You are on page 1of 22

Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Nonbahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang Budi

Santoso Abstrak: Bahasa Indonesia yang bermutu ialah bahasa Indonesia yang bersih dari kesalahan, baik kesalahan kaidah, logika maupun budaya. Dari beberapa skripsi yang dianalisis oleh penulis, ternyata mahasiswa tidak terlepas dari kesalahan kaidah tata bahasa. Untuk itu penulis menganggap perlu melakukan analisis yang berhubungan dengan Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Skipsi Mahasiswa Jurusan Nonbahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan dalam penyusunan kalimat efekif. Analisis ini mengkaji bagaimanakah bentuk kesalahan berbahasa dalam skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang dalam hal penyusunan kalimat efektif: (1) syarat kelengkapan, (2) syarat kesejajaran, (3) syarat kebernalaran, (4) syarat kecermatan, dan (5) syarat kegramatikalan. Adapun tujuan tujuan khusus penulisan artikel ini untuk mengkaji pemenuhan kelima syarat di atas. Pendekatan yang digunakan dalam analisis ini ialah pendekatan kualitatif, sedangkan jenis analisisnya adalah analisis dokumen. Data dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif dari segi penyajiannya dan metode isi dari segi analisis. Hasil analisis berupa perian dan perbaikan kesalahan penggunaan kalimat efektif yang telah dianalisis pada bagian pembahasan. Sedangkan Saran yang disampaikan dalam artikel ini meliputi: (1) saran yang berkaitan dengan analisis selanjutnya, (2) saran yang berkaitan dengan mahasiswa, dan (3) saran yang berkaitan dengan calon guru, guru atau dosen pengajar bahasa Indonesia. Kata-kata Kunci: kalimat efektif, kelengkapan, kesejajaran, kebernalaran, kecermatan, kegramatikalan PENDAHULUAN Latar Belakang Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tulis. Artinya bahwa bahasa adalah suatu alat untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kemauan yang murni manusiawi dan tidak instingtif, dengan pertolongan sistem lambang-lambang yang diciptakan dengan sengaja (Prastyoningsih, 2001:22). Penyampaian informasi atau pesan tersebut tentunya dengan menggunakan kalimat. Maka, agar pesan yang disampaikan oleh penutur dapat diterima oleh penerima hendaknya perlu memperhatikan penyusunan kalimat efektif. Mahasiswa sebagai orang terpelajar telah mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk mempelajari penggunaaan kalimat efektif. Hal ini memiliki konskuensi, bahwa mereka harus mampu menggunakan bahasa baku dalam berbagai kepentingan yang bersifat resmi

baik tulis maupun lisan. Dalam hal ini, untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik seperti skripsi, mahasiswa perlu menguasai penggunaan kalimat efektif. Hal ini wajar karena tanpa kalimat yang efektif gagasan dan pikiran yang akan disampaikan penulis kepada pembaca bisa salah tafsir. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Selanjutnya Werdiningsih (2006:77-78) menjelaskan bahwa kalimat adalah serangkaian kata yang tersusun secara bersistem sesuai dengan kaidah yang berlaku untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan yang ralatif lengkap. Kesatuan kalimat dalam bahasa tulis dimulai dari penggunaan huruf kapital pada awal kalimat dan diakhiri dengan pengunaan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya pada akhir kalimat. Dalam pengertian itu, ciri bersistem dan lengkap sangatlah penting karena kehilangan ciri ini akan menyebabkan rangkaian kata yang tersusun tidak memenuhi syarat sebuah kalimat. Rangkaian kata yang demikian tidak bisa mendukung gagasan, pikiran, atau perasaan yang akan disampaikan oleh penulis kepada orang lain. Dengan demikian, kalimat yang tersusun menjadi tidak efektif. Beberapa skripsi yang dianalisis penulis, ternyata mahasiswa tidak terlepas dari kesalahan-kesalahan yang menyangkut penyusunan kalimat efektif baik syarat kelengkapan, kesejajaran, kebernalaran, kecermatan maupun kegramatikalan. Kesalahankesalahan ini dapat menimbulkan gangguan komunikasi. Lebih-lebih bila gagasan tidak terserap oleh pembaca akibat buruknya kalimat-kalimat yang ditulisnya. Selanjutnya Sumowijiyo dalam Widjayanti (2006:3-4) menjelaskan bahwa menguasai suatu bahasa tentunya akan memahami kalimat-kalimat bahasa tersebut, karena berbahasa itu pada hakekatnya mengucapkan kalimat-kalimat. Kalimat yang diucapkan tadi harus disusun menurut kaidah tata kalimat akan mudah dipahami oleh orang lain sebab kalimat tersebut tersusun secara teratur dan masuk akal. Di sisi yang lain Samsuri dalam Sumowijoyo (1985:13) mengungkapkan bahwa dalam berbahasa mengucapkan kalimat-kalimat, untuk dapat berbahasa dengan baik, kita harus dapat menyusun kalimat yang baik. Untuk dapat menyusun kalimat yang baik, kita harus menguasai kaidah tata kalimat (sintaksis). Hal ini disebabkan tata kalimat menduduki posisi paling penting dalam ilmu bahasa. Rumusan Masalah Penyusunan kalimat efektif perlu dipelajari secara optimal dikalangan mahasiswa selaku orang terpelajar. Sehingga, mereka dapat menggunakan kalimat efektif khususnya dalam penulisan skripsi agar maksud yang akan disampaikan mudah dipahami oleh pembaca. Kenyataan di lapangan masih banyak mahasiswa dalam menyusun skripsi tidak terlepas dari kesalahan-kesalahan yang menyangkut penyusunan kalimat efektif baik syarat kelengkapan, kesejajaran, kebernalaran, kecermatan maupun kegramatikalan. Kesalahan-

kesalahan ini dapat menimbulkan gangguan komunikasi. Lebih-lebih bila gagasan tidak terserap oleh pembaca akibat buruknya kalimat-kalimat yang ditulisnya. Analisis ini secara umum mengkaji bagaimanakah bentuk kesalahan berbahasa dalam skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang. Sedangkan secara khusus bagaimanakah bentuk kesalahan berbahasa dalam skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang dalam hal penyusunan kalimat efektif: (1) syarat kelengkapan, (2) syarat kesejajaran, (3) syarat kebernalaran, (4) syarat kecermatan, dan (5) syarat kegramatikalan. Tujuan Secara umum tujuan analisis ini untuk mengkaji bentuk kesalahan kalimat dalam skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang. Sedangkan tujuan secara khusus dalam penulisan artikel ini antara lain: (1) untuk mengkaji bentuk kesalahan kelengkapan kalimat dalam skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang, (2) untuk mengkaji bentuk kesalahan kesejajaran kalimat dalam skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang, (3) untuk mengkaji bentuk kesalahan kebernalaran kalimat dalam skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang, (4) untuk mengkaji bentuk kesalahan kecermatan kalimat dalam skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang, (5) untuk mengkaji bentuk kesalahan kegramatikalan kalimat dalam skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang. METODE Dalam bagian ini dikemukakan berturut-turut tentang: (1) pendekatan dan jenis analisis, (2) objek analisis, (3) instrumen analisis, (4) pengumpulan data, (5) prosedur pengumpulan, dan (6) analisis data. Pendekatan dan Jenis Analisis Pendekatan Analisis Pendekatan merupakan cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan menjelaskan suatu fenomena yang berhubungan erat dengan tujuan penelitian (Widjayanti, 2006:28). Pendekatan yang digunakan dalam analisis ini adalah pendekakatn kualitatif. Pendekatan kualitatif menyarankan bahwa analisis yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada pada skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang. Jenis Data Data yang ada pada skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang merupakan suatu dokumen. Data inilah yang akan dikaji.

