You are on page 1of 7

I.

KONTRUKSI PERKERASAN JALAN


Yang dimaksud dengan konstruksi perkerasan jalan adalah lapisan suatu bahan yang diletakkan diatas tanah dasar pada jalur jalan rencana yang perfungsi sebagai: a). Pelindung tanah dasar terhadap erosi air. b). Lapisan perantara untuk menyebarkan beban lalu lintas ketanah dasar. Jenis Konstruksi Perkerasan Perkerasan modern pada umumnya terdiri dari beberapa lapis bahan dengan kualitas yang berbeda-beda dimana lapisan yang paling kuat diletakkan paling atas. Menurut sifat perekat yang digunakan, konstruksi perkerasn dapat dibagi menjadi dua golongan: a). Perkerasan fleksibel b). Perkerasan kaku Perkerasan fleksibel adalah perkerasan yang terdiri dari lapisan aspal, sedang perkersan kaku adalah perkerasan dari lapisan beton. Perbedaan perkerasan tersebut adalah sbb: Perkerasan Fleksibel Jika ada beban permukaan perkerasan akan melendut dan jika beban hilang akan kembali kebentuk semula (elastis) Kekuatannya tergantung dari kemampuan penyebaran tegangan lapisan perkerasan jadi sangat dipengaruhi oleh kekuatan tanah dasar. Perkerasan Kaku

Jika ada beban permukaan tetap kaku.

Kekuatan lebih tergantung dari lapisan beton dan tidak terlalu terpengaruh oleh kekuatan tanah dasar.

Bentuk umum dari konstruksi perkerasan tersebut adalah sbb: a). Perkerasan Fleksibel Lapis permukaan (Surface) Lapis Pondasi Atas (Base) Lapis Pondasi Bawah ( Subbase) Tanah Dasar (Subgrade) b). Perkerasan Kaku Lapis permukaan merupakan plat beton Lapis Pondasi

Tanah Dasar (Subgrade) Syarat-syarat kekuatan/struktural Konstruksi perkerasan jalan dipandang dari segi kemampuan memikul dan menyebarkan beban, haruslah memenuhi syarat-syarat: a). Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/muatan lalu lintas ke tanah dasar. b). kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan dibawahnya. c). Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya dapat cepat dialirkan. d). Kekuatan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan deformasi yang berarti. Untuk memenuhi hal tersebut diatas, perencanaan dan pelaksanaan konstruksi perkerasan jalan haruslah mencakup: 1). Perencanaan tebal masing-masing lapisan perkerasan. Dengan memperhatikan daya dukung tanah dasar, beban lalu lintas yang akan dipikulnya, keadaan lingkungan, jenis lapisan yang dipilih, dapatlah ditentukan tebal masing-masing lapisan berdasarkan beberapa metode yang ada. 2). Analisa campuran bahan. Dengan memperhatikan mutu dan jumlah bahan setempat yang tersedia, direncanakan suatu susunan campuran tertentu sehingga terpenuhi spesifiksi dari jenis lapisan yang dipilih. 3). Pengawasan pelaksanaan pekerjaan. Perencanaan tebal perkerasan yang baik, susunan campuran yang memenuhi syarat, belumlah dapat menjamin dihasilkannya lapisan perkerasan yang memenuhi apa yang diinginkan jika tidak dilakukan pengawasan pelaksanaan yang cermat mulai dari tahap penyapan lokasi dan material sampai tahap pencampuran atau penghamparan dan akhirnya pada tahap pemadatan dan pemeliharaan. Disamping itu tak dapat dilupakan sitem pemeliharaan yang terencana dan tepat selama umur pelayanan, termasuk didalamnya sistem drainase jalan tersebut.

II.

DASAR-DASAR

PELAKSANAAN

PERKERASAN

LENTUR

(FLEKSIBLE

PAVEMENT)
A. LAPIS PERMUKAAN (SURFACE COURSE) Lapisan yang terletak paling atas disebut lapis permukaan, yang berfungsi sbb: 1). Lapis perkerasan panahan beban roda, lapisan mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa pelayanan. 2). Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya tidak meresap kelapisan dibawahnya dan melemahkan lapisan-lapisan tersebut. 3). Lapis aus (wearing course), lapisan yang langsung menderita gesekan akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus. 4). Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain dengan daya dukung yang lebih jelek. Guna dapat memenuhi fungsi tersebut diatas, pada umumnya lapisan permukaan dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan lama. Berdasarkan penggunaan bahan dan cara pencampuran maka jenis perkerasan fleksibel yang umum digunakan di Indonesia antara lain:

