You are on page 1of 6

1

BAB I PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang Berdasarkan UU No.39 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak tidak hanya oleh orang perorang atau keluarga, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota masyarakat. Untuk mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya yang harus dilaksanakan, yang satu diantaranya adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan diharapkan memenuhi faktor 3A 2C I dan Q, yaitu available, accesible, affordable, continue, comprehensive, integreted dan quality. (Wahyuni, 2010) Sistem Kesehatan Nasional tahun 2004 menggariskan bahwa untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan nasional telah berkembang, pemerintah tidak lagi menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) strata pertama melalui puskesmas. Penyelenggaraan UKP akan diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga, kecuali di daerah yang terpencil. (Asmah, N. 2008)

Secara umum pelayanan kesehatan dibagi 2 yaitu pelayanan kesehatan personal atau pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kedokteran keluarga adalah termasuk dalam pelayanan kedokteran dimana pelayanan dokter keluarga ini memiliki karakteristik tertentu dengan sasaran utamanya adalah keluarga. (Wahyuni, 2010 ) Pelayanan dokter keluarga merupakan salah satu upaya penyelenggaraan kesehatan perorangan di tingkat primer untuk memenuhi ketersediaan, ketercapaian, keterjangkauan, kesinambungan dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Diharapkan akan mampu mengatasi permasalahan kesehatan yang hingga sekarang belum terselesaikan karena belum jelasnya bentuk sub sistem pelayanan kesehatan dan terkait dengan sub sistem pembiayaan kesehatan. (Asmah, N. 2008) Sistem dokter keluarga merupakan antisipasi perkiraan bergesernya status puskesmas menjadi sarana umum. Tugas puskesmas akan mengatur sanitasi dan lingkungan atau yang bersifat Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), sedangkan dokter keluarga menjadi private good, dokter akan menjadi bagian dari keluarga. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau merupakan sesuatu yang esensial, dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan model dokter keluarga diharapkan dokter keluarga sebagai ujung tombak dalam pelayanan kedokteran tingkat pertama, yang dapat berkolaborasi dengan pelayanan kedokteran tingkat kedua dan yang bersinergi dengan sistem lain. (Asmah, N. 2008)

Hipertensi merupakan masalah kesehatan di masyarakat. Di Indonesia prevalensi hipertensi cukup tinggi dan akibat yang ditimbuklannya merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi sendiri tidak menimbulkan gejala maka sering menunjukan gejala bila telah menyebabkan gangguan organ misalnya gangguan fungsi jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke, tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain.Faktor ini dipengaruhi antara lain oleh pola makan, kebiasaan merokok, konsumsi NSAID dan kopi. Di negara maju , seperti di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 50 juta penduduk Amerika memiliki tekanan darah yang tinggi. Angka kejadian klien hipertensi ini terus meningkat seiring dengan pertambahan usia dan biasanya penyakit hipertensi ini lebih sering menyerang usia 65 tahun daripada usia muda (Setiawan, 2008) Hipertensi merupakan salah satu pencetus terjadinya penyakit jantung, ginjal dan stroke. Berdasarkan riset kesehatan dasar (riskedas) 2007 prevalensi Hipertensi di Indonesia sangat tinggi, yakni mencapai 31,7 persen dari total jumlah penduduk dewasa (Dhuha, S. 2011). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh zamhir setiawan pada tahun 2004 menunjukkan prevalensi hipertensi di Pulau Jawa 41,9%, dengan kisaran di masing-masing provinsi 36,6%-47,7%. Prevalensi di perkotaan 39,9% (37,0%-45,8%) dan di perdesaan 44,1% (36,2%-51,7%) (Setiawan, Z. 2008). Pelayanan kedokteran keluarga sebagai pelayanan kesehatan primer yang memberikan pelayanan kesehatan dengan karakteristiknya holistik,

komprehensif, terpadu dan kesinambungan serta didukung oleh pengetahuan kedokteran terkini memegang peran yang sangat besar dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat. Pada pembinaan kasus kali ini akan dikemukakan mengenai penyakit hipertensi, dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan

penatalaksanaannya baik dari segi genetik, perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan. Mengingat sifat pengobatan penyakit ini yang harus terus dilakukan seumur hidup, maka peran serta keluarga akan sangat berpengaruh baik dalam menjamin kelangsungan terapi maupun pengontrolan kondisi penyakit kearah yang lebih baik sehingga perburukan ataupun komplikasi dapat dicegah. Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan dokter keluarga agar penatalaksaan yang diberikan dapat optimal. Pembinaan ini penting dilakukan untuk mengetahui pendekatan kedokteran keluarga yang baik dan dapat optimal terutama pada kasus yang bersangkutan.

I.2

Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui permasalahan kesehatan yang terjadi pada Bapak Muhadi mengenai penyakit hipertensi secara komprehensif, holistik, dan

berkesinambungan dengan pendekatan kedokteran keluarga.

2. Tujuan Khusus Mengetahui permasalahan kesehatan yang terjadi pada Bapak Muhadi mengenai penyakit hipertensi secara komprehensif, holistik, dan

berkesinambungan dengan pendekatan kedokteran keluarga. b. Meningkatkan kualitas kesehatan seluruh anggota keluarga. Membantu keluarga untuk memahami fungsi-fungsi anggota keluarga (biologis, psikologis, sosial dan budaya, ekonomi, religius dan pendidikan). Membantu keluarga untuk dapat memecahkan permasalahan kesehatannya secara mandiri. e. Membentuk perilaku hidup sehat di dalam keluarga.

I.3

Manfaat 1. Manfaat untuk keluarga.

Keluarga menjadi lebih memahami mengenai masalah kesehatan yang ada dalam lingkungan keluarga. Keluarga mampu untuk mengatasi permasalahan kesehatan keluarga secara mandiri.

2. Manfaat untuk dokter muda. a. Mendapatkan pengalaman belajar mengenai kedokteran keluarga b. Melatih mahasiswa melakukan pendekatan kedokteran keluarga yang dapat diterapkan pada praktek kedokteran selanjutnya. c. Melatih mahasiswa berkomunikasi yang baik dengan masyarakat.

d. Dokter muda menjadi lebih memahami prinsip pendekatan kedokteran keluarga.

You might also like