Dengan demikian, analisis ini berjenis studi dokumen. Studi dokumen ini digunakan untuk mengkaji pemenuhan kalimat efektif dalam skripsi tersebut. Selain itu, analisis ini mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, bersifat deskriptif artinya, analisis ini bermaksud mendeskripsikan bentuk kesalahan-kesalahan penyusunan kalimat efektif pada skripsi jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang, dengan tanpa memberikan perlakuan dalam bentuk apa pun pada sumber data. Analisis ini bersifat deskriptif karena analisis terhadap kesalahan-kesalaan peyusunan kalimat efektif pada sumber data. Kedua, analisis ini bersifat alamiah, maksudnya analisis ini dilakuakan dalam situasi yang alami dan wajar. Di sini penulis hanya mencatat data seperti apakah ada bentuk kesalahan penyusunan kalimat efektif dalam skripsi jurusan nonbahasa dan sastra Indosesia Universitas Islam Malang. Analisis ini bersifat induktif, artinya analisis ini tidak bermaksud mengkaji hipotesis yang dirumuskan sebelumnya. Namun, analisis ini dimaksudkan untuk menarik keimpulan dengan berdasarkan data yang diambil dari skripsi jurusan nonbahasa dan sastra Indosesia Universitas Islam Malang. Objek Alalisis Objek analisis ini adalah skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam malang. Skripsi yang dijadikan objek analisis antara lain: skripsi mahasiswa Fakultas Teknik, Fakultas MIPA, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Hukum. Instrumen Analisis Dalam analisis kualitatif penulis bertindak sebagai instrumen utama sekaligus pengumpul data (Petunjuk Penyusunan Skripsi Universitas Islam Malang, 2006). Di sini penulis harus membaca berulang-ulang kalimat yang ada dalam skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang. Jika ditemukan kesalahan penyusunan kalimat efektif (baik syarat kelengkapan, kesejajaran, kebernalaan, kecermaan, dan kegramatikalan) dicatat atau disalin pada kartu catatan. Pengumpulan Data Pada bagian ini akan dikemukakan: (1) data dan sumber data analisis, dan (2) teknik pengambilan data. Data dan Sumber Data Analisis Data analisis ini adalah penyusunan kalimat-kalimat yang tidak efektif pada skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang. Ketidakefektifan kalimat tersebut tidak adanya syarat kelengkapan, kesejajaran, kebernalaan, kecermaan, dan kegramatikalan.

Selanjutnya dalam analisis ini sumber data berasal dari skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang. Skripsi tersebut diambil dari Fakultas Teknik, Fakultas MIPA, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Hukum Teknik Pengambilan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah teknik membaca berulang-ulang dan pencatatan. Membaca berulang-ulang maksudnya mengamati dan mencatat dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini kesalahan-kesalahan penggunaan kalimat efekif pada skipsi mahasiswa Jurusan Non-Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumplan data dalam analisis ini dilakukan sepanjang analisis berlangsung dan dilakukan secara terus-menerus atau sistematis dari awal sampai akhir analisis. Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca berulang-ulang atau memperhatikan kalimat-kalimat yang ada pada skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang. Jika terdapat kesalahan dalam penyusunan kalimat efektif pada skripsi tersebut, dicatat atau disalin pada kartu catatan. Kemudian dimasukkan atau disalin kembali untuk menjadi pembahasan dalam artikel ini. Analisis Data Data yang telah diambil kemudian dilakukan analisis secara sistematis. Data tersebut dicatat atau disalin dalam hal kesalahan penyususnan kalimat efektif yang ada dalam skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang. Data kesalahan peyusunan kalimat efektif pada skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang kemudian ditulis kembali atau disalin pada bagian pembahasan untuk dianalisis. Prosedur analisis tersebut berdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan yang telah ditetapkan dalam analisis ini, sebagaimana yang dikemukakan pada bagian pendahuluan. Data-data tersebut akan dipaparkan dan dianalisis secara berurutan. Analisis tersebut meliputi: ketidakadanya syarat kelengkapan, kesejajaran, kebernalaan, kecermaan, dan kegramatikalan. HASIL DAN PEMBAHASAN Kalimat adalah serangaian kata yang tersusun secara bersistem sesuai dengan kaidah yang berlaku untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan yang relatif lengkap (Werdiningsih, 2006:77-79). Kesatuan kalimat dalam bahasa tulis dimulai dari penggunaan huruf kapital pada awal kalimat dan diakhiri dengan penggunaan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru pada akhir kalimat. Dalam pengertian ini, ciri bersistem dan lengkap sangatlah penting karena kehilangan kedua ciri itu akan meyebabkan rangkaian kata yang tersusun tidak memenuhi syarat

sebuah kalimat. Rangkaian kata yang demikian tidak mendukung gagasan, pikiran, atau perasaan yang hendak disampaikan oleh penulis kepada orang lain. Dalam menulis karya ilmiah khususnya skripsi, penulis (mahasiswa) perlu memperhatikan syarat-syarat penulisan kalimat yang efektif. Selanjutnya Werdiningsih (2006:78) mengungkapkan bahwa sebuah kalimat dikatakan efektif jika dapat mendukung fungsinya sebagai alat komunikasi yang efektif. Maksudnya bahwa kalimat tersebut mampu mengungkapkan gagasan, pikiran, dan gagasan secara jelas sehingga terungkap oleh pembaca sebagaimana yang diinginkan. Dalam bagian ini akan penulis diskripsikan beberapa bentuk kesalahan penyusunan kalimat efektif pada skripsi mahasiswa Jurusan Non-Bahasa Dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang yang meliputi syarat: kelengkapan, kesejajaran, kebernalaran, kecermatan, dan kegramatikalan. Bentuk Kesalahan Kelangkapan Kalimat dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Nonbahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang Kalimat yang efektif harus memiliki unsur-unsur yang lengkap sesuai dengan pola yang dipilih. Werdiningsih (2002) menyarankan agar kelengkapan dapat terpenuhi, subjek kalimat harus ada, predikat harus jelas, objek kalimat harus disertakan jika predikatnya berupa kata kerja transitif, pelengkap juga harus disertakan, jika predikatnya berupa kata kerja yang menghendaki pelengkap, dan pemenggalan tidak dilakukan pada kalimat majemuk dengan tanpa mengubah strutrukturnya. Busri (2002:42-43) menjelaskan bahwa subjek adalah unsur pokok yang terdapat dalam suatu kalimat disamping unsur predikat. Dengan kata lain subjek merupakan elemen atau unsur kalimat yang menjadi pokok pembicaraan yang dijelaskan predikat. Sedangkan predikat merupakan unsur atau elemen kalimat yang memberikan penjelasan tentang subjek atau menerangkan subjek. Berikut bentuk-bentuk kesalahan penggunaan syarat kelengkapan pada skripsi Jurusan Non-Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang beserta analisis dan pembetulan. 1) Yang dimaksud dengan pendapat kedua adalah adanya kerjasama antara dokter pertama dan dokter kedua (Abdillah, 2005:47/FH). 2) Dipupuk tanaman semangka dengan menggunakan pupuk NPK (16 : 16 : 16) 0,5 gram, CNO3 0,5 gram perliter dan, urea 1 gram perliter, pemupukan dilakukan setiap 3 hari sekali dalam dosis 15 ml per tanaman (Azkiyak, 2005:11/FMIPA). Kalimat (1) dianggap tidak lengkap karena tidak ada unsur subjek. Ketidakhadiran subjek disebabkan oleh hadirnya klausal yang. Jika, rapat kedua merupakan bagian yang hendak dijelaskan sebagai subjek, maka penempatan klausal yang pada awal kalimat justru meniadakan fungsinya sebagai subjek. Karena itu, klausal yang harus dihilangkan sehingga kalimat tersebut tersebut memenuhi syarat kelengkapan. Kalimat (2) dikatakan tidak lengkap karena rancu. Kerancuan ini timbul karena unsur predikat mendahului

