You are on page 1of 16

TUGAS PUBLIC RELATION

Analisis Salah Satu Kasus Public Relation

Mina Maulidia Nurisman 105254016 3 Administrasi Bisnis D4 Politeknik Negeri Bandung

Industri Telkom dan Isu Pencurian Pulsa Isu pencurian pulsa sejatinya mulai merebak sejak 2010 ketika YLKI menerima 101 pengaduan dari masyarakat dimana hampir separuhnya merupakan keluhan pengambil pulsa. Namun baru pada penghujung 2011, isu penyedotan pulsa ini masuk ke dalam tahap krisis PR yang melanda semua operator. Dalam kasus ini, hampir semua operator seluler Indonesia terlibat seperti Telkomsel, Indosat, XL Axiata, Axis Telecom, Hutchison, dan Bakrie Telecom. Kasus sempat memburuk ketika para operator seluler tersebut dianggap saling melempar kesalahan dengan content provider dan dipercaya telah melakukan penipuan kepada konsumen. Konsumen bahkan berusaha melawan para operator dengan menggelar kampanye mematikan telepon seluler selama dua jam pada Sabtu, 15 Oktober 2011. Beberapa upaya penyelesaianpun diambil. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) berusaha menindaklanjuti kasus ini bersama dengan Badan Regulator

Telekomunikasi Indonesia (BRTI). Operator seluler juga mengambil langkah-langkah pemulihan citra masing-masing, sampai akhirnya Pemerintah turun tangan melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika. Isu penipuan mulai berangsur-angsur berkurang, terlebih ketika pemerintah melarang operator berbisnis dengan 60content provider yang sudah di-black list. Untuk melengkapi pemulihan citra ini, operator akhirnya mengembalikan uang dari hasil 'penyedotan' pulsa pelanggannya yang nilainya hampir mencapai Rp 1 Miliar.

Diposkan oleh edhy aruman di 22:54

edhy aruman sumber: http://edhy-aruman.blogspot.com/2012/01/11-kasus-pr-terheboh-2011.

Analisis dan Solusi :

Jenis kasusnya adalah APATHY INTEREST Karena, oknum-oknum provider yang nakal itu melakukan penyedotan pulsa terhadap konsumennya dengan sengaja yang berarti itu adalah penipuan konsumen supaya mereka mendapatkan keuntungan yang sangat besar tanpa memperhatikan etika-etika yang baik yang harus mereka lakukan.

Solusinya adalah pemerintah lebih mengoptimalkan pengawasan, dalam rangka mencegah berulangnya kasus yang serupa, penyedia layanan komunikasi atau provider harus lebih aktif dalam melindungi para konsumenya, pelayanan untuk masyarakat, bagi masyarakat yang merasa kebingungan bisa bertanya atau mengadu disini, penyadaran masyarakat dalam bentuk sosialisasi terbuka dari pemerintah, seperti : iklan layanan masyarakat, kampanye anti penipuan, penyuluhan, seminar dan lain-lainnya.

PROGRAM PUBLIC RELATION

1. Menganalisis Situasi Dalam tahap ini Public Relations Officer mempelajari opini, sikap,. Dan reaksi publik terkait terhadap kebijakan atau produk organisasi. Dalam tahap ini ditetapkan suatu fakta dan informasi yang berkaitan langsung dengan kepentingan organisasi. Sebelum kita merumuskan suatu program PR, kita perlu mengetahui titik awalnya. Misalnya kita harus mengetahui secara pasti seperti apa citra organisasi dimata khalayaknya. Jadi pada tahap ini, Public Relations Officer semua perusahaan operator seluler Indonesia yang terlibat seperti Telkomsel, Indosat, XL Axiata, Axis Telecom, Hutchison, dan Bakrie

Telecom harus menganalisis situasi, mencari fakta dan informasi mengapa khalayak menganggap semua operator seluler di Indonesia melakukan penipuan karena telah mencuri pulsa masyarakat.

