You are on page 1of 40

MemperkuatSinergiAntaraPusatdanDaerahdanAntardaerah

PENDAHULUAN

Pemecahanmasalahkemiskinan,pengangguran,ketahananpangan,kerusakan infrastruktur dan degradasi lingkungan di daerah, serta percepatan pertumbuhan ekonomi memerlukan suatu manajemen pembangunan yang mengatur koordinasi dan kerjasama yang solid antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Hambatan yang sering muncul dalam penataan manajemen pembangunan menyangkut inkonsistensi kebijakan pusat dan daerah, ketidakselarasan antara perencanaan dan penganggaran, rendahnya transparansi dalam perumusan kebijakan dan program, rendahnya akuntabilitas pemanfaatan sumberdayakeuanganpublik,danbelumoptimalnyapenilaiankinerja. Perumusan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di tingkat pusat perlu mempertimbangkan keragaman kondisi dan dinamika kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan politik daerah. Perumusan kebijakan perlu didasarkan pada pemahaman yang akurat, utuh, lengkap, dan komprehensif tentang wilayah, serta komunikasi,koordinasidankonsultasisecaraterusmenerusdenganparapengambil keputusan dan pelaksana kebijakan di setiap daerah. Hal ini berarti bahwa setiap kementerian/lembaga perlu memperhatikan karakteristik dan permasalahan yang dihadapiolehrakyatdidaerah,mempercepatpembangunanekonomidaerahsecara efektif dan berkelanjutan, memberdayakan pelaku dan potensi daerah, serta memperhatikan penataan ruang, baik fisik maupun sosial sehingga terjadi pemerataanpertumbuhanekonomiantaraderah. Sejalandenganpelaksanaanotonomidaerah,pemerintahdaerahmempunyai kewenangan untuk merumuskan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuaidenganpermasalahanyangterjadididaerah.Disisilain,perumusankebijakan, programdankegiatanpembangunandidaerahperlumempertimbangkantujuandan sasaran pembangunan nasional. Dengan kata lain, setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) perlu mempertimbangkan berbagai prioritas program dan kegiatan kementerian/lembagadalammencapaitujuandansasaranpembangunannasional. Secarainternal,besarnyapasardomestikdankeragamanpotensiantarwilayah merupakan potensi yang besar untuk membangun perekonomian yang tangguh. Mengingat keterbatasan sumberdaya nasional, maka harus diperkuat hubungan antara pusat dan daerah melalui sinergi antara pusatdaerah sebagai bagian dari strategi dan kebijakan nasional yang komprehensif. Hubungan pusatdaerah merupakan wujud aktualisasi komitmen bersama seluruh elemen bangsa ketika negaraRepublikIndonesiadidirikan,yaitusuatubangsayangmelekatdanmenyatu dalamtanahtumpahdarah,yakniIndonesia. Dalamtataranyanglebihluas,perluadanyasinergikementerian/lembagadan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dari sisi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan, serta evaluasi berbagai kebijakan, programdankegiatanpembangunanbaikyangdibiayaimelaluiAPBNmaupunAPBD. Dari segi perencanaan, berbagai kebijakan, prorgam dan kegiatan pembangunan

BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

I1

RingkasanEksekutif

RPJMNmenjadiacuanbagikementerian/lembagadalampenyusunanRencanaKerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja (Renja) Kementerian/Lembaga yang bersifat tahunan. RPJMD menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Kerja SKPD yang bersifat tahunan. Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten/Kota, Musrenbang Provinsi dan Musrenbang Nasional menjadi forum untuk melakukan sinergiprogramdankegiatanpemerintahdanpemerintahdaerah.Selainitu,sinergi pusat dan daerah perlu mempertimbangkan penataan ruang dan pertanahan secara tertibdantepatdenganmemperhatikankaidahteknis,ekonomis,kepentinganumum, kualitasdandayadukunglingkungansertakepentinganantargenerasi. Dari segi penganggaran, sinergi pusat dan daerah terutama menyangkut keterpaduan pengalokasian dana dekonsentrasi, dana tugas perbantuan dan dana perimbangan dalam mendukung pelaksanaan kebijakan, prorgam dan kegiatan kementerian/lembaga yang dituangkan dalam RKAKL, dan progam dan kegiatan SKPD dalam RKASKPD. Dari segi pelaksanaan, sinergi pusat dan daerah bertujuan untukmengoptimalkanpengelolaananggarankementerian/lembagadanSKPDdalam mendukung peningkatan pelayanan publik, perbaikan produktivitas, peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi wilayah, dan percepatan pembangunan wilayah dengan memperhatikan berbagai tujuan dan sasaran pembangunan nasional. Dari segi pengendalian dan evaluasi, sinergi pusat dan daerah perlu dilakukan untuk menjamin pelaksanaan kebijakan, prorgam dan kegiatan kementerian/lembaga dan SKPDdapatmendukungpencapaiantujuandansasaranpembangunanyangtertuang dalamRPJMN20102014. Adapun tujuan penyusunan Buku Pegangan 2010 ini, secara spesifik dijabarkanmenjadibeberapapoindibawahini: menguraikan prioritas dan sasaran pokok pembangunan nasional yang merupakan tanggung jawab bersama pemerintah pusat dan daerah serta lintaswilayah; menjelaskanpeluangdantantanganbaikinternalmaupuneksternal; menjelaskan pentingnya membangun sinergi antarsektor, antara pusat dan daerah,danantardaerah; menguraikan kebijakan, mekanisme, dan instrumen yang bisa digunakan untukmembangunsinergi; menginformasikanperkembanganpenyelenggaraanpemerintahandaerah; menjelaskanarahkebijakanpembangunannasional.

Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Tema utama Buku PeganganTahun2010iniadalah:MemperkuatSinergiAntaraPusatdanDaerahdan Antardaerah.

I2

BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

MemperkuatSinergiAntaraPusatdanDaerahdanAntardaerah

PEMBAGIANKEWENANGANPUSATDAERAH
Dalam mengatur dan mengurus sendiri urusannya, pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undangundang ditentukan menjadi urusan PemerintahPusat.PengaturanterkaitpembagianurusaninidiaturdalamPeraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007, dalam PP tersebut membagi urusan pemerintahan menjadi urusan Pemerintah dan urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan atau susunan pemerintahan. Urusan pemerintah mencakup bidang luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter, fiskal nasional, dan agama. Sedangkan urusan yang dibagi bersama antartingkatan atau susunan pemerintahan antara lain: pendidikan; kesehatan; pekerjaan umum; perumahan; penataan ruang; perencanaan pembangunan; perhubungan; lingkungan hidup; pertanahan; kependudukandancatatansipil;pemberdayaanperempuandanperlindungananak; keluarga berencana dan keluarga sejahtera; sosial; ketenagakerjaan dan ketransmigrasian; koperasi dan usaha kecil dan menengah; penanaman modal; kebudayaandanpariwisata;kepemudaandanolahraga;kesatuanbangsadanpolitik dalamnegeri;otonomidaerah,pemerintahanumum,administrasikeuangandaerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian; pemberdayaan masyarakat dan desa;statistik;kearsipan;perpustakaan;komunikasidaninformatika;pertaniandan ketahanan pangan; kehutanan; energi dan sumber daya mineral; kelautan dan perikanan;perdagangan;danperindustrian. Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan atau susunan pemerintahan,dibagimenjadiurusanwajibdanurusanpilihan.Urusanwajibterdiri dari urusan di bidang pendidikan; kesehatan; lingkungan hidup; pekerjaan umum; penataanruang;perencanaanpembangunan;perumahan;kepemudaandanolahraga; penanaman modal; koperasi dan usaha kecil dan menengah; kependudukan dan catatan sipil; ketenagakerjaan; ketahanan pangan; pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; keluarga berencana dan keluarga sejahtera; perhubungan; komunikasidaninformatika;pertanahan;kesatuanbangsadanpolitikdalamnegeri; otonomi daerah; pemerintahan umum; administrasi keuangan daerah; perangkat daerah; kepegawaian dan persandian; pemberdayaan masyarakat dan desa; sosial; kebudayaan; statistik; kearsipan; dan perpustakaan. Sedangkan urusan pilihan meliputidelapanbidangyaitukelautandanperikanan,pertanian,kehutanan,energi dansumberdayamineral,pariwisata,industri,perdagangan,danketransmigrasian. Selanjutnya, berdasarkan peraturan pemerintah ini, pemerintahan daerah diharapkan menyusun peraturan daerah tentang urusan yang telah menjadi kewenangannya. Kemudian, pemerintahan daerah juga diharapkan menyusun kelembagaan atau organisasi perangkat daerah yang sesuai, untuk melaksanakan berbagai urusan yang telah menjadi kewenangan daerah tersebut dengan mempertimbangkanpotensidankemampuantiaptiapdaerah.Dalammelaksanakan urusan pemerintahan baik wajib maupun pilihan, pemerintah daerah berpedoman pada Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) yang telah disusun oleh Kementerian/LembagaPemerintahterkait.Khususpelaksanaanurusanwajib,selain
BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

I3

RingkasanEksekutif

berpedomankepadaNSPKjugaharusberpedomanpadaStandarPelayananMinimal (SPM). Terkait dengan proses pelaksanaan SPM, dengan mengacu pada PP No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM, telah diterbitkan PermendagriNo.6Tahun2007tentangPetunjukTeknisPenyusunandanPenetapan SPM, Permendagri No. 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian SPM, Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 100.0576 Tahun 2007 tentang Pembentukan Tim Konsultasi Penyusunan SPM dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur/Bupati/Walikota tentang Pelaksanaan SPM di daerah. SampaidenganawalMaret2010telahditetapkan6(enam)BidangSPM,yaitu: SPM Bidang Pemerintahan Dalam Negeri, SPM Bidang Kesehatan, SPM Bidang Lingkungan Hidup, SPM Bidang Sosial, SPM Bidang Perumahan Rakyat, serta SPM Bidang Pelayanan Terpadu bagi Saksi dan/atau Korban Tindak Pidana Perdaganan Orang.Dari6(enam)BidangSPMyangtelahditetapkantersebut,diperkirakanbaru 2 (dua) Bidang SPM yang dapat diterapkan pada tahun 2010 karena sudah disusun Analisis Standar Biaya (ASB), yaitu: SPM Bidang Kesehatan dan Bidang Lingkungan Hidup.Selain6(enam)BidangSPM,yangtelahditetapkan,Pemerintahsaat inijuga sedangmenyusun8(delapan)BidangSPMlainnya,yaitu: 1. SPMbidangPendidikan(disusunolehKementerianPendidikanNasional); 2. SPM bidang Kelurga Berencana dan Keluarga Sejahtera (disusun oleh Badan KoordinasiKeluargaBerencanaNasional); 3. SPM bidang Pelayanan Terpadu Bagi Anak dan Perempuan Korban Kekerasan (disusunolehKementerianPemberdayaanPerempuan); 4. SPM bidang Ketenagakerjaan (disusun oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi); 5. SPMbidangPekerjaanUmum(disusunolehBadanKetahananPangan); 6. SPMBidangKetahananPangan(disusunolehBadanKetahananPangan); 7. SPMbidangPerhubungan(disusunolehKementerianPerhubungan); 8. SPMbidangBudaya(disusunolehKementerianBudayadanPariwisata).

I4

BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

MemperkuatSinergiAntaraPusatdanDaerahdanAntardaerah

URUSANBERSAMALINTASSEKTOR

PeningkatanInvestasiSektorRiil
Pemerintah sudah melaksanakan beberapa upaya terkait peningkatan iklim investasidansektorriildiantaranya: (1) KemudahanPelayanan Salahsatubentukkelembagaanpemerintahdaerahyangsedangditingkatkan terkait pelayanan publik adalah Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Pelayanan satu pintu ini diharapkan dapat memberikan pelayanan yang cepat, mudah, transparan, dan akuntabel sehingga dapat mendorong peningkatan penanaman modal di daerah. Sistem pelayanan ini dikembangkan dalam rangka mendorong pertumbuhanekonomimelaluipeningkataninvestasi,sesuaiInstruksiPresidenNo.3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi. Sampai dengan Februari 2010, jumlah Kabupaten/Kota yang telah memiliki PTSP atau One Stop Service (OSS) adalah 341 dari 491 Kabupaten/Kota. Terkait dengan hal tersebut, beberapa wilayah di Indonesia telah melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu dengan berbagai macam bentuk kelembagaan, yaitu kantor, badan dan unit pelayanan. (2) KepastianHukum Terkait dengan upaya pemerintah untuk menciptakan iklim usaha yang kondusifdidaerah,pemerintahpusattelahmelakukanevaluasiterhadapperda perdatentangpungutandaerah(pajakdaerahdanretribusidaerah)danselanjutnya membatalkan/merevisi perdaperda yang dinilai telah menimbulkan biaya ekonomi tinggi bagi peningkatan penanaman modal dan sektor riil di daerah. Upaya review dankajianinibertujuanuntukmensinkronisasikanberbagaiperaturanperundangan yangadadidaerahdenganregulasiPusat. (3) InfoPotensiDaerah Sebagai wujud transparansi publik dalam agenda reformasi birokrasi, Pemerintah tengah mengarahkan pengembangan perolehan akses informasi yang dibutuhkanmasyarakatdankalanganusaha.HalinitercermindalamInpresNomor3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan eGovernment yangmenyebutkanbahwaarahpengembanganegovernmentditujukanuntuk: Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik (web presence). Pembentukanhubunganinteraktifdenganduniausaha(interaction). Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi dengan lembagalembaga negara(transaction). Pembentukansistemmanajemendanproseskerja(transformation). (4) KerjasamaAntardaerah Dalam mengembangkan potensi daerahnya, masingmasing daerah dapat melakukankerjasamadenganberpedomanpadaPP50Tahun2007tentangTataCara
BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