unsur subjek sehingga kalimat tersebut sulit dipahami. Kalau kata tanaman semangka dimaksudkan untuk menduduki fungsi subjek alangkah lebih baiknya kata tanaman semangka diletakkan di depan sebelum unsur perdikat dalam hal ini dipupuk. Selain itu perlu diingat bahwa penulisan nomor yang kurang dari sepuluh atau kurang dari dua kata hendanya ditulis dengan huruf, misalnya angka 3 hendaknya ditulis tiga dan seterusnya. Dengan demikian, kalimat-kalimat di atas dapat diubah sebagai berikut. 1) Pendapat kedua adalah adanya kerjasama antara dokter pertama dan dokter kedua.

2) Tanaman semangka dipupuk dengan menggunakan pupuk NPK (16 : 16 : 16) 0,5 gram, CNO3 0,5 gram perliter dan, urea satu gram perliter, pemupukan dilakukan setiap tiga hari sekali dalam dosis 15 ml pertanaman. Bentuk Kesalahan Kesejajaran Kalimat dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Nonbahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang Kalimat efektif harus menampilkan kesejajaran antara gagasan yang diungkapkan dengan bentuk bahasa yang digunakan. Syarat ini penting untuk memperoleh pengungkapan gagasan yang sistematis sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Perhatikan contoh kesalahan kalimat-kalimat berikut. 1) Dalam pembiayaan Murabahah, PPS FE Unisma akan bertindak selaku perantara dalam memperoleh barang dan mendapat komisi dari translaksi tersebut (Karsim, 2006:56/FE). 2) Dari penelitian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa perbuatan dokter itu melawan hukum apabila: (1) Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, (2) Melanggar hak subyektif orang lain, (3) Melanggar kaidah tata susila, (4) Bertentangan dengan asas kepatuhan, ketelitian serta sikap hati-hati yang seharusnya dimiliki seseorang dalam pergaulan dengan sesama warga masyarakat atau terhadap benda orang lain (Abdillah, 2005:63/FH). Kalimat (1) tidak memperhatikan syarat kesejajaran. Karena itu, perlu diubah menjadi kalimat yang efektif. Ketidaksejajaran kalimat tersebut terletak pada ketidaksamaan unsur-unsur rinciannya, yakni bentuk pe-an pada unsur pertama dan bentuk me- pada bentuk kedua serta bentuk me- pada unsur ketiga. Selain itu kalimat tersebut juga tidak memperhatikan syarat kelengkapan dengan ketidakhadiran subjek. Ketidaksejajaran kalimat (2) terletak pada ketidaksamaan bentuk unsur-unsur rinciannya, yakni bentuk ber- pada unsur rincian pertama, bentuk me- pada unsur rincian kedua dan ketiga, serta bentuk ber- pada unsur rincian keempat. Agar sejajar kalimat tersebut perlu diselaraskan, yaitu bisa dengan menggunakan unsur me- secara keseluruhan. Selain itu dalam kalimat (2) juga banyak kesalahan dalam penilisan ejaan. Misalnya, (1) setelah tanda petik dua (:), yakni huruf pertama pada awal kata seharusnya mengguanakan huruf kecil karena masih lanjutan dari kalimat sebelumya, (2) kesalahan dalam menulis ejaan subyektif dan asas, yang seharusnya subjektif dan azaz (bisa dilihat dalam kamus besar

bahasa Indonesia). Dengan demikian, kalimat-kalimat di atas dapat diubah sebagai berikut. 1) Pembiayaan Murabahah, PPS FE Unisma akan bertindak selaku perantara dalam pemerolehan barang dan pendapatan komisi dari translaksi tersebut. 2) Dari penelitian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa perbuatan dokter itu melawan hukum apabila: (1) menentang terhadap kewajiban hukum si pelaku, (2) melanggar hak subjektif orang lain, (3) melanggar kaidah tata susila, (4) menentang terhadap azas kepatuhan, ketelitian serta sikap hati-hati yang seharusnya dimiliki seseorang dalam pergaulan dengan sesama warga masyarakat atau terhadap benda orang lain. Bentuk Kesalahan Kebernalaran Kalimat dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Nonbahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang Kalimat efektif harus memenuhi syarat kebernalaran, yakni hubungan yang masuk akal antarbagian yang hendak dihubungkan atau penggunaan kata-kata yang maknanya sesuai dengan gagasan yang hendak disampaikan. Perhatikan contoh kalimat pada skripsi berikut ini! Sedangkan pada proses pensubliman tenaga listrik pastilah ada sejumlah gangguangangguan yang kebanyakan adalah gangguan hubung singkat, sehingga diperlukan suatu pengaman untuk mengatasi adanya gangguan tersebut (Islachudin, 2006:45/FT) kalimat di atas tidak bernalar. Terdapat kerancuan dalam menyusun subuah kalimat. Dimana sebuah kalimat yang rancu dapat menyesatkan pembaca. Pesan yang terima oleh pembaca, tidak sesuai dengan pesan yang hendak disampaikan penulis. Dengan demikian, apa yang dikehendaki penulis tidak dapat tersampikan melaui tulisannya. Selain tidak memenuhi syarat kebernalaran kalimat di atas juga tidak memperhatikan syarat kecermatan. Di samping itu dalam penyusunan kalimat tersebut tidak tepat dalam menuliskan serapan asing yaitu penyubliman yang seharusnya ditulis penyubliman . Serapan asing yang belum ada padananya dalam ejaan bahasa Indonesia hendaknya dicetak miring. Sehingga kalimat di atas dapat diubah sebagai berikut. Sedangkan dalam proses penyubliman tenaga listrik dapat dipastikan ada sejumlah gangguan. Gangguan-gangguan yang dimaksud adalah hubung singkat, sehingga untuk mengatasinya memerlukan suatu pengamanan. Bentuk Kesalahan Kecermatan Kalimat dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Nonbahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang Syarat kecermatan dalam kalimat efektif adalah penggunaan bagian-bagian yang benarbenar diperlukan, dan sebaliknya tidak menggunakan bagian-bagian yang tidak diperlukan. Caranya adalah dengan menghindari pengulangan subjek, bentuk-bentuk

bersinonim atau sama fungsi dan bentuk-bentuk jamak secara berganda. Perhatikan contoh dalam penggunaan kalimat berikut ini! 1) Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan-kekuranagn yang terpapar dalam skripsi ini, karena kekurangannya dan terbatasnya literatur yang ada pada penulis menyebabkan terwujudnya skripsi jauh dari sempurna (Mariyanto: 2006/FH). 2) Tetapi dengan pemakaian dan pemeliharaan peralatan yang baik serta penempatan jenis pengaman maupun sistem pengamanannya, maka gangguan-gangguan tersebut dapat berkurang (Islachudin, 2006:2/FT) 3) Seringkali kita jumpai berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh jamur, namun sedikit sekali pengendalinya dengan secara biologis melainkan banyak yang menggunakan dengan bahan-bahan kimia, sehingga dapat menimbulkan berbagai dampak yang merugikan lingkungan. (Waro, 2006/FMIPA) Ketidakcermatan kalimat (1) tampak pada pengulangan bagian banyak kekurangankekurangan di mana kalau mempertahankan kata banyak, maka kata kekurangan dihilangkan salah satu, sedangakan kalau mempertahankan kata kekurangankekurangan, maka kata banyak ditiadakan. Ketidakcermatan kalimat (2) dan (3) merupakan kesalahan dalam penggunaan kata penghubung. Penggunaan kata penghubung antarkalimat sama halnya dengan kesalahan penggunaan kata penghubung antarbagian kalimat, yaitu penggunaan kedua jenis penghubung itu dikaburkan. Kalimat (2) kata tetapi merupakan kata penghubung antarbagian kalimat bukan kata penghubung kalimat, sedangkan kalimat (3) kata namun merupakan kata penghubung antarkalimat bukan kata penghubung antarbagian kalimat. Selain itu ketidakcermatan kaliamt (3) tampak pada pengulangan bagian banyak bahan-bahan sehingga dalam penggunaannya hanya boleh salah satu saja. Dengan demikian, kalimat-kalimat di atas dapat diubah sebagai berikut. 1) Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekuranagan yang terdapat dalam skripsi ini. Hal ini terjadi karena kekurangan dan keterbatasan literatur yang ada pada penulis yang menyebabkan skripsi jauh dari sempurna. 2) Namun demikian, dengan pemakaian dan pemeliharaan peralatan yang baik serta penempatan jenis pengaman maupun sistem pengamanannya, maka gangguan-gangguan tersebut dapat berkurang. 3) Seringkali kita jumpai berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh jamur. Namun, sedikit sekali pengendalinya dengan secara biologis melainkan banyak yang menggunakan dengan bahan kimia, sehingga dapat menimbulkan berbagai dampak yang merugikan lingkungan. Bentuk Kesalahan Kegramatikalan Kalimat dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Nonbahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang

Kalimat yang gramatikal adalah kalimat yang mengikuti kaidah tata bahasa yang telah ditetapkan. Kegramatikalan suatu kalimat ditunjukkan oleh kejelasan struktur, ketatabahasaan penggunaan imbuhan, ketepatan penggunaan struktur pasif dan kelengkapan keterangan kalimat (Werdiningsih, 2006:88). Perhatikan contoh dalam penggunaan kalimat berikut ini! 1) Disamping itu, skripsi yang telah dituangkan oleh penulis ini, dimaksudkan untuk memberikan sumbangan pikiran dalam usaha mengembangkan ilmu pengatahuan, khususnya bidang manajemen keuangan dan dunia pasar modal (Hidayat, 2006:i/FE). 2) Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mempelajari gangguan-gangguan yang terjadi pada generator dan menganalisa dari akibat yang biasa dan mungkin terjadi untuk menentukan sistem pengamanan yang tepat untuk generator (Islachudin, 2006:4/FT). 3) Disamping untuk mengkaji ketentuan-ketentuan perbankan yang perlu disesuaikan agar memenuhi ketentuan syariah dalam bentuk praktek di lapangan dan penelitian (Karsim, 2006:41-42/FE) Ketidakgramatikalan kalimat (1) tampak pada penggunaan kata disamping. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada (Tunas, 2009). Jadi dalam penulisan kata tersebut yang benar dipisah menjadi di samping. Kesalahan kedua, karena skripsi merupakan bentuk karya ilmiah, maka penulisaan ejaan harus baku, tampak pada kata dituangkan yang seharusnya bisa diubah dengan kata disusun atau ditulis. Selanjutnya ketidakgramatikalan pada kalimat (2) tampak pada penggunaan serapan asing. Analisis adalah kata benda, berasal dari analysis yang dalam bahasa Indonesia dibakukan menjadi analisis (Jayanto, 2009). Sedangkan analisa adalah kata kerja, dan analisis merupakan sebuah kata benda (Amed, 2007). Sehingga dalam penulisan kata tersebut yang benar adalah analisis. Selanjutnya ketidakgramatikalan pada kalimat (3) tampak pada penggunaan kata disamping. Penjelasan ini sama dengan kalimat (1) sehingga kata tersebut yang benar ditulis tersipisah yaitu di samping. Selain itu dalam kalimat (3) terjadi kesalahan dalam penulisan kata syariah. Di dalam ejaan bahasan Indonesia penggunaan glotal tidak dibenarkan sehingga yang benar adalah syariah. Dengan demikian, kalimat-kalimat di atas dapat diubah sebagai berikut. 1) Di samping itu, skripsi yang telah disusun oleh penulis ini, dimaksudkan untuk memberikan sumbangan pikiran dalam usaha mengembangkan ilmu pengatahuan, khususnya bidang manajemen keuangan dan dunia pasar modal.

2) Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mempelajari gangguan-gangguan yang terjadi pada generator dan menganalisis dari akibat yang biasa dan mungkin terjadi untuk menentukan sistem pengamanan yang tepat untuk generator 3) Di samping untuk mengkaji ketentuan-ketentuan perbankan yang perlu disesuaikan agar memenuhi ketentuan syariah dalam bentuk praktek di lapangan dan penelitian. PENUTUP Bagian ini merupakan bagiaan terakhir, yang meliputi simpulan dan saran. Simpulan diambil berdasarkan hasil analisis yang telah di kaji pada bagian pembahasan. Sedangkan saran disampaikan kepada mahasiswa khususnya yang sedang munyusun skripsi dan penulisan karya ilmiah pada umumnya. Simpulan Simpulan merupakan ikhtisar dari apa yang telah diuraikan sebelumnya (KBBI, 1990:842). Berdasarkan hasil paparan dan analisis data yang telah dilakukan pada bagian sebelumya yaitu Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Skipsi Mahasiswa Jurusan Nonbahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang dan sesuai dengan rumusan masalah serta tujuan yang telah diuraikan pada bagian pendahuluan, maka dari hasil analisis ini dapat disimpulkan: 1) bentuk kesalahan kelengkapan kalimat dalam skripsi mahasiswa jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang meliputi ketidaklengkapan kedudukan fungsi kalimat sebagai subjek maupun predikat 2) bentuk kesalahan kesejajaran kalimat dalam skripsi jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang meliputi ketidaksejajaran unsur-unsur rinciannya 3) bentuk kesalahan kebernalaran kalimat dalam skripsi jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang meliputi hubungan yang tidak masuk akal antara bagian yang hendak disampaikan dengan kalimat yang ditulis atau karancuan dalam menyusun sebuah kalimat dengan gagasan yang hendak disampaikan 4) bentuk kesalahankecermatan kalimat dalam skripsi jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang meliputi penggunaan bagian-bagian yang tidak diperlukan dan kesalahan dalam penempatan kata penghubung 5) bentuk kesalahan kegramatikalan kalimat dalam skripsi jurusan nonbahasa dan sastra Indonesia Universitas Islam Malang yakni tidak mengikuti kaidah tata bahasa yang ditetapkan Saran

