumber: diadaptasi dari Arikunto, 2003:245)

Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap karangan deskripsi siswa, rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan setelah diberi tindakan dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Jika pada tahap pretes (sebelum diberi tindakan) rata-rata kemampuan awal siswa dalam

menulis karangan deskripsi hanya mencapai 45,79%, rata-rata kemampuan siswa setelah diberi tindakan siklus I mampu mencapai 64,40%. Itu berarti bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi mengalami peningkatan sebesar 18,61% setelah diberi tindakan siklus I. Namun, meski sudah mengalami peningkatan, rata-rata kemampuan siswa pada siklus I masih belum mampu mencapai standar keberhasilan yang ditetapkan, seperti halnya rata-rata kemampuan siswa pada tahap pretes. Permasalahan yang dihadapi pada siklus I terletak pada kelemahan siswa dalam membuat organisasi yang baik, menyusun kalimat, dan menggunakan diksi dalam karangan deskripsinya. Oleh karena itu, diupayakan perbaikan tindakan pada siklus II untuk mengatasi permasalahan pada siklus I, yakni dengan pemilihan gambar pantai, pengubahan tabel hasil imajinasi indera, penggunaan bagan untuk memberikan penjelasan tentang langkah-langkah dalam menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi, dan pemberian pertanyaan panduan untuk memudahkan siswa dalam mengisi tabel hasil imajinasi indera. Siswa juga diberikan tambahan materi terkait dengan perumusan judul, penyusunan kalimat, dan penyusunan organisasi dalam karangan. Dengan perbaikan tindakan yang diberikan, rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 14,06% sehingga mencapai 78,46%. Peningkatan kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut. Tabel 5.2 Perbandingan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Sebelum dan Setelah Diberi Tindakan Siklus I dan Siklus II
Hasil Evaluasi Pretes Persentase (%) Siklus I Siklus II

Rata-rata Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Siswa dalam Satu Kelas

45,79

64,40

78,46

Berdasarkan hasil penilaian karangan deskripsi siswa, pada tahap pretes, hanya 5,13% siswa dari jumlah siswa keseluruhan yang berhasil mencapai standar keberhasilan yang ditetapkan, yakni 65%. Pada tahap pretes, tidak ada siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi A (baik sekali). Siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi B (baik) hanya dua siswa. Namun setelah diberi tindakan dengan menggunakan gambar dan imajinasi, jumlah siswa yang berhasil dalam menulis karangan deskripsi pada siklus I sudah mengalami peningkatan yang cukup tinggi, yakni sebesar 41,02%. Dari jumlah siswa keseluruhan, 46,15% siswa sudah mampu mencapai standar keberhasilan yang ditetapkan. Pada siklus I, 143 sudah ada siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi A (baik sekali), meski hanya satu siswa. Siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi B ( baik) pada siklus I sebanyak 17 siswa. Peningkatan yang sangat pesat terjadi setelah dilaksanakannya tindakan siklus II, yakni sebesar 53,85% . Pada siklus II, 100% siswa dari jumlah siswa keseluruhan mampu mencapai standar keberhasilan yang ditetapkan. Siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi A (baik sekali) pada siklus II adalah 19 siswa, sedangkan siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi B (baik) sebanyak 20 siswa. Penilaian yang dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi dilihat dari tiga aspek, yakni (1) aspek isi yang meliputi subaspek kesesuaian, kerincian, dan kreativitas imajinasi, (2) aspek organisasi; dan (3) aspek kebahasaan yang meliputi subaspek kalimat, diksi, dan ejaan. Pedoman penilaian ini mengacu pada panduan

penyekoran atau penilaian karangan menurut Basuki (1997, 3839), yang menunjukkan bahwa komponen yang dinilai dalam karangan di antaranya pengembangan topik, organisasi, tata bahasa, kosa kata, dan ejaan dan tanda baca, yang sudah diadaptasi oleh peneliti. Dari hasil penilaian karangan deskripsi siswa, dapat diketahui adanya peningkatan ratarata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada setiap aspek, setelah diberi tindakan dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I dan siklus II. Peningkatan rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa pada setiap aspek adalah sebagai berikut.

1) Peningkatan pada Aspek Isi Kemampuan menulis karangan deskripsi siswa pada aspek isi dilihat dari tiga subaspek, yakni subaspek (1) kesesuaian, (2) kerincian, dan (3) kreativitas imajinasi. Dari ketiga subaspek pada aspek isi, kemampuan siswa meningkat pada setiap subaspeknya, setelah menggunakan gambar dan imajinasi. Peningkatan rata-rata kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi pada aspek isi dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3 Perbandingan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Aspek Isi Sebelum dan Setelah Diberi Tindakan Siklus I dan Siklus II
Aspek Subaspek Rata-Rata Kemampuan Siswa (%) Pretes Siklus I Siklus II

Isi

Kesesuaian Kerincian Kreativitas Imajinasi

44,62 58,46 40

65,64 71,79 74,87

83,08 82,05 84,62

Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek kesesuaian mengalami peningkatan setelah menggunakan gambar dan imajinasi. Pada tahap pretes, rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa pada subaspek kesesuaian hanya mencapai 44,62%. Setelah diberi tindakan dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I, kemampuan siswa pada subaspek kesesuaian mengalami peningkatan sebesar 21,02% sehingga mampu mencapai 65,64%. Rata-rata kemampuan siswa pada subaspek kesesuaian kembali mengalami peningkatan dari siklus I, setelah diberi tindakan pada siklus II. Pada siklus II, kemampuan siswa pada subaspek kesesuaian mengalami peningkatan sebesar 17,44% dari siklus I sehingga mampu mencapai 83,08%. Jadi, rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek kesesuaian mengalami peningkatan sebesar 38,46% setelah menggunakan gambar dan imajinasi. Kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek kerincian juga mengalami peningkatan setelah menggunakan gambar dan imajinasi. Pada tahap pretes, kemampuan siswa pada subaspek kerincian hanya mencapai 58,46%. Setelah diberi tindakan dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I, kemampuan siswa pada subaspek kerincian mengalami peningkatan

sebesar 13,33% sehingga mampu mencapai 71,79%. Rata-rata kemampuan siswa pada subaspek kerincian juga mengalami peningkatan dari siklus I, setelah diberi tindakan pada siklus II. Pada siklus II, kemampuan siswa pada subaspek kerincian mengalami peningkatan sebesar 10,26% dari siklus I sehingga mampu mencapai 82,05%. Jadi, rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek kerincian mengalami peningkatan sebesar 23,59% setelah menggunakan gambar dan imajinasi. Pada aspek isi, rata-rata kemampuan siswa pada subaspek kreativitas imajinasi mengalami peningkatan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan peningkatan kemampuan siswa pada subaspek kesesuaian dan kerincian. Rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek kreativitas imajinasi 2) Peningkatan pada Aspek Organisasi Kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi pada aspek organisasi juga mengalami peningkatan setelah menggunakan gambar dan imajinasi. Peningkatan rata-rata kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi pada aspek organisasi dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut. mengalami peningkatan sebesar 44,62% setelah menggunakan gambar dan imajinasi. Pada tahap pretes, kemampuan siswa pada subaspek kreativitas imajinasi hanya mencapai 40%. Namun setelah diberi tindakan dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I, kemampuan siswa pada subaspek kreativitas imajinasi mengalami peningkatan sebesar 34,87% sehingga mampu mencapai 74,87%. Seperti

halnya pada subaspek kesesuaian dan kerincian, rata-rata kemampuan siswa pada subaspek kreativitas imajinasi juga mengalami peningkatan dari siklus I, setelah diberi tindakan pada siklus II. Pada siklus II, kemampuan siswa pada subaspek kreativitas imajinasi mengalami peningkatan sebesar 9,75% dari siklus I sehingga mampu mencapai 84,62%. Tabel 5.4 Perbandingan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Aspek Organisasi Sebelum dan Setelah Diberi Tindakan Siklus I dan Siklus II
Aspek Subaspek Rata-Rata Kemampuan Siswa (%) Pretes Organisasi Organisasi 50,77 Siklus I 55,90 Siklus II 66,15

Berdasarkan tabel 5.4, diketahui bahwa kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek organisasi mengalami peningkatan setelah menggunakan gambar dan imajinasi, baik pada siklus I maupun siklus II. Pada tahap pretes, kemampuan siswa pada subaspek organisasi hanya mencapai 50,77%. Setelah diberi tindakan dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I, kemampuan siswa pada subaspek organisasi mengalami peningkatan sebesar 5,13% sehingga mampu mencapai 55,90%. Rata-rata kemampuan siswa pada subaspek organisasi juga mengalami peningkatan dari siklus I, setelah diberi tindakan pada siklus II. Pada siklus II, kemampuan siswa pada subaspek organisasi mengalami peningkatan sebesar 10,25% dari siklus I sehingga mampu mencapai 66,15%. Jadi, pada aspek organisasi, rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan sebesar 15,38% setelah menggunakan gambar dan imajinasi. 3) Peningkatan pada Aspek Kebahasaan

