You are on page 1of 35

PROPOSAL PKM-M BIOGAS DIDANAI

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBUATAN STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR BIO GAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA LABUHAN RATU I KECAMATAN WAY JEPARA LAMPUNG TIMUR

BIDANG KEGIATAN: PKM - M

Diusulkan oleh: KETUA : C. HARDIAN PUTRANTO 105214056/TM/2010 091434008/BIO/2009 105214045/TM/2010

ANGGOTA : YOSEPH TAEK ISIDORUS MAU LOKO PERMANA PANJI

105214081/TM/2010

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

A. JUDUL Pelatihan Pembuatan Energi Alternatif Menuju Masyarakat Mandiri Energi dan Lingkungan Hidup yang Sehat di Desa Wukirsari, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. B. LATAR BELAKANG MASALAH Kenaikan harga minyak dunia dan menurunnya ketersediaan cadangan bahan bakar minyak, berdampak pada krisis energi yang besar-besaran. Krisis energi yang terjadi sangat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat dan tentu saja memengaruhi segala aspek perokonomian. Kondisi ini berdampak pula pada harga bahan bakar minyak yang semakin tinggi dan sulit dijangkau oleh sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya masyarakat pedesaan. Seiring kenaikan bahan bakar minyak yang meningkat secara signifikan, memengaruhi kebutuhan masyarakat akan energi juga terus meningkat; karena kenaikan harga bahan bakar minyak ini tidak diiringi dengan kenaikan pendapatan yang signifikan. Hal ini, membuat dampak pada kesejahteraan masyarakat menjadi rendah, khususnya masyarakat di desa Wukirsari yang sebagian besar berprofesi sebagai petani dan buruh tani. Masyarakat desa Wukirsari yang bekerja sebagai tani dan buruh tani dengan penghasilan yang tidak tetap dan sangat rendah. Selain meningkatnya harga bahan bakar minyak, maka Program konversi minyak tanah ke gas, menjadi pilihan utama masyarakat. Masyarakat memilih menggunakan LPG karena Gas dalam tabung berkapasitas 3 kg dapat diperoleh di warung atau toko-toko sekitar lokasi. Gas dalam tabung 3 kg tersebut dipasarkan dengan harga Rp 15.000,00 per tabung. Dalam satu bulan rata-rata setiap rumah tangga menghabiskan 3-4 tabung gas. Namun, sering kali harga gas melonjak ketika keberadaan gas berkurang atau langka di pasaran tanpa masyarakat mengetahui penyebabnya. Tentu saja hal ini membebani dan merepotkan masyarakat yang telah tergantung pada pemakaian LPG. Kebijakan pemerintah untuk mengatasi kelangkaan energi mengalami kendala karena pengembangan energi baru dan terbarukan belum dikembangkan secara optimal. Ketergantungan pada minyak masih tinggi seiring peningkatan kebutuhan energi, padahal suplai minyak kian ketat ditengah persaingan global, sehingga kemandirian energi masih sebatas mimpi. Pada harian Kompas tanggal 29 september 2011, di halaman depan dituliskan hasil wawancara Kompas dengan para petani di sentra beras di wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Lampung,

dan Sulawesi Selatan yang menyatakan bahwa pupuk mahal dan jumlahnya tidak memadai. Pada halaman opini ditulis juga oleh Henry Saragih tentang kekurang seriusan pemerintah dalam mengurus pangan dan pertanian. (Kompas,29 september 2011) Masyarakat pedesaan di Yogyakarta pada umumnya, berprofesi sebagai petani juga merangkap sebagai peternak, seoerti masyarakat di desa Wukirsari, Cangkringan, Sleman. Ternak yang biasa dipelihara masyarakat Wukirsari adalah sapi, kambing, dan ayam. Menurut penuturan masyarakat setempat khusunya yang lanjut usia, bahwa pada waktu dulu setiap rumah di desa tersebut memiliki hewan dan ternak peliharaan. Hewan-hewan tersebut dipergunakan untuk mendukung pertanian, baik sebagai pembajak sawah maupun penghasil pupuk organik. Namun, karena kebijakan akan penggunaan pupuk kimia dalam pengolahan pertanian dan munculnya traktor yang digerakkan oleh mesin serta pertimbangan aspek ekonomis yang lain, lambat laun kebutuhan akan dukungan ternak menjadi berkurang. Hal ini berpengaruh pada manfaat hewan sebagai pendukung pertanian dan penghasil pupuk organik, sehingga keterikatan keluarga petani terhadap ternak sapinya mengalami penurunan.

Gambar 1. Peternakan sapi di masyarakat pedesaan Di samping itu, pemerintah pun membuka lebar-lebar pintu import sapi maupun dagingnya yang dengan serta merta menjungkalkan harga sapi lokal hingga berada dibawah biaya pemeliharaannya. Permasalahan kebutuhan energi di pedesaan sebenarnya dapat diselesaikan dengan menggunakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan, murah, dan mudah diperoleh dari lingkungan sekitar dan bersifat dapat diperbaharui. Salah satu energi alternatif yang ramah lingkungan yang dapat diupayakan di pedesaan adalah biogas (gas bio) yang dihasilkan dari bahan-bahan organik seperti kotoran hewan

ternak. Kandungan biogas terdiri dari gas metan (60%-70%), karbondioksida (40%30%), dan beberapa gas lain dalam jumlah kecil. Energi lestari ini dapat diperoleh melalui proses anaerob dalam suatu wadah yang disebut digester. Pada prinsipnya pembuatan biogas sangat sederhana, yaitu memasukkan substrat (kotoran sapi) ke dalam digester yang menyekat ruangan di dalamnya dari udara lingkungan (anaerob). Dalam waktu tertentu, biogas akan terbentuk yang selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber energi, misalnya untuk menggantikan bahan bakar (LPG). kompor gas