I5

RingkasanEksekutif

Pelaksanaan Kerjasama Daerah. Beberapa prinsip diantara prinsip good governance yang ada dapat dijadikan pedoman dalam melakukan kerjasama antar Pemda yaitu (1)Transparansi;(2)Akuntabilitas;(3)Partisipatif;(4)Efisiensi;(5)Efektivitas;(6) Konsensus;(7)Salingmenguntungkandanmemajukan. (5) KebijakanKetenagakerjaaan Arahkebijakanketenagakerjaanmeliputiupayamendorongterselenggaranya sosialisasiamandemenUndangUndangNo.13Tahun2003tentangKetenagakerjaan, agar dapat berjalan dengan baik. Beberapa hal yang patut mendapat sorotan dalam penyempurnaan UU No. 13/2003 adalah yang berkaitan dengan pengupahan, pesangon, pekerja kontrak serta outsourcing. Dalam rangka mewujudkan suatu perlindungan tenaga kerja, pemerintah harus melakukan berbagai hal, antara lain dengan: (a) menetapkan besarnya pesangon yang harus dibayarkan pemberi kerja, (b) menetapkan batasanbatasan terhadap penggunaan pekerja untuk jangka waktu tertentu(kontrakkerja),dan(c)kegiatanpengalihanpekerjaanmelaluisistemkerja borongan(outsourcing). Urusan ketenagakerjaan adalah salah satu urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota. Karena itu pemerintah daerah perlu menjaga agar kondisi pasar kerjadidaerahnyasemakinbaik.Untukitupemerintahdaerahbersamasamadengan pemerintah pusat perlu menyusun kebijakan bersama dalam rangka menciptakan lapanganpekerjaanbagiparapenganggurdidaerahnya. Kebijakan ketenagakerjaan yang baik akan mendorong penciptaan kesempatan kerja baru dan menurunkan tingkat pengangguran. Untuk mewujudkannya,Pemerintah daerah bersamasama dengan pemerintah pusat perlu melaksanakan: (1) Mensosialisasikan rancangan amandemen UU No. 13/2003 kepada serikat pekerja,asosiasipengusaha,perusahaan,lembagalegislatiftingkatProvinsi, dan Kabupaten/Kota; (2) Meningkatkan kualitas hubungan industrial antara pekerja dan pemberi kerja dalam rangka mendorong pencapaian proses negosiasi bipartite, dengan meningkatkanteknikteknikbernegosiasi; (3) Memperkuatkapasitasorganisasiserikatpekerjadanasosiasipengusaha;dan (4) Memberikan pemahaman dan menyamakan persepsi tentang peraturan/kebijakanketenagakerjaandengancaramelakukandialog;serta (5) Meningkatkan edukasi pekerja dan pengusaha dalam penanganan dan penyelesaianperselisihanhubunganindustrial. Fasilitasidaripemerintahdaerahuntukmendorongkualitashubunganantara pekerjadanpemberikerjayanglebihbaik,dapatmengurangiterjadinyaperselisihan bahkan lebih luas lagi dapat menekan terjadinya pemogokan kerja. Kebijakan ini merupakan salah satu upaya dalam rangka menciptakan kesempatan kerja melalui investasi.

I6

BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

MemperkuatSinergiAntaraPusatdanDaerahdanAntardaerah

PenanggulanganKemiskinan
Kemiskinanmasihmenjadisalahsatumasalahbangsayanggentingdanharus segera diselesaikan disamping permasalahan strategis lainnya dalam lima tahun ke depan. Isu kemiskinan ini sangat erat kaitannya dengan masalah pangan, tingkat pengangguran, pembangunan sosial, dan peningkatan kualitas hidup melalui pencapaian targettarget MDGs. Oleh karenaitu, pemerintah sudah dan masih akan terusmemberikanprioritasterhadapupayapenanggulangankemiskinan. Pemerintah telah menetapkan pengurangan kemiskinan sebagai prioritas utama pembangunan dalam RPJMN 20102014. Oleh karena itu strategi penanggulangan kemiskinan yang diupayakan, dilakukan secara berlapis dan bersinergi, dan dapat dibagi menjadi 3 klaster, yaitu: (i) klaster 1, bantuan dan perlindungan sosial, melalui program ini pemerintah memberikan pemenuhan hak hak dasar, pengurangan biaya hidup, dan perbaikan kualitas hidup pada rumah tangga sasaran dan kelompok rentan lainnya; (ii) klaster 2, pemberdayaan masyarakat, melalui program ini pemerintah mendorong keberdayaan masyarakat terutama masyarakat miskin untuk mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitasnya dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan; dan (iii) Klaster 3, pemberdayaanusahamikrodankecil,melaluiprograminipemerintahmemberikan aksesdanpenguatanekonomibagipelakuusahamikrodankecil. Namun demikian, upaya penanggulangan kemiskinan secara menyeluruh membutuhkan dukungan stabilitas makroekonomi dan perekonomian lokal. Oleh karena itu, stabilitas makroekonomi dan perekonomian lokal perlu dijaga agar pembangunan pro terhadap masyarakat miskin. Pemerintah akan terus meningkatkan koordinasi penanggulangan kemiskinan agar program penanggulangan kemiskinan berjalan lebih efektif dan efisien baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Upaya penanggulangan kemiskinan secara menyeluruh membutuhkandukunganketerlibatansemuapihak: (1) BantuandanPerlindunganSosial Pemerintah telah menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial melalui berbagaisasarandanimplementasiprogram.DalamUUNo.40Tahun2004tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional pemerintah berkewajiban menyediakan jaminan sosial secara menyeluruh dan mengembangkan penyelenggaraan jaminan sosial untuk seluruh lapisan masyarakat. Upaya peningkatan pelayanan kesejahteraan sosialjugadilakukanantaralainmelalui:(i)Mengembalikanfungsifungsipantisosial sebagai tempat pelaksanaan kegiatan pelayanan sosial; (ii) Meningkatkan kapasitas individu dan kelembagaan PMKS sebagai upaya pemberdayaan sosial; (iii) Peningkatan jumlah sasaran untuk program jaminan sosial yang sudah ada khususnya untuk pekerja sektor informal yang saat ini belum dijangkau; (iv) Pelaksanaan sosialisasi dan peningkatan pemahaman secara menyeluruh kepada masyarakatmengenaijaminansosialberbasismasyarakat.

BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

I7

RingkasanEksekutif

(2) ProgramJaminanSosialKesehatanBagiSeluruhPenduduk Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) bagi penduduk miskin telah mampu meningkat cakupannya. Namun demikian, program ini belum sepenuhnya dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat miskin terutama untuk daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan. Strategi yang ditetapkanuntukpengembangansistemjaminankesehatanmasyarakat,antaralain: (1) peningkatan akses dan kualitas pelayanan jaminan kesehatan masyarakat; (2) peningkatan cakupan jaminan kesehatan masyarakat semesta secara bertahap; (3) peningkatan pembiayaan pelayanan kesehatan dasar (esensial) bagi penduduk miskindangolonganrentan(bayi,ibuhamildanlansia). (3) PemberdayaanMasyarakat Upayapenanggulangankemiskinanperludidukungolehpartisipasimasyarakat, karenaPemerintahtidakbisabekerjasendiridalammengatasimasalahkemiskinan. Pemberdayaan masyarakat dapat menguatkan kapasitas dan potensi masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan khususnya upaya pengurangan kemiskinan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mengurangi angka kemiskinan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat adalah dengan melaksanakanProgram Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. PNPM Mandiri difokuskan pada terbangunnya kapasitas dan keberdayaan masyarakat dalam skala komunitas untuk bersamasama memahami penyebab kemiskinan, mencari alternatif solusi dengan skala prioritas, dan melaksanakan kegiatan yang secara nyata berpengaruh besar terhadap peningkatan kesempatan kepada kelompok miskin untuk dapat meningkatkan kesejahteraannya, baik di daerahperkotaanmaupunperdesaan. (4) PemberdayaanKoperasidanUsahaKecilMenengah Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) ditempatkan dalam konteks tidak saja untuk memperbaiki struktur ekonomi dan distribusi pendapatan yang lebih merata dan berkeadilan, terutama yang berkaitan dengan upaya penanggulangan kemiskinan, namun juga untuk mewujudkan pertumbuhanekonomidanpeningkatandayasaing.UpayapenguatansinergiPusat DaerahdiarahkanpadalimafokusprioritaspemberdayaankoperasidanUMKMyaitu (1) peningkatan iklim usaha yang kondusif bagi koperasi dan UMKM, (2) pengembangan produk dan pemasaran bagi koperasi dan UMKM, (3) peningkatan daya saing SDM koperasi dan UMKM, (4) penguatan kelembagaan koperasi, dan (5) peningkatan akses usaha mikro dan kecil kepada sumber daya produktif. Sinergitas dalamupayapeningkataniklimusahayangkondusifbagikoperasidanUMKMdapat diarahkan untuk menghapus peraturanperaturan sektoral dan daerah yang menghambat atau merugikan UMKM, dan memfasilitasi usaha mikro dan kecil yang memulaiusaha,termasukmelindungimerekadaripersainganusahayangtidaksehat. Sementara itu, sinergi yang dapat dibangun dalam rangka mengembangkan produkdanpemasaranbagikoperasidanUMKMdapatdifokuskanpadapembinaan UMKM berbasis produk unggulan, inovasi dan berorientasi ekspor, yang disertai
BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

I8

MemperkuatSinergiAntaraPusatdanDaerahdanAntardaerah

denganpengembangankemitraandanpembimbingandanpelatihankepadalembaga pendukung usaha. Upayaupaya sinergi juga dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan daya saing SDM koperasi dan UMKM melalui penguatan kompetensi pelaku usaha dan jiwa wirausaha, yang disertai dengan revitalisasi lembaga pendidikandanpelatihankoperasidanUMKM,danpengoptimalanlayananinkubator bisnis.Upayalainnyayaitudenganmeningkatkanaksesusahamikrodankecilkepada sumber daya produktif, terutama akses pada sumber permodalan, teknologi dan pasar. Upaya perkuatan kelembagaan koperasi juga membutuhkan adanya sinergi antara Pemerintah PusatDaerah mengingat pemasyarakatan praktik berkoperasi yang benar yang disertai dengan contohcontoh koperasi yang sukses perlu terus dilakukan dengan melibatkan seluruh aparat pembina di tingkat pusat dan daerah. Gerakankoperasijugaperludidoronguntukmeningkatkankemandiriannyasehingga dapatmelengkapiupayaupayayangdilakukanolehPemerintah.Secarakeseluruhan, hasil yang dapat diharapkan dari penguatan sinergi Pemerintah PusatDaerah dan AntardaerahdalampemberdayaankoperasidanUMKMyaituterwujudnyaperbaikan iklim usaha dan sistem pendukung usaha yang memungkinkan berkembangnya kesempatanusahadanproduktivitaskoperasidanUMKM.

KetahananPangandanPerbaikanGiziMasyarakat
Mengacu kepada Undangundang Nomor 1 Tahun 1996 tentang Pangan, ketahanan pangan dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi ketersediaan dan konsumsipanganyangcukup,aman,bermutu,danbergiziseimbanghinggaketingkat rumah tangga. Dengan demikian, ketahanan pangan pada level nasional dan daerah hanya dapat diwujudkan apabila ketiga komponen mampu dipenuhi, yaitu ketersediaan, distribusi dan aksesibilitas, serta konsumsi. Sementara pada level rumah tangga maupun individu, kualitas dan kuantitas konsumsi menjadi prasyarat utamadalammendukungmewujudkanketahananpangannasionaldanwilayah. Ketersediaan pangan pada suatu daerah dapat dipenuhi dari dua cara, yaitu produksibahanpangandandenganmendatangkanpangandaridaerahluar(impor). Namun demikian, bagi daerah yang berpotensi memproduksi bahan pangan, tentu menjadikanimporsebagaialternatifterakhirdalammemenuhiketersediaanpangan di daerahnya. Khusus untuk daerah sentra produksi pangan, upaya untuk menjaga tingkatproduksipadatingkatoptimalmerupakantantangantersendiriagarproduksi pangandapatterusberlanjut. Selanjutnya, distribusi pangan yang merata serta dapat terjangkau oleh masyarakat merupakan kondisi yang harus dipenuhi dalam menyediakan pangan bagi masyarakat/konsumen. Untuk memenuhi kondisi tersebut, maka harus ditunjangdenganpenyediaaninfrastrukturtransportasidantataniagapanganyang baik.Sementaraitu,tingkatdayabelimasyarakatdanpemahamanakanpolapangan sehat menjadi faktor yang sangat menentukan tingkat konsumsi yang cukup, aman, bermutu,danbergiziseimbang.

BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

I9

RingkasanEksekutif

(1) KetahananPangan Penekanan komponen pertama dalam ketahanan pangan adalah ketersediaan, dan bukan kepada produksi. Hal ini memberikan pengertian bahwa dalam suatu wilayah, baik nasional maupun daerah, tetap harus memperhatikan ketersediaan pangan termasuk bagi daerah yang secara comparative advantagesnya bukan produsen bahan pangan. Komponen kedua adalah distribusi dan aksesibilitas. Distribusi dapat dilihat dari dua hal, yaitu: (i) distribusi antar waktu yang menunjukkan kondisi pergerakan harga dalam periode waktu, serta (ii) distribusi antar wilayah yang menunjukkan persebaran produk pada berbagai daerah. Sementaradarisisiwilayah,kondisigeografissuatudaerahakansangatmenentukan kelancaran distribusi pangan ke daerah. Bahkan untuk beberapa daerah, apabila kondisi iklim tidak baik akan sangat mempengaruhi distribusi, seperti daerah kepulauan dan pegunungan. Dalam menghadapi tantangan geografis tersebut, maka keberadaan infrastruktur akan sangat mendukung kelancaran distribusi pangan. Selanjutnya,aksesibilitasmasyarakatmenunjukkantingkatkemampuanmasyarakat dalam memperoleh pangan. Aksesibilitas juga sangat dipengaruhi dengan kondisi fisikwilayah(aksesfisik)dandayabelimasyarakat(aksesnonfisik). (2) KebijakanPerbaikanGiziMasyarakat Dalam penanganan masalah gizi, beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain, adalah masih tingginya angka kemiskinan; rendahnya kesehatan lingkungan; belum optimalnya kerjasama lintas sektor dan lintas program; melemahnya partisipasi masyarakat; terbatasnya aksesibilitas pangan pada tingkat keluarga terutamapadakeluargamiskin;tingginyapenyakitinfeksi;belummemadainyapola asuh ibu; dan rendahnya akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan dasar. Penanganan masalah gizi memerlukan upaya komprehensif dan terkoordinasi, dari mulai proses produksi pangan, pengolahan, distribusi, hingga konsumsi yang cukup nilai gizinya dan aman dikonsumsi. Oleh karena itu, kerjasama lintas bidang dan lintas program terutama pertanian, perdagangan, perindustrian, transportasi, pendidikan, agama, kependudukan, perlindungan anak, ekonomi, kesehatan, pengawasan pangan dan budaya sangat penting dalam rangka sinkronisasi dan integrasikebijakanperbaikanstatusgizimasyarakat.

PembangunanKawasan
PembangunanKawasanPerbatasan Pengelolaan batas wilayah dan pengembangan kawasan perbatasan juga memerlukan kerjasama yang erat antara Pemerintah, Pemerintah provinsi, dan pemerintah Kabupaten/Kota terkait. Saat ini pemerintah telah memiliki dasar pengaturantentangpembagiankewenanganantarapemerintahpusat,provinsidan kabupaten/kota dalam pengelolaan batas wilayah dan pengembangan kawasan perbatasan yang dirumuskan dalam UU No 43/2008 tentang Wilayah Negara. Berdasarkan tabel dibawah ini, terlihat bahwa pengelolana batas wilayah dan pengembangankawasanperbatasanmerupakanurusanbersama,bukansematamata

BUKUPEGANGAN2010
I10 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

MemperkuatSinergiAntaraPusatdanDaerahdanAntardaerah

menjadi kewenangan Pemerintah, namun juga menjadi kewenangan Pemerintah ProvinsidanPemerintahKabupaten/Kotaterkait. Disamping pentingnya keterpaduan antar sektor dan antar pusatdaerah, persoalanpersoalan di kawasan perbatasan yang berjuga perlu ditangani melalui kerjasama antar wilayah. Hal ini disebabkan isuisu yang terjadi di kawasan perbatasan bersifat lintas administrasi wilayah, termasuk lintas negara. Dengan demikiankerjasamayangperludilakukanbukanhanyakerjasamaantarpemerintah daerah, namun juga kerjasama antara pemerintah daerah dengan pemerintahan di bagianwilayahnegaratetangga.Beberapahalyangmemerlukankerjasamadengan negara tetangga misalnya pengawasan dan penanganan kebakaran hutan, penanggulangan penyakit menular, promosi pariwisata, pembangunan PLB/CIQS, pencegahan penyelundupan, transportasi antar wilayah, dan sebagainya. Sebagai contoh forum kerjasama antara wilayah perbatasan dengan Negara tetangga yang telah berjalan saat ini adalah forum kerjasama Sosial Ekonomi Malaysia Indonesia (Sosek Malindo) antara Provinsi Kalbar, Kaltim, Riau, dan Kepulauan Riau dengan NegaraBagianSabahSarawak(Malaysia). Untuk menciptakan kondisi keamanan dan ketertiban di wilayah perbatasan dan pulaupulau kecil terluar berpenghuni, Polri secara rutin terus melakukan pembinaan keamanan dan ketertiban. Kawasan perbatasan dan pulaupulau kecil terluarberpenghuni,relatifrawanterhadapaktivitasillegalyangmelintasperbatasan baikyangdilakukanolehwarganegaraIndonesiamaupunolehwarganegaraasing. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan pelaksanaan tugas dan fungsi kepolisian di kawasan perbatasan, dalam tahun 2010 Polri melalui Program Peningkatan Sarana dan Prasana Kepolisian melaksanakan pengadaan materiil dan sarana prasarana perbatasan, diantaranya meliputi sarana komunikasi, sarana transportasidaratdanlaut,sertasaranamarkasPolsekdanPospol. KebijakanPembangunanPerkotaandanPerdesaan Arah kebijakan pembangunan perkotaan pada 20102014 adalah mengembangkan kota sebagai suatu kesatuan kawasan/wilayah, yaitu kota sebagai pendorong pertumbuhan nasional dan regional serta kota sebagai tempat tinggal yang berorientasi pada kebutuhan penduduk kota. Prinsip pembangunan perkotaan adalah mewujudkan: (a) kota yang nyaman/layak huni, yaitu kota yang dapat memenuhi kebutuhan warganya akan kenyamanan hidup, fisik, sosial budaya dan lingkungan; (b) kota yang berkelanjutan, yaitu kota yang dapat mengantisipasi perubahan iklim dan bencana alam serta memenuhi keperluan hidup manusia kini dengan tanpa mengabaikan keperluan hidup manusia masa datang; (c) kota yang berkeadilan, yaitu kota yang menyediakan ruang hidup dan usaha bagi seluruh golongan masyarakat; serta (d) kota sebagai pendorong pertumbuhan yang mampu berkompetisi dalam perkembangan ekonomi global dengan memanfaatkan potensi sosialbudayadankreatifitaslokalsertamampumenciptakanhierarkipasarbagikota menengah,kecildanperdesaan.

BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

I11

RingkasanEksekutif

Pembangunan perdesaan menghadapi berbagai masalah, yang antara lain, belum optimalnya kebijakan dan programprogram dari berbagai sektor yang berpengaruhbaiklangsungmaupuntidaklangsungterhadapkehidupanmasyarakat perdesaan,belumoptimalnyakoordinasiantarpemerintahdesadankabupaten/kota serta berkembangnya mekanisme koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan termasuk K/L dalam pembangunan perdesaan serta masih belum optimalnya keberpihakan dari kepemimpinan lokal dan kelembagaan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah dalam pembangunan perdesaan. Arah kebijakan pembangunan perdesaan tahun 20102014 adalah memperkuat kemandirian desa dalam pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan; meningkatkan ketahanan desa sebagai wilayah produksi; serta meningkatkan daya tarik perdesaan melalui peningkatankesempatankerja,kesempatanberusahadanpendapatanseiringdengan upayapeningkatankualitassumberdayamanusiadanlingkungan. KebijakanPenanggulanganBencana Pada pelaksanaan RPJMN pertama (20042009) upaya penanggulangan bencanadanpenguranganrisikobencanatelahditetapkanUndangUdangNomor24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, serta tiga Peraturan Pemerintah turunannya, yaitu: (1) PP Nomor 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana; (2) PP Nomor 22 tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana; serta (3) PP Nomor 23 tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing NonPemerintah dalam PenanggulanganBencana. Selanjutnya pada pelaksanaan RPJMN kedua (20102014) pada triwulan pertama, sebagai penjabaran upaya pengurangan risiko bencana telah diterbitkan Peraturan Kepala BNPB No.5 Tahun 2010 tentang Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) 20102012 yang digunakan sebagai masukan terhadap penyusunan RKP tahunan, juga sebagai acuan bagi pelaksanaan upayapenguranganrisikobencanabagilembagalembaganonpemerintahtermasuk lembaga/organisasi internasional, sesuai dengan penjelasan di dalam Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 bahwa penanggulangan bencana merupakan tanggungjawabbersamaantaraPemerintah,pemerintahdaerah,lembaga/organisasi nonpemerintah,swastadanmasyarakat. Selain Undangundang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, upaya mitigasi dan pengurangan risiko bencana juga telah dikerangkakan dalam kebijakan penataan ruang dalam Undangundang No.26 Tahun 2007 tentang PenataanRuang,bahwasecarageografisNegaraKesatuanRepublikIndonesiaberada pada kawasan rawan bencana sehingga diperlukan penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan. Sedangkan Undangundang No.27 tahun 2007 tentang PengelolaanWilayahPesisirdanPulauPulauKecil,bahwaDalammenyusunrencana pengelolaan dan pemanfaatan Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil terpadu, Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah wajib memasukkan dan melaksanakan

BUKUPEGANGAN2010
I12 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

MemperkuatSinergiAntaraPusatdanDaerahdanAntardaerah

bagianyangmemuatmitigasibencanadiWilayahPesisirdanPulauPulauKecilsesuai denganjenis,tingkat,danwilayahnya. Namun demikian bencana alam tetap saja tidak dapat dihindarkan. Untuk itu, maka upaya pengurangan risiko bencana menjadi sangat penting sebagai prioritas ditingkat nasional dan di daerah. Untuk meningkatkan kemampuan dan efektifitas penanganan kedaruratan, pemerintah melalui inisiatif Presiden membentuk Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana. Pengurangan risiko bencana dalam pembangunan nasional lima tahun kedepan masih dihadapkan pada masalah belum memadainya kinerja penanggulangan bencana, serta masih rendahnya kesadaran terhadap risiko bencana dan masih rendahnya pemahaman terhadap kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Selanjutnya arah kebijakan yang akan dtempuh untuk mencapai sasaran pengurangan risiko bencana, meliputi pengarusutamaan pengurangan risiko bencana sebagai prioritas pembangunan nasional dan daerah, penguatan kapasitas penanggulangan bencana di pusat dan daerah, optimalisasi instrumen pengendalian pemanfaatan ruang dalam aspek pengurangan risiko bencana, mendorong keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam upaya penanggulanganbencanadanpenguranganrisikobencana,peningkatansumberdaya penanganan kedaruratan dan bantuan kemanusiaan, serta percepatan pemulihan wilayahyangterkenadampakbencana.

BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

I13

RingkasanEksekutif

MEKANISMEDANINSTRUMENUNTUKSINERGI PUSATDAERAHDANANTARDAERAH

HarmonisasiPeraturanPerundangUndangan
Upaya pengharmonisasian peraturan perundangundangan dilakukan, selain untuk memenuhi ketentuan Pasal 18 ayat (2) UndangUndang Nomor 10 Tahun 2004 tentangPembentukanPeraturanPerundangundangan,palingtidakada3alasanlain yang perlu dipertimbangkan, yaitu (1) Peraturan perundangundangan merupakan bagian integral dari sistem hukum; (2) Peraturan perundangundangan dapat diuji (judicial review) baik secara materiel maupun formal; serta (3) Menjamin proses pembentukan peraturan perundangundangan dilakukan secara taat asas demi kepastianhukum. Mekanisme Harmonisasi Permasalahannya Peraturan PerundangUndangan Serta

1. Peraturan Perundangundangan di Tingkat Pusat, mekanisme harmonisasi terdiridaribeberapatahapyaitu: a. ProsespengharmonisasianpadatahappenyusunanProlegnas. b. PengharmonisasiandiTingkatInternal/AntardeppadaPemrakarsa. c. KoordinasipengharmonisasianolehKementerianHukumdanHAM. d. Ada2aspekyangdiharmonisasikanpadawaktumenyusunperaturan perundangundangan, yaitu yang berkaitan dengan aspek konsepsi materi muatandanaspekteknikpenyusunanperaturanperundangundangan. e. Permasalahanpengharmonisasian Masih adanya semangat egoisme sektoral dari masingmasing instansi terkait, Wakilwakilyangdiutusolehinstansiterkaitseringbergantigantidantidak berwenanguntukmengambilkeputusan Rancangan peraturan perundangundangan yang akan diharmoniskan seringbarudibagikanataubarudipelajaripadasaatrapat Pendapat atasan yang sering dilatarbelakangi dengan adanya kepentingan tertentu Strukturbirohukum/satuankerjayangmenyelenggarakanfungsidibidang peraturan perundangundangan tidak fokus pada masalah hukum (peraturanperundangundangan) Tenaga fungsional Perancang Peraturan Perundangundangan (legislative drafter)masihterbatasdanbelummemilikispesialisasi. 2. PeraturanPerundangundangandiDaerah(Perda) Perdadianggapmemenuhisegiharmonismanakalakonsistendenganperaturan perundangundangan baik secara vertikal dan horisontal: tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang lebih tinggi, kejelasan konsideran yangmengacukepadaperaturanterkaitdanyangmasihberlakusebagaihukum positif, serta tidak bertentangan dengan perda yang lain. Perda juga harus
BUKUPEGANGAN2010
I14 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

MemperkuatSinergiAntaraPusatdanDaerahdanAntardaerah

memenuhi ketaatan pada asas hukum, yaitu: (i) Asas pembentukan; (ii) Materi muatan; (iii) Asas lain yang sesuai dengan bidang hukum pelayanan publik: pidana, perdata dan asas hukum lainnya; dan (iv) Tidak bertentangan dengan kepentinganumum:perdatidakberakibatterganggunyakerukunanantarwarga masyarakat, terganggunya pelayanan umum, dan terganggunya ketenteraman/ketertibanumum,sertatidakbersifatdiskriminatif. PeraturanPresidenmengenaiPenyusunanPeraturanDaerahyangdiamanatkan oleh UU 10 Tahun 2004 yang seharusnya memuat pengaturan mengenai harmonisasiPerdasampaidengansaatinibelumdisahkan.Keterbatasansumber dayamanusiadidaerahyangmenyusunPerdabaikdarisisipemerintahdaerah maupunDPRDmenambahkesulitanharmonisasidileveldaerah. 3. DukunganyangDiperlukandariPemerintahDaerah Dukungan yang diperlukan dari pemerintah daerah dapat berupa beberapa hal sebagai berikut : prolegda wajib disusun dan dijalankan secara konsekuen, partisipasi masyarakat, pembangunan pusat informasi peraturan daerah, penelitianataupengkajianpendahuluanyangdirumuskandalamsebuahnaskah akademik,konsultasidengankelompokyangakanterkenadampakbaiklangsung maupun tidak langsung dari pemberlakuan perda, dan evaluasi implementasi peraturandaerah.