2. Planning Pada tahap ini, para Public Relation Officer memberikan sikap, opini, ide, dan reaksi yang berkaitan dengan kebijaksanaan. Dilakukan pula penetapan program, kerja organisasi yang sejalan dengan kepentingan atau keinginan-keinginan pihak berkepentingan. Planning dari para Public Relation Officer para penyedia layanan komunikasi atau provider ini adalah harus lebih aktif dalam melindungi para konsumenya, melayani masyarakat bagi masyarakat yang merasa kebingungan. Kemudian penyadaran masyarakat dalam bentuk sosialisasi terbuka dari perusahaan, seperti : iklan layanan masyarakat, penyuluhan, seminar dan lain-lainnya. Jadi, setelah para operator provider telah mengganti rugi sebesar Rp. 1 Miliar untuk pemulihan citra perusahaan, kemudian para perusahaan operator provider selanjutnya juga harus melakukan pembuatan iklan layanan masyarakat, mengadakan penyuluhan dan seminar. Anti Penipuan content-content illegal yang mengatasnamakan provider Telkomsel Rencana Aktivitas Rencana Pelaksana Perkiraan Kebutuhan Bahan Koran, Informasi elektronik (berita, email dll) Perkiraan Kebutuhan Alat Stapler, kertas, diagonal clip, selotip, sticky notes (Peralatan untuk Cliping) Bahan untuk Ruangan, pembahasan LCD rapat (Cliping Proyektor, yang telah Laptop, dibuat) Buku Jumlah Orang yang diundang -

No. 1

Analisis Situasi Tuan A, B, C dan Pengumpulan Situasi (Cliping)

Rapat Internal Tuan A, B, C Perusahaan (Penentuan Kebijakan)

Pimpinan dari setiap unit perusahaan dan Semua Staff PR (Kepala dan 1

Melakukan Tuan A, B, C pertemuan tertutup dengan content provider

Konsumsi Hasil Kebijakan Rapat Internal, Konsumsi

Melakukan Tuan A, B, C pertemuan dengan pihak kepolisian

Konferensi Pers

Tuan A, B, C

Iklan Layanan Tuan A, B, C Masyarakat

Hasil pertemuan dengan pihak content provider, Konsumsi Keputusan dari permasalahan yang telah dianalisis, dan setelah dilakukan beberapa kali pertemuan dengan beberapa piahak Informasi tentang hasil analisis penyedotan pulsa

Catatan, Ruangan, LCD Projector, Laptop, Buku catatan dan alat tulis lainnya Ruangan,

org staff) Operator (perusahaan telekomunikasi) Content Provider

Pihak Kepolisian

Ruangan LCD Projector Laptop Sound System Spanduk

Wartawan Perwakilan dari pihak yang dirugikan Perwakilan dari content Provider Pihak Kepolisian

Baliho, Stasiun TV, Media Cetak (Koran)

Seminar

3. Menyusun anggaran Merinci apa saja kebutuhan dana untuk membuat iklan masyarakat

Merinci apa saja kebutuhan dana untuk Seminar Merinci apa saja kebutuhan dana untuk Penyuluhan

4. Action

Mengganti kerugian Melakukan Pers Confrence Melakukan Seminar

langkah-langkah yang akan dilakukan, diharapkan bisa mempengaruhi pihak-pihak tertentu yang penting dan berpotensi mendukung program organisasi. 5. Evaluation Mengadakan penilaian.evaluasi terhadap program pers conference dan seminar yang telah dilakukan dan hasil kerjas aktivitas public relations tersebut diatas.

Modus-modus penipuan, pencurian atau penyedotan pulsa ini bisa berkembang dengan pesat dikarenakan tumbuh dan berkembangnya budaya dari sebagian masyarakat yang menginginkan kesuksesan secara instan atau cepat, hal semacam ini perlu kita cermati dengan baik. Budaya instan seperti ini membuat masyarakat yang melakukan hal semacam ini menjadi malas untuk bekerja dan ingin memperoleh keuntungan besar secara cepat dan instan tanpa memikirkan dampak tersebutnya.