Kemampuan menulis karangan deskripsi siswa pada aspek kebahasaan dilihat dari tiga subaspek, yakni subaspek (1) kalimat, (2) diksi, dan (3) ejaan. Seperti halnya pada aspek isi, dari ketiga subaspek pada aspek kebahasaan, kemampuan siswa juga meningkat pada setiap subaspeknya, setelah menggunakan gambar dan imajinasi. Peningkatan rata-rata kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi pada aspek kebahasaan dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut. Tabel 5.5 Perbandingan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Aspek Kebahasaan Sebelum dan Setelah Diberi Tindakan Siklus I dan Siklus II
Aspek Subaspek Rata-Rata Kemampuan Siswa (%) Pretes Kebahasaan Kalimat Diksi Ejaan 46,67 37,44 42,56 Siklus I 57,95 58,97 65,64 Siklus II 77,95 72,82 82,56

Berdasarkan tabel 5.5, diketahui bahwa kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek kalimat mengalami peningkatan setelah menggunakan gambar dan imajinasi. Pada tahap pretes, rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa pada subaspek kalimat hanya mencapai 44,67%. Setelah diberi tindakan dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I, kemampuan siswa pada subaspek kesesuaian mengalami peningkatan sebesar 13,28% sehingga mampu mencapai 57,95%. Rata-rata kemampuan siswa pada subaspek kalimat kembali mengalami peningkatan dari siklus I, setelah diberi tindakan pada siklus II. Pada siklus II, kemampuan siswa

pada subaspek kalimat mengalami peningkatan sebesar 20% dari siklus I sehingga mampu mencapai 77,95%. Jadi, rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek kalimat mengalami peningkatan sebesar 31,28% setelah menggunakan gambar dan imajinasi. Kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek diksi juga mengalami peningkatan setelah menggunakan gambar dan imajinasi. Pada tahap pretes, kemampuan siswa pada subaspek diksi hanya mencapai 37,44%. Setelah diberi tindakan dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I, kemampuan siswa pada subaspek diksi mengalami peningkatan sebesar 21,53% sehingga mampu mencapai 58,97%. Rata-rata kemampuan siswa pada subaspek diksi juga mengalami peningkatan dari siklus I, setelah diberi tindakan pada siklus II. Pada siklus II, kemampuan siswa pada subaspek diksi mengalami peningkatan sebesar 13,85% dari siklus I sehingga mampu mencapai 72,82%. Jadi, rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek diksi mengalami peningkatan sebesar 35,38% setelah menggunakan gambar dan imajinasi. Seperti halnya pada subaspek kalimat dan diksi, rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek ejaan juga mengalami peningkatan setelah menggunakan gambar dan imajinasi. Pada tahap pretes, kemampuan siswa pada subaspek ejaan hanya mencapai 42,56%. Namun setelah diberi tindakan dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I, kemampuan siswa pada subaspek ejaan mengalami peningkatan sebesar 23,08% sehingga mampu mencapai 65,64%. Rata-rata kemampuan siswa pada subaspek ejaan juga mengalami peningkatan dari siklus I,

setelah diberi tindakan pada siklus II. Pada siklus II, kemampuan siswa pada subaspek ejaan mengalami peningkatan sebesar 16,92% dari siklus I sehingga mampu mencapai 82,56%. Peningkatan pada subaspek ejaan merupakan peningkatan yang paling besar pada aspek kebahasaan, jika dibandingkan dengan subaspek kalimat dan diksi. Setelah menggunakan gambar dan imajinasi, kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek ejaan mampu mengalami peningkatan sebesar 40%. Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan gambar dan imajinasi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi pada setiap aspek, yakni aspek isi, organisasi, dan kebahasaan. Hasil penilaian karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan setelah menggunakan gambar dan imajinasi dalam pembelajaran menulis deskripsi pada siklus I maupun siklus II. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Nurhaeni (1997:17) yang menyatakan bahwa gambar merupakan suatu media untuk merangsang kebutuhan yang tinggi terhadap pengungkapan suatu masalah dengan kemampuan bahasa yang terbatas. Dengan menggunakan gambar, siswa dapat lebih mudah dalam menemukan ide atau bahan tulisan sehingga tidak mengalami kesulitan dalam mengembangkan karangan deskripsi. Selain gambar, imajinasi juga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Penggunaan imajinasi sesuai dengan tujuan penulisan karangan deskripsi dalam penelitian ini, yakni berusaha menciptakan penghayatan terhadap objek melalui imajinasi pembaca (Gunawan, 1997:13). Penggunaan imajinasi dalam proses menulis karangan deskripsi dapat memperkaya ide sehingga siswa mampu mengembangkan karangan deskripsi yang lebih hidup dan dapat diimajinasikan dengan kelima indera. Dengan imajinasi, siswa menjadi lebih kreatif