Saran yang disampaikan dalam artikel ini meliputi: (1) saran yang berkaitan dengan analisis selanjutnya, (2) saran yang berkaitan dengan mahasiswa, dan (3) saran yang berkaitan dengan calon guru, guru atau dosen pengajar bahasa Indonesia. 1) Hasil analisis ini dapat digunakan oleh peneliti berikutnya sebagai bahan acuan dalam menganalisis kesalahan bahasa dari unsur yang lain. 2) Hasil analisis ini dapat memberikan masukan kepada mahasiswa baik Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia maupun Jurusan Non-Bahasa dan Sastra Indonesia bahwa bentuk-bentuk kesalahan penggunaan kalimat dan pembetulannya yang telah dipaparkan di atas sebagai pedoman untuk menggunakan ragam kalimat bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam menulis skripsi pada khususnya maupun karya tulis ilmiah pada umumnya. 3) Hasil analisis ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi calon guru, guru maupun dosen dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran atau perkuliahan matapelajaran atau matakuliah keterampilan menulis. Calon guru, guru atau dosen dapat menjelaskan bentuk-bentuk kesalahan penyusunan kalimat efektif yang telah dipaparkan pada bagian pembahasan dan bagaimana cara pembetulannya sehingga penyusunan kalimat yang telah dihasilkan peserta didik menjadi benar. DARFAR RUJUKAN Abdillah, Muhammad Nur. 2005. Tanggung Jawab Perdata bagi Dokter yang Melakukan Malpraktek. Malang: FH Unisma (skripsi). Alwi, Hasan et all. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Amed. 2007. Antara Analis dan Analisa. http://amed.wordpress.com/2007/01/17/antara-analisis-dan-analisa/ (diakses Sabtu, 18 April 2009). Busri, Hasan. 2002. Sintaksis Bahasa Indonesia. Malang: FKIP Unisma. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hadi, Firnando Gunawan. 2006. Pengruh Pelayanan Bursa Jual (After Sales Service) Terhadap Keputusan Konsumen dalam Membeli Produk Sepeda Motor Merek Suzuki Smash Di Kota Sumenep. Malang: FE Unisam (Skripsi). Hidayat, Febrianto. 2006. Analisis Hubungan Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Harga Saham Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta. Malang: FE Unisma.

Islachudin, M. 2006. Studi Pengamatan Generator Terhadap Gangguan Hubung Singkat pada PLTD Di PT. Greges Jaya Surabaya. Malang: FT Unisma (Skripsi). Jayanto, Adi. 2009. Yang Mana yang Baku, Analisis atau Analisa?. http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080212032539AAyMxey (diakses Sabtu, 18 April 20090. Karsim. 2006. Analisis Sistem bagi Hasil Sebagai Alternatif Pengganti Bunga pada Pusat Pendanaan Syariah (PPS) FE Unisma. Malang: FE Unisma. Mariyanto, Bambang. Peranan Kepala Desa dalam Menyelesaikan sengketa Pembagian Harta Warisan (Studi Di Desa Solokuro Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan). Malang: FH Unisma (Skripsi). Prastyaningsih, Luluk Sri Agus. 2001. Ilmu Bahasa (Linguistik). Malang: FKIP Unisma Mustangin, et all. 2006. Panduan Penulisan Skripsi. Malang: FKIP Unisma. Samsuri. 1982. Tata Kalimat Bahasa. Jakarta: Sastra Hudaya. Sumowijoyo, Gatot Susilo. 1985. Bahasa Indonesia Baku, Kumpulan Makalah. Surabaya: Kopma IKIP Surabaya 1989. Bahasa Resmi, Hambatan dan Pemecahannya, dalam Media Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan, Nomor 39 Tahun XI. Surabaya: IKIP Surabaya. 2000. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. (Naskah Buku). 2000. Pos Jaga Bahasa Indonesia. Surabaya: Unipress Universitas Negeri Suurabaya. Tunas. 2008. Penulisan Kata Depan, di-, ke-, dan dari. http://tunas63.wordpress.com/2008/10/26/penulisan-kata-depan-di-ke-dan-dari/ (diakses Sabtu, 18 april 2009). Waro, Achsanul. 2006. Uji Antoganisme Beberapa Jenis Jamur Mikroskopis Terhadap Jamur Marssonina J.J Davis Penyebab Bercak Daun pada Tanaman Apel. Malang: MIPA Unisma (Skripsi). Werdiningsih, Dyah. 2002. Menulis I. Malang: FKIP Unisma. 2006. Bahasa Indonesia Ilmiah Bidang Ilmu Agama Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Widjajanti, Sri. 2006. Kesalahan dan Penggunaan Kalimat pada Skripsi Mahasiswa Jurusan Non-Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Madura. Malan: Pascasarjana (Tesis). Budi Santoso Adalah Mahasiswa Jurusan Pendidkan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unisma
http://www.infodiknas.com/analisis-kesalahan-berbahasa-dalam-skripsi-mahasiswa-jurusannonbahasa-dan-sastra-indonesia-universitas-islam-malang/

Analisis kesalahan struktur kalimat bahasa Perancis para siswa SMTA di Daerah Istimewa Yogyakarta Analisis kesalahan struktur sintaksis kalimat baku pada buku teks wajib bahasa Indonesia untuk SD kelas I-VI

Analisis Kesalahan Berbahasa


Filed under: Uncategorized Leave a comment May 30, 2011 Bagi kalangan non-Arab (ajam) secara umum, bahasa Arab masih terkesan sulit dan rumit. Padahal, secara linguistik, setiap bahasa di dunia ini memiliki dua sisi berbeda: kesulitan dan sisi kemudahannya sekaligus. Hal ini tergantung pada karakteristik (khashais) sistem bahasa itu, baik dari segi fonologi, morfologi, maupun sintaksis dan simantiknya. sekarang banyak pemakai bahasa yang tidak menyadari bahwa bahasa yang digunakan tidak benar atau masih terdapat kesalahan-kesalahan. Dengan diadakan analisis kesalahan berbahasa ini diharapkan para pelajar mahasiswa yang berada pada jurusan bahasa khususnya dapat mengetahui kesalahan yang seringkali dilakukan serta berusaha untuk segera memperbaikinya yang kelak diharapkan akan menjadi guru yang profesional. 1. B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud kesalahan berbahasa itu? 2. Apa morfologi itu? 3. Apa saja kesalahan berbahasa Arab pada level kata yang kemungkinan dialami oleh peserta didik? 4. Apa tujuan dan manfaat diadakannya analisis bahasa?