Harmonisasi dan Sinkronisasi Peraturan Perundangundangan PusatdanDaerah


Mekanisme Harmonisasi dan Sinkronisasi Peraturan dan Perundang undanganantaraPusatdanDaerah Dalamrangkapelaksanaanotonomidaerah,pemerintahberwenangmelakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimanadiaturdalamUndangundangNomor22Tahun1999yangtelahdiganti denganUndangundangNo.32Tahun2004tentangPemerintahanDaerah.Salahsatu substansi dalam UU No. 32/2004 yang terkait dengan mekanisme harmonisasi dan sinkronisasi diantaranya mengenai tugas Gubernur sebagai wakil Pemerintah di daerahyangmemilikikewenanganuntukmembinadanmengawasipenyelenggaraan pemerintahan kab/kota, melakukan koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah provinsi dan kab/kota serta pembinaan dan pengawasan tugaspembantuandidaerahprovinsidankab/kota.Peranangubernurinidiperkuat dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil PemerintahdiWilayahProvinsimengaturGubernuruntukmengevaluasi rancangan peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, pajak daerah, retribusidaerah,dantataruangwilayahkabupaten/kota. Selanjutnyauntukmeminimalisiragarprodukhukumkab/kotayangdihasilkan tidakbertentangandenganPerundangundanganyanglebihtinggi,Pemerintahtelah memfasilitasi kab/kota dalam penyusunan produk hukumnya sesuai dengan Surat EdaranMenteriDalamNegeriNo.188.34/1586/SJtanggal18Februari2008yaitu:
BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

I15

RingkasanEksekutif

1. Sebelum rancangan perda disampaikan oleh pemerintah daerah kepada DPRD untuk dibahas lebih lanjut, Rancangan Peraturan Daerah Kab/Kota tersebut terlebihdahuludikonsultasikanolehbagianhukumKab/KotakepadaBiroHukum Provinsi; 2. Rancangan Peraturan Daerah yang merupakan hasil inisiatif DPRD, sebelum dibahas lebih lanjut dengan Pemerintah Daerah, Rancangan Perda Kab/Kota terlebih dahulu dikonsultasikan oleh bagian Hukum Kab/Kota Kepada Biro Hukum. RegulatoryImpactAssessment(RIA) Upaya harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundangundangan, selain dilakukan melalui program Penataan Peraturan Perundangundangan mengenai DesentralisasidanOtonomiDaerah,jugadilakukansecarapreventif,melaluiProgram Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah, kegiatan Fasilitasi PemantapanAparaturPejabatNegaradanDPRD,dengankeluaranterselenggaranya workshop untuk meningkatkan kemampuan Pemda dan Anggota DPRD dalam penyusunan Perda, diantaranya workshop tentang RIA (Regulatory Impact Assessment), dan workshop terkait dengan penyusunan peraturan perundang undangandaerahyangbaru.RIAadalahmetodepenilaiansecarasistematisterhadap dampak dari tindakan pemerintah, dan mengkomunikasikan informasi kepada decisionmakersdanmasyarakat.Penilaiansistematismencakupperumusanmasalah, identifikasitujuan,alternatiftindakan,analisisbiayadanmanfaat,pemilihantindakan danstrategiimplementasi. MusyawarahPerencanaanPembangunan SesuaiamanatUndangundangNo.25Tahun2004tentangSistemPerencanaan Pembangunan Nasional (UUPPN), salah satu tahap yangharus dilalui dalam proses penyusunan rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan melalui penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Sebagai komponen dari komunikasi publik, Musrenbang mempunyai peranan strategis untuk mengakomodasisemua masukan darikementerian terkait,lembaga non kementerian, pemerintahan daerah (provinsi dan kabupaten/Kota), dan komponen masyarakat guna mencapai perencanaan aspiratif yang berjenjang dari tingkat lokal sampai nasional. Tujuan pelaksanaan Musrenbang pada intinya adalah untuk menghasilkan kesepakatan kesepakatan antar pelaku pembangunan tentang rancangan rencana kerja pemerintah dan rancangan kerja pemerintah daerah, yang menitik beratkan pada pembahasan untuk sinkronisasi rencana kerja antar kementerian/lembaga/satuankerjaperangkatdaerahdanantardaerah. Pemerintahtelahmerintislangkahlangkahyangmembukapeluangmasyarakat untuk turut merencanakan dan menganggarkan biaya yang diperlukan untuk pembangunan di wilayah mereka, baik dari aspek regulasi maupun praktek di lapangan. Secara rutin dan konsisten pelaksanaan Musrenbang ini telah diselenggarakan dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan baik untuk rencanapembangunanjangkapendek,menengah,danpanjang.Sampaidengansaat
BUKUPEGANGAN2010
I16 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

MemperkuatSinergiAntaraPusatdanDaerahdanAntardaerah

ini,Pemerintahmasihberkomitmendanberupayauntukmelakukanpenyempurnaan mekanisme dan format Musrenbang baik dari segi tingkat partisipasi, implementasi dankeluarannya.

Perkuatan Implementasi Penganggaran Berbasis Kinerja dan KerangkaPenganggaranJangkaMenengah


ReformasiPerencanaandanPenganggaran Perencanaan dan penganggaran yang berbasis kinerja, berjangka menengah serta penganggaran terpadu merupakan perwujudan dari pelaksanaan tiga prinsip pengelolaankeuanganpublik(PublicFinancialManagement),yaitu: (i) Kerangka Kebijakan Fiskal Jangka Menengah (Medium Term Fiscal Framework) yangdilaksanakansecarakonsisten(aggregatefiscaldisciplin); (ii) Alokasi pada prioritas untuk mencapai manfaat yang terbesar dari dana yang terbatas (allocative efficiency) yaitu melalui penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework) yang terdiri dari penerapan Prakiraan Maju (Forward Estimates), Anggaran Berbasis Kinerja (PerformanceBasedBudgeting),danAnggaranTerpadu(UnifiedBudget);dan (iii) Efisiensi dalam pelaksanaan dengan meminimalkan biaya untuk mencapai sasaranyangtelahditetapkan(technicalandoperationalefficiency). Agar penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM), Anggaran BerbasisKinerja,danAnggaranTerpadudapatdioptimalkan,diperlukansuatuupaya untuk menata kembali struktur program dan kegiatan Kementerian/Lembaga (restrukturisasi program dan kegiatan). Restrukturisasi program dan kegiatan tersebut bertujuan mewujudkan perencanaan yang berorientasi kepada hasil (outcome)dankeluaran(output)sebagaidasar: (i) PenerapanakuntabilitasKabinet,dan (ii) PenerapanakuntabilitaskinerjaKementerian/Lembaga. KonsepKerangkaPendanaan Dalam rangka mewujudkan anggaran yang sehat dan berkesinambungan perlu diterapkan konsep aggregate fiscal discipline yang menitikberatkan pada peran central agencies. Konsep allocative efficiency mengacu kepada kapasitas pemerintah untuk mendistribusikan sumber daya yang ada kepada program maupun kegiatan yang lebih efektif dalam mencapai sasaran pembangunan nasional (strategic objective). Penerapan konsep Allocative Efficiency dilaksanakan melalui Unified Budget (anggaran terpadu), Forward Estimates, Performances Based Budgeting (anggaranberbasiskinerja). Adabeberapahalyangharusdipenuhiterlebihdahuluuntukmenerapkankonsep allocativeefficiencydalamsistemperencanaandanpenganggaranyaitu: 1. Adanyakerangkasasaranjangkamenengah(terkaitdisiplinfiskal). 2. Adanya prioritas yang terdesain dengan baik dalam mencapai sasaran pembangunanbaikyangbersifatnasionalmaupunsektoral.

BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

I17

RingkasanEksekutif

3. Adanyakewenanganpengeluaran,perubahanmaupunpenghematanalokasipada penggunaanggaran. 4. Pemerintahmendorongrealokasiuntukmeningkatkanefektivitasprogram. 5. Adanya cabinet review yang memfokuskan pada perubahan kebijakan yang ada ataukebijakanbaru. Adapun kondisi penerapan konsep allocative efficiency (efisiensi alokasi) dalam konteks perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja dan berjangka menengah dibagi menjadi 3 tahapan penerapan yaitu Presentational, Performance informed budgeting,danDirect/formulaperformancebudgeting.

PenerapanPerencanaandanPenganggaranBerjangkaMenengah Penerapan perencanaan dan penganggaran berjangka menengah dalam Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework/KPJM),membutuhkankondisilingkungandengankarakteristik: 1. Kebijakan,perencanaan,penganggaran,danpelaksanaanyangsalingterkait. 2. Prosespengambilankeputusanyangterkendali,melalui: a. Penentuanprioritasprogramdalambatasketersediaananggaran; b. Penyusunankegiatanyangmengacupadapencapaiansasaranprogram; c. Pembiayaandisesuaikandengankegiatanyangdiharapkan; d. Ketersediaaninformasiatashasilmonitoringdanevaluasi. 3. Tersedianya media kompetisi bagi kebijakan, program, dan kegiatan yang diambil. 4. Meningkatnya kapasitas dan kesediaan untuk melakukan penyesuaian prioritas programdankegiatansesuaialokasisumberdayayangdisetujuilegislatif. PenerapanPerencanaandanPenganggaranBerbasisKinerja Adapun prinsipprinsip dalam penerapan perencanaan dan penganggaran berbasiskinerjaadalahsebagaiberikut: 1. AlokasiAnggaranBerorientasipadaKinerja(outputandoutcomeoriented); 2. Fleksibilitas pengelolaan anggaran untuk mencapai hasil dengan tetap menjaga prinsipakuntabilitas(letthemanagermanages); 3. MoneyFollowFunction,FunctionFollowedbyStructure Penetapankinerjaharusmempertimbangkanbeberapafaktorsebagaiberikut: a. Memiliki dasar penetapan yang selanjutnya akan digunakan sebagai alat justifikasipenganggaranterkaitdenganpelaksanaanprioritasi; b. Kelanjutansetiapprogram; c. Tingkatinflasidantingkatefisiensi; d. Ketersediaansumberdayadalamkegiatan,misal:dana,SumberDayaManusia (SDM),teknologi,dansebagainya; e. Ketersediaaninformasiyangdapatdiandalkandankonsistenataspengkuruan pencapaiankinerja; f. Kendalayangmungkindihadapipadamasamendatang.

BUKUPEGANGAN2010
I18 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

MemperkuatSinergiAntaraPusatdanDaerahdanAntardaerah

PencapaiandanPermasalahanYangDihadapiSaatIni Agregat Fiscal Discipline. Telah diperkenalkan adanya MTFF, dimana sudah terdapat upaya dalam menjaga kebersinabungan fiscal (fiscal sustanability) melalui kontrol terhadap nila rasio pajak/PDB, rasio Defisit/PDB dan rasio utang/PDB. Allocative Efficiency. (a) Penerapan Anggaran Terpadu (Unified Budget); (b) Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja. Dari segi penerapan anggaran berbasis kinerja, pemerintah telah menetapkan prioritas strategis yang dilengkapi dengan indikator dan target kinerja (untuk meningkatkan hubungan antara kinerja dan pendanaan) dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional, yang kemudian dilaksanakan dalam bentuk intervensi regulasi sertaintervensi anggaran; (c)PenerapanPrakiraanMaju.forwardestimates,telahdisediakantemplateprakiraan maju untuk 2 tahun kedepan dalam dokumen RKP dan Renja K/L. Namun dalam pelaksanaanya masih bersifat onpaper, atau belum dipergunakan sesuai dengan konsep KPJM dimana penerapanya masih tidak konsisten dilaksanakan, sedangkan berdasarkan konsep KPJM perubahan terhadap hasil prakiraan maju hanya dapat terjadi jika terdapat: (i) perubahan inflasi, (ii) parameter di luar jangkauan pemerintahuntukmengatasinya,(iii)perubahankebijakanpemerintah.Operational Efficiency.TelahdiperkenalkanSatuanBiayaUmum(SBU)danSatuanBiayaKhusus (SBK)yangmengakomodasikekhasan(kebutuhankhusus)masingmasinglembaga. PermasalahanDesainProgram Berbagaipermasalahanyangberkaitandenganstrukturprogramdankegiatan dalamprosesperencanaandanpenganggaranantaralainsebagaiberikut: 1. Programdisusundenganpendekataninputbased; 2. ProgramdigunakanolehbeberapaKementerian/Lembaga(K/L). 3. Programmemilikitingkatanyangsamaataulebihrendahdibandingkegiatan. 4. Programmemilikitingkatkinerjayangterlaluluas. 5. Programtidakterkaitsecaralangsungdengankegiatankegiatannya. 6. Programuntukmenampungbiaya pengelolaanadministrasiK/L(overheadcost) masihberagam. 7. Programprogram generik seperti Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur dan Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik masih digunakan untukmenampungbiayabiayapengelolaanadministrasidarikebijakanteknis.