Gambar 2 Siklus lestari peternakan dan pertanian Disamping dapat mengasilkan energi yang ramah lingkungan, penggunaan biodigester dapat pula membantu sistem pertanian dengan hasil sampingannya berupa pupuk organik dengan mutu yang baik. Seperti diketahui pupuk organik dapat mengembalikan kualitas tanah dan menghasilkan produk pertanian yang sehat untuk dikonsumsi. Hal ini lambat laun akan membawa kembali peran penting ternak dalam siklus kehidupan petani. Efek positif yang lain dalam pemanfaatan biodigester adalah dapat membantu upaya mengurangi emisi gas metan (CH4) yang dihasilkan dari dekomposisi bahan organik yang diproduksi di sektor pertanian dan peternakan. Dalam sektor peternakan, kotoran sapi tidak dibiarkan terdekomposisi secara terbuka melainkan difermentasi menjadi energi biogas dalam ruangan digester, sehingga gas

metan yang dihasilkan tidak akan mencemari udara. Lingkungan hidup di sekitar peternakan juga menjadi lebih sehat karena tidak tercemari bau kotoran ternak, tidak banyak lalat dan nyamuk. Bersama dengan gas karbondioksida, gas metan merupakan gas rumah kaca, yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global. Pengurangan gas metan secara lokal ini dapat berperan positif dalam upaya penyelesaian permasalahan pemanasan global, sehingga dapat pula dimasukkan dalam program internasional Clean Development Mechanism.

Gambar 3. Kotoran ternak yang terdekomposisi secara terbuka

Tipe desain digester yang telah dipergunakan masyarakat di daerah yang lain adalah jenis fixed dome. Digester tipe ini memiliki daya tampung yang besar dan mudah perawatannya. Tetapi biaya pengadaan setiap unit digester ini mahal (diatas 10 juta rupiah) dan pembuatannya membutuhkan tenaga yang terlatih karena bentuk konstruksinya seperti setengah bola. Kendala biaya dan sumberdaya manusia yang terbatas kemampuannya ini ternyata menjadi penyebab lambatnya perkembangan pemanfaatan biogas di masyarakat.

Gambar 4. Pembuatan Biodigester tipe fixed dome

C. PERUMUSAN MASALAH 1. Masyarakat pedesaan belum mengelola secara optimal sumberdaya yang ada di peternakan untuk menuju kemandirian energi dan lingkungan yang lestari 2. Masyarakat belum mengenal teknologi biodigester yang murah dan mudah dalam pemanfaatannya 3. Pemanfaatan biogas belum memasyarakat secara luas

D. TUJUAN Tujuan kegiatan ini adalah 1. Meningkatkan pengetahuan tentang manfaat limbah peternakan untuk menciptakan energi lestari dan memelihara lingkungan hidup 2. Meningkatkan ketrampilan pembuatan biodigester yang mudah dan murah, sehingga masyarakat dapat membuat biodigester secara massal 3. Mengajak masyarakat untuk memasyarakatkan pemanfaatan limbah peternakan sebagai sumber energi dan pupuk yang lestari E. LUARAN YANG DIHARAPKAN 1. Masyarakat pedesaan menjadi masyarakat yang mandiri akan kebutuhan energi dan berperan aktif dalam memelihara lingkungan hidup 2. Semakin banyak masyarakat membuat biodigester, memperoleh energi secara gratis, memperoleh pupuk organik yang baik, tidak bergantung pada pupuk kimia maupun pasokan LPG

F.KEGUNAAN 1. Bagi masyarakat a. Tumbuhnya kesadaran masyarakat tentang energi terbarukan (biogas) dan lingkungan hidup yang sehat b. Meningkatnya ketrampilan masyarakat dalam pembuatan digester biogas sehingga dapat mengembangkannya secara mandiri dan akhirnya pemanfaatan biogas semakin memasyarakat. c. Tersedianya energi secara swadaya sehingga tidak terpengaruh oleh kelangkaan dan mahalnya BBM

d.

Masyarakat pedesaan kembali memelihara ternak sapi, sehingga selalu terjaga ketersediaan pupuk organik yang lebih berkualitas dan terlepas dari ketergantungan terhadap pupuk buatan.

2. Bagi peserta PKM a. b. Semakin mendalami proses pembuatan digester murah dan ramah lingkungan. Sebagai pengalaman untuk pengembangan kreativitas dan berorganisasi di tengah masyarakat. c. Mentreasfer ilmu pengetahuan tetang penggunaan teknologi sederhana (biogas) kepada masyarakat sebagai bagian dari pengabdian dan pemberdayaan masyarakat.

G. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN Desa Wukirsari terletak di lereng gunung Merapi, di wilayah Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan luas daerah 1.456 Ha dan terletak pada ketinggian tanah 600 meter dengan curah hujan 2.500 mm / Tahun dan suhu rata-rata 25C. Jarak antara Desa Wukirsari dengan Kecamatan adalah 2 km, jarak dengan ibukota Kabupaten adalah 17 km, sedangkan jarak dengan ibukota Propinsi adalah 22 km. Jumlah penduduk Desa Wukirsari 10.083 orang yang terdiri dari 4.814 orang laki-laki dan 5.269 orang perempuan, dengan jumlah 3.060 Kepala Keluarga (KK). Terbagi dalam 24 dusun. Mata pencaharian masyarakat; tani 7.633 orang, swasta 688 orang, PNS 360 orang, pertukangan 282 orang, buruh tani 421 orang, TNI 88 orang, POLRI 17 orang, dan pensiunan 163 orang. Wilayah desa Wukirsari selain sebagai areal pemukiman, juga dimanfaatkan sebagai areal pertanian, perkebunan dan peternakan. Pertanian terdiri dari: pertama, tanaman padi dan palawija; ketela pohon, kacang tanah, ketela rambat dan kedelai. Kedua, tanaman sayur-sayuran; kubis, kentang, sawi, tomat, wortel, kacang panjang,terong, buncis, lombok, bawang putih, bawang merah, ketimun. Ketiga, tanaman buah-buahan; pisang, pepaya, jeruk, semangka, mangga, durian, duku, jambu, rambutan, sirsat, apel, anggur, salak, belimbing, dan lain-lainl. Hasil tanaman perkebunan; kelapa, kopi, teh, coklat, karet, cengkeh,tembakau, vanilla, lada dan lainlain. Jenis ternak yang ada di desa Wukirsari adalah ayam kampung, ayam ras, itik, kambing, domba, sapi perah, dan sapi biasa. Kebanyakan sapi dipelihara secara sendiri-sendiri, maksudnya tidak dikandang kelompok. Hal ini justru menguntungkan apabila akan dibuat biogas, karena lokasi tidak terpisah jauh dari rumah atau dapur keluarga petani. Jumlah keseluruhan sapi yang ada di desa Wukirsari sebanyak 914 ekor.

H. METODE PELAKSANAAN Metode yang akan digunakan dalam Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat adalah dengan ahli pengetahuan dan transfer teknologi

melalui rembug desa serta pelatihan cara pembuatan biogas dengan biodigester yang murah dan mudah kepada petani-peternak di wilayah desa Wukirsari. Kegiatan ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap sosialisasi biogas,, tahap pembuatan biodigester, dan tahap pemanfaatan biogas. Pada tahap sosialisasi mempergunakan metode rembug desa di mana masyarakat akan diajak memahami adanya proses fermentasi pada limbah peternakan yang akan dapat lebih bermanfaat apabila dikelola secara benar. Pada tahap ini, dengan tabung gallon air meneral, akan ditunjukkan proses fermentasi yang terjadi dan gas metan yang dihasilkan. Diharapkan pada akhir kegiatan masyarakat mengetahui proses alamiah yang terjadi pada limbah peternakan, memahami manfaat teknologi pembuatan biogas, dan bersemangat untuk mewujudkan pembangunan biodigester. Tahap kedua adalah tahap pembuatan unit biodigester. Pada tahap ini akan dipilih dua sampai tiga orang dari setiap pedukuhan yang ada di kelurahan wukirsari untuk mendapat pelatihan pembuatan digester dari tim khusus yang sudah disiapkan. Diharapkan mereka yang sudah mendapat pelatihan dapat menjadi tutor di pedukuhannya masing-masing pada saat pemasangan digester. Susunan unit digester dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5. Susunan Unit Biodigester

Gambar 6. Ukuran lubang bio digester Tahap ketiga adalah tahap pemanfaatan energi. Pada tahap ini, masyarakat diajak untuk melihat dan merasakan sendiri hasil fermentasi yang telah menjadi ssenergi yang siap dipakai, namun yang ditekankan disini adalah gas yang dihasilkan lebih diarahkan untuk menggantikan gas LPG untuk kebutuhan dapur. Masyarakat diharapkan agar dengan melihat hasil menjadi semakin berminat untuk

mengembangkannya sendiri secara mandiri. Indikator jangka pendek yang hendak dicapai sebagai pengukur keberhasilan kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut. No Tahap Pertama 1 Jumlah peserta pelatihan 48 orang Indikator Capaian akhir Kegiatan

Tahap Kedua 2 3 Jumlah instalasi biogas Volume kotoran perhari yang diinputkan ke digester Tahap Ketiga 4 5 Volume biogas perhari Produksi pupuk organik perhari 24 m3 300ter 6 instalasi 300 liter

I. JADWAL KEGIATAN

Waktu (bulan) Kegiatan


1 2

I
3 4 1 2

II
3 4 1

III
2 3 4 1

IV
2 3 4 1 2

V
3 4

Sosialisasi Pelatihan Pembuatan Digester Pemanfaatan Energi Penyusunan Laporan Pengiriman Laporan

J. RANCANGAN BIAYA 1 . BAHAN

2 . ALAT

3 . PERJALANAN

4 . LAIN LAIN PENGELUARAN

5 . TOTAL JUMLAH ANGGARAN

cara mudah membuat reaktor biogas dari bahan plastik


bahan-bahan yang perlu dipersiapkan terlebih dahulu 1. plastik PE, tebal 0.15 mm dengan ukuran lebar 1.5 meter

2. plastik terpal 3. 2 buah pipa PVC berdiameter 4", panjang 1-1.5 meter 4. 1 pasang mur baut lubang bak air plastik, diameter 3/4" 5. pipa PVC berdiameter 3/4" 6. sambungan L (elbow) PVC berdiameter 3/4" 7. kran PVC diameter 3/4" 8. sambungan T PVC, diameter 3/4" 9. lem PVC 10. botol plastik bekas yang transparan 11. plastik jerigen bekas 12. ban bekas sepeda motor dan mobil setelah semua bahan diatas disiapkan, sekarang mari kita belajar merakit reaktor biogas. persiapan lubang lubang yang dimaksud adalah tempat penyimpanan reaktor biogas stelah dirakit. untuk ukurannya sebagai berikut P = 6 meter, L = 85 cm dan kedalamamnya 85 cm untuk daerah panas, 50 cm untuk daerah dingin. Jun 27