Lapisan yang bersifat nonstruktural , berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air:

a). Laburan aspal (BURAS), merupakan lapis penutup terdiri dari lapisan aspal taburan pasir dengan ukuran butir maksimum 3/8 inch. b). Laburan aspal satu lapis (BURTU), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam, dengan tebal maksimum 2 cm. c). Laburan aspal dua lapis (BURDA), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan dengan tebal maksimum 3,5 cm. d). Lapis tipis aspal pasir (LATASIR), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal dan pasir alam bergradasi menerus dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu dengan tebal padat 1 2 cm. e). Lapis tipis asbuton murni (LATASBUM), merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu yang dicampur secara dingin dengantebal maksimum 1 cm. f). Lapis tipis aspal beton (LATASTON), dikenal dengan nama HOT ROLL SHEET (HRS), merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi timpang, meneral pengisi (filler) dan aspal keras dengan perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas. Tebal padat 2,5 3 cm.

Lapisan yang bersifat struktural , berfungsi sebagai lapisan yang menahan & menyebarkan beban roda.

a). Lapis aspal beton (LASTON), dipadatkan pada suhu tertentu.

merupakan suatu lapisan pad konstruksi jalan yang terdiri dari

campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar dan b). Lapis penetrasi macadam (LAPEN), merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Diatas lapen ini biasanya diberi laburan aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan satu lapis dapat bervariasi dari 4 10 cm. c). Lapis asbuton agregat (LASBUTAG), merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran antara gregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk, dihampar dan dipadatkan secara dingin. Tebal padat tiap lapisannya antara 3 5 cm. B. LAPIS PONDASI ATAS (BASE COURSE) Lapisan perkerasan yang terletak diantara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan dinamakan lapis pondasi atas (base course). Fungsi lapisan pondasi atas antara lain: 1). Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban kelapisan dibawahnya. 2). Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah 3). Bantalan terhadap lapisan permukaan. Jenis Lapis Pondasi Atas yang umum digunakan di Indonesia: a). agregat bergradasi baik; Batu pecah ( klas A, klas B dan klas C) Batu pecah klas A mempunyai gradasi lebih kasar dari batu pecah klas B, batu pecah klas B lebih ksar dari batu pecah klas C. b). Pondasi Macadam c). Pondasi Telford d). Penetrasi Macadam (lapen) e). Aspal beton pondasi (Asphalt Concrete Base/Asphalt Treated Base) f). Stabilisasi terdiri dari: - Stabilisasi agregat dengan semen (Cement Treated Base) - Stabilisasi agregat dengan kapur (Lime Treated Base) - Stabilisasi agregat dengan aspal (Asphalt Treated Base) C. LAPISAN PONDASI BAWAH (SUBBASE COURSE) Lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan tanah dasar dinamakan lapis pondasi bawah (subbase). Lapis pondasi bawah ini berfungsi:

1). Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ketanah dasar. Lapisan ini harus cukup kuat, mempunyai CBR 20% dan Plastisitas Indeks (PI) 10%. 2). Efisiensi penggunaan material. Material pondasi bawah relatif murah dibandingkan dengan lapisan perkerasan diatasnya. 3). Mengurangi tebal laisan diatasnya yang lebih mahal. 4). Lapis peresapan, agar air tanah tidak terkumpuk dipondasi. 5). Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar. Hal ini sehubungan dengan kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca, atau lemahnya daya dukung tnah dasar menahan roda-roda alat berat. 6). Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas. Jenis lapisan pondasi bawah yang umum digunakan di Indonesia: a). Agregat bergradasi baik, dibedakan atas: Sirtu/pitrun klas A Sirtu/pitrun klas B Sirtu/pitrun klas C Sirtu klas A bergradasi lebih kasar dari sirtu klas B. b). Stabilisasi: Stabilisasi agregat dengan semen (Cement Treated Subbase) Stabilisasi agregat dengan kapur (Lime Treated Subbase) Stabilisasi tanah dengan semen (Soil Cement Stabilization) Stabilisasi tanah dengan kapur (Soil Lime Stabilization)

D. LAPIS TANAH DASAR (SUBGRADE) Lapisan tanah dasar setebal 50 100 cm diatas mana akan diletakkan lapisan pondasi bawah dinamakan lapisan tanah dasar. Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, tanah yang didatangkan dari tempat lain dan dipadatkan atau tanah yang distabilisasi dengan kapur atau bahan lainnya. Pemadatan yang baik diperoleh jika dilakukan pada kadar air optimum dan diushakan kadar air tersebut konstan selama umur rencana. Hal ini dapat dicapai dengan pelengkapan drainase yang memenuhi syarat. Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat ditentukan oleh sifat-sifat daya dukung tanah dasar. Masalah-masalah yang sering ditemui menyangkut tanah dasar adalah: 1). Perubahan bentuk tetap dari jenis tanah tertentu akibat beban lalu lintas. Perubahan bentuk yang besar akan mengakibatkan jalan tersebut rusak. Tanah-tanah dengan plastisitas tinggi cenderung untuk mengalami hal tersebut. Lapisan-lapisan tanah lunak yang terdapat dibawah tanah dasar harus diperhatikan. Daya dukung tanah dasar yang ditunjukkan oleh nilai CBR dapat merupakan indikasi dari perubahan bentuk yang dapat terjadi. 2). Sifat mengembang dan menyusut dari tanah dasar tertentu akibat perubahan kadar air. Hal ini dapat dikurangi dengan memadatkan tanah pada kadar air optimum sehingga mencapai

kepadatan tertentu sehingga perubahan volume yang mungkin terjadi dapat dikurangi. Kondisi drainase yang baik dapat menjaga kemungkinan berubahnya kadar air pada lapisan tanah dasar. 3). Daya dukung tanah dasar yang tidak merata pada daerah dengan macam tanah berbeda. Penelitian yang seksama atas jenis dan sifat tanah sepanjang jalan dapat mengurangi akibat tidak meratanya daya dukung tanah dasar. Perencanaan tebal perkerasan dapat dibuat berbedabeda dengan membagi jalan menjadi segmen-segmen berdasarkan sifat tanah yang berlainan. 4). Daya dukung tanah tidak merata akibat pelaksanaan yang kurang baik. Hal ini akan lebih jelek pada tanah dasar dari jenis tanah berbutir kasar dengan adanya tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu lintas ataupun akibat berat tanah dasar itu sendiri(pada tanah dasar tanah timbunan). Hal ini dapat diatasi dengan melakukan pengawasan yang baik pada saat pelaksanaan pekerjaan tanah dasar. 5). Perbedaan penurunan (defferential settlement) akibat adanya lapisan-lapisan tanah lunak dibawah tanah dasar akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk tetap. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan penyelidikan tanah dengan teliti. Pemeriksaan dengan menggunakan alat bor dapat memberikan gambaran yang jelas tentang lapisan tanah dibawah lapis tanah dasar. 6). Kondisi geologis dari lokasi jalan perlu dipelajari dengan teliti, jika ada kemungkinan lokasi jalan berada pada daerah patahan dan lain sebagainya.

KARAKTERISTIK Jenis Material

KATEGORI MATERIAL PERKERASAN BUTIRAN BETON TERIKAT ASPAL LEPAS SEMEN - Batu Pecah - Material yg di - Beton Aspal - Beton Semen - Kerikil stabilisasi dg - Aspal - Agregat Tanah kapur. - Material yg di - Material yg di stablisasi seca stabilisasi dg ra mekanis semen - Material yg di - Material yg di stabilisasi dg stabilisasi dg bitumen kapur / flyash - Material yg di - Material yg di stabilisasi seca stabilisasi dg ra kimiawi abu batu - Material yg di modifikasi : semen, kapur, abu batu atau flyash. Pembentukan kuat geser mela lui gaya interlock antar partikel. Tidak ada gaya tarik yg berarti Pembentukan gaya geser mela lui gaya interlock dan ikatan kimiawi. Terjadi gaya tarik yg berarti Pembentukan gaya geser mela lui interlock antar partikel dan kohesi. Terjadi gaya tarik yg berarti. Peka thdp suhu. Pembentukan gaya geser mela lui ikatan kimia wi dan interlock antar partikel. Terjadi gaya tarik yg sangat berarti

Sifat Dasar

Model Keruntuhan

Deformasi terja di akibat geser dan kepadatan. Disintegrasi terjadi melalui perpecahan

Pembentukan retak melalui pe nyusutan, kelelahan dan kelebihan pembeban an. Terjadi erosi & pemuaian akibat ada air - Modulus - Angka Poison

Retak terbentuk akibat kelelahan dan kelebihan beban. Deformasi tetap.

Retak terjadi aki bat penyusutan, kelelahan dan erosi dari lapisan pondasi bawah.

Masukan Parameter untuk Perencanaan.

- Modulus - Angka Poison - Derajat Anisotropy Spesifikasi Material Umum

- Modulus - Angka Poison

- Kuat lentur 90 atau 28 hari dan kuat tekan 28 hari Hubungannya dg kelelahan dan kekuatan beton.

Kriteria Penampilan

Hubungannya dg kelelahan

Hubungannya dg kelelahan

Sumber : Pavement Design, NAASRA, 1997

You might also like