RestrukturisasiProgramdanKegiatan
a)PrinsipRestrukturisasiProgramdanKegiatan Pendekatan dasar dalam proses penyempurnaan program dan kegiatan/restrukturisasiprogramdankegiatan,yaitu: 1. PrinsipAkuntabilitasKinerjaKabinet(PerencanaanKebijakan/PolicyPlanning). 2. Prinsip Akuntabilitas Kinerja Organisasi (Struktur Organisasi dan Struktur Anggaran).

BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

I19

RingkasanEksekutif

b)DesainArsitekturProgram KerangkaArsitekturProgramdibangundari4(empat)strukturutama,yaitu: 1. StrukturOrganisasi Organisasi pemerintahan terdiri dari 4 (empat) karakteristik K/L, yaitu: (i) Lembaga Tinggi Negara; (ii) Departemen; (iii) Kementerian Negara dan Kementerian Koordinator; dan (iv) Lembaga Pemerintahan Non Departemen (LPND)danLembagaNonStruktural. 2. StrukturAnggaran Berdasarkan UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, struktur anggaranbelanjanegaradirincimenurut:(i)Fungsi(Subfungsi); (ii)Organisasi; (iii)Program;(iv)Kegiatan;dan(v)JenisBelanja. 3. Struktur Perencanaan Kebijakan (Policy Planning) terdiri dari; (i) Prioritas; (ii) Fokusprioritas;dan(iii)Kegiatanprioritas. 4. Struktur Manajemen Kinerja, pendekatan manajemen kinerja yang akan diterapkan terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu: (i) Kinerja pada tingkat Kabinet dan (ii) Kinerja pada tingkat K/L. Terkait dengan struktur informasi kinerja,tingkatkinerjayangakandisusunterdiridariimpact,outcome,danoutput.

PendekatanPenyusunanKinerja
(1)DefinisiKinerja KinerjadalamArsitekturProgrammerupakanstrukturyangmenghubungkan antara sumberdaya dengan hasil atau sasaran perencanaan, serta merupakan instrumen untuk merancang, memonitor dan melaporkan pelaksanaan anggaran. Kerangka penyusunannya dimulai dari apa yang ingin diubah (impact) yang memerlukan indikator apa yang akan dicapai (outcome) guna mewujudkan perubahan yang diinginkan. Selanjutnya, untuk mencapai outcome diperlukan informasi tentang apa yang dihasilkan (output). Untuk menghasilkan output tersebutdiperlukanapayangakandigunakan. (2)PengukuranKinerja Dalam penyusunanannya, indikator kinerja perlu untuk mempertimbangkan kriteriasebagaiberikut: a) Relevant:indikatorterkaitsecaralogisdanlangsungdengantugasinstitusi,serta realisasitujuandansasaranstrategisinstitusi; b) Welldefined:definisiindikatorjelasdan tidakbermaknagandasehinggamudah untukdimengertidandigunakan; c) Measurable : indikator yang digunakan diukur dengan skala penilaian tertentu yangdisepakati,dapatberupapengukuransecarakuantitas,kualitasatauharga; d) Appropriate: pemilihan indikator yang sesuai dengan upaya peningkatan pelayanan/kinerja; e) Reliable: indikator yang digunakan akurat dan dapat mengikuti perubahan tingkatankinerja;

BUKUPEGANGAN2010
I20 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

MemperkuatSinergiAntaraPusatdanDaerahdanAntardaerah

f) Verifiable: memungkinkan proses validasi dalam sistem yang digunakan untuk menghasilkanindikator; g) Costeffective:kegunaanindikatorsebandingdenganbiayapengumpulandata. (3)TargetIndikatorKinerja Kriteriadalammenentukantargetindikatorkinerjamenggunakanpendekatan SMART,yaitu: 1. Specific:sifatdantingkatkinerjadapatdiidentifikasidenganjelas; 2. Measurable: target kinerja dinyatakan dengan jelas dan terukur baik bagi indikatoryangdinyatakandalambentukkuantitas,kualitasdanbiaya; 3. Achievable: target kinerja dapat dicapai terkait dengan kapasitas dan sumber dayayangada; 4. Relevant: mencerminkan keterkaitan (relevansi) antara target output dalam rangka mencapai target outcome yang ditetapkan; serta antara target outcome dalamrangkamencapaitargetimpactyangditetapkan;dan 5. TimeBond:waktu/periodepencapaiankinerjaditetapkan. (4)InformasiIndikatorKinerja Adapun informasi indikator kinerja yang dapat disyaratkan untuk disusun adalah nama indikator; Tujuan/kepentingan; Metode penghitungan; Tipe penghitungan; Indikator baru; Kinerja yang diharapkan; Standar indikator (benchmark); Penanggungjawab indikator; Pengelola data indikator; Waktu pelaksanaan pengumpulan data indikator; Jadwal pelaporan; Sumber pengumpulan data; dan Hambatanpengumpulandata.

KoordinasiPenanggulanganKemiskinan
Untuk efektifitas koordinasi penyusunan kebijakan, pelaksanaan serta pengawasan program penanggulangan kemiskinan, programprogram penanggulangankemiskinandikelompokankedalam3klaster,yaitu: 1. KlasterI:BantuandanPerlindunganSosialTerpaduBerbasisKeluarga 2. KlasterII:PemberdayaanMasyarakat 3. KlasterIII:PemberdayaanUsahaMikro,KecildanMenengah

Upaya koordinasi dan sinkronisasi programprogram penanggulangan kemiskinantidakdapatdilakukantanpadukungandatayangakurat.Untukitu,upaya untuk memperbaiki database, khususnya database penerima program bantuan yang sifatnya individu atau rumah tangga, terus dilakukan. Saat ini, telah disepakati ditingkatpusatbahwadatabasepenerimaprogrampenanggulangankemiskinanyang bersifat individu atau keluarga adalah data dari BPS yang dikumpulkan melalui PendataanProgramSolusi(PPLS)tahun2008.Selainitujugadiperlukanperandari pemerintahdaerah. Dalam era desentralisasi, peran pemerintah kabupaten/kota menjadi sangat penting agar dapat mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat secara lebih efektifdanefisien.Untukitu,peningkatankapasitasPemdaKabupaten/Kotamenjadi

BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

I21

RingkasanEksekutif

penting, agar pemda lebih peka dan tanggap serta mampu mengantisipasi permasalahan kemiskinan. Dalam hal ini diharapkan pemda dapat mengidentifikasi kondisi permasalahan di daerahnya, menyusun alternatif pemecahan masalah serta malakukan langkahlangkah koordinatif untuk efektifitas pencapaian tujuan pembangunan. Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kapasitas pemerintah daerah adalah melalui ProPoor Planing and Budgeting (P3B). Melalui P3B,pemdadilatihagardapatlebihefektifdanefisiendalammenyusunperencanaan dan pengalokasian anggaran sehingga dapat menjawab akar permasalahan kemiskinan.Instrumenyangdigunakandalamkegiataniniadalahscorecard,proverty mapdanbudgetanalysis.Denganketigainstrumentini,diharapkandapatdiperoleh gambaran yang lebih tepat mengenai kondisi kemiskinan dimasingmasing daerah, termasuk gap pencapaian terhadap targettarget pembangunan millenium (MDGs) yangmasihperlumendapatkanperhatianPemda,sertamengevaluasikondisialokasi pendanaan saat ini sebagai dasar penyusunan rencana dan anggaran yang lebih berpihakpadamasyarakatmiskin.

KoordinasiPenataanRuangdanWilayah
Penjelasan tentang Perlunya Konsistensi dan Keterkaitan Antara RTRWN, RTRWProvinsi,RTRWKabupatendanKota BerdasarkanUndangUndangNomor26Tahun2007tentangPenataanRuang, diketahuibahwavisipenataanruangnasionaladalahTerwujudnyaruangnusantara yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Aman diartikan dengan masyarakat dapat menjalankan aktivitas kehidupannya dengan terlindungi dari berbagaiancaman.Nyamanberartimemberikesempatanyangluasbagimasyarakat untuk mengartikulasikan nilainilasi sosial budaya dan fungsinya sebagai manusia dalam suasana yang tenang dan damai. Produktif berarti proses produksi dan distribusiberjalansecaraefisiensehinggamampumemberikannilaitambahekonomi untuk kesejahteraan masyarakat sekaligus meningkatkan daya saing. Berkelanjutan berarti kualitas lingkungan fisik dapat dipertahankan, bahkan dapat ditingkatkan, tidak hanya untuk kepentingan generasi saat ini, namun juga generasi yang akan datang. Dalam rangka mencapai visi penataan ruang nasional tersebut, penyelenggaraan penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan dan nilai strategis kawasan. Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas pendekatan penataan ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah (sistem wilayah) dan jangkauan pelayanan di dalam kawasan perkotaan (sistem internal perkotaan). Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan adalah penataan ruang wilayah kawasan lindung dan kawasan budidaya. Penataan ruang berdasar fungsi utama kawasantersebutmerupakankomponendalampenataanruangbaikyangdilakukan berdasarkan wilayah administratif, kegiatan kawasan, maupun nilai strategis kawasan. Adapun penataan ruang berdasar wilayah administratif terdiri atas
BUKUPEGANGAN2010
I22 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

MemperkuatSinergiAntaraPusatdanDaerahdanAntardaerah

penataan ruang wilayah nasional, provinsi, kabupaten maupun kota. Penataa ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan perdesaan. Sementara penataan ruang berdasar nilai strategis kawasan terdiri atas penataanruangkawasanstrategisnasional,provinsi,kabupatenmaupunkota Penataan ruang wilayah nasional, provinsi, kabupaten dan kota dilakukan secara berjenjang dan memperhatikan asas komplementaritas. Di mana penataan ruangyangdilakukandimasingmasingwilayahtersebutharuslahsalingmelengkapi satu sama lain, bersinergi dan menghindari adanya tumpang tindih kewenangan dalampenyelenggaraannya.Haliniperludilakukanagarprodukrencanatataruang, sebagaimanadapatdilihatpadagambardibawahberikut,dapatberjalanselarasdan serasi. Produk rencana tata ruang yang memiliki hirarki lebih tinggi haruslah mengakomodasi kepentingan dari rencana tata ruang di bawahnya; dan demikian pulasebaliknya,produkrencanatataruangyangmemilikihirarkilebihrendahharus berpedoman pada rencana tata ruang yang memiliki hirarki lebih tinggi. Selain itu, produkrencanatataruangjugadiklasifikasikankedalamrencanaumumtataruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang adalah perangkat operasionalisasi rencana umum tata ruang. Dalam tingkat yang paling rendah (kabupaten/kota), rencana rinci tata ruang ini dilengkapi dengan peraturan zonasi yang akan menjadi dasar bagi perijinan, penerapan sanksi, maupun implementasi mekanismedisinsentifdaninsentif.Olehsebabitu,selainkeselarasanlintaswilayah administratif, produk rencana tata ruang juga harus memiliki keselarasan antara rencanaumumdanrencanarinci. Penjelasan tentang pentingnya keterkaitan antara RTRW dan dokumen perencanaandisemuatingkatan Di dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dijelaskan pula bahwa (1) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), di dalam penyusunannya, harus memperhatikan RPJP Nasional dan sekaligus menjadi pedoman untuk penyusunan RPJP Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional; (2) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), dalampenyusunannya,mengacukepadadanharusmemperhatikanRPJPdaerahdan sekaligus menjadi pedoman untuk penyusunan RPJP daerah dan RPJM daerah; dan (3)RencanaTataRuangWilayahKabupaten/Kota(RTRWK),dalampenyusunannya, mengacu pada dan harus memperhatikan RPJP daerah dan sekaligus menjadi pedomanuntukpenyusunanRPJPdaerahdanRPJMdaerah. Mekanisme dan kelembagaan penataan ruang di tingkat nasional (BKPRN), wilayahdandaerah. BKPRN, dalam rangka pembinaan kepada Pemerintah Daerah mengenai kebijakan tata ruang dan tata wilayah, memberikan amanat kepada masingmasing instansi anggotanya untuk dapat menjalankan tugas koordinasi yang saling melengkapisatusamalaindansalingbersinergi,diantaranyamelalui: 1. Penyelenggaraankebijakanpenataanruangnasional; 2. Mengkoordinasikanpenyelenggaraanteknispenataanruang;

BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

I23

RingkasanEksekutif

3. 4.

Di tingkat daerah, koordinasi penataan ruang dilaksanakan melalui Badan KoordinasiPenataanRuangDaerah(BKPRD)yangdiaturmelaluiKeputusanMenteri Dalam Negeri No. 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah.Selainbersifatmultisektor,penataanruangjugabersifatlintaswilayah.Oleh sebabitu,pembagiankewenanganantaraPemerintahPusatdanPemerintahDaerah juga tertera jelas di dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Berikut diuraikansecaralengkappembagiankewenanganlintaswilayahadministrasiterkait penataanruang: 1. WewenangPemerintahPusatdidalampenyelenggaraanpenataanruangmeliputi: a. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; b. Pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional, yang meliputi perencanaan, pemanfaatandanpengendalianpemanfaatanruangwilayahnasional; c. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional, yang meliputi penetapan kawasan strategis nasional, perencanaan, pemanfaatan dan pengendalianpemanfaatanruangkawasanstrategisnasional;dan d. Kerja sama penataan ruang antarnegara dan pemfasilitasian kerja sama penataanruangantarprovinsi. 2. WewenangPemerintahProvinsidalampenyelenggaraanpenataanruangmeliputi: a. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi, dan kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan penataanruangkawasanstrategisprovinsidankabupaten/kota; b. Pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi, yang meliputi perencanaan, pemanfaatandanpengendalianpemanfaatanruangwilayahprovinsi; c. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi, yang meliputi penetapan kawasan strategis provinsi, perencanaan, pemanfaatan dan pengendalianpemanfaatanruangkawasanstrategisprovinsi;dan d. Kerja sama penataan ruang antarprovinsi dan pemfasilitasian kerja sama penataanruangantarkabupaten/kota. 3. WewenangPemerintahKabupaten/Kotadalampenyelenggaraanpenataan ruang meliputi: a. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruangwilayahkabupaten/kotadankawasanstrategiskabupaten/kota; b. Pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota, yang meliputi perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota;

Mengkoordinasikan pelaksanaan kelembagaan penataan ruang serta hubungan denganpemerintahdaerah;dan Sosialisasi kepada pemerintah daerah dan masyarakat tentang kebijakan penataanruangnasional.

BUKUPEGANGAN2010
I24 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

MemperkuatSinergiAntaraPusatdanDaerahdanAntardaerah

c. Pelaksanaanpenataanruangkawasanstrategiskabupaten/kota,yangmeliputi penetapankawasanstrategiskabupaten/kota,perencanaan,pemanfaatandan pengendalianpemanfaatanruangkawasanstrategiskabupaten/kota;dan d. Kerjasamapenataanruangantarkabupaten/kota. 4. Uraiantentangdukunganyangdiharapkandaripemerintahdaerah. Mengingatbahwarencanatataruangsangatpentingperanannyadalammenjamin kelancaran pembangunan di daerah, maka peran aktif pemerintah daerah juga sangatdiperlukan.Beberapadukunganyangdapatdilakukanpemerintahdaerah untuk mencapai visi penataan ruang nasional antara lain adalah (1) Menyelesaikan proses revisi rencana tata ruang wilayahnya masingmasing denganmengacukepadaUUNo.26Tahun2007tentangPenataanRuangdanPP No.26Tahun2008tentangRencanaTataRuangWilayahNasional(RTRWN);(2) MembentukkelembagaanBKPRDsebagaiwadahkoordinasilintassektordidalam penyelenggaraan penataan ruang di daerah; (3) Menyelaraskan proses revisi RTRWdaerahdenganprosespenyusunanRPJPdaerahdanRPJMdaerah;serta(4) Mengikutiprosedurrevisitataruangyangditetapkanolehkementerian/instansi yangberwenangdalampenyelenggaraanpenataanruang.

KoordinasiPembangunanPerbatasan
Koordinasiantarsektorditingkatpusatdalampengelolaanperbatasansecara nasionalakandilaksanakanolehBadanNasionalPengelolaPerbatasan(BNPP)yang telah disahkan pada tanggal 28 Januari 2010 melalui Peraturan Presiden no. 12 Tahun 2010. Susunan organisasi BNPP terdiri dari : (1) Pengarah, yang terdiri dari Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan sebagai Ketua Pengarah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sebagai Wakil Ketua Pengarah I, dan MenteriKoordinatorBidangKesejahteraanRakyatsebagaiWakilKetuaPengarahII; (2)Kepala,yangdijabatolehMenteriDalamNegeri;dan(3)Anggota,yangterdiridari 14 menteri dan gubernurgubernur di Kawasan Perbatasan. Untuk mewujudkan sinergi yang lebih efektif antar pusatdaerah dalam pengelolaan batas wilayah dan pengembangan kawasan perbatasan, BNPP perlu melakukan koordinasi dengan BadanPengelolaPerbatasanditingkatdaerahyangdikoordinasikanolehGubernur.

KoordinasiMitigasiBencana
Untuk mengatur kelembagaan penanggulangan bencana ditingkat pusat dan daerahtelahditetapkandenganPeraturanPresidenNo.8Tahun2008tentangBadan Nasional Penanggulangan Bencana, sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian yangmemilikifungsidanperandalammengkoordinasikankegiatanpenanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana baik di tingkat pusat maupun di daerah.

BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

I25

RingkasanEksekutif

PERKEMBANGAN PENYELENGGARAAN DANPEMBANGUNANDAERAH

PEMERINTAHAN

PenguatanPerandanPosisiPemerintahProvinsi
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai revisi dari UU No. 22 Tahun 1999 telah menetapkan perlunya peningkatan peran dan posisi Pemerintah Provinsi dalam sistem desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia. Salah satu revisi yang dilakukan pada tahun 2004 itu adalah dalam hal mengembalikan peran Pemerintah Provinsi dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota. Hal ini diperlukan mengingat Pemerintah tidak mungkin melaksanakan fungsi tersebut terhadap seluruh Kabupaten/Kota tanpa dukungan dari Pemerintah Provinsi. Salah satu isu penting dalam hal ini adalah mengenai kedudukan Gubernur yang memegang peran ganda, yaitusebagairepresentasiPemerintah(termasukdiantaranyamelaluidekonsentrasi dantugaspembantuan)sekaligussebagaiKepalaDaerah(Provinsi). Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi yang bertanggung jawab kepada Presiden. Gubernur sebagai wakil Pemerintah memiliki tugas melaksanakan urusanpemerintahanmeliputi: a. koordinasipenyelenggaraanpemerintahanantarapemerintahdaerahprovinsi dengan instansi vertikal, dan antarinstansi vertikal di wilayah provinsi yang bersangkutan; b. koordinasipenyelenggaraanpemerintahanantarapemerintahdaerahprovinsi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota di wilayah provinsi yang bersangkutan; c. koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antarpemerintahan daerah kabupaten/kotadiwilayahprovinsiyangbersangkutan; d. pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota; e. menjaga kehidupan berbangsa dan bernegara serta memelihara keutuhan NegaraKesatuanRepublikIndonesia; f. menjagadanmengamalkanideologiPancasiladankehidupandemokrasi; g. memeliharastabilitaspolitik; h. menjagaetikadannormapenyelenggaraanpemerintahandidaerah;dan i. koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan didaerahprovinsidankabupaten/kota.

PelaksanaanPenataanRuangWilayah
DenganditetapkannyaUUNo.26Tahun2007tentangPenataanRuang,danPP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, maka provinsi diberi waktu dua tahun, sejak berlakunya UU tersebut, untuk menyesuaikan (atau menyusun)rencanatataruangwilayahnyadantigatahunbagikabupaten/kotauntuk
BUKUPEGANGAN2010
I26 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

MemperkuatSinergiAntaraPusatdanDaerahdanAntardaerah

menyesuaikan (atau menyusun) rencana tata ruang wilayahnya. Hingga bulan Februari2010,tercatatsudahduaprovinsiyangtelahmenetapkanperaturandaerah tentangrencanatataruangnya,yaituProvinsiSulawesiSelatan(melaluiPerdaNo.9 Tahun 2009) dan Provinsi Bali (melalui Perda No. 16 Tahun 2009). Sementara itu, hingga bulan Januari 2010, tercatat tujuh kabupaten dan satu kota yang telah menetapkan peraturan daerah tentang rencana tata ruangnya, yaitu: (1) Kabupaten Bandung (Provinsi Jawa Barat), melalui Perda No. 3 Tahun 2008; (2) Kabupaten Bogor (Provinsi Jawa Barat), melalui Perda No. 19 Tahun 2008; (3) Kabupaten Sidoarjo (Provinsi Jawa Timur), melalui Perda No. 9 Tahun 2009; (4) Kabupaten Bangkalan(ProvinsiJawaTimur),melaluiPerdaNo.10Tahun2009;(5)Kabupaten FloresTimur(ProvinsiNTT),melaluiPerdaNo.13Tahun2008;(6)KabupatenTimor Tengah Utara (Provinsi NTT), melalui Perda No. 19 Tahun 2008; (7) Kabupaten Nabire(ProvinsiPapua),melaluiPerdaNo.13Tahun2009;dan(8)KotaBandaAceh (ProvinsiNAD),melaluiPerdaNo.4Tahun2009. Masih rendahnya jumlah rencana tataruangwilayahyangtelahdiselesaikan, baik di tingkat provinsi, kabupaten maupun kota, disebabkan karena beberapa persoalan. Pada tahapan proses revisi di daerah, kendala yang ditemui adalah: (a) Keterbatasandatadaninformasididaerahtentangtataruang(peta,datapenduduk, dan lain sebagainya); (b) Substansi RTRW (sesuai UU 26/2007) sangat banyak dan kompleks;(c)TerbatasnyaSDMtenagaahlipenyusunRTRWProvinsi;(d)urangnya pembinaan tentang penyusunan RTRW Provinsi di daerah; (e) Kurang optimalnya peran BKPRD dalam proses penyusunan RTRW Provinsi maupun proses pemberian rekomendasiGubernuruntukrancanganRTRWKabupaten/Kota;dan(f)Dibeberapa kabupaten/kota,revisiRTRWbelummenjadiprioritaskarenaketerbatasanAPBD.

PembangunanKawasanPerbatasandanPulaupulauTerdepan
Arah kebijakan pengembangan kawasan perbatasan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP) 20052025 yaitu dengan mengembangan kawasan tersebut sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Pendekatan yang digunakan selain menggunakan pendekatan keamanan juga dengan menggunakan pendekatan kesejahteraan. Sebagai penjabaran dari arah kebijakan RPJP Nasional 20052025, pengembangan kawasan perbatasan telah menjadi perhatian pemerintah sejak pelaksanaan RPJMN 20042009 melalui pelaksanaan Program Pengembangan Wilayah Perbatasan dan berbagai program sektoral terkait yang dilanjutkan pada RPJMNperiode20102014.MelaluiPerpresno.5tahun2010tentangRPJMN2010 2014telahditetapkanpengelolaanbataswilayahdankawasanperbatasansebagai salah satu prioritas pembangunan nasional. Dengan diakomodasinya pengelolaan batas wilayah dan kawasan perbatasan sebagai prioritas nasional dalam RPJMN 20102014akansemakinmempertegassekaligusmendorongimplementasiberbagai peraturan perundangundangan yang telah dikeluarkan sebelumnya dalam rangka meningkatkan keberpihakan seluruh sektor terkait beserta pemerintah daerah dalam pengelolaan batas wilayah dan pengembangan kawasan perbatasan, antara

BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

I27

RingkasanEksekutif

lain Peraturan Presiden no. 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan PulauPulau Kecil TerluardanUndangUndangno.43tahun2008tentangWilayahNegara.

PerkembanganPelaksanaanPembangunanDaerahTertinggal
Pemerintah menggulirkan kebijakan program pembangunan daerah tertinggal sebagaiupayapercepatanpembangunandaerahtertinggal.Kegiatanuntukmencapai tujuan tersebut adalah peningkatan komitmen pemerintah dan pemerintah daerah, penguatan database daerah tertinggal, penyusunan kebijakan strategi nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (STRANAS PPDT) dan Rencana Aksi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (RAN PPDT), pengembangan instrumen percepatan pembangunan daerah tertinggal, peningkatan prasarana dan sarana dasar di daerah tertinggal (P2IPDT dan P2SEDT), dan monitoring serta evaluasi perkembangan pembangunan daerah tertinggal secara berkala, sistematis, dan terkoordinasi. Sejalan dengan adanya pemekaran daerah, saat ini terdapat 34 kabupatenDaerahOtonomBaruhasilpemekarandaridaerahindukyangmerupakan daerah tertinggal, sehingga total daerah tertinggal pada tahun 2009 sebanyak 183 kabupaten. Mengingatmasihbanyaknyadaerahtertinggal,jugamasihbanyaknyapermasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan daerah tertinggal, diantaranya belum optimalnya pengelolaan potensi sumberdaya lokal, rendahnya kualitas SDM dan kesejahteraan masyarakat, lemahnya koordinasi antarpelaku pembangunan di daerah tertinggal, belum optimalnya tindakan afirmatif kepada daerah tertinggal, rendahnya aksesibilitas ke pusat pertumbuhan, serta keterbatasan prasarana dan sarana pendukung, maka arah kebijakan pembangunan daerah tertinggal sebagaimanayangtertuangdalamRencanaPembangunanJangkaMenengah(RPJM) Nasional 20102014 adalah melakukan percepatan pembangunan daerah tertinggal dengan meningkatkan pengembangan perekonomian daerah dan kualitas sumberdaya manusia yang didukung oleh kelembagaan dan ketersediaan infrastruktur perekonomian dan pelayanan dasar, sehingga daerah tertinggal dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat guna dapat mengejar ketertinggalan pembangunannyadaridaerahlainyangsudahrelatiflebihmaju.

