You are on page 1of 19

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

PENGARUH PERUBAHAN SUHU PANAS MEDIA AIR TERHADAP MEMBUKA DAN MENUTUP OPERCULUM BENIH IKAN MAS

PENGARUH PERUBAHAN SUHU DINGIN MEDIA AIR TERHADAP MEMBUKA DAN MENUTUP OPERCULUM BENIH IKAN MAS

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 14

Mohamad Baidowi 230110110044 Sanay Reza Rahmi Amanah 230110110047 230110110050

Kelas Perikanan A

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2012

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil alamin. Puji syukur kepada Allah swt, berkat rahmat dan kasih sayangnya yang tek terhingga, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air. Terimakasih pula kepada seluruh penulis buku yang bukunya menjadi bahan acuan dalam penulisan Laporan Praktikum. Semoga Allah membalas jasa dan ilmu yang mereka bagi secara cuma-Cuma dengan berlipat ganda. Amin Penulis berharap dengan selesainya Laporan Praktikum mengenai kegiatan buka tutup operculum dan pengaruhnya terhadap suhu dapat memberikan pengetahuan bagi penulis dan pembaca. Kritik dan saran penulis harapkan untuk kemajuan tulisan ini. Terimakasih

DAFTAR ISI

COVER KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 MANFAAT 1 2 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 IKAN 2.1.1 KLASIFIKASI 2.1.2 MORFOLOGI 2.2 SISTEM PERNAFASAN 2.3 SUHU 2.3.1 SUHU RUANG 2.3.2 SUHU TINGGI 2.3.3 SUHU RENDAH 3 3 4 4 5 6 6 6

BAB III. BAHAN DAN METODE 3.1 WAKTU DAN TEMPAT 3.2 ALAT DAN BAHAN 3.3 PROSEDUR KERJA 7 7 7

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL 4.2 PEMBAHASAN 9 11

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN 5.2 SARAN 14 14

DAFTAR ACUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Suhu adalah faktor pembatas terpenting dalam suatu lingkungan perairan, selain tekanan, suhu dan salinitas. Organisme air sangat rentan terhadap perubahan suhu. Kelarutan oksigen di dalam air menurun dengan meningkatnya suhu dan mencapai nol pada air mendidih. Sesuai dengan hukum Henry yang menyatakan bahwa kelarutan gas termasuk oksigen pada umumnya dipengaruhi oleh suhu, tekanan, dan salinitas air. Hal ini dibuktikan oleh Smith (1982) yang membuktikan bahwa kandungan oksigen menurun saat suhu ruang meningkat. Air hangat memiliki kelarutan oksigen lebih besar dibandingkan air dingin. Ikan merupakan mahkluk hidup yang mempunyai habitat di air, baik air tawar, payau, maupun asin. Ikan adalah salah satu hewan poikiloterm, yaitu hewan yang mampu hidup dangan menyesuaikan temperatur atau suhu di tempat hidupnya. Ikan bernafas dengan cara mengambil air dari dalam air dengan menggunakan insang yang terdapat di kanan dan kiri bagian kepala. Ikan akan mengambil oksigen ke permukaan air jika oksigen yang terlarut dalam air tidak mencukupi. Ikan juga mengambil oksigen dari dalam air dan mengeluarkan zat sisa karbondioksida yang sudah tidak berguna dalam sistem pernapasannya. Selain salinitas, tekanan dan air, suhu juga salah satu faktor pembatas di suatu perairan. Pda umumnya, suhu tubuh ikan berada pada kisaran 1 derajat lebih dibandingkan temperatur lingkungannya. Hal ini menyebabkan pengaruh besar akan terjadi pada sistem pernapasan suatu ikan jika jika terjadi perubahan yang mendadak. Suhu juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan laju metabolisme suatu organisme. Mekanisme pernafasan pada ikan yang memiliki operculum terdiri dari dua tahap, yaitu ;

1.

Inspirasi : dimulai dari rongga mulut, kemudian masuk ke rongga insang, setelah rongga ionsang mengembang air akan masuk kedalam rongga mulut.

2.

Ekspirasi: dimulai dari menutupnya rongga mulut, kemudian rongga insang akan menyempit, celah insang terbuka dan akhirnya air bergerak dari rongga mulut ke rongga insang untuk keluar dari celah insang.

1.2 Tujuan Praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetauhi seberapa besar pengaruh suhu terhadap sistem pernapasan ikan, terutama ikan Mas (Cypprinum carpio) dan pengaruhnya terhadap bukaan insang. Serta mempelajari perubahan tingkah laku ikan saat suhu diturunkan atau dinaikkan sebanyak 30C dan 6oC.

1.3 Manfaat Praktikum kali ini mengenai pengaruh suhu dalam sistem pernapasan ikan mempunyai beberapa manfaat, yaitu: 1. Dapat mengetahui perubahan tingkah laku hewan air terutama ikan terhadap perubahan suhu yang dinaikan dan diturunkan sebanyak 3 dan 6 derajat, 2. Mengetahui reaksi bukaan opercullum ikan terhadap perlakuan yang diberikan, 3. Mengetahui pengaruh suhu terhadap sistem pernapasan ikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 IKAN Ikan adalah hewan berdarah dingin, memiliki tulang sebagai penyangga, insang sebagai salah satu organ pernafasan, dan ekor dan secara garis besar beraktivitas di air sebagai media hidup. Ikan merupakan hewan yang banyak bersinggungan dalam kehidupan manusia di bumi. Kehidupannya di dalam air, nyaris tak terlihat. Di laut hanya terlihat gelombang dan ombak, padahal kekayaan laut berupa ikan terhampar sampai pada kedalaman ribuan meter dibawah permukaan laut. Belum lagi ikan di sungai, danau dan rawa. Ketika nama ikan disebut, timbul pertanyaan sejak kapan sebenarnya manusia mengenal ikan. Dengen melihat catatan sejarah yang ada, pengenalan manusia terhadap ikan sudah berlangsung seusia peradaban manusia. Ikan merupakan spesies vertebrata dengan keaneragaman terbesar (gambar 1) , dengan estimasi setidaknya ada 20.000 spesies yang telah ditemukan, dan mungkin akan mencapai 40.000 spesies bila sudah terkemuka semua spesies yang belum teridentifikasi. Sangat kontras apabila kita bandