You are on page 1of 7

2.3.

Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau School Based Management (SBM) merupakan suatu model pengelolaan yang memberikan otonomi atau kemandirian kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang

melibatkan secara langsung semua warga sekolah sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan oleh pemerintah (Pusat sampai kota/Kabupaten). MANAGEMENT SEKOLAH POLA LAMA Keputusan terpusat Pendekatan birokratik Pengarahan Mengontrol Menata / menentukan Menghindari resiko Menggunakan uang habis Pendelegasian POLA BARU Keputusan otonom Pendekatan professional Motivasi diri Mempengaruhi Menfasilitasi Mengatasi resiko Efisiensi keuangan Pemberdayaan Keberhasilan bawah sampai level paling

Keberhasilan sampai level menengah -

BPPN dan Bank Dunia (1999) dalam Mulyasa, memberi pengertian bahwa MBS merupakan bentuk alternatif sekolah dalam program desentralisasi di bidang pendidikan, yang ditandai oleh otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat, dan dalam kerangka kebijakan nasional. Sedangkan Depdikbud dalam Mulyasa (2002), mengemukakan MBS adalah suatu penawaran bagi sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan lebih memadai bagi para peserta didik.

Mulyasa (2002) mengemukakan Manajemen Berbasis Sekolah adalah pradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam rangka kebijakan pendidikan nasional. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah kebijakan pemerintah yang diberikan masing-masing sekolah untuk mengelola dan mengoptimalkan pendidikan di daerahnya sesuai dengan karakteristik di daerahnya masing-masing dan keikutsertaan masyarakat dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Menurut E. Mulyasa : MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para peserta didik. Otonomi dalam

manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para staff, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok yang terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan.

Menurut Nanang Fatah : MBS merupakan pendekatan politik yang bertujuan untuk mendesain ulang pengelolaan sekolah dengan memberikan kekuasaan kepada kepala sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja sekolah yang mencakup guru, siswa, komite sekolah, orang tua siswa dan masyarakat. Manajemen berbasis Sekolah mengubah sistem pengambilan keputusan dengan memindahkan otoritas dalam pengambilan keputusan dan manajemen ke setiap yang berkepentingan di tingkat lokal (Local Stakeholde).

Menurut Bedjo sudjanto : MBS merupakan model manajemen pendidikan yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah. Disamping itu, MBS juga mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan langsung semua warga sekolah yang dilayani dengan tetap selaras pada kebijakan nasional pendidikan.

2.3.2

Esensi dan Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen berbasis sekolah (MBS) menekankan keterlibatan maksimal berbagai pihak, seperti pada sekolah-sekolah swasta, sehingga menjamin partisipasi staf, orangtua, peserta didik, dan masyarakt yang lebih luas dalam perumusan-perumusan keputusan tentang pendidikan. Kesempatan berpartisipasi tersebut dapat meningkatkan komitmen mereka terhadap sekolah. Selanjutnya, aspek-aspek tersebut pada akhirnya akan mendukung efektivitas dalam pencapaian tujuan sekolah. Inti (esensi) dari manajemen berbasis sekolah adalah upaya secara terusmenerus untuk memperbaiki kinerja sekolah dengan memposisikan sekolah sebagai institusi yang relatif otonom. Sejalan dengan itu, perbaikan kinerja sekolah secara terus-menerus selalu tersedia ruang gerak, waktu, dan tenaga untuk melakukan perbaikan. Manajemen berbasis sekolah mempunyai beberapa prinsip-prinsip dalam penerapannya yaitu: 1. Berfokus pada pelanggan. Fokus utamanya adalah kualitas produk yang dihasilkan melalui masukan dan proses yang baik. Pelanggan sekolah itu meliputi siswa, masyarakat, guru, kepala sekolah, staf tata usaha, dan pengguna lulusan. 2. Melakukan peningkatan secara terus-menerus. Suatu realitas dan menjadi sifat alamiah kita selaku masyarakat pendidik bahwa kalau suatu tugas bisa dilaksanakan dengan sukses, kita mengalihkan perhatian pada sesuatu yang baru. Keberhasilan bukanlah hasil akhir dari suatu tugas, melainkan hanyalah satu langkah maju sebelum mengambil langkah maju berikutnya jadi tidak ada hasil akhir karena standar, desain, dan biaya pendidikan hari ini tidak akan memenuhi berbagai kebutuhan di masa yang akan datang. 3. Mengakui masalah secara terbuka. Keterbukaan warga sekolah dipertimbangkan sebagai kekuatan yang bisa mengendalikan dan mengatasi berbagai masalah dengan cepat, serta dengan sama cepatnya pula bisa mewujudkan berbagai kesempatan. 4. Mempromosikan keterbukaan.