5. Metode apa yang cocok untuk mengetatasi permasalahan seperti ini? Tujuan 1. Agar kita dapat mengetahui apa yang dimaksud kesalahan berbahasa itu. 2. Agar kita dapat mengerti apa itu morfologi. 3. Agar kita dapat mengetahui apa saja kesalahan yang mungkin terjadi pada peserta didik dalam pembeljaran bahasa Arab di bidang morfologi (kata). 4. Agar kita dapat memahami apa manfaat dan tujuan dari analisis bahasa itu. 5. agar kita dapat mengetahui metode pembelajaran apa yang sesuai untuk mengatasi masalah ini. BAB II BENTUK BENTUK KESALAHAN BERBAHASA ARAB PADA LEVEL KATA

1. A.

Pengertian Analisis Kesalahan Kesalahan Berbahasa

Dalam bukunya yang berjudul Common Error in Language Learning H.V. George mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan (unwanted form) khususnya suatu bentuk tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajaran bahasa. Bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan adalah bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang dari kaidah bahasa baku. Hal ini sesuai dengan pendapat Albert Valdman yang mengatakan bahwa yang pertama-tama harus dipikirkan sebelum mengadakan pembahasan tentang berbagai pendekatan dan analisis kesalahan berbahasa adalah menetapkan standar penyimpangan atau kesalahanPengertian kesalahan berbahasa dibahas juga oleh S. Piet Corder dalam bukunya yang berjudul Introducing Applied Linguistics. Dikemukakan oleh Corder bahwa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga merupakan tanda kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode. Si pembelajar bahasa belum menginternalisasikan kaidah bahasa (kedua) yang dipelajarinya. Dikatakan oleh Corder bahwa baik penutur asli maupun bukan penutur asli sama-sama mempunyai kemugkinan berbuat kesalahan berbahasa. Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian kesalahan berbahasa yang telah disebutkan di atas, dapatlah dikemukakan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah

pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa (Safriandi, S.Pd. ).

Beberapa Pandangan terhadap Kesalahan Berbahasa Kesalahan berbahasa adalah suatu peristiwa yang bersifat inheren dalam setiap pemakaian bahasa baik secara lisan maupun tulis. Baik orang dewasa yang telah menguasai bahaasanya, anak-anak, maupun orang asing yang sedang mempelajari suatu bahasa dapat melakukan kesalahan-kesalahan berbahasa pada waktu mereka menggunakan bahasanya. Namun, jenis serta frekuensi kesalahan berbahasa pada anak-anak serta orang asing yang seedang mempelajari suatu bahasa berbeda dengan orang dewasa yang telah menguasai bahasanya. Perbedaan ini bersumber dari perbedaan penguasaan kaidah-kaidah gramatika (grammatical competence) yang pada gilirannya jga menimbulkan perbedaan realisasi pemakaian bahasa yag dilakukannya (performance). Di samping itu, perbedaan itu juga bersumber dari penguasaan untuk menghasilkan atau menyusun tuturan yang sesuai dengan konteks komunikasi (comunicative competence).[1] Sebagai seorang guru atau calon guru yang sedang berpraktik mengajarkan bahasa Arab, apabila diperhatikan dengan saksama, Kita akan menemukan kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa. Kesalahan-kesalahan itu ternyata dapat Kita pilah dalam dua kategori, yaitu kategori kesalahan dalam bidang keterampilan dan kesalahan dalam bidang linguistik. Kesalahan yang berhubungan dengan keterampilan terjadi pada saat siswa menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Sedangkan kesalahan dalam bidang linguistik meliputi tata bunyi, tata bentuk kata, dan tata kalimat.

Temuan-temuan Kita ini sangat menarik dan segera diatasi agar proses belajar-mengajar berhasil dengan baik. Dengan demikian permasalahan yang ditangani analisis kesalahan berbahasa itu berkisar pada kesalahan dalam keterampilan berbahasa dan kesalahan dalam kebahasaan (linguistik). Bahasa Arab merupakan bahasa ke 2. Pengajaran bahasa Arab dimulai sejak taman kanak-kanak. Ini berarti bahwa pembinaan bahasa telah dimulai sejak dini. Namun ternyata masih terdapat banyak kesalahan dan persoalan dalam berbahasa Arab. Persoalan kebahasaan yang dihadapi dalam pengajaran bahasa Indonesia ialah adanya pengaruh Bahasa Ibu. Pengaruh itu ada yang berkaitan dengan tata bunyi, tata bentuk kata, dan ada pula yang berhubungan dengan tata kalimat. Persoalan yang muncul

bagaimana seorang guru bahasa dapat memberantas atau mengurangai pengaruh Bahasa Ibu terhadap bahasa Arab yang sedang dipelajari para siswa. Jika kita perhatikan, maka salah satu pekerjaan guru yang paling tidak disukai ialah mengoreksi pekerjaan siswa. Kegiatan mengoreksi ini tidak lain menilai kompetensi bahasa siswa yang muncul dalam performansinya. Pada saat guru menilai (mengoreksi) pasti menemui kesalahan. Kesalahan tersebut dianalisis dengan cara mengategorikan, menentukan sifat, jenis, dan daerah kesalahannya. Kegiatan guru semacam inilah yang sebenarnya disebut analisis kesalahan (Pateda. 1989-32). Coba Kita bandingkan apa yang dikemukakan Pateda di atas dengan yang dikemukakan Ellis (daiam Tarigan, 1990:68) tenfang analisis kesalahan ini. EIUs memberi batasan bahwa yang dimaksud dengan analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, me! pengumpulan data, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam data, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan pen\e-babnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu.

Kesalahan dibedakan dengan kekeliruan dan keseleo. Kesalahan mengacu pada kompetensi, kekeliruan mengacu pada performansi, sedangkan keseleo mengacu pada situasi pengucapan yang keliru, misalnya karena lupa atau adanya tekanan kejiwaan.[2]

1. B.

Pengetian Morfologi

Morfologi merupakan bagian dari linguistik yang berhubungan dengan kajian kata, struktur internalnya dan sebagian maknanya. Morfologi juga mencakup bagaimana pengguna sebuah bahasa tertentu memahami kata-kata kompleks dan menemukan itemitem leksikal yang baru. Karena morfologi berkaitan dengan bentuk-bentuk kata maka morfologi juga berhubungan dengan fonologi (yang menunjukkan bagaimana kata dilafalkan), dan terkait pula dengan kajian leksikal karena pola-pola yang diteliti yang dikaji oleh morfologi digunakan untuk membentuk kata-kata baru. Lebih jauh, morfologi juga berhubungan dengan semantik karena memiliki kaitan dengan makna kata. Morfologi lebih banyak mengacu pada analisis unsur-unsur pembentuk kata. Sebagai perbandingan sederhana, seorang ahli farmasi (kimia) perlu memahami zat apa yang dapat bercampur dengan suatu zat tertentu untuk menghasilkan obat flu yang efektif. Sama halnya seorang ahli linguistik bahasa Arab perlu memahami imbuhan apa yang dapat direkatkan dengan suatu kata tertentu untuk menghasilkan kata yang benar.