PembangunanKawasanEkonomiKhusus(KEK)
KEK merupakan suatu kawasan yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu yang ditujukan untuk melipatgandakan pertumbuhan ekonomi nasional, melalui pengembangan industri berorientasiekspordanmodernisasiindustridanperdagangansehinggadiharapkan memberikan dampak pada penciptaan lapangan kerja, peningkatan devisa, serta peningkatanprodukjasa.KEKakandikembangkanmelaluipenyiapankawasanyang memilikikeunggulangeoekonomidangeostrategisertaberfungsiuntukmenampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya sainginternasional. Arah kebijakan tersebut dijabarkan ke dalamstrategi,melaluifokusprioritassebagaiberikut:

BUKUPEGANGAN2010
I28 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

MemperkuatSinergiAntaraPusatdanDaerahdanAntardaerah

a. Percepatan pengembangan iklim investasi yang kondusif bagi pengembanganKEK; b. MeningkatkanperanduniausahadalampengelolaanKEK; c. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi dan energi yang mendukungpengembanganKEK; d. PembentukandanpengembangankelembagaanpengelolaKEK. Strategi dan fokus prioritas pembentukan dan pengembangan kelembagaan pengelola KEK merupakan upaya pengaturan hubungan antara pemerintah pusat denganpemerintahdaerah,antarapengelolakawasandengandaerahuntukmenjiwai semangat otonomi daerah dan desentralisasi. Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk menentukan sikap dan arah kebijakannya terhadap fungsionalisasi pembangunan yang berbasis karakteristik daerah, yang sekaligus dalam rangka meningkatkan daya saing terhadap daerah lainnya secara ragional, nasional, dan internasional. Strategi ini diharapkan dapat menghasilkan suatu pengaturan mekanisme pengadministrasian pemerintahan di kawasan, dan terbentuknya intervensi pembangunan antara pemerintah daerah dengan lembaga pengelola kawasan serta pemerintah pusat yang sinergis. Kebijakan ini menjadi prioritas utama dalam prioritas bidang pengembangan kawasan strategis untuk mengawal efisiensi dan efektifitas kelembagaan dalam pelaksanaan koordinasi dan pengelolaankawasan,sehinggasasaranpembangunanKEKdapattercapai.

PembangunanPerkotaandanPerdesaan
Arah kebijakan pembangunan perkotaan pada 20102014 adalah mengembangkan kota sebagai suatu kesatuan kawasan/wilayah, yaitu kota sebagai pendorong pertumbuhan nasional dan regional serta kota sebagai tempat tinggal yang berorientasi pada kebutuhan penduduk kota. Prinsip pembangunan perkotaan adalah mewujudkan: (a) kota yang nyaman/layak huni, yaitu kota yang dapat memenuhi kebutuhan warganya akan kenyamanan hidup, fisik, sosial budaya dan lingkungan; (b) kota yang berkelanjutan, yaitu kota yang dapat mengantisipasi perubahan iklim dan bencana alam serta memenuhi keperluan hidup manusia kini dengan tanpa mengabaikan keperluan hidup manusia masa datang; (c) kota yang berkeadilan, yaitu kota yang menyediakan ruang hidup dan usaha bagi seluruh golongan masyarakat; serta (d) kota sebagai pendorong pertumbuhan yang mampu berkompetisi dalam perkembangan ekonomi global dengan memanfaatkan potensi sosialbudayadankreatifitaslokalsertamampumenciptakanhierarkipasarbagikota menengah,kecildanperdesaan. Arahkebijakanpembangunanperdesaantahun20102014adalahmemperkuat kemandirian desa dalam pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan; meningkatkan ketahanan desa sebagai wilayah produksi; serta meningkatkan daya tarik perdesaan melalui peningkatan kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan seiring dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dan lingkungan. Berbagai pertimbangan utama yang perlu diperhatikan dalam pembangunan perdesaan pada lima tahun mendatang adalah (1) kegiatan

BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

I29

RingkasanEksekutif

pembangunan perdesaan di dalam kerangka wilayah bukan sektoral yang di dalamnya pembangunan perdesaan bukan merupakan penjumlahan dari seluruh kegiatan sektor masingmasing secara terpisah tetapi didasarkan pada kebutuhan wilayah perdesaan secara keseluruhan; (2) kegiatan ekonomi dan pembangunan lainnya diarahkan untuk memaksimumkan manfaat bagi daerah lokal melalui pemanfaatan sumberdaya lokal, fiskal maupun manusia dan budayanya; (3) pembangunan dilaksanakan melalui pemusatan perhatian terhadap kebutuhan, kapasitas, dan perspektif masyarakat lokal, yang berarti bahwa suatu wilayah seyogyanya mengembangkan kapasitasnya untuk melakukan pembangunan sosio ekonomi yang khas wilayah tersebut; (4) pembangunan tidak terbatas hanya pada aspek ekonomi saja, tetapi juga ekologis, dan sosial kultural secara setara sehingga dapatterciptapembangunanyangberkelanjutan(sustainabledevelopment);dan(5) partisipasi masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan terkait pembangunanperdesaansangatpentingkarenaditentukansendiri(selfdetermined) olehmasyarakatlokaldanmengacukepadakebutuhanlokal.

PengembanganEkonomiLokal
Arah kebijakan pengembangan ekonomi lokal pada tahun 20102014 adalah meningkatkan keterkaitan ekonomi antara desakota atau antara wilayah pusat pertumbuhan dengan wilayah produksi (huluhilir). Untuk dapat melaksanakannya, makadilakukandenganprinsipprinsip: a. berorientasipadapengembanganrantainilaikomoditas,mulaidaritahapinput, prosesproduksi,output,sampaidenganpemasaran; b. dilakukan berdasarkan pengembangan sektor/ komoditas unggulan berbasis karakteristik dan kebutuhan serta aspirasi lokal (locality), dengan didukung oleh industri pengolahan sebagai sektor pendorong, dan sektor pendukung lainnya;serta c. fokuspadapengembangansistempasar. Arah kebijakan dan strategi pengembangan ekonomi lokal dan daerah dalam RPJMN20102014diwujudkandalam5(lima)fokusprioritassebagaiberikut: 1. Meningkatkantatakelolaekonomidaerah; 2. MeningkatkankapasitasSDMpengelolaekonomidaerah 3. Meningkatkanfasilitasi/pendampingandalampengembanganekonomilokaldan daerah; 4. Meningkatkankerjasamadalampengembanganekonomilokaldandaerah; 5. Meningkatkan akses terhadap sarana dan prasarana fisik pendukung kegiatan ekonomilokaldandaerah. Pengembangan ekonomi lokal dan daerah, selain bertujuan untuk meningkatkanpertumbuhanekonomidalamrangkapeningkatandayasaingekonomi daerah, tetapi juga untuk memeratakan pembangunan ekonomi, antarwilayahJawa luar Jawa, antarprovinsi, antarkabupaten/kota, juga antardesakota secara berkeadilanmelaluipeningkatandayasaingdaerah.Untukmeningkatkandayasaing daerahdannasional,pemerintahtelahmelakukanberbagaikebijakan,sepertiupaya

BUKUPEGANGAN2010
I30 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

MemperkuatSinergiAntaraPusatdanDaerahdanAntardaerah

mendorong kerjasama antara pemerintah dengan swasta dalam penyediaan infrastruktur melalui PeraturanPresiden No 67 Tahun 2005, pengembanganSistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) yang terintegrasi antara Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dengan Kementerian/Lembaga yang memiliki kewenangan perizinan terkait dengan investasi. Upaya lainnya dalam pengembangan ekonomi lokal dan daerah adalah pengembangan kawasan sentra produksi (KSP) yang pada dasarnya mengaitkan kegiatan produksi dan pemasaran, melalui pengembangan kelembagaan bisnis yang meliputi seluruh proses kegiatan agrobisnis, yaitu subsistem produksi dan pendukungnya,subsistempengolahan,dansubsistemdistribusipemasaransehingga dapat memberikan hasil yang menguntungkan bagi semua pelaku pembangunan secara optimal. Pengembangan kawasan industri berbasis kompetensi inti industri daerah dapat menghasilkan sekumpulan keunggulan atau keunikan sumberdaya termasuksumberdayaalamdankemampuansuatudaerahuntukmembangundaya saing dengan upaya mengelompokkan industri inti yang saling berhubungan, baik dengan industri pendukung maupun dengan industri terkait sehingga dapat meningkatkandayasaingdaerah.

BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

I31

RingkasanEksekutif

ARAHKEBIJAKANPEMERINTAH
SasaranPokokdanPrioritasNasionalRPJMN20102014
Kerangka Visi Indonesia 2014 adalah : TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA,DEMOKRATIS,DANBERKEADILANdenganpenjelasansebagaiberikut. Kesejahteraan Rakyat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demokrasi. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab sertahakasasimanusia.Keadilan.Terwujudnyapembangunanyangadildanmerata, yangdilakukanolehseluruh masyarakatsecaraaktif,yanghasilnyadapatdinikmati olehseluruhbangsaIndonesia. SasaranPokokRPJMN20102014 I.SASARANPEMBANGUNANKESEJAHTERAANRAKYAT 1. Ekonomi a. PertumbuhanEkonomi :ratarata 6,3 6,8 persen pertahun (sebelumtahun 2014tumbuh7%) b. InflasiRatarata:46persenpertahun c. TingkatPengangguran(terbuka):56persenpadaakhirtahun2014 d. TingkatKemiskinan:810persenpadaakhirtahun2014 2. Pendidikan a. Meningkatnya ratarata lama sekolah penduduk berusia 15 tahun ke atas (tahun),statusawal2008:7,50persen,target2014:8,25persen b. Menurunnyaangkabutaaksarapendudukberusia15tahunkeatas(persen) statusawal2008:5,97persen,target2014:4,18persen c. MeningkatnyaAPMSD/SDLB/MI/PaketA(persen)statusawal2008:95,14 persen,target2014:96,0persen d. Menin gkatnya APM SMP/SMPLB/ MTs/Paket B (persen) status awal 2008:72,28persen,target2014:76,0persen e. MeningkatnyaAPKSMA/SMK/MA/PaketC(persen)statusawal2008:64,28 persen,target2014:85,0persen f. Meningkatnya APK PT usia 1923 tahun (persen) status awal 2008 : 21,26 persen,target2014:30,0persen g. Menurunnya disparitas partisipasi dan kualitas pelayanan pendidikan antarwilayah,gender,dansosialekonomi,sertaantarsatuanpendidikanyang diselenggarakanolehpemerintahdanmasyarakat 3. Kesehatan a. Meningkatnya umur harapan hidup dari status awal 2008 sebesar 70,7tahun menjadi72,0tahunpadatahun2014

BUKUPEGANGAN2010
I32 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

MemperkuatSinergiAntaraPusatdanDaerahdanAntardaerah

b. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup (statusawal2008:228/target2014:118) c. Menurunnya angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup (status awal 2008:34/target2014:24) d. Menurunnya prevalensi kekurangan gizi(gizi kurang dan gizi buruk) pada anakbalita(statusawal2008:18,4persen/target2014:<15,0persen) 4. Pangan a. ProduksiPadiTumbuh3,22persenpertahun b. ProduksiJagungTumbuh10,02persenpertahun c. ProduksiKedelaiTumbuh20,05persenpertahun d. ProduksiGulaTumbuh12,55persenpertahun e. ProduksiDagingSapiTumbuh7,30persenpertahun 5. Energi a. Peningkatankapasitaspembangkitlistrik3.000MWpertahun b. Meningkatnya rasio elektrifikasi Pada tahun 2014 mencapai 80 persen Meningkatnya produksi minyak bumi Pada tahun 2014 mencapai 1,01 juta barrelperhari c. Peningkatan pemanfaatan energi panas bumi Pada tahun 2014 mencapai 5.000MW 6. Infrastruktur a. Pembangunan Jalan Lintas Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua Hingga tahun 2014 mencapaisepanjang19.370km b. Pembangunan jaringan prasarana dan penyediaan sarana transportasi antar moda dan antarpulau yang terintegrasi sesuai dengan Sistem Transportasi NasionaldanCetakBiruTransportasiMultimodaSelesaitahun2014 c. Penuntasan pembangunan Jaringan Serat Optik di Indonesia Bagian Timur Selesaisebelumtahun2013 d. Perbaikansistemdanjaringantransportasidi4kotabesar(Jakarta,Bandung, Surabaya,danMedan)Selesaitahun2014. II.SASARANPERKUATANPEMBANGUNANDEMOKRASI MeningkatnyakualitasdemokrasiIndonesia 1) Semakinterjaminnyapeningkataniklimpolitikkondusifbagiberkembangnya kualitas kebebasan sipil dan hakhak politik rakyat yang semakin seimbang denganpeningkatankepatuhanterhadappranatahukum; 2) Meningkatnya kinerja lembagalembaga demokrasi, dengan indeks ratarata 70padaakhirtahun2014; 3)Menyelenggarakan pemilu tahun 2014 yang dapat dilaksanakan dengan adil dan demokratis, dengan tingkat partisipasi politik rakyat 75% dan berkurangnyadiskriminasihakdipilihdanmemilih; 4) Meningkatnya layanan informasi dan komunikasi. Pada Tahun 2014: Indeks DemokrasiIndonesia73.

BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

I33

RingkasanEksekutif

III.SASARANPEMBANGUNANPENEGAKANHUKUM Tercapainya suasana dan kepastian keadilan melalui penegakan hukum (rule of law)danterjaganyaketertibanumum. 1) Persepsi masyarakat pencari keadilan untuk merasakan kenyamanan, kepastian, keadilan dan keamanan dalam berinteraksi dan mendapat pelayanandariparapenegakhukum 2) Tumbuhnya kepercayaan dan penghormatan publik kepada aparat dan lembagapenegakhukum 3) Mendukung iklim berusaha yang baik sehingga kegiatan ekonomi dapat berjalandenganpastidanamansertaefisisen.IndeksPersepsiKorupsi(IPK) tahun2014sebesar5,0yangmeningkatdari2,8padatahun2009. ArahKebijakanUmumPembangunanNasional Mengacupadapermasalahandantantanganyangdihadapibangsadannegara Indonesia baik dewasa ini maupun dalam lima tahun mendatang, maka arah kebijakanumumpembangunannasional20102014adalahsebagaiberikut: 1.ArahkebijakanumumuntukmelanjutkanpembangunanmencapaiIndonesiayang sejahtera. 2.Arahkebijakanumumuntukmemperkuatpilarpilardemokrasidenganpenguatan yang bersifat kelembagaan dan mengarah pada tegaknya ketertiban umum, penghapusan segala macam diskriminasi, pengakuan dan penerapan hak asasi manusiasertakebebasanyangbertanggungjawab. PrioritasRPJMN20102014 VisidanMisipemerintah20092014,perludirumuskandandijabarkanlebih operasional ke dalam sejumlah program prioritas sehingga lebih mudah diimplementasikandandiukurtingkatkeberhasilannya.SebelasPrioritasNasionaldi bawahinibertujuanuntuksejumlahtantanganyangdihadapiolehbangsadannegara dimasamendatang.Sebagianbesarsumberdayadankebijakanakandiprioritaskan untuk menjamin implementasi dari 11 prioritas nasional yaitu: (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar,danpascakonflik;serta(11)kebudayaan,kreativitas,daninovasiteknologi. Disampingsebelasprioritasnasionaltersebutdiatas,upayauntukmewujudkanvisi danmisipembangunan20102014jugamelaluipencapaianprioritasnasionallainnya di bidang politik, hukum, dan keamanan, di bidang perekonomian, dan di bidang kesejahteraanrakyat. PrioritasdanSasaranPokokRKP2010 Perencanaan pembangunan perlu diterjemahkan ke dalam program dan kegiatanpembangunanyangnyata,spesifikdanjelasbesaranalokasipendanaannya. Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 20102014 dituangkan dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah yang memuat kebijakan,

BUKUPEGANGAN2010
I34 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

MemperkuatSinergiAntaraPusatdanDaerahdanAntardaerah

program dan kegiatan pembangunan yang telah disepakati bersama dengan Dewan PerwakilanRakyat(DPR). Berdasarkan kemajuan yang dicapai dalam tahun 2008 dan perkiraan 2009, serta tantangan yang dihadapi tahun 2009, tema pembangunan pada tahun 2010 adalah: PEMULIHAN PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PEMELIHARAAN KESEJAHTERAANRAKYAT. Berdasarkan sasaran yang harus dicapai dalam RPJM II Tahun 20102014, kemajuanyangtelahdicapaidalamRPJMITahun20052009,sertaberbagaimasalah dan tantangan pokok yang harus dipecahkan dan dihadapi pada tahun 2010, maka prioritaspembangunannasionalpadatahun2010adalahsebagaiberikut: 1. Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat, serta Penataan Kelembagaan dan PelaksanaanSistemPerlindunganSosial; 2. PeningkatanKualitasSumberDayaManusiaIndonesia; 3. Pemantapan Reformasi Birokrasi dan Hukum, serta Pemantapan Demokrasi dan KeamananNasional; 4. Pemulihan Ekonomi yang Didukung oleh Pembangunan Pertanian, Infrastruktur, danEnergi; 5. Peningkatan Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kapasitas Penanganan PerubahanIklim. AsumsiMakrodanKebijakanFiskal2010 Memperhatikanperkembanganekonomiduniadandomestiksepanjangtahun 2009 dan perkembangan terkini, besaran asumsi dasar ekonomi makro yang digunakansebagaiacuanperhitunganbesaranAPBN2010diperkirakantidaksesuai lagi.Dalamrangkamemutakhirkanasumsidasarekonomimakroagarlebihrealistis, dalamRAPBNP2010asumsidasarekonomimakroadalahsebagaiberikut: (1)pertumbuhanekonomidiperkirakantetaptumbuhsebesar5,5persen, (2)tingkatinflasimeningkatmenjadi5,7persen, (3)rataratasukubungaSBI3bulanmeningkatmenjadi7,0persen, (4)nilaitukarmenguatmenjadisekitarRp9.500perUS$, (5)hargaminyakmentahIndonesiarataratameningkatmenjadiUS$77perbarel, (6)liftingminyaktetapsebesar0,965jutabarelperhari. Penyesuaian ini diperlukan dalam rangka penetapan besaran APBN guna menghadapi perubahan kondisi ekonomi agar target dan sasaran ekonomi lebih realistis. PokokPokokKebijakanFiskalRAPBN2010 Berdasarkan hasil evaluasi kinerja ekonomi di tahun 2009 serta melihat perkembangan perekonomian dan pembangunan di tahun 2010, Pemerintah memandang perlu untuk melakukan perubahan terhadap APBN 2010. Dalam kerangka tersebut, perubahan APBN 2010 ditujukan antara lain untuk: (a) mengantisipasiperubahanindikatorekonomimakrodalamtahun2010;(b)menjaga stabilitashargabarangdanjasadidalamnegeri;serta(c)mempercepatpelaksanaan programprogram prioritas pembangunan nasional dalam tahun 2010 dan jangka

BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

I35

RingkasanEksekutif

menengah. Perubahan APBN 2010 tersebut dilakukan secara menyeluruh guna menampung seluruh perubahan dalam pendapatan, belanja, serta defisit dan pembiayaananggaran. Dalam RAPBNP 2010 pendapatan negara dan hibah diperkirakan menjadi Rp974.819,7 miliar, atau 2,6 persen lebih tinggi dari target APBN 2010 sebesar Rp949.656,1 miliar. Di sisi belanja negara, perubahan pagu berasal dari kombinasi penambahan anggaran belanja negara baru, dan realokasi anggaran. Penambahan anggaranbelanjanegaradalamRAPBNP2010tersebutbersumberdaripenambahan anggaran belanja Pemerintah pusat, dan penambahan anggaran transfer ke daerah. Secara keseluruhan tambahan belanja negara yang dibutuhkan diperkirakan mencapaisebesarRp56.970,5miliar,sehinggadalamRAPBNP2010belanjanegara diperkirakanmenjadiRp1.104.636,6miliar. PokokPokokPerubahanKebijakandanAnggaranBelanjaPusatTahun2010 Perubahan terhadap APBN tahun anggaran 2010 yang ditetapkan dengan Undangundang No. 47 tahun 2009 perlu dilakukan karena adanya beberapa pertimbangansebagaiberikut. Pertama, APBN tahun 2010 merupakan APBN transisi, yang disusun oleh Pemerintahan yang periodenya berakhir tahun 2009 bersamasama dengan DPR periode yang sama, namun dilaksanakan oleh Pemerintah hasil Pemilihan Presiden 2009. Kedua, sejak ditetapkan dengan Undangundang Nomor 47 Tahun 2009 tentang APBN tahun 2010, telah terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat signifikan pada berbagai indikator ekonomi makro yang menjadi asumsi dasar penyusunanAPBNtahun2010yangtidaksesuailagidengankondisiriilsaatinidan perkiraansetahunkedepan. Ketiga,adanyaperubahanpokokpokokkebijakanfiskaltahun2010,sebagai dampak perkembangan lingkungan ekonomi dan sosial serta upaya percepatan pencapaiantargettargetpembangunan.Perubahanpokokpokokkebijakantersebut antaralainmeliputi:(1)pelonggarandefisitanggaran,dari1,6persenterhadapPDB dalamAPBNtahun2010menjadi2,1persenterhadapPDB;(2)rencanapelaksanaan programstabilisasihargabeberapakomoditaspokokdanvital,sepertiberas,listrik, pupuk, dan minyak goreng; (3) program rehabilitasi dan rekonstruksi Padang Sumatera Barat, dan Jawa Barat pasca bencana alam gempa bumi; (4) dukungan anggaranbagipelaksanaanInpresNo.1Tahun2010tentangPercepatanPelaksanaan PrioritasPembangunanNasionalTahun2010;(5)programkegiatanprioritaslainnya yangbelumtertampungdalamAPBNtahun2010;serta(6)penggunaansebagiandari SisaLebihPembiayaanAnggaran(SILPA)tahun2009untukmembiayaipeningkatan defisitanggarantahun2010. Di bidang belanja negara, perubahan pokokpokok kebijakan fiskal yang mempunyai implikasi pada peningkatan beban belanja non Kementerian Negara/Lembaga (K/L) antara lain meliputi: (i) penundaan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dari yang semula direncanakan akan diberlakukan sejak Januari 2010 menjadi mulai awal Semester II tahun 2010; (ii) penundaan kenaikan harga eceran

BUKUPEGANGAN2010
I36 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

MemperkuatSinergiAntaraPusatdanDaerahdanAntardaerah

tertinggi(HET)pupukyangseharusnyadilakukanpadabulanJanuari2010menjadi mulai bulan April 2010 untuk menyesuaikan periode musim tanam yang biasanya dilakukanpadabulanOktoberMaret;(iii)kebijakankenaikanhargapembeliangabah keringpanenuntukmengurangidampakkenaikanHETpupukterhadappendapatan petanidanmeningkatkanketahananpangan. PokokPokokPerubahanAlokasiTransferkeDaerahTahun2010 Dengan memperhatikan berbagai peraturan perundangundangan serta berpijak pada hasil evaluasi selama implementasi tahun 20062009, dan mengacu pada hasil pembahasan antara DPR RI dan Pemerintah dalam rangka Pembicaraan Pendahuluan Penyusunan APBN tahun 2010, kebijakan transfer ke daerah pada tahun2010akanlebihdipertajamuntuk: 1. mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah (vertical fiscal imbalance)danantardaerah(horizontalfiscalimbalance); 2. meningkatkankualitaspelayananpublikdidaerahdanmengurangikesenjangan pelayananpublikantardaerah; 3. mendukung kesinambungan fiskal nasional (fiscal sustainability) dalam rangka kebijakanekonomimakro; 4. meningkatkankemampuandaerahdalammenggalipotensiekonomidaerah; 5. meningkatkanefisiensipemanfaatansumberdayanasional;serta 6. meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan rencanapembangunandaerah. Gunamendukungarahkebijakantransferkedaerahtersebut,dalamRAPBNP tahun2010alokasianggaranTransferkeDaerahdiperkirakansebesarRp334.268,3 miliar atau 5,3 persen terhadap PDB. Secara nominal, jumlah tersebut berarti mengalami peningkatan sebesar Rp11.845,3 miliar atau 3,7 persen dari pagu anggaran transfer ke daerah dalam APBN tahun 2010 sebesar Rp322.423,0 miliar. Peningkatan Transfer ke Daerah dalam RAPBNP tahun 2010 tersebut selain disebabkan oleh adanya peningkatan DBH, juga disebabkan oleh adanya pos baru, yaitu hibah ke daerah. Alokasi anggaran transfer ke daerah dalam RAPBNP tahun 2010tersebutterdiriatasdanaperimbangan92,9persen,danaotonomikhususdan penyesuaian4,9persen,sertahibahkedaerah2,2persen.

BUKUPEGANGAN2010 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

I37

RingkasanEksekutif

PENUTUP
Sinergipusatdaerahdanantardaerahmerupakanpenentuutamakelancaran pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 20102014. Pemecahan masalah pembangunan seperti kemiskinan, pengangguran, ketahanan pangan, kondisi infrastruktur yang kurang tersedia dan degradasi lingkungan di daerah, serta percepatan pertumbuhan ekonomi memerlukan suatu manajemen pembangunan yangmengaturkoordinasidankerjasamayangsolidantaraPemerintah,Pemerintah ProvinsidanPemerintahKabupaten/Kota.Halterpentingdalampelaksanaansinergi pusatdandaerahadalahterwujudnyasinergikebijakanantarapemerintahpusatdan daerah sehingga setiap kebijakan dirumuskan dengan memperhatikan dan menampung aspirasi daerah, serta mengutamakan penyelesaian permasalahan secara nyata di daerah. Sinergi pusatdaerah dan antardaerah dilakukan dalam seluruhprosesmulaidariperencanaan,pelaksanaan,pengendaliandanevaluasiyang mencakupkerangkakebijakan,regulasi, anggaran,kelembagaan,danpengembangan wilayah. Sinergi kebijakan pembangunan antara pusat dan daerah dan antardaerah diperlukan untuk: (1) memperkuat koordinasi antarpelaku pembangunan di pusat dan daerah; (2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah; (3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; (4) mengoptimalkan partisipasi masyarakat di semua tingkatan pemerintahan; serta (5) menjamin tercapainya penggunaansumberdayasecaraefisien,efektif,berkeadilan,danberkelanjutan. Buku Pegangan Tahun 2010 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah ini ditujukan untuk menjadi pegangan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan sinergi kebijakan yang dimaksudkan agar pemerintah daerah mampu memahami dan melaksanakan kebijakan pemerintah pusat dengan efisien dan efektif; serta mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut dengan berbagai sumber daya yang tersedia. Dengan disusunnya Buku Pegangan Tahun 2010 ini diharapkan berbagai permasalahan dan hambatan yang muncul dalam proses pembangunan mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi dapat teridentifikasi, serta dapat dirumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah melalui sinergi pelaksanaan berbagai kebijakan yang telah disusun atau yang akan disusun di masa yang akan datang. Selanjutnya Buku Pegangan Tahun 2010 ini dapat menjadi pegangan bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan agenda pembangunan dengan memperkuat sinergi pusat dan daerah danantardaerah.

BUKUPEGANGAN2010
I38 PenyelenggaraanPemerintahandanPembangunanDaerah

You might also like