dalam mengembangkan karangan deskripsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Ricoeur (dalam Tedjoworo, 2001:55) yang menyatakan bahwa imajinasi mendorong kreativitas dalam bahasa. Menurut Ricoeur, hanya bahasa yang berimajinasilah yang sanggup memperkaya realitas, dan mendekatkan pengetahuan pada kekayaan realitas itu sendiri. Juga pendapat DePorter & Hernacki (2002:191) yang menyatakan bahwa dengan imajinasi, dengan teknik mengubah bukan memberitahukan (Show Not Tell), dapat mengubah kalimat-kalimat kering menjadi deskripsi yang menakjubkan.

BAB VI PENUTUP Pada Bab VI ini dipaparkan simpulan dan saran yang berhubungan dengan penelitian peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa dengan menggunakan gambar dan imajinasi. 6.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dipaparkan pada Bab IV dan dibahas pada Bab V, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan gambar dan imajinasi, dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Setelah diberi tindakan dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I, rata-rata kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi mengalami peningkatan sebesar 18,61% dari tahap pretes yang hanya mencapai 45,79% sehingga pada siklus I mampu mencapai 64,40%. Pada siklus II, rata-rata kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi mengalami peningkatan sebesar 14,06% dari siklus I sehingga mampu mencapai 78,46%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi mengalami peningkatan sebesar 32,67% dan mampu mencapai standar ketuntasan minimal yang disyaratkan, setelah menggunakan gambar dan imajinasi.

Peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi setelah menggunakan gambar dan imajinasi juga dapat dilihat pada setiap aspeknya, dengan simpulan sebagai berikut.

(1) Kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada aspek isi mengalami peningkatan setelah menggunakan gambar dan imajinasi, dengan peningkatan sebesar 38,46% pada subaspek kesesuaian, 23,59% pada subaspek kerincian, dan 44,62% pada subaspek kreativitas imajinasi. (2) Kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada aspek organisasi mengalami peningkatan setelah menggunakan gambar dan imajinasi, dengan peningkatan sebesar 15,38%. (3) Kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada aspek kebahasaan mengalami peningkatan setelah menggunakan gambar dan imajinasi, dengan peningkatan sebesar 31,28% pada subaspek kalimat, 35,38% pada subaspek diksi, dan 40% pada subaspek ejaan. 6.2 Saran Berdasarkan simpulan di atas, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan peneliti selanjutnya disarankan sebagai berikut. 1) Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia disarankan untuk menggunakan gambar dan imajinasi dalam pembelajaran menulis deskripsi, karena berdasarkan hasil penelitian, kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi mengalami peningkatan dan mampu mencapai standar ketuntasan minimal 65% setelah menggunakan gambar dan imajinasi. 2) Berdasarkan studi pendahuluan, ditemukan bahwa guru Bahasa Indonesia hanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran dan langsung memberikan tugas menulis kepada siswa. Oleh karena itu, guru Bahasa Indonesia disarankan untuk menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa untuk

melaksanakan aktivitas belajar dan menciptakan pemahaman sendiri terhadap kompetensi yang akan dicapai, sebagaimana langkah-langkah pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. 3) Guru Bahasa Indonesia disarankan untuk membimbing siswa melakukan tahapantahapan dalam menghasilkan sebuah karangan dalam setiap pembelajaran menulis, sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah dilaksanakan siswa dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi, yakni tahap prapenulisan, penulisan, penyuntingan dan revisi, dan publikasi. 4) Peneliti lanjutan disarankan untuk melaksanakan penelitian dengan menggunakan gambar dan imajinasi untuk meningkatkan kemampuan siswa pada keterampilan menulis yang lain.

