You are on page 1of 3

MUHAMMAD SAW Assalamualaikum Wr Wb,

Rekan rekan yang dirahmati Allah, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi yang telah membimbing kita untuk selalu istiqomah dalam menjalankan perintahnya, terutama perintah saum pada bulan Ramadhan ini. Shalawat dan salam semoga tercurah ke jujungan alam, Kanjeng Nabi Muhammad SAW, kepada para sahabat dan seluruh pengikutnya hingga akhir jaman. Amin. Rekan2, pada kesempatan yang sangat baik ini, ijinkan saya menyampaikan salah satu episode dari sejarah hidup Rasulullah SAW. Beliau diangkat menjadi Rasul Allah pada usia 40 tahun, dan mendapat tugas yang sangat berat karena harus mengadakan revolusi terhadap masyarakatnya yang sudah rusak. Sementara utusan Allah sebelumnya mendapatkan tantangan yang besar dan banyak pula yang terbunuh. Bagaimana beliau bisa meyakinkan kaumnya utk mengikuti ajarannya? Salah satunya adalah karena sejak kecil Nabi sangat dikenal dimasyarakatnya sebagai orang yang bisa dipercaya. Dia menjalani seluruh hidupnya dengan begitu terhor-mat dan tekun, dia telah mendapatkan gelar mulia as-saadiq (orang yang jujur) dan Al-Amin, "jujur", "lurus", "dapat dipercaya"; bahkan dari para penyembah berhala di negaranya. Orang yang dapat dipercaya, yang tidak pernah berbohong. Nama beliau sangat harum dan diagungkan, bukan hanya oleh satu milyar lebih pengikutnya, tetapi bahkan oleh musuh dan penentangnya. Itu pula yang kita ketahui salah satu alas an dari masuknya keluarga dan sahabat terdekat beliau ke dalam Islam. Siti Khadijah, Ali bin Abu Thalib, Abu Bakar, dll. Bahkan ketika beliau berdakwah mula2 secara terbuka, beliau memulai ajakan memeluk Islam dengan berseru kepada penduduk Mekah : "Bagaimana pendapatmu sekalian kalau kuberitahukan kamu, bahwa pada permukaan bukit ini ada pasukan berkuda. Percayakah kamu?" "Ya," jawab mereka. "Engkau tidak pernah disangsikan. Belum pernah kami melihat engkau berdusta." Begitu besar kepercayaan orang Mekah terhadap Nabi Muhammad padahal mereka belum beriman. Nabi Muhammad selalu berkata jujur dan terus terang. Itu juga bahasa yang ada dalam Al Quran. Sebagai contoh saat ini dunia menghadapi persoalan serius karena banyaknya kasus akibat minuman keras. Padahal segala sumber daya sudah dimiliki. Di jaman Nabi, menghentikan minuman keras cukup dengan satu kali penyampaian. Dalam bahasa yang tegas dan terus terang dari Quran : "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi; (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan." (QS. Al-Maaidah: 90).

Ketika ayat ini diwahyukan, berbarel-barel anggur di tumpahkan dijalan jalan Madinah, tidak pernah diisi kembali. Keterusterangan yang sederhana telah menjadikan umat Islam sebagai komunitas bukan peminum minuman keras terbesar di dunia, karena Nabi mengatakan bahwa baik sedikit atau banyak khamr tetap khamr. Begitulah jujur, terbuka, dan terus terang yang menjadi ciri khas Nabi. Banyak contoh dari kisah hidup beliau yang jujur dan lurus, Beberapa contoh berikut mungkin belum pernah anda dengar sebelumnya karena memang jarang di ulas.

Muhammad SAW sedang asyik mengundang pembesar-pembesar kaum Quraisy untuk mendengarkan ajakannya. Ketika seorang laki-laki miskin yang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum, mencoba untuk ikut berbicara dalam diskusi tersebut, agar Rasulullah memperhatikan dirinya. Rasulullah tidak berkata apa-apa tetapi dalam hatinya beliau berkata (bisakah kamu sedikit bersabar. Tidakkah kau lihat bahwa akibat ketidak sabaranmu, saya akan kehilangan pendengar-pendengar yang lain). Di tengah-tengah pembicaraan beliau dengan anggota-anggota suku Quraisy, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengirim wahyu melalui Malikat Jibril sebagai peringatan. Beliau Bermuka Masam "Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling. Karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa). Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?" (QS. 'Abasa: l-4). Beliau dengan segera sadar dan simpati pada orang miskin dan buta itu dan tanpa keberatan sama sekali beliau memberi tahukan wahyu yang berupa peringatan tersebut kepada pendengarnya sekalian. Sesudah kejadian tersebut, setiap kali bertemu dengan laki-laki buta tersebut, beliau menyambutnya dengan gembira dan berterima kasih karena beliau telah diperingatkan oleh Allah. Bahkan laki-laki buta tersebut diangkat menjadi Gubernur Madinah dalam dua periode. Kisah ini diambil dari buku Contoh berikutnya : Lama setelah Khadijah meninggal, Aisyah merupakan istri muda beliau yang tersayang, wanita yang berbeda dengan wanita-wanita lain karena budi pekertinya yang luhur. Pada suatu hari, Aisyah yang pandai ini mengajukan pertanyaan pada beliau, "Sekarang, apakah saya lebih baik daripada khadijah? Dia adalah janda, tua dan sudah tidak begitu cantik. Kamu lebih mencintaiku dibandingkan Khadijah, bukan?"--"Tidak, demi Allah!", jawab Rasulullah. "Demi Allah, tidak! Dia mempercayaiku sewaktu orangorang di dunia ini menjauhiku, hanya dialah teman baikku!" (Hero and Hero-worship, halaman 76). Tidaklah mudah menolak godaan syetan untuk mengalahkan ego dari istrinya yang masih muda, cantik dan pandai, Aisyah binti Abu Bakar Shiddiq. Mengapa tidak membiarkannya mendengar sanjungan yang menyenangkan dirinya. Bahkan Khadijahpun sudah tidak ada lagi sehingga tidak mungkin sakit hati. Akan tetapi Rasulullah tidak mau berbohong. Perlakuan seperti itu menunjukkan kepada kita bahwa beliau adalah orang yang mulia, yang tetap tercatat sejak 40 abad yang lalu.

Pantaslah ketika Siti Aisyah RA ditanya tentang akhlak Rasulullah, beliau menjawab Akhlak Rasulullah adalah Al Quran. Selain itu Nabi juga pernah bersabda :

Firman Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzab ayat 21 : "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah Itu suri teladan yang baik bagimu. " Muhammad berarti yang terpuji . "Dan, Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu." (QS. Alam Nasyrah: 4) Lamartine seorang peneliti dari Perancis, dalam Historie de la Turquie (Sejarah Turki), Paris 1854: Michael H. Hart. Dalam The 100: A ranking of the Most Influential Persons in History, New York: Hart Publishing Company, Inc. 1978. Halaman 33

You might also like