LAPORAN AKHIR PKM-M BIOGAS


I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kenaikan harga minyak dunia dan menurunnya ketersediaan cadangan bahan bakar minyak, berdampak pada krisis energi yang besar-besaran.Krisis energi yang terjadi sangat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat dan tentu saja memengaruhi segala aspek perokonomian. Kondisi ini berdampak pula pada harga bahan bakar minyak yang semakin tinggi dan sulit dijangkau oleh sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya masyarakat pedesaan. Masyarakat desa Wukirsari yang bekerja sebagai tani dan buruh tani dengan penghasilan yang tidak tetap dan sangat rendah mengalami secara langsung akibat dari kelangkaan sumber energi ini. Masyarakat pedesaan di Yogyakarta pada umumnya, berprofesi sebagai petani juga merangkap sebagai peternak, seperti masyarakat di desa Wukirsari, Cangkringan, Sleman. Ternak yang biasa dipelihara masyarakat Wukirsari adalah sapi, kambing, dan ayam. Ternak-ternak ini mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengatasi persolalah kelangkaan energi yang terjadi di Negara Indonesia dengan penerapan reaktor biogas sebagai wadah untuk menghasilkan gas bio.

Gambar 1. Peternakan sapi di masyarakat pedesaan

Gambar 2. Kotoran ternak yang terdekomposisi secara terbuka Disamping dapat mengasilkan energi yang ramah lingkungan, penggunaan biodigester dapat pula membantu sistem pertanian dengan hasil sampingannya berupa pupuk organik dengan mutu yang baik. Seperti diketahui pupuk organik dapat mengembalikan kualitas tanah dan menghasilkan produk pertanian yang sehat untuk dikonsumsi. Hal ini lambat laun akan membawa kembali peran penting ternak dalam siklus kehidupan petani. B. PERUMUSAN MASALAH 1. Masyarakat pedesaan belum mengelola secara optimal sumberdaya yang ada di peternakan untuk menuju kemandirian energi dan lingkungan yang lestari 2. Masyarakat belum mengenal teknologi biodigester yang murah dan mudah dalam pemanfaatannya 3. Pemanfaatan biogas belum memasyarakat secara luas C. TUJUAN Tujuan kegiatan ini adalah 1. Meningkatkan pengetahuan tentang manfaat limbah peternakan untuk menciptakan energi lestari dan memelihara lingkungan hidup 2. Meningkatkan ketrampilan pembuatan biodigester yang mudah dan murah, sehingga masyarakat dapat membuat biodigester secara massal 3. Mengajak masyarakat untuk memasyarakatkan pemanfaatan limbah peternakan sebagai sumber energi dan pupuk yang lestari D. LUARAN YANG DIHARAPKAN 1. Masyarakat pedesaan menjadi masyarakat yang mandiri akan kebutuhan energi dan berperan aktif dalam memelihara lingkungan hidup 2. Semakin banyak masyarakat membuat biodigester, memperoleh energi secara gratis, memperoleh pupuk organik yang baik, tidak bergantung pada pupuk kimia maupun pasokan LPG

E.

KEGUNAAN 1. Bagi masyarakat a. Tumbuhnya kesadaran masyarakat tentang energi terbarukan (biogas) dan lingkungan hidup yang sehat b. Meningkatnya ketrampilan masyarakat dalam pembuatan digester biogas sehingga dapat mengembangkannya secara mandiri dan akhirnya pemanfaatan biogas semakin memasyarakat. c. Tersedianya energi secara swadaya sehingga tidak terpengaruh oleh kelangkaan dan mahalnya BBM d. Masyarakat pedesaan kembali memelihara ternak sapi, sehingga selalu terjaga ketersediaan pupuk organik yang lebih berkualitas dan terlepas dari ketergantungan terhadap pupuk buatan. 2. Bagi peserta PKM a. Semakin mendalami proses pembuatan digester murah dan ramah lingkungan. b. Sebagai pengalaman untuk pengembangan kreativitas dan berorganisasi di tengah masyarakat. c. Mentreasfer ilmu pengetahuan tetang penggunaan teknologi sederhana (biogas) kepada masyarakat sebagai bagian dari pengabdian dan pemberdayaan masyarakat.

II. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN Desa Wukirsari terletak di lereng gunung Merapi, di wilayah Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan luas daerah 1.456 Ha dan terletak pada ketinggian tanah 600 meter dengan curah hujan 2.500 mm / Tahun dan suhu rata-rata 25C. Jarak antara Desa Wukirsari dengan Kecamatan adalah 2 km, jarak dengan ibukota Kabupaten adalah 17 km, sedangkan jarak dengan ibukota Propinsi adalah 22 km. Jumlah penduduk Desa Wukirsari 10.083 orang yang terdiri dari 4.814 orang laki-laki dan 5.269 orang perempuan, dengan jumlah 3.060 Kepala Keluarga (KK). Terbagi dalam 24 dusun. Mata pencaharian masyarakat; tani 7.633 orang, swasta 688 orang, PNS 360 orang, pertukangan 282 orang, buruh tani 421 orang, TNI 88 orang, POLRI 17 orang, dan pensiunan 163 orang. Wilayah desa Wukirsari selain sebagai areal pemukiman, juga dimanfaatkan sebagai areal pertanian, perkebunan dan peternakan. Pertanian terdiri dari: pertama, tanaman padi dan palawija; ketela pohon, kacang tanah, ketela rambat dan kedelai. Kedua, tanaman sayur-sayuran; kubis, kentang, sawi, tomat, wortel, kacang panjang,terong, buncis, lombok, bawang putih, bawang merah, ketimun. Ketiga, tanaman buah-buahan; pisang, pepaya, jeruk, semangka, mangga, durian, duku, jambu, rambutan, sirsat, apel, anggur, salak, belimbing, dan lain-lainl. Hasil tanaman perkebunan; kelapa, kopi, teh, coklat, karet, cengkeh,tembakau, vanilla, lada dan lainlain. Jenis ternak yang ada di desa Wukirsari adalah ayam kampung, ayam ras, itik, kambing, domba, sapi perah, dan sapi biasa. Kebanyakan sapi dipelihara secara sendiri-sendiri, maksudnya tidak dikandang kelompok. Hal ini justru menguntungkan apabila akan dibuat biogas, karena lokasi tidak terpisah jauh dari rumah atau dapur keluarga petani. Jumlah keseluruhan sapi yang ada di desa Wukirsari sebanyak 914 ekor. III. METODE PENDEKATAN Metode pendekatan yang digunakan dalam Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat adalah bekerjasama dengan mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang sedang menjalani KKN di desa wukirsari sehingga proses pendekatan dengan warga lebih baik khususnya dalam mengatur jadwal pertemuan dengan warga baik itu pada saat sosialisasi maupun kegiatan pelatihan dan pendampingan jangka pendek. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan sebanyak 7 kali dimana dalam setiap kali sosialisasi selalu ada sesi penyajian materi tentang biogas dari tim biogas dan dilanjutkan dengan tanya jawab dan musyawarah untuk mengambil kesepakatan kerja sama selanjutnya penentuan waktu dan tempat pelaksanaan. Kegiatan pelatihan dan pembuatan dailaksanakan ditempat dimana sudah disepakati bersama pada saat sosialisasi. Dalam pelatihan dan pembauatan reaktor dijelaskan lagi mengenai hal-hal teknis yang perlu diperhatikan seperti prosedur pengisian reaktor dan pemeliharaan raeaktor. Kegiatan monitorig dibuat setelah pelatiahan dan pembuatan reaktor yakni dimulai pada minggu pertama setelah pembuatan reaktor. Hal ini dimaksudkan untuk mengikuti perkembangan pemeliharaan reaktor dan wawancara dengan warga sehubungan dengan kendala yang dihadapi setealah pembuatan. Kegiatan monitoring ini dibuat setaiap santu pada bulan pertama dan pada bulan kedua dikurangi menjadi 2

minggu sekali. Dengan adanay pengurangan monitoring ini warga semakin mandiri, hal ini terlihat dari perkembangan yang ada pada reaktor dan biogas yang dihsilkan.

PELAKSANAAN PROGRAM 1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan No Waktu 01 20 Januari 2012 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11

Tempat Pedukuhan Karangpakis 20 Januari 2012 Pedukuhan Sempon 28 Januari 2012 Pedukuhan Bedoyo 2 Februari 2012 Pedukuah Sempon 4 Februari 2012 Pedukuhan Bedoyo 19 Mei dan 20 Mei Pedukuhan Rejosari 2012 26 Januri dan 24 Mei Pedukuhan 2012 Karangpakis 7 Februari dan 26 Mei Pedukuhan Sempon 2012 8 Februari 2012 Pedukuhan Bedoyo 30 Mei 2012 13, 19, 25 Februari, 24 Maret dan 24 April 2012 19, 25 Februari, 24 Maret dan 24 April 2012 19 Februari, 24 Maret, dan 24 April 2012 31 Januari, 8 Februari 2012 Pedukuah Rejosari Pedukuhan Bedoyo

Kegiatan Sosialisasi Sosialisasi sosialisasi Sosialisasi Sosialisasi Sosialisasi Pelatihan Pembuatan Pelatihan Pembuatan Pelatihan Pembuatan Pelatihan Pembuatan Monitoring dan dan dan dan

12

Pedukuhan Sempon

Monitoring

13 14

Pedukuhan Monitoring Karangpakis LAB Perancangan Evaluas Universitas Sanata Dharma

2) Tahapan pelaksanaan/ jadwal factual pelaksanaan Waktu (bulan) I II III IV V 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Kegiatan Sosialisasi Pelatihan Pembuatan Digester Monitoring Evaluasi Pemanfaatan Energi Penyusunan Laporan Pengiriman Laporan

3)

Instrumen Pelakasanaan Instrumen atau alat-alat yang dipergunakan dalam sosialisasi di 4 pedukuhan antara lain: Modul Modul digunakan sebanyak 2 modul untuk menunjang proses penyampaian informasi kepada masyarakat. Viewer Viewer sebagai media presentasi informasi-informasi penting mengenai apa itu biogas, bagaimana cara pembuatan reaktor biogas, contoh gambar-gambar reaktor biogas, video dan informasi-informasi lain yang merupakan ringkasan penting dari 2 modul yang diberikan kepada warga. Reaktor biogas Alat-alat penunjang pembuatan reaktor biogas antara lain: plastik UV, terpal, pipapipa, dll. Gas buang (C02) mesin berdiesel untuk mempermudah dalam pengecekan apakah ada plastik UV yang bermasalah (kebocoran), selain itu juga memepermudah untuk penempatan dalam lubang serta pembungkusan terpal sebagai pelindung plastik UV tersebut. Senthir (semacam lentera namun kecil), beberapa lilin, dan senter. Peralatan ini digunakan pada saat sosialisasi ketika listrik padam agar kegiatan sosialisasi tetap berjalan dengan baik.