1. C.

Kesalahan Berbahasa Arab Pada Level Kata

Pada bagian ini, Kami sengaja menggabung data kesalahan berbahasa dalam tinjauan morfologi dan sintaksis. Selain alasan efisiensi, kedua kajian linguistik ini memang mengarah pada gramatikal bahasa. Morfologi atau ilmu sharraf membahasa klasifikasi morfom, macam-macamnya, makna dan fungsinya. Sedangkan sintaksis atau ilmu nahwu membahas seputar hukum dan kedudukan kata yang terdapat dalam kalimat atau teks, pembagian kalimat dan sebaganya. Kami akan memaparkan kesalahan-kesalahan para pelajar dalam perspektif gramatikal bahasa Arab, baik dari tinjauan morfonnya, juga dari kedudukan kata dalam kalimat atau teks bahasa Arab. 1. Pertama, kata M aharru asy-syahr ( ,) dengan men-dammah-kan huruf ( )adalah sebuah kesalahan. Yang benar harus di-fathah-kan. Sengaja penulis mengarsipkan contoh tersebut. Karena kesalahan ini merupakan fenomena cikalbakal perintisan ilmu bahasa Arab; menjadi salah satu indikator munculnya ilmu Nahwu. Sebagaimana dilakoni oleh Abu Aswad Adduali dan putrinya. 2. pada kalimat Nabhats maudal jadd ( .) Dalam kaidah ilmu nahwu, kalimat tersebut disebut naat manut, atau penyifatan. Naat adalah sifat, sedangkan manut adalah yang disifati. Kata ( ) menjadi sifat, sedangkan ( ) adalah yang disifati. Dalam kaidahnya, kata sifat harus mengikuti kata yang disifati, pada semua aspeknya. Jika kata yang disifati mudzakkar, maka sifatnya juga harus mudzakar; jika yang disifati nakirah, demikian juga sifatnya harus dari nomina nakirat. Dalam kalimat di atas, kata ( ) adalah nomina mudzakkar yang nakirah, maka seharusnya kata ( )sebagai sifat harus juga nomina yang mudzakar-nakirah. Maka yang benar susunan kalimat tersebut adalah Nabhats maudan jaddan (.) ) adalah kesalahan yang kerap kali dijumpai 3. kalimat Urdu ataallamu ( pelajar dalam penyusunan kalimat Arab. Kalimat tersebut terdiri dari dua kata kerja: urdu (mau/ menginginkan), dan ataallamu (saya belajar). Dalam kaidah bahasa Arab, dua kata kerja seperti itu harus dipisahkan dengan harf nasb (.) Maka kalimat tersebut seharusnya Urdu an ataallama ( .) Pada dasarnya, bahasa Arab adalah bahasa yang simpel. Perubahan kata-katanya sangat sistimatis. Dalam kata kerja, umpamanya, perhitungan waktu sangat sistematis. Tanpa harus ditambah kata penegasan waktu lampai, saat ini atau yang akan datang, dengan kaidah yang berlaku, seseorang sudah mafhum dengan waktu yang dimaksud penutur. Jika ingin mengatakan sudah melakukan sesuatu, penutur bahasa Arab tidak usah penambahkan kata sudah, sebagaimana bahasa Indonesia. Maka pada contoh kalimat Ana khlas kulu ( ,) yang maksudnya saya sudah makan, penutur cukup menggunakan fiil madi dari kata ( ,) menjadi ( ) Pada kalimat man yadribu anta ( ,) itu juga salah. Yang benar adalah man yadribuka ( .) Dalam kaidah nahwu dibedakan antara kata ganti yang menjadi subjek dan objek. Jika anta adalah kata ganti orang kedua mudzakkar untuk subjek, maka ka adalah kata ganti oarng kedua mudzakkar untuk keduduan objek.

Pada contoh kesalahan selanjutnya, berkaitan dengan kaidah bilangan (adad). Dalam kaidah bahasa arab, dibedakan antara bilangan nominal dan bertingkat. Bilangan nominal satu, misalnya, berbeda dengan kata kesatu. Jika yang pertama whidun, untuk mudzakkar, dan whidatun untuk muannas; maka bilangan bertingkatnya menjadi alawwal dan al-la. Maka kalimat di atas yang semuala Ana tlibul faslil wahd ( ,) yang benar adalah Ana tlibul faslil awwali ( ) Pada contohh 2.7., adalah contoh kesalahan penutur karena tidak mencermati kaidah bahasa Arab berkaitan syart dan jawabu al-syart. Selain itu, penutur kurang mencermati cara penggunaan antara fiil madi dan mudari. Untuk kalimat Anta tanjahu idza tataallam ( ,) seharusnya menjadi tanjahu idza taallamta ( ,) atau in tataallam tanjah ( ]3[.)

1. D.

Manfaat dan Tujuan diadakannya Analisis Bahasa

Dengan diadakannya analisis kesalahan berbahasa dapat membantu guru untuk mengetahui jenis kesalahan yang dibuat, daerah kesalahan, sifat kesalahan, sumber kesalahan, serta penyebab kesalahan. Bila guru telah menemukan kesalahan-ke-salahan, guru dapat mengubah metode dan teknik mengajar yang digunakan, dapat menekankan aspek bahasa yang perlu diperjelas, dapat menyusun rencana pengajaran remedial, dan dapat menyusun program pengajaran bahasa itu sendiri. Dengan demikian jelas bahwa antara analisis kesalahan dengan bidang kajian yang lain, misalnya pengelolaan kelas, interaksi belajar-mengajar, perencanaan pengajaran, pengajaran remedial, penyusunan ujian bahasa, dan bahkan pemberian pekerjaan rumah ada hubungan timbal balik. Khusus untuk guru, analisis kesalahan dapat digunakan untuk: 1. menentukan urutan sajian. 2. menentukan penekanan-penekanan dalam penjelasan dan latihan. 3. memperbaiki pengajaran remedial. 4. memilih butir-butir yang tepat untuk mengevaluasi penggunaan bahasa siswa (Pateda, 1989:36). Corder (dalam Baraja, 1981:12) mengatakan bahwa analisis kesalahan itu mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan teoretis dan tujuan praktis. Tujuan yang bersifat praktis tidak berbeda dengan tujuan analisis tradisional, sedangkan tujuan yang bersifat teoretis ialah adanya usaha untuk memahami proses belajar bahasa kedua. Bagi seorang guru, yang penting menemukan kesalahan itu kemudian menganalisisnya. Hasil analisis sangat berguna untuk tindak lanjut proses belajar-mengajar yang dilakukan. Dengan memperhatikan tujuan di atas, seorang guru yang akan menerapkan analisis kesalahan tentu hams memiliki pengetahuan kebahasaan yang memadai. Dia harus paham benar tata bahasa yang baku dan berlaku. Misalnya tentang kebakuan pelafalari, tulisan

(ejaan), bentukan kata, dan tata kalimatnya. Dalam hal ini guru dihadapkan pada dua persoalan, yaitu apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya. Pengetahuan yang cukup memadai sangat diperlukan oleh seorang guru. Lebih-lebih pengetahuan dan pemahaman tata bahasa. Senada dengan yang diucapkan Corder, Tarigan (1990:77) mengatakan bahwa tujuan analisis kesalahan itu bersifat aplikatif dan teoretis. Aplikatif mengurangi dan memperbaiki kesalahan berbahasa siswa. Teoretis mengharapkan pemeroleh-an bahasa siswa pada gilirannya dapat memberikan pemahaman ke arah proses pemerolehan bahasa secara umum.

1. E.

Metode Pembelajaran Yang Sesuai untuk Mengatasi Masalah ini.

