Professional Documents
Culture Documents
Kata yang cara pengucapan dan penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah setandar atau kaidah yang telah dibakukan. Kaidah standar yang dimaksud dapat berupa pedoman ejaan (EYD), tata bahasa baku, atau kamus umum. B. Bahasa Indonesia Tidak Baku
Kata yang cara pengucapan atau penulisannya tidak memenuhi kaidah-kaidah umum tersebut.
Pemberi kekhasan
Pemakaian bahasa baku dapat menjadi pembeda dengan masyarakat pemakai bahasa lainnya.
Pembawa kewibawaan
Pemakaian bahasa baku dapat memperlihatkan kewibawaan pemakaiannya.
Kerangka acuan Bahasa baku menjadi tolak ukur bagi benar tidaknya pemakaian bahasa seseorang atau sekelompok orang.
CIRI-CIRI BAHASA INDONESIA BAKU 1. Tidak dipengaruhi bahasa daerah Baku Saya Mengapa Melihat 2. Tidak dipengaruhi bahasa asing Baku Kantor tempat Sudah banyak sarjana Itu benar 3. Bukan bahasa percakapan Baku Dengan mengapa Tidak 4. Pemakaian imbuhan secara eksplisit Baku Ia bekerja keras Tyson menyerang lawannya
Tidak Baku Gua Kenapa Dilihatin Tidak Baku Kantor dimana Sudah banyak sarjana-sarjana Itu adalah benar Tidak Baku Sama Kenapa Enggak Tidak Baku Ia kerja keras Tyison serang lawannya
5.
Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat Baku Tidak Baku Suka akan Suka dengan Disebabkan oleh Disebabkan karena Lebih besar daripada Lebih besar dari 6. Tidak terkontaminasi, tidak rancu Baku Tidak Baku Berkali-kali Berulang kali Mengesampingkan Mengenyampingkan Mengajar siswa Mengajar bahasa 7. Tidak mengandung arti pleonasme Baku Tidak Baku Para tamu Para tamu-tamu hadirin Para hadirin Maju Maju kedepan 8. tidak mengandung hiperkorek Baku Tidak Baku Insaf Insyaf Sah Syah Syukur sukur CONTOH KESALAHAN BERBAHASA Baku Tidak Baku abjad Abjat Amin Amien Apotek apotik Akhir ahir Bus Bis Taksi Taxsi
Kedua, bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penanda kepribadian. Bahasa Indonesia baku merupakan ciri khas yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lainnya. Bahasa Indonesia baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa Indonesia baku. Dengan bahasa Indonesia baku kita menyatakan identitas kita. Bahasa Indonesia baku berbeda dengan bahasa Malaysia atau bahasa Melayu di Singapura dan Brunai Darussalam. Bahasa Indonesia baku dianggap sudah berbeda dengan bahasa Melayu Riau yang menjadi induknya. Konteks Pemakaian Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia baku dipakai di dalam beberapa konteks: Pertama, dalam komunikasi resmi, yaitu dalam surat-menyurat resmi atau dinas, pengumumanpengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi. Kedua, dalam wacana teknis, yaitu dalam laporan resmi dan karangan ilmiah berupa makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan hasil penelitian. Ketiga, pembicaraan di depan umum, yaitu ceramah, kuliah, khotbah. Keempat, pembicaraan dengan orang yang dihormati, yaitu atasan dengan bawahan di dalam kantor, siswa dan guru di kelas atau di sekolah, guru dan kepala sekolah di pertemuan-pertemuan resmi, mahasiswa dan dosen di ruang perkuliahan. Di dalam konteks pertama dan kedua didukung oleh bahasa Indonesia baku tulis. Konteks kedua dan ketiga didukung oleh bahasa Indonesia baku lisan. Di luar konteks itu dipergunakan bahasa Indonesia nonbaku atau bahasa Indonesia nonstandar. Contoh Penggunaan Kata Baku dan Tidak Baku BAKU - TIDAK BAKU Memedulikan - memperdulikan Memelihara - Mempelihara Memesona - Mempesona Memengaruhi - Mempengaruhi Memerhatikan - Memperhatikan Memerdalam - Memperdalam Memeroleh - Memperoleh Memerkosa - Memperkosa Memerlukan - Memperlukan Mengreditkan - Mengkreditkan
sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan, dan ragam pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia (seperti: sesuai dengan kaidah ejaan, pungtuasi, istilah, dan tata bahasa). 2.Pengertian bahasa tidak baku Ejaan yang tidak benar atau ejaan salah. Ciri-ciri ragam bahasa baku adalah sebagai berikut.
1. Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola kalimat yang baku: acara
itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami sedang ikuti.
2. Penggunaan kata kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik banget; uang dan bukan duit;
serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
3. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah
ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.
4. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum ada lafal baku yang sudah
ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan /atep/; /habis/ dan bukan /abis/; serta /kalaw/ dan bukan /kalo/.
5. Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang mengatakan bahwa bahasa
Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku sebenarnya mengharuskan komunikasi efektif: pesan pembicara atau penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis sesuai maksud aslinya. Ciri-ciri bahasa yang baku biasanya digunakan dalam:
1. Resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat Komunikasi dinas, pengumumanpengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya.
