You are on page 1of 7

TUGAS LAYANAN KEFARMASIAN RULES, ROLES, AND RESPONSIBILITY IN PHARMACEUTICAL CARE

Disusun Oleh: Novia Ayu Rahmawati Rika Triyanapuri Harisa Nida Khofia G1F009005 G1F009009 G1F009011

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI PURWOKERTO 2012

I. PENDAHULUAN

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah didefinisikan kesehatan sebagai keadaan lengkap fisik, mental dan social kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Dalam konteks ini perawatan, definisi kesehatan penyedia memainkan peran utama dalam memperjuangkan kesehatan dalam suatu populasi. Dalam hal penyediaan layanan kesehatan modern, penelitian telah menunjukkan bahwa melibatkan keahlian multidisiplin adalah salah satu tujuan untuk mencapai kesehatan penduduk tertinggi. Meskipun profesi farmasi diakui untuk pentingnya sebagai penyedia perawatan kesehatan di banyak negara maju, di negara berkembang sebagian besar masih kurang dimanfaatkan. Apoteker sebagai penyedia perawatan kesehatan. Farmasi adalah profesi kesehatan yang menghubungkan ilmu kesehatan dengan ilmuilmu dasar, melainkan berkomitmen untuk memastikan penggunaan yang aman dan efektif obat. Pada saat ini orientasi paradigma pelayanan kefarmasian telah bergeser dari pelayanan obat (drug oriented) menjadi pelayanan pasien (patient oriented) dengan mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan yang tadinya hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi berubah menjadi pelayanan yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk

meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumerotasi dengan baik. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan. Oleh sebab itu apoteker dalam menjalankan praktik harus sesuai standar. Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional.

II. PEMBAHASAN Pharmaceutical care adalah tanggung jawab pemberian pelayanan obat / tenaga kefarmasian sampai pada dampak yang diharapkan yaitu meningkatkan kualitas hidup pasien (Hepler dan strand, 1990). Peran apoteker yang ada biasanya dilakukan di Apotik, Rumah Sakit, Industri Farmasi. Peranan dan fungsi apoteker serta staf kefarmasian perlu dikaji kembali dan dampak pendidikan beserta kurukulum farmasi harus di definisikan kembali secara jelas . 1. Pharmaceutical care dengan penekanan berfokus pada kepedulian kepada pasien dan masyarakat. 2. Manajemen sistem sumber daya ( sumber daya manusia, obat-obatan,, informasi dan teknologi). 3. Jaminan kesehatan masyarakat yang efektif, bermutu,serta pelayanan pencegahan dan kebijaksanan pengembangan kesehatan masyarakat.

Peranan Asuhan Kefarmasian (Pharmaceutical Care) : Tuntutan pelayanan asuhan kefarmasian ( pharmaceutical care ) menuntut peningkatan kemampuan standart farmasis komunitas agar dapat menjalankan profesinya yang sesuai dengan tujuan dari pelayanan asuhan kefarmasian. Pelayanan asuhan kefarmasian dirancang untuk peningkatan taraf kesehatan masyarakat, yaitu : pencegahan penyakit, dan melakukan akses monitoring, inisiasi terhadap pengobatan untuk menjamin terlaksananya program terapi obat ( drug terapy) yang aman dan efektif(ACP-ASIM 2002). Bagian aksi dari pelayanan asuhan kefarmasian yng dimaksud adalah farmasis membantu dalam akses kebutuhan pengobatan, pencegahan munculnya efek reaksi obat, pengembangan terapi spesifik pada pasien, memanajemen penyakit penyakit kronis, dan memonitor kelangsungan pengobatan (ACP-ASIM 2002). Program asuhan kefarmasian adalah suatu modal kerjasama yang sangat baik antara dokter dan farmasis, yang dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup pasien ( terkait dengan tingkat kesehatan pasien), menurunkan frekuensi msalah masalah yyang berhubungan dengan obat, dan meningkatkan keuntungan social dari farmasis (ACP-ASIM 2002).