Ilmu pengetahuan adalah untuk saling dibagikan dan hubungan komunikasi yang mendukungnya merupakan sumber efisiensi yang lebih besar. 5. Menciptakan tim kerja. Tim kerja meliputi; kelompok kerja guru, satuan tugas pengendali mutu (QC), dan lain-lain adalah bahan bangunan dasar yang membentuk struktur organisasi sekolah. 6. Memanajemeni proyek melalui tim fungsional silang. Tim fungsional silang merupakan sumber daya departemen yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam memprogram pengembangan dan peningkatan mutu sekolah. 7. Memelihara proses hubungan yang benar. Dengan memastikan bahwa proses dan hubungan antar manusia didesain untuk memelihara kepuasan warga sekolah maka investasi sekolah cepat membuahkan hasil karena komunitas sekolah memiliki loyalitas dan komitmen. 8. Mengembangkan disiplin pribadi. Melalui pendidikan, agama, dan norma-norma sosial, orang-orang

berkeyakinan bahwa menyesuaikan diri dengan sifat alamiah disiplin merupakan penguatan kembali potensi di dalam diri yang menunjukkan dan menjaga keutuhan. 9. Memberikan informasi pada semua karyawan. Dengan memberikan informasi yang penting pada setiap warga sekolah, tantangan perusahaan berubah menjadi tantangan pribadi. Informasi ini juga merupakan langkah penting untuk mencapai kultur berdasarkan pengetahuan. 10. Memberikan wewenang kepada setiap karyawan. Delegasi tugas dan tanggung jawab menjadi penting dalam sekolah yang berbasis MBS. Melalui pelatihan dalam berbagai keahlian, dorongan semangat, tanggung jawab pengambilan keputusan, akses pada sumber data dan anggaran, timbal balik, rotasi pekerjaan, dan penghargaan, komunitas sekolah memiliki kekuatan untuk secara nyata memengaruhi urusan diri mereka sendiri dan urusan sekolah.

2.3.3

Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah

Tujuan Manajemen berbasis sekolah Adalah meningkatkan efisiensi, mutu , dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada , partisipasi masyarakat , dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu di peroleh melalui partisipasi orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah , peningkatan profesionalisme guru,adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol serta hal lain yang dapat menumbuhkembangkan suasana kondusif. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam dan memperdayakan sumber daya yang tersedia. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua (Masyarakat), sekolah dan pemerintah tentang mutu sekolah. Meningkatkan kompetensi yang sehat antarsekolah untuk pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan.

Adapun Departemen Pendidikan Nasional mendeskripsikan bahwa tujuan pelaksanaan MBS adalah meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan ini siatif sekolah dalam mengelola serta memberdayakan sumber daya yang tersedia dengan :Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua , masyarakat dan pemerintah tentang mutu sekolahnya serta meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan di capai.

Ada lagi para ahli yang menyebutkan bahwa : Tujuan manajemen berbasis sekolah adalah peningkatan mutu pendidikan , yakni dengan memandirikan sekolah untuk mengelola lembaga bersama pihak - pihak terkait.Dan dengan demikian sekolah dan masyarakat tidak perlu lagi mengganggu instruksi dari atas dalam mengambil langkah - langkah untuk memajukan pendidikan.Mereka dapat mengembangkan suatu visi pendidikan sesuai dengan keadaan setempat dan melaksanakan visi tersebut secara mandiri.

Pada dasarnya, MBS ditandai dengan adanya otonomi sekolah dan perlibatan masyarakat yang merupakan respons dari pemerintah terhadap gejalagajala yang muncul di masyarakat. Model penerapan manajemen berbasis sekolah dalam masyarakat mempunyai beberapa tujuan yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Meningkatkan fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas. Meningkatkan profesionalisme guru dan kepala sekolah. Meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap sekolah Meningkatkan pemberdayaan sekolah. Meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan adanya tujuan penerapan manajemen berbasis sekolah diharapkan pelaksanaan sistem MBS, sekolah dapat mandiri menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan, dan mempertanggungjawabkan

pemberdayaan sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun pemerintah.

Daftar Pustaka

Made Pidarta,Peranan kepala Sekolah Pada Pendidikan dasar,(Jakarta:PT Gramedia Mediasarana Indonesia,1998) hlm. 1 http://elqorni.wordpress.com/2009/03/15/pengertian-manajemen-dan-fungsifungsinya-definition-and-functions-of-management/ Diakses pada tanggal 27 Maret 2010 Az-zahra,Fatimah, Dra. Hj. M.Pd, Pengelolaan Sekolah (Materi Pembekalan PKL STIT Raden Wijaya) tahun akademik 2004/2005 http://love-of-malika.blogspot.com/2012/03/school-based-managementmanajemen.html Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: -. Mulyasa, E. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurkolis. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Suryosubroto, B. 2010. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Umaedi, dkk. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Universitas Terbuka. http//www.pdfsearch.com/MBS http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/22/manajemen-berbasis-sekolah-mbs/

You might also like