2. Wacan teknis seperti dalam laporan resmi, karang ilmiah, buku pelajaran, dan sebagainya. 3. Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan sebagainya. 4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya. Pemakaian (1) dan (2) didukung oleh
bahasa baku tertulis, sedangkan pemakaian (3) dan (4) didukung oleh ragam bahasa lisan. Ragam bahasa baku dapat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: 3. Penggunaan Kaidah Tata Bahasa Kaidah tata bahasa normatif selalu digunakan secara ekspilisit dan konsisten. Misalnya: 1. Pemakaian awalan me- dan awalan ber- secara ekpilisit dan konsisten. Misalnya: Bahasa Baku Gubernur meninjau daerah kebakaran. Pintu pelintasan kereta itu kerja secara otomatis. 2. Pemakaian kata penghubung bahwa dan karena dalam kalimat majemuk secara ekspilisit. Misalnya: Bahasa Baku Ia tidak tahu bahwa anaknya sering bolos. Ibu guru marah kepada Sudin, ia sering bolos. 3. Pemakaian pola frase untuk peredikat: aspek+pelaku+kata kerja secara konsisten. Misalnya: Bahasa Baku Surat anda sudah saya terima. Acara berikutnya akan kami putarkan lagu-lagu perjuangan. Bahasa Tidak Baku
Surat anda saya sudah terima. Acara berikutnya kami akan putarkan lagu-lagu perjuangan. 4. Pemakaian konstruksi sintensis. Misalnya: Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku Anaknya - dia punya anak Membersihkan - bikin bersih Memberitahukan - kasih tahu Mereka - dia orang 5. Menghindari pemakaian unsur gramatikal dialek regional atau unsure gramatikal bahasa daerah. Misalnya: Bahasa Baku dia mengontrak rumah di Kebayoran lama Mobil paman saya baru Bahasa Tidak Baku Dia ngontrak rumah di Kebayoran lama. Paman saya mobilnya baru. 4. Penggunaan Kata-Kata Baku Masuknya kata-kata yang digunakan adalah kata-kata umum yang sudah lazim digunakan atau yang perekuensi penggunaanya cukup tinggi. Kata-kata yang belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali dengan pertimbangan- pertimbangan khusus. Misalnya: Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku - cantik sekali - cantik banget - lurus saja - lempeng saja - masih kacau - masih sembraut - uang - duit - tidak mudah - enggak gampang - diikat dengan kawat - diikat sama kawat - bagaimana kabarnya - gimana kabarnya 5. Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam Tulisan Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disebut ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (singkat EyD) EyD mengatur mulai dari penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan partikel, penulisan angka penulisan unsur serapan, sampai pada penggunaan tanda baca. Misalnya: Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku - bersama-sama - bersama2 - melipatgandakan - melipat gandakan - pergi ke pasar - pergi kepasar - ekspres - ekspres, espres - sistem - sistim 6. Penggunaan Lafal Baku Dalam Ragam Lisan Hingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum pernah ditetapkan. Tetapi ada pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa Indonesia adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau lafl daerah. Misalnya: Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
- atap - atep - menggunakan menggaken - pendidikan - pendidian - kalaw - kalo,kalo - habis abis - dengan dengen
- subuh subueh - senin senen - mantap mantep - pergi pigi - hilang ilang - dalam dalem
7. Penggunaan Kalimat Secara Efektip Maksudnya, kalimat-kalimat yang digunakan dapat dengan tepat menyampaikan pesan dengan pembicaraan atau tulisan kepada pendengar atau pembaca, persis seperti yang di maksud pembicara atau penulis. Keefektipan kalimat ini dapat dicapai antara lain dengan: 1. Susunan kalimat menurut aturan tata bahasan yang benar, misalnya: Bahasa Baku - Pulau Buton banyak menghasilkan aspal. - Tindakan-tindakan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan keluarganya merasa tidak aman. Bahasa Tidak Baku - Di pulau Buton banyak menghasilkan aspal. - Tindakan-tindakan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan keluarganya. 2. Adanya kesatuan pikiran dan hubungan yang logis didalam kalimat. Misalnya: Bahasa Baku - Dia datang ketika kami sedang makan. - Loket belum dibuka walaupun hari sudah siang. Bahasa Tidak Baku - Ketika kami sedang makan dia datang. - Loket belum dibuka dan hari tidak hujan. 3. Penggunaan kata secara tepat dan efesien. Misalnya: Bahasa Baku - Korban kecelakaan lalu lintas bulan ini bertambah. - Panen yang gagal memaksa kita mengimpor beras. 2003 Digitalized by USU digita library 4 Bahasa Tidak Baku - Korban kecelakaan bulan ini naik. - Panen gagal memungkinkan kita mengimpor beras. 4. Penggunaan pariasi kalimat atau pemberian tekanan pada unsur kalimat yang ingin ditonjolkan. Misalnya: Kalimat Biasa - Dia pergi dengan diam-diam. - Dengan pisau dikupasnya mangga itu. Kalimat Bertekanan - Dengan pisau dikupasnya mangga itu. Kalimat Bertekanan - Pergilah daia dengan diam-diam. - Dengan pisaulah dikupasnya mangga itu.