You are on page 1of 4

Hubungan penyakit dan lingkungan hidup dalam segitiga epidemiologi menurut konsep Bloom : Gambar 2.

Konsep Bloom Host

Agent

Environment

1.

Faktor host Faktor host ini termasuk faktor intrinsik yang sangat dipengaruhi oleh sifat genetik manusia. Meningkatnya jumlah faktor determinan genetik manusia, berhubungan dengan meningkatnya atau menurunnya kepekaan manusia terhadap penyakit tertentu. Selain itu salah satu faktor yang penting adalah daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh biasanya ditentukan oleh beberapa faktor seperti makanan yang sehat, vaksinasi, pemeliharaan kesehatan, cara hidup yang teratur, patuh terhadap ajaran agama. Faktor agent Agent dari penyakit biasanya berlokasi pada lingkungan tertentu. Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu golongan endogen dan eksogen. Yang termasuk dalam golongan endogen adalah : faktor genetik, faktor psikis, dan faktor fisiologik. Sedangkan yang termasuk dalam faktor eksogen yaitu golongan yang hidup seperti bakteri, virus, parasit, dan golongan yang tidak hidup seperti bahan-bahan kimia, trauma.

2.

3. Faktor lingkungan Yang disebut sebagai lingkungan adalah segala sesuatu baik benda maupun keadaan yang berada disekitarnya yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat dan sekitarnya. Sebagai faktor intrinsik yang terdiri dari lingkungan fisik, biologi, ekonomi, dan sosial (Machfoedz, 2005). Upaya terhadap host, agen, dan environment agar menurunkan angka kejadian kusta: 1. Host terhadap agen Daya tahan tubuh host berpengaruh terhadap daya agen penyakit untuk dapat menjadikan host terkena kusta. Kusta sulit menular pada seseorang yang memiliki daya tahan tubuh yang baik. Sebaliknya, kusta mudah menular pada seseorang yang memiliki daya tahan tubuh yang kurang baik. Oleh karena itu, perlu upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh agar menurunkan angka kejadian kusta, beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan daya tahan tubuh adalah dengan memakan makanan yang sehat, vaksinasi, pemeliharaan kesehatan. 2. Host terhadap environment

3.

4.

5.

6.

Lingkungan yang baik menghambat penularan kusta. Olehkarena itu, perilaku host terhadap lingkungan berpengaruh terhadap kejadian kusta. Seseorang yang rajin membersihkan lingkungan sekitar rumahnya menjadikan lingkungannya bersih sehingga dapat mencegah kuman kusta untuk berkembangbiak, dengan demikian hal tersebut dapat menurunkan angka kejadian kusta. Agen terhadap host Penyakit kusta disebabkan oleh suatu jenis bakteri yang disebut Mycobacterium leprae. Cara yang paling baik untuk mencegah penyakit kusta yakni dengan diagnosa dan pengobatan dini pada orang terinfeksi (DTH, 2004). Bakteri kusta lebih mudah menyerang seseorang yang memiliki imunitas yang rendah, sehingga untuk mencegah kusta seseorang dapat meningkatkan imunitasnya. Agen terhadap environment Bakteri kusta lebih senang tumbuh di lingkungan yang kumuh dan kotor, sehingga untuk menekan pertumbuhan kusta dengan cara menjadikan lingkungan bersih dan sehat. Environment terhadap host Kelompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di daerah endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, air yang tidak bersih, dan asupan gizi yang buruk. Penularan melalui lingkungan bisa terjadi karena kondisi sanitasi yang kurang baik meliputi kebersihan rumah, kelembaban ruangan fasilitas sanitasi yang jelek dan juga kebiasaan masyarakat tidur bersamasama, pakai pakaian bergantian, handuk mandi secara bergantian dan buang air besar di kebun juga dapat memicu terjadinya berbagai macam penyakit dan juga tidak menutup kemungkinan penyakit kusta. Olehkarena itu, upaya agar lingkungan selalu bersih dan sehat (misalkan dengan mencuci tangan sebelum makan maupun rajin mandi agar tubuh senantiasa terjaga kebersihannya) dapat membantu host untuk mencegah dari penyakit klus (Yudied et al, 2007). Environment terhadap agen Peningkatkan kebersihan lingkungan sekitar rumah dapat menekan timbulnya bibit penyakit, dari lingkungan keluarga yang sehat maka kemungkinan timbulnya penyakit akan semakin kecil. Oleh karena itu, untuk menghindari Kusta salah satunya dengan menjaga kebersihan karena bakteri penyebab penyakit kusta mudah berkembang di lingkungan yang tidak bersih dan sanitasi yang kurang baik. (Ima, 2010). PERILAKU KESEHATAN Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsur pokok, yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau praktis). Sedangkan stimulus atau rangsangan di sini terdiri dari 4 unsur pokok, yakni: sakit dan penyakit, sistem

pelayanan kesehatan dan lingkungan. Dengan demikian secara lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup: 1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan di luar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni: a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, (health promotion behavior), misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga, dan sebagainya. b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior), adalah respon untuk melakukan pencegahan penyakit. c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking behavior), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya, atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas, mantri, dokter praktek, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya). d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior), yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya melakukan diet, mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam rangka pemulihan kesehatannya. 2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas, dan obat-obatan. 3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya (zat gizi), pengelolaan makanan, dan sebagainya sehubungan kebutuhan tubuh kita. 4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environment health behavior) adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri. Perilaku ini antara lain mencakup: a. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk di dalamnya komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan. b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi-segi higien dan pemeliharaan, teknik, dan penggunaannya. c. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Termasuk di dalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat, serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik. d. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya.

A. FUNGSI FISIOLOGIS KELUARGA (APGAR SCORE) Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga digunakan APGARscore. APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi : 1. Adaptation Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain. 2. Partnership Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut. 3. Growth Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut. 4. Affection Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga. 5. Resolve Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
Skoring : Hampir selalu Kadang kadang Hampir tak pernah : 2 poin : 1 poin : 0 poin Kriteria nilai APGAR :

8 - 10 6- 7 <5

: baik : sedang : buruk

You might also like