4) cangan dan Realisasi Biaya

VI. Hasil dan pembahasan a) Hasil Hasil dari kegiatan ini adalah 6 buah reaktor biogas yang berfungsi dengan baik di desa Wukirsari yakni di 4 pedukuhan dengan rincian sebagai berikut: Pedukuhan Karangpakis 2 reaktor ( kandang kelompok dan rumah warga), Pedukuhan Sempon 2 reaktor (rumah warga), Pedukuhan bedoyo 1 reaktor ( rumah pak Dukuh), dan Pedukuhan rejosari 1 reaktor (rumah warga). b) Pembahasan Pelaksanaan di Pedukuhan Karangpakis Kegiatan sosialisasi dilakukan pada tanggal 20 januari 2012 di balai pertemuan pedukuhan Karangpakis. Jumlah peserta yang hadir sebanyak 33 orang yang teriri dari 24 orang warga yang pada umumnya bapak-bapak dan 9 orang mahasiswa KKN yang mewadahi kelancaran proses sosialisasi. Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam sosialisasi yakni; penyajian materi oleh tim PKMM yang dilanjutkan dengan tanya jawab. Tahap berikutnya adalah kesepakatan untuk kerjasama dan penentuan waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan pelatihan dan pembuatan reaktor serta beberapa hal teknis yang perlu dipersiapkan sebelum pelatihan seperti penggalian lubang reaktor.

Gambar 3. Sosialisasi Pelaksanaan kegiatan pelatihan dan pembuatan reaktor dilakukan pada tanggal 26 Januari 2012 bertempat di kandang kelompok pedukuhan Karangpakis dan 26 Mei 2012 di rumah warga. Jumlah warga yang hadir pada saat pelatihan dan pembuatan reaktor tidak sebanyak pada waktu sosialisasi karena ada kesibukan dengan pekerjaan. Tahapan pelaksanaan kegiatan pelatihan ini meliputi; mempersiapkan alat dan bahan sekaligus memperkenalkannya kepada peserta peralatan dan bahan yang akan digunakan pada saat pelatihan. Pelatihan ini berjalan dengan baik karena warga yang hadir sangat antusias dalam mengikuti setiap proses. Pelatihan ini dimulai pukul 09:00-15:30 sesuai dengan kesepakatan pada saat

sosialisasi. Pada pukul 16:00 dimulai kegiatan pengisian reaktor dengan kotoran hewan yang sepenuhnya dilakukan oleh warga dan dibantu oleh mahasiswa KKN.

Gambar 4. Pelatihan dan Pembuatan Seminggu setelah pelatihan dan pembuatan , tim melakukan kunjungan ke lokasi untuk melakukan pengecekan dan pemasangan kompor. Tabung penyimpan gas sudah menggelembung besarpertanda bahwa gas mulai keluar, dan setelah di coba ternyata mengeluarkan api yang cukup besar. Setalah mencoba kualitas api, tim mulai memasang kompor dan dan kualitas gas dicoba lagi dengan menggunakan kompor. Kegiatan monitoring rutin dibuat setiap seminggu sekali datang ke lokasi untuk melakukan pengecekan dan wawancara tentang perkembangan reaktor biogas dan proses pemeliharaan lanjutan.

Gambar 5. Monitoring dan Hasil

Pelaksanaan di Pedukuahan Sempon Kegiatan sosialisasi dilakukan pada tanggal 2 Februri 2012 bertempat di rumah Pak Dukuh. Kegiatan ini dilakukan pada malam hari karena pada siang hari warga bekerja di tempat kerja masing-masing. Pemberi sosialisasi adalah Tim dari PKMM yang berjumlah 2 orang. Peserta yang hadir pada saat sosialisasi berjumlah 32 orang yang terdiri dari 9 mahasiswa KKN dan 23 0rang warga. Warga sempon sangat berantusias, ini dapat dilihat dari banyaknya warga yang datang untuk mengikuti sosialisai. Tahapan sosialisasi meliputi; penjelasan kepada warga tentang apa itu biogas, manfaat dari biogas, tata cara pembuatan dll, lalu di selingi dengan sesi tanya jawab. Selain tanya jawab, tim biogas juga mendapat informasi dari warga tentang keadaan tanah yang ada di pedukuhan Sempon yang cendrung berair. Informasi tentang kondisi tanah ini sanagat membantu tim untuk mencari jalan keluar pada saat pemasangan reaktor. Diakhir dari kegiatan sosialisasi ini tim PKMM menawarkan kerja sama untuk pembuatan reactor percontohan dan ditanggapi dengan baik oleh warga. Banyak warga yang berminat dengan biogas percontohan ini sehingga keputusan terakhir yang diambil adalah dengan membuat undian dan disepakati 2 reaktor percontohan akan dibuat di pedukuhan Sempon. Setelah memusyawarahkan tempat, kegiatan selanjutnya adalah menentukan waktu untuk penginstalan, dan juga meminta warga setempat untuk datang dan membantu tim membuat dan menginstal reaktor.