Masyarakat banyak yang terpengaruh oleh modus ini disebabkan tingkat pendidikan masyarakat yang masih dirasa rendah dan kurang. Permasalahan ini membutuhkan peran dari pemerintah dalam bentuk sosialisasi terbuka, seperti : iklan layanan masyarakat, kampanye anti penipuan, penyuluhan, seminar dan lain-lainnya. Oleh sebab itu, modus-modus seperti

penipuan, pencurian atau penyedotan pulsa tersebut banyak memakan banyak korban dan membuat resah masyarakat akhir-akhir ini.

Menurut Menkominfo Tifatul Sembiring juga mengancam akan menindak tegas dan menertibkan seluruh oknum-oknum provider yang nakal. Modus sedot pulsa merupakan tindakan criminal dan melanggar undang-undang dan peraturan menteri. Kalau mereka salah kami tindak, bahkan ini kriminal, menyedot pulsa orang tanpa ijin. Seseorang diregister harus ada ijinnya, harus ada fakta atau bukti kalau dia oke. Rp1.000 atau Rp2.000, kalau jutaan orang kan miliaran juga, ujar Tifatul. ( VIVAnews).

Dilihat dari sudut pandang politik dan hukum, kasus ini masih perlu mendapatkan perhatian seksama oleh pemerintah. Politik memiliki peranan yang cukup nyata, dapat dilihat dari masih lalainya perlindungan dan pengawasan sehingga menyebabkan banyak korban. Politik adalah kekuasaan dan seharusnya pemerintah dalam kasus ini harus cermat dalam penanganan jangan sampai lalai. Dilihat dari segi hukumnya, dalam penanganan hukum untuk kasus ini perlu dicermati, ditanggapi dengan tegas oleh pemerintah dan peraturan dalam hukum sudah ada yang mengatur di Undang-Undang Indonesia, agar kasus ini tidak berlarut lama.

Perlu disadari oknum-oknum ini bermain dengan cerdas, sehingga masyarakat bisa tertipu dengan mudah. Hal ini menyebabkan banyaknya korban yang merasa dirugikan dan ditipu. Dalam kasus ini juga dapat dilihat dari segi ekonominya, hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengangguran, orang malas bekerja, tidak menyukai profesi pekerjaannya dan lain-lainnya, menimbulkan untuk berbuat kriminal seperti dengan menggunakan modus penipuan, pencurian atau penyedotan pulsa. Mereka melalukan hal tersebut dipicu oleh faktor ekonomi mereka yang rendah dan ingin memperoleh sesuatu dengan cepat atau instan tanpa berusaha atau bekerja keras.

Solusi untuk mengatasi kasus penipuan, pencurian atau penyedotan pulsa ini, dengan cara sebagai berikut :

Pengawasan ekstra dari pemerintah, Pemerintah lebih mengoptimalkan pengawasan, dalam rangka mencegah berulangnya kasus yang serupa.

Tanggung jawab perusahaan, Penyedia layanan komunikasi atau provider harus lebih aktif dalam melindungi para konsumenya.

Akses informasi dan pengaduan, Pelayanan untuk masyarakat, bagi masyarakat yang merasa kebingungan bisa bertanya atau mengadu disini.

Budaya kritis, Masyarakat dituntut untuk lebih kritis dalam menyikapi masalah ini, agar masyarakat kita dapat memahami dan mampu mengkritisi berbagai macam kasus-kasus yang terjadi saat ini, seperti contohnya kasus penipuan, pencurian atau penyedotan pulsa.

Penyadaran masyarakat, Dalam penyadaran masyarakat ini dibutuhkan bentuk

sosialisasi terbuka dari pemerintah, seperti : iklan layanan masyarakat, kampanye anti penipuan, penyuluhan, seminar dan lain-lainnya.

NASIONAL - SOSIAL Kamis, 13 Oktober 2011 , 06:41:00 Kemenkoinfo Tawarkan Solusi Pencurian Pulsa

JAKARTA--Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemen Kominfo) menegaskan pihaknya sudah mengambil 5 poin solusi mengatasi maraknya pencurian pulsa tersebut. Di antaranya akan menindak tegas bagi operator atau penyedia layanan konten (content provider) apabila ada pengaduan yang merugikan masyarakat.

Solusi tegas itu bisa ke pemutusan izin operasi langsung. Tentunya setelah kita lakukan peringatan terlebih dahulu. Semua pihak terkait seperti YLKI, Kepolisian, korban sudah duduk bersama. Seandainya masih kedapatan ada penipuan, polisi tidak main-main untuk memberikan proses. Hal ini sudah menjadi satu keputusan dalam satu pembahasan yang kami lakukan belum lama ini, urai juru bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika, Gatot Dewa Broto, Rabu (12/10).

Kalau pun sempat ada opsi untuk melakukan moratorium, pihaknya mengaku tidak ada masalah. Bahkan kata moratorium bukan sesuatu yang asing bagi Kominfo. Hanya, sebagai pengambil kebijakan, pihaknya harus sangat hati-hati dalam memutuskan atau mengambil solusi. Sehingga, moratorium bukan tidak mungkin akan dilakukan, bila memang diperlukan.

Kalau memang memungkinkan harus dilakukan kenapa tidak" Bahkan untuk penyedia layanan konten yang nakal itu memang harus diberikan sanksi agar ada efek jera, salah satunya melakukan moratorium tadi, terang pria berkaca mata itu.

Poin lain yang diputuskan pada satu waktu pembahasan yang dilakukan oleh pihaknya meliputi pihaknya akan laporkan seandainya ada laporan pelanggaran. Hal ini tidak hanya melihat besaran angka kerugian, tetapi juga berdasarkan aduan publik audit akan dilakukan. Termasuk juga perjanjian bisnis, dan harus membuat sebuah aplikasi.

Artinya, aplikasi kalau komsumen tidak menginginkan, pihak operator harus segera dan otomatis merespon atau menghentikan layanan yang dianggap mengganggu tadi. Poin lain, operator yang melakukan layanan di luar prosedur, pihaknya tidak segan untuk melakukan pemutusan langsung.

Sebagai contoh, soal keseriusan dalam mensikapi pengaduan, sudah banyak yang diproses secara serius ada yang mengacu kepada KUHAP, bisa UU telekomunikasi, dan UU yang berlaku. Kami BRTI dan Kominfo yang menindak langsung ke operator atau provider yang melakukan pelanggaran, ucapnya.

Sejauh ini, lanjut Broto, content provider tidak melulu negatif. Banyak hal positif juga yang diberikan terhadap masyarakat. Ada info wisata, budaya, religi, kuliner dan banyak lagi.

Selain itu, para pengguna kartu kredit juga sering diingatkan melalui layanan atau content provider untuk mengingatkan pelanggan. Intinya, saya melihat apabila moratorium tetap diinginkan, semua pihak juga akan dirugikan. Sekarang, agar tidak lagi ada korban, pelanggan juga harus cerdas, dan pengaduan dari masyarakat juga menjadi acuan bagi pemerintah untuk memberikan tindakan tegas, tandasnya.

Anggota BRTI Adiseno, sebelumnya menjelaskan, kasus pencurian pulsa ini sebelumnya sudah ada sejak lama dan sudah ditelusuri oleh BRTI. Namun dengan adanya media yang memuat kasus ini sepekan terakhir, membuat seolah kasus ini menjadi besar.

Kami sudah menelusuri dan setiap ada pengaduan yang kami terima, maka kami melakukan penanganan secara sporadis berdasarkan aduan. Dengan adanya banyak masukan baik dari Kominfo dan melihat reaksi masyarakat, barulah penyelesaian masalah ini terstruktur dengan baik, ungkapnya pada wartawan di Jakarta, kemarin (11/10).

Anggota BRTI lainnya Heru Setiadi yang mengaku pernah menjadi korban pencurian pulsa menjelaskan, karena CP saat itu masih menjadi industri kreatif yang baru muncul dan masih dalam tahap berkembang, maka aturan yang diterapkan masih bersifat administratif, dengan sanksi terberat hanya pencabutan izin layanan Jasa Pesan Premium tersebut.

Saat itu kami hanya membuat peraturan yang sifatnya administratif, karena melihat CP merupakan sebuah industri kreatif yang baru muncul dan mencoba berkembang. Namun karena saat ini ditengarai adanya penipuan dan pencurian pulsa yang diduga dilakukan oleh CP maka sifatnya tidak lagi administratif melainkan tindak tegas yang bersifat pemberian hukuman sebagai efek jera, jelasnya. (nel)

Trend Budaya Instan Sebagai Pendorong Maraknya Pencurian Pulsa

REP | 12 October 2011 | 22:38 Dibaca: 466 menilai bermanfaat

Komentar: 2

1 dari 1 Kompasianer

Komunikasi merupakan suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang kepada orang lain atau diantara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Dalam masalah ini, komunikasi dapat disalah gunakan oleh semua masyarakat Indonesia. Maraknya kasus-kasus penipuan, pencurian atau penyedotan pulsa yang setiap harinya meresahkan kehidupan masyarakat harus ditanggapi secara serius oleh seluruh komponen masyarakat termasuk pemerintah.

Permasalahan komunikasi yang sedang marak dibicarakan ditengah-tengah masyarakat tentang kasus-kasus penipuan, pencurian atau penyedotan pulsa, sangat meresahkan kehidupan masyarakat di Indonesia sekarang ini. Aksi pencurian, penipuan atau penyedotan pulsa telepon seluler ini menggunakan berbagai macam-macam modus, seperti mulai dari mengirim pesan singkat melalui nomor biasa atau melalui jasa pelayanan konten SMS premium (Misal, Ketik REG NSP Ke *123#). Salah satu contoh penipuan lainnya antara lain : melalui pesan pendek atau SMS yang sengaja disebar ke sembarang nomor telepon, Nama IKA KUSUMA, tolong kirim ke BNI no rek 021374***, kalau sudah dikirim SMS ke nomor ni ya 0813210***.

Para pelaku biasanya melakukan penipuan tersebut dengan cara menyedot pulsa dan bekerjasama dengan oknum - oknum konter ponsel. Pelaku-pelakunya memiliki taktik atau cara bekerja sama atau memiliki jaringan khusus untuk melakukan modus-modus tersebut. Hal ini disebabkan oleh motivasi untuk memperoleh keuntungan besar, secara instan atau cepat dengan memperdaya orang lain. Modus penipuan yang mampu menyedot pulsa banyak korban itu dilakukan dengan cara mengirimkan pesan singkat melalui

nomor GSM atau CDMA secara acak. Isi pesan singkat itu biasanya bertuliskan pengumuman pemenang dengan berbagai macam hadiah tertentu dan menarik para korban.

Dalam konten pelayanan jasa pesan singkat premium ini sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kominfo Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Jasa Pesan Premium. Masyarakat yang dirugikan bisa menuntut ganti rugi kepada operator. Munculnya Peraturan Menteri Kominfo merupakan peraturan yang harus dicermati oleh semua masyarakat agar mereka tidak merasa diresahkan oleh modus-modus penipuan, pencurian atau penyedotan pulsa seperti ini. Pemerintah sudah mengaturnya lewat Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 01/PER/M.KOMINFO/01/2009 Pasal 13 ayat (1) tentang larangan kepada penyelenggara jasa pesan premium mengenakan biaya pendaftaran. Kemudian Pasal 18 yang menjelaskan bahwa pengiriman pesan jasa singkat ke banyak tujuan wajib menyediakan fasilitas kepada penerima pesan untuk menolak pengiriman pesan berikutnya.

Modus-modus penipuan, pencurian atau penyedotan pulsa ini bisa berkembang dengan pesat dikarenakan tumbuh dan berkembangnya budaya dari sebagian masyarakat yang menginginkan kesuksesan secara instan atau cepat, hal semacam ini perlu kita cermati dengan baik. Budaya instan seperti ini membuat masyarakat yang melakukan hal semacam ini menjadi malas untuk bekerja dan ingin memperoleh keuntungan besar secara cepat dan instan tanpa memikirkan dampak tersebutnya.

Masyarakat banyak yang terpengaruh oleh modus ini disebabkan tingkat pendidikan masyarakat yang masih dirasa rendah dan kurang. Permasalahan ini membutuhkan peran dari pemerintah dalam bentuk sosialisasi terbuka, seperti : iklan layanan masyarakat, kampanye anti penipuan, penyuluhan, seminar dan lain-lainnya. Oleh sebab itu, modus-modus seperti penipuan, pencurian atau penyedotan pulsa tersebut banyak memakan banyak korban dan membuat resah masyarakat akhir-akhir ini.

Menurut Menkominfo Tifatul Sembiring juga mengancam akan menindak tegas dan menertibkan seluruh oknum-oknum provider yang nakal. Modus sedot pulsa merupakan tindakan criminal dan melanggar undang-undang dan peraturan menteri. Kalau mereka salah kami tindak, bahkan ini kriminal, menyedot pulsa orang tanpa ijin. Seseorang diregister harus ada ijinnya, harus ada fakta atau bukti kalau dia oke. Rp1.000 atau Rp2.000, kalau jutaan orang kan miliaran juga, ujar Tifatul. ( VIVAnews).

Dilihat dari sudut pandang politik dan hukum, kasus ini masih perlu mendapatkan perhatian seksama oleh pemerintah. Politik memiliki peranan yang cukup nyata, dapat dilihat dari masih lalainya perlindungan dan pengawasan sehingga menyebabkan banyak korban. Politik adalah kekuasaan dan seharusnya pemerintah dalam kasus ini harus cermat dalam penanganan jangan sampai lalai. Dilihat dari segi hukumnya, dalam penanganan hukum untuk kasus ini perlu dicermati, ditanggapi dengan tegas oleh pemerintah dan peraturan dalam hukum sudah ada yang mengatur di Undang-Undang Indonesia, agar kasus ini tidak berlarut lama.

Perlu disadari oknum-oknum ini bermain dengan cerdas, sehingga masyarakat bisa tertipu dengan mudah. Hal ini menyebabkan banyaknya korban yang merasa dirugikan dan ditipu. Dalam kasus ini juga dapat dilihat dari segi ekonominya, hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengangguran, orang malas bekerja, tidak menyukai profesi pekerjaannya dan lain-lainnya, menimbulkan untuk berbuat kriminal seperti dengan menggunakan modus penipuan, pencurian atau penyedotan pulsa. Mereka melalukan hal tersebut dipicu oleh faktor ekonomi mereka yang rendah dan ingin memperoleh sesuatu dengan cepat atau instan tanpa berusaha atau bekerja keras.

Solusi untuk mengatasi kasus penipuan, pencurian atau penyedotan pulsa ini, dengan cara sebagai berikut :

Pengawasan ekstra dari pemerintah

Pemerintah lebih mengoptimalkan pengawasan, dalam rangka mencegah berulangnya kasus yang serupa.

Tanggung jawab perusahaan

Penyedia layanan komunikasi atau provider harus lebih aktif dalam melindungi para konsumenya.

Akses informasi dan pengaduan

Pelayanan untuk masyarakat, bagi masyarakat yang merasa kebingungan bisa bertanya atau mengadu disini.

Budaya kritis

Masyarakat dituntut untuk lebih kritis dalam menyikapi masalah ini, agar masyarakat kita dapat memahami dan mampu mengkritisi berbagai macam kasus-kasus yang terjadi saat ini, seperti contohnya kasus penipuan, pencurian atau penyedotan pulsa.

Penyadaran masyarakat

Dalam penyadaran masyarakat ini dibutuhkan bentuk sosialisasi terbuka dari pemerintah, seperti : iklan layanan masyarakat, kampanye anti penipuan, penyuluhan, seminar dan lainlainnya.

You might also like