DAFTAR RUJUKAN Ahmadi, M., dkk. 1980/1981. Komposisi Bahasa Indonesia. Malang: P3T IKIP Malang. Ahmadi, Mukhsin. 1995. Wacana Bahasa Indonesia. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Akhadiah, S., Arsjad, M.G. & Ridwan, S.H. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Alyunusia, Rohmah. 2003. Penggunaan Media Gambar dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas I MTs YKUI Maskumambang Dukun-Gresik Tahun Pelajaran 2002/2003. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S., Suhardjono & Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. 2002. Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Basuki, Imam Agus. 1997. Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang: Depdiknas Universitas Negeri Malang.

BSNP. 2006. Standar Isi (Keputusan Menteri No. 22, 23, 24 Tahun 2006) Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: BSNP. Dalvi. 2006. Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Agama dengan Menggunakan Metode Belajar Aktif Tipe Kuis Tim Kelas VIB MI Diniyah Puteri Padang Panjang Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2005/2006. Jurnal Guru: Pembelajaran di Sekolah Dasar dan Menengah. 3 (1): 5969. Dawud, dkk. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. DePorter, B. & Hernacki, M. 1992. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Terjemah oleh Alwiyah Abdurrahman. 2002. Bandung: Kaifa. Enre, Fachruddin Ambo. 1988. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Jakarta: Depdikbud. Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi. Gunawan, dkk. 1997. Belajar Mengarang: Dari Narasi hingga Argumentasi. Untuk SMU dan Umum. Jakarta: Erlangga. Hasnun, Anwar. 2006. Pedoman Menulis untuk Siswa SMP dan SMA.Yogyakarta: Andi. Ibrahim, R. & Nana, S.S. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Depdikbud & Rineka Cipta. Jabrohim,dkk. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Junus, Umar. 1983. Dari Peristiwa ke Imajinasi: Wajah Sastra dan Budaya Indonesia. Jakarta: Gramedia. Kadir, Abdul. 2005. Dari KBK ke Inovasi: Menembus Kemandegan Pendidikan Kita. Edukasi: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 2005 (4) :1923. Kurniawan, Khaerudin. 2007. Model Pengajaran Menulis Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing Tingkat Lanjut, (Online),

(Http://Www.Ialf.Edu/Kipbipa/Papers/KhaerudinKurniawan.doc, diakses tanggal 12 November 2007). Madya, Suwarsih. 2007. Penelitian Tindakan Kelas Bagian I (Online). (http://www.ktiguru.org/index.php/ptk/ptk-1, diakses tanggal 12 November 2007). Musbar. 2006. Hubungan Hasil belajar Matematika dengan Penguasaan Kompetensi Gambar Bukaan/Bentangan pada Siswa Kelas II Teknik Pembentukan SMK Karya Padang Panjang. Jurnal Guru: Pembelajaran di Sekolah Dasar dan Menengah. 3 (1): 4958. Nurchasanah & Widodo. 1993. Keterampilan Menulis dan Pengajarannya. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Nurhadi, Yasin, B., & Senduk, A.G. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press. Nurhaeni, Nani. 1997. Fungsi Gambar dalam Pengajaran Bahasa Asing. Sumber Belajar: Kajian Teori dan Aplikasi. 4(4): 1521. Parera, Jos Daniel. 1993. Menulis Tertib dan Sistematik. Jakarta: Erlangga. 157 Rani, A., Arifin, B. & Martutik. 2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing. Setyosari, Punaji. 2001. Rancangan Pembelajaran Teori dan Praktik. Malang: Elang Mas. Sudjana, N. & Rivai, A. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Suhaidi, Mohammad R.B. 2005. Pembelajaran Partisipatif. Edukasi: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 2005 (4): 23.

Susetyo, Budi. 2005. Jenis Alat Pengumpul Data, (Online), (http://www.ditplb.or.id/new/index.php?menu=profile&pro=145, diakses tanggal 12 November 2007). Tedjoworo, H. 2001. Imaji dan Imajinasi: Suatu Telaah Filsafat Postmodern. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI) Wijaya, Citria Nilam Asri Cipto. 2005. Peningkatan Kinerja Siswa Kelas V SDN Taman 02 Bondowoso dalam Pembelajaran Menulis Deskriptif dengan Media Gambar. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo. Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas: untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosda Karya.

You might also like