Gambar 6. Sosialisasi Pelatihan dan pembuatan reaktor dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2012 sesuai dengan kesepakatan pada saat sosialisasi. Pelatihan dan pembuatan ini dilakukan di dua RT pada hari dan waktu sama. Tim dari biogas yang terdiri dari 4 dibantu dengan mahasiswa KKN dan teman-teman dari Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma yang berjumlah 6 orang. Karena pelatihan dibuat di 2 tempat pada hari yang sama maka dibuat 2 tim untuk mendampingi pelatihan di kedua tempat dimana keduanya dilakukan ditempat warga yang sudah dtentukan sesuai kesepakatan bersama. Kegiatan ini dimulai dari puku 09;00-17:30. Warga yang hadir dalam kegiatan pelatihan dan pembuatan ini tidak banyak karena tempat kerjanya yang beragam. Kegiatan ini diawali dengan mengalirkan air yang ada di dalam lubang reaktor dengan membuat parit dan melapisi lubang dengan jerami, agar air tidak keluar, dan cara itu berhasil. Selanjutnya tim di bantu oleh warga mulai membuat reaktor. Dalam proses pengerjaan ini anggota tim menjelaskan kepada warga tentang bagaimana tata cara pembuatan raktor yang baik dan benar. Setelah pembuatan tabung reaktor selesai, kegiatan selanjutnya pembuatan tabung penyimpanan gas. Tabung reaktor tidak digelembungkan karena warga tidak memiliki mesin diesel. Jalan keluar yang diambil adalah menginstal reaktor tanpa harus menggelembungkan digester. Dampak yang timbul akibat dari reaktor tidak digelembungkan adalah mengalami kesulitan pada saat pemasangan terpal pengaman.Terpal di gunakan sebagai pelindung dan pelapis reaktor agar tidak mudah bocor dan terlindungi dari berbagai

macam benda tajam. Kegiatan selanjutnya memasukan kotoran sapi yang telah di campur dengan air. Tim dan warga bergantian untuk mengaduk dan membersihkan kotoran yang akan di masukan ke dalam tabung. Setelah semua kotoran masuk tinggal menunggu sekitar 1-2 minggu agar gas nya bisa keluar.

Gambar 7. Pelatihan dan Pembuatan Seminggu setelah pelatihan, tim biogas datang lagi ke pedukuahan Sempon untuk melakukan pengecekan, tabung penyimpan gas sudah menggelembung. Kegiatan selanjutnya pemasangan selang dan mencoba kualitas api, hasilnya bagus lalu kegiatan selanjutnya adalah memasang kompor, dan di coba untuk memasak air dan berhasil. Tahap selanjutnya adalan monitoring rutin setiap seminggu sekali datang ke lokasi untuk melakukan pengecekan dan monitoring tentang perkembangan reaktor gas yang telah di instal. Selain itu juga melakukan wawancara dengan warga yang bersangkutan tentang kemajuan dan keuntungan stelah menggunakan biogas.

Gambar 8. Hasil Biogas di Dua Tempat Tanggapan dari masyarakat sangat baik. Ada perubahan yang mereka alami setelah mengunakan biogas. Pak Krisno, Salah warga yang mendapatkan instalasi biogas menuturkan bahwa dalam satu bulan keluarganya bisa menghabiskan 2-3 tabung gas LPJ, namun setelah menggunakan biogas terjadi penghematan dimana dalam satu bulan keluarga ini hanya menggunakan 1 tabung LPG dan kemungkinan kedepan tidak memakai lagi. Pelaksanaan di PedukuhanBedoyo Kegiatan sosialisasi di lakukan pada tanggal 4 Februari 2012. Kegiatan ini dilakukan pada malam hari yang bertepatan dengan acara pertemuan rutin warga

bedoyo di salah satu rumah penduduk, setelah acara pertemuan rutin selesai, tim di beri waktu oleh bapak dukuh setempat untuk bersosialisasi, dan menjelaskan kepada warga tentang biogas. Instrumen yang kami pakai dalam sosialisasi ini dengan memberikan modul yang sudah di siapkan kepada warga agar memudahkan mereka dalam memahami. Sosialisasi kali ini terlihat warga sepertinya kurang antusias, karena warga terlihat pasif, karena jarang ada warga yang mau bertanya mungkin karena faktor lelah dan mengantuk. Tetapi tim tetap menjelaskan dengan penuh semangat. selanjutnya tim menanyakan kepada warga apakah ada yang berminat dengan reaktor percontohan ini. Dan warga pun bersedia, karena di desa bedoyo memang berpotensi dan banyak warga yang memiliki ternak. Setelah di musyawarahkan, di putuskan bahwa rumah pak dukuhlah yang akan di jadikan tempat penginstalan, karena pak dukuh mempunyai ternak sapi dan memelihara petelur. Setelah menentukan tempat, kemudian tim menetapkan waktu untuk penginstalannya. Tidak lupa kami meminta bantuan warga agar mempersiapkan lubang tempat penginstalan reaktor biogas, serta meminta warga agar warga dapat hadir pada saat penginstalan sesuai jadwal yang disepakati bersama agar kelak bisa mengerti dan memahami cara pembuatan biogas.