Untuk meminimalisai adanya kesalahan berbahasa arab di bidang morfologi (kata), diperlukan sebuah metode yang tepat. Kami merekomendasikan metode pengajaran bahasa Arab tradisional. Metode pengajaran bahasa Arab tradisional adalah metode pengajaran bahasa Arab yang terfokus pada bahasa sebagai budaya ilmu sehingga belajar bahasa Arab berarti belajar secara mendalam tentang seluk-beluk ilmu bahasa Arab, baik aspek gramatika/sintaksis (Qowaid nahwu), morfem/morfologi (Qowaid as-sharf) ataupun sastra (adab). Metode yang berkembang dan masyhur digunakan untuk tujuan tersebut adalah Metode qowaid dan tarjamah. Metode tersebut mampu bertahan beberapa abad, bahkan sampai sekarang pesantren-pesantren di Indonesia, khususnya pesantren salafiah masih menerapkan metode tersebut. Hal ini didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: Pertama, tujuan pengajaran bahasa arab tampaknya pada aspek budaya/ilmu, terutama nahwu dan ilmu sharaf. 1. 1. Metode Qowaid dan tarjamah (Tariiqatul al Qowaid Wa Tarjamah)

Penerapan metode ini lebih cocok jika tujuan pengajaran bahasa Arab adalah sebagai kebudayaan, yaitu untuk mengetahui nilai sastra yang tinggi dan untuk memiliki kemampuan kognitif yang terlatih dalam menghafal teks-teks serta memahami apa yang terkandung di dalam tulisan-tulisan atau buku-buku teks, terutama buku Arab klasik. Ciri metode ini adalah: 1. Peserta didik diajarkan membaca secara detail dan mendalam tentang teks-teks atau naskah pemikiran yang ditulis oleh para tokoh dan pakar dalam berbagai bidang ilmu pada masa lalu baik berupa syair, naskah (prosa), kata mutiara (alhikam), maupun kiasan-kiasan (amtsal). 2. Penghayatan yang mendalam dan rinci terhadap bacaan sehingga peserta didik memiliki perasaan koneksitas terhadap nilai sastra yang terkandung di dalam bacaan. (bahasa Arab bahasa ibu).

3. Menitikberatkan perhatian pada kaidah gramatika (Qowaid Nahwu/Sharaf) untuk menghafal dan memahami isi bacaan. 4. Memberikan perhatian besar terhadap kata-kata kunci dalam menerjemah, seperti bentuk kata kiasan, sinonim, dan meminta peserta didik menganalisis dengan kaidah gramatikal yang sudah diajarkannya (mampu menerjemah bahasa ibu ke dalam Bahasa Arab) 5. Peserta tidak diajarkan menulis karangan dengan gaya bahasa yang serupa / mirip, dengan gaya bahasa yang dipakai para pakar seperti pada bacaan yang telah dipelajarinya. Selain ciri-ciri di atas, masih ada cirri-ciri lain pernggunaan metode Nahwu wa Tarjamah (tata bahasa dan terjemah) yang bisa dijelaskan, seperti yang dirangkum Jack C. Richards dan Theodore S Rodgers, yaitu sebagai beriku: 1. Tujuan telaan bahasa asing adalah mempelajari sesuatu bahasa agar dapat membaca susatranya atau agar dapat menarik keuntungan dari disiplin mental dan perkembangan intelektual yang timbul dari telaah bahasa asing itu. Terjemahan tata bahasa adalah suatu cara menelaah bahasa yang mendekati bahasa tersebut pertama-tama melalui kaidah-kaidah tata bahasanya secara terperinci, diikuti oleh penerapan pengetahuan ini pada tugas penerjemahan kalimat-kalimat dan teksteks ke dalam dan dari bahasa sassaran. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa dipandang sebagai yang terdiri dari upaya yang melebihi serta memanipulasi morfologi dan sintaksis bahasa asing tersebut. Bahasa pertama diperlakukan sebagai sistem acuan dalam pemerolehan bahasa kedua. 2. Membaca dan menulis merupakan fokus utama atau sasaran pokok, bahkan sering tidak ada perhatian sistemik pada belajar berbicara dan menyimak. 3. Pemilihan kosakata semata-mata didasarkan pada teks-teks bacaan yang digunakan, dan kata-kata yang diajarkan melalui daftar-daftar kata dwibahasa, telaah kamus dan hafalan. Dalam teks terjemahan tata bahasa yang khas, kaidahkaidah tata bahasa pun disajikan dan diilustrasikan, suatu daftar butir-butir kosakata disajikan dengan padanan-padanan terjemahannya, dan latihan-latihan terjemahan ditetapkan. 4. Kalimat merupakan unit dasar pengajaran dan praktik/latihan bahasa. Kebanyakan dari jam pelajaran diperuntukkan bagi penerjemahan kalimat-kalimat ke dan bahasa sasaran dan justru terfokus terhadap kalimat inilah yang merupakan cirri khusus metode ini. 5. Kecermatan dan ketepatan sangat ditentukan. Para siswa diharapkan dapat mencapai norma-norma atau standar yang tinggi dalam terjemahan, karena prioritas utama yang diberikan pada norma-norma ketepan dan kecermatan yang tinggi yang merupakan prasyarat bagi kelulusun sejumlah besra ujian tulis formal yang berkembang selama abad ini. 6. Tata bahasa diajarkan secara deduktif, dengan penyajian dan pengkajian kaidahkaidah tata bahasa, yang kemudian dipraktikkan melalui latihan-latihan terjemahan. Dalam kebanyakan teks terjemahan tata bahasa, suatu silabus diikuti dengan baik demi pengurutan butir-butir tata bahasa di seleruh teks dan ada upaya

untuk mengajarkan tata bahasa dengan dan dalam suatu cara yang tersusun rapi dan sistemik. 7. Bahasa asli/ibu siswa merupakan media pengajaran. Bahasa tersebut dipakai untuk menjelaskan butir-butir atau hal baru dan untuk memudahkan pembuatan perbandingan antara bahasa asing dan bahasa ibu siswa. Kedua kemampuan ilmu nahwu dianggap sebagai syarat mutlak sebagai alat untuk memahami teks/kata bahasa Arab klasik yang tidak memakai harakat, dan tanda baca lainnya. Ketiga, bidang tersebut merupakan tradisi turun temurun, sehingga kema
http://takberhentiberharap.wordpress.com/2011/05/30/analisis-kesalahan-berbahasa/

ABSTRAK Skripsi ini membahas tentang analisis kontrastif antara bahasa Inggris dengan Bahasa Gayo. Dalam skripsi ini objek yang dianalisis adalah bahasa Inggris dengan bahasa Gayo dari segi bentuk (form), distribusi (distribution), fungsi (function) dan arti (meaning). Analisis ini difokuskan pada korespondensi yang terbagi menjadi 3 karakteristik yaitu apakah berkoresponden seluruhnya, berkoresponden sebagian atau tidak berkoresponden sama sekali. Pengkajian topik ini menggunakan studi kepustakaan. Langkah yang dilakukan dalam penganalisisan adalah pertama, mengumpulkan data dengan cara mencari data kedua bahasa tersebut dari tesis-tesis dan buku yang berkaitan dengan topik. Kedua, membandingkan kedua bahasa dari segi bentuk (form), distribusi (distribution), fungsi (function) dan arti (meaning). Ketiga, mencari korespondensi berdasarkan tiga karakeristik di atas dan menarik kesimpulan. Dari hasil analisis yang diperoleh ditemukan bahwa dari segi bentuk, distribusi dan fungsi prefiks kedua bahasa tersebut berkorespondensi sebagian sedangkan dari segi arti prefiks kedua bahsa tersebut tidak berkorespondensi (non-koresponden) karena di antara kedua bahasa tersebut tidak ada satupun prefiks yang dijumpai mendukung arti yang sama.
Universitas

You might also like