Peranan apoteker a. Care giver: Pemberi pelayanan dlm bentuk informasi obat, efek samping obat, informasi analitis mengenai hal yg berhubunhan dgn obat, dll, kpd dokter, sejawat& profesi kesehatan lain. Dlm memberikan pelayanan, farmasis harus berinteraksi dgn individu & kelompok dlm lingkungan. b. Decision maker: Pengambil keputusan yg tepat utk mengefisiensikan & mengefektifkan sumber daya yg ada. c. Communicator: Mampu berhubungan & berkomunikasi scr internal maupun eksternal kemampuan komunikasi yg baik (lisan, tulisan dlm btk leaflet/brosur). d. Leader: Pemimpin yg berani mengambil keputusan dlm menghadapi berbagai permasalahan. e. Manager: Pengelola seluruh sumber daya yg ada baik di industri farmasi maupun rumah sakit & dpt mengakumulasikan utk meningkatkan kinerja. f. Life long learner: Belajar terus menerus & melakukan yg terbaik dgn rekan2 sejawat utk meningkatkan pengetahuan & kemapuan . g. Teacher: Bertanggung jawab utk memberikan pendidikan & pelatihan mengenai hal2 yg berhubungan dgn dunia farmasi kpd sejawat farmasi dlm praktek kerja lapangan, seminar, dll. h. Researcher : seorang farmasi harus bias menggunakan sesuatu berdasarkan bukti (ilmiah, prakter farmasi, system kesehatan) yang efektif dalam memberikan nasehat pada penggunaan obat secara rasional dalam tim-tim pelayanan kesehatan. Ruang lingkup pelayanan farmasi tersebut meliputi tanggung jawab farmasis dalam menjamin ketersediaan obat dan alat kesehatan, menjamin kualitas obat yang diberikan aman dan efektif dengan memperhatikan keunikan individu, menjamin pengguna obat atau alat kesehatan dapat menggunakan dengan cara yang paling baik, dan bersama dengan tenaga kesehatan lain bertanggungjawab dalam menghasilkan therapeutic outcomes yang optimal. Hubungan dokter dan farmasis dapat dilihat dalam ronde ruangan. Farmasis juga dapat membuat rekomendasi penggunaan obat pasien yang meliputi : pemilihan obat, dosis obat, frekuensi obat, lama pemberian obat, cara pemberian serta interaksi obat.

Tanggung Jawab Farmasis sebagai apoteker 1. Menjamin ketersediaan obat dan alat kesehatan Apoteker harus menjamin ketersediaan obat dan alat kesehatan yang ada di apotek ataupun di tempat ia bekerja. Ketersediaan obat ini dibutuhkan agar saat pasien membutuhkan obat tersebut dalam keadaan apapun, obat tersebut telah tersedia dan tidak mengalami kekurangan produk obat. 2. Menjamin kualitas obat yang diberikan aman dan efektif dengan memperhatikan keunikan individu Setiap individu memiliki keunikan dan perbedaan. Yang dimaksudkan disini adalah tidak semua obat yang sama dapat diberikan terhadap individu yang berbeda dengan penyakit yang sama. Misalnya obat A dapat diberikan kepada individu A dengan penyakit A.Belum tentu obat A tersebut akan efektif terhadap individu B dengan penyakit A pula. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan kondisi dari pasien tersebut sehingga apoteker dapat memberikan obat yang tepat , aman dan efektif kepada pasien tersebut tanpa mengurangi kualitasnya serta dengan harga yang dapat dijangkau oleh konsumen. 3. Menjamin pengguna obat atau alat kesehatan dapat menggunakan dengan cara yang paling baik. Pengawasan terhadap pasien juga perlu dilakukan.Setelah pemberian obat A apakah keadaan si pasien dapat lebih baik atau tidak. Begitu pula dengan alat-alat kesehatan lainnya. Saat pemberian obat atau alat kesehatan ada baiknya apoteker menjelaskan cara pemakaian serta efek samping dari penggunaan obat atau alat tersebut. 4. Bersama dengan tenaga kesehatan lain bertanggungjawab dalam menghasilkan therapeutic outcomes yang optimal. Apoteker ada baiknya bekerja sama dengan tenaga kesehatan yang lain sebab memang tidak bisa dipungkiri bahwa kerja sama diantara tenaga kesehatan itu sangat penting karena semuanya saling membutuhkan. Dokter membutuhkan apoteker dalam hal penanganan obat dan apoteker membutuhkan dokter dalam hal diagnosis penyakit. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama yang baik antara dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan lainnya demi terwujudnya Indonesia sehat 2010.

III. PENUTUP

Kesimpulan : Pharmaceutical care adalah tanggung jawab pemberian pelayanan obat / tenaga kefarmasian sampai pada dampak yang diharapkan yaitu meningkatkan kualitas hidup pasien. Ruang lingkup pelayanan farmasi tersebut meliputi tanggung jawab farmasis dalam menjamin ketersediaan obat dan alat kesehatan, menjamin kualitas obat yang diberikan aman dan efektif dengan memperhatikan keunikan individu, menjamin pengguna obat atau alat kesehatan dapat menggunakan dengan cara yang paling baik, dan bersama dengan tenaga kesehatan lain bertanggungjawab dalam menghasilkan therapeutic outcomes yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

You might also like