Gambar 9. Sosialisasi Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 8 Februri 2012, bertempat di rumah pak Dukuh. Kegiatan dimulai pada pukul 10.00 terlambat satu jam dari dari kesepakatan sebelumnya yakni sedianya di mulai pukul 09.00 karena warga belum datang. Kegiatan pelatihan ini di awali dengan persiapan bahan dan dilanjutkan dengan perakitan reaktor. Setelah semua selesai, dan sudah terpasang kemudian kami menggelembungkan reaktor tersebut menggunakan mesin diesel. Karena warga yang mempunyai mesin diesel itu tempatnya cukup jauh dari rumah pak dukuh, maka kami beserta warga bergotong royong mengangkat reaktor tersebut menuju rumah warga yang mempunyai mesin diesel tersebut. Setelah reaktor menggelembung, kami kemudian memasangkan terpal sebagai pelapis sekaligus pelindung reaktor agar terlindungi dari berbagai macam benda tajam dan goresan, sekaligus untuk mengecek dan membuat reaktor tersebut hampa udara. Setelah reaktor berhasil dipasang terpal, kami beserta warga kemudian mengangkat kembali reaktor tersebut kembali ke rumah pak dukuh, agar segera di masukan ke dalam lubang yang telah disiapkan sebelumnya. Setelah reaktor berhasil masuk, kemudian kami menyiapkan kotoran, kami beserta warga bergantian turut serta dalam proses pemasukan kotoran ini, ada yang bertugas menyaring dan membersihkan kotoran dari jerami, ada yang bertugas mengambil kotoran dari tempatnya, ada yang bertugas memasukan kotoran ke dalam reaktor. Setelah semua kotoran berhasil di masukan, kemudian kami membiarkannya sekitar 1-2 minggu agar gas metane dapat keluar dari kotoran yang telah bercampur dengan air tersebut.

Gambar 10. Pelatihan dan Pembuatan Pengecekan dan pemasangan kompor dilokasi dilakukan seminggu setelah pengistalan raktor. Tabung penyimpan gas sudah menggelembung besar, dan mengeluarkan api yang cukup besar. selanjutnya tim memasang kompor monitoring rutin dilakuakan setiap seminggu sekali datang ke lokasi untuk melakukan pengecekan dan evaluasi tentang perkembangan reaktor gas yang telah terinstal. Selain itu juga melakukan wawancara dengan warga yang bersangkutan tentang kemajuan dan keuntungan setelah menggunakan biogas. Kami juag memberikan masukan-masukan agar biogas yang kami buat ini di rawat, di berikan tambahan pelindung agar awet dan tahan lama. Reaktor di pedukuah ini berperasi dengan baik. Dampak positif yanf diperoleh adalah adanya penghematan penggunaan gas LPG dan kayu. Gas yang dihasilkan dari reakor bisa bertahan dipakai selama 5 jam setiap harinya. Ini merupakan kemajuan yang luar biasa menurut tim kami karena menurut karena perkiraan awal, kemingkinan hnay bisa digunakan maksimal 3 jam perhari. Hal ini bisa terjadi karena faktor antusiasme yang sangat baik dari warga untuk mengisi reaktor secara rutin dan teratur.

Gambar 11. Hasil Pelaksanaan di Pedukuah Rejosari Kegiatan sosialisai dilakukan pada tanggl 19 Mei 2012 di balai pertemuan padukuhan Rejosari. Kegiatan ini dilakukan pada malam hari karena pada siang hari warga mempunyai kesibukan dengan pekerjaan masing-masing. Tahapan yang dilalui dalam sosilaisasi adalah penyajian materi, tanya jawab dan musyawarah untuk menentukan tempat dan waktu pelaksanaan. Pelatihan dan pembuatan reaktor dilaksankan pada tanggal 24 Mei 2012 di rumah warga. Warga yang hadir dalam pelatihan ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan pedukuhan. Warga sangat antusias mengikuti semua proses. Kegiatan dimulai pukul 09:00-16:30. Pukul 17:00 dilakukan pengisian reaktor.

Gambar 12. Pelatihan dan Pembuatan Monitoring belum dibuat karena semua anggota tim sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian akhir semester. Salah satu metode yang dipakai untuk mengikuti perkembangan reaktor adalah dengan menggunakan media komunikasi seperti HP (Hand Phone) sehingga komunikasi terus berjalan dengan baik. VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan : 1. Program PKM Pengabdian Kepada Masyarakat merupakan sarana yang sangat baik untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh mahasiswa di bangku kuliah kedalam bentuk yang nyata kepada masyarakat. 2. Kelangkaan sumber energi yang membuat resah masyarakat dapat diatasi dengan memanfaatkan kotoran ternak yang ada dimasyarakat dangan teknologi tepat guna yakni reaktor biogas dengan bahan plastik. 3. Program PKM Pengabdian Kepada Masyarakat menjadikan masyarakat sadar akan kekayaan sumber energi yang diliki masyarakat dan memeberikan solusi akan masalah kelangkaan sumber energi tak terbarukan yang semakin berkurang. Saran Dari kesimpulan diatas dapat disarankan : Setelah diberikan pelatihan dan pembuatan reaktor biogas taraf hidup masyarakat semakin baik dan besar harapan supaya masyarakat dapat mengembangkannya.

Posted 27th June by isidorus mauloko

bunaq gol

Recent Date Label Author

PROPOSAL PKM-M BIOGAS DIDANAI PROPOSAL PKM-M BIOGAS DIDANAI Jun 27th

LAPORAN AKHIR PKM-M BIOGAS LAPORAN AKHIR PKM-M BIOGAS Jun 27th PKM-M PKM-M Jun 27th cara mudah membuat reaktor biogas dari bahan plastik cara mudah membuat reaktor biogas dari bahan plastik Jun 26th Loading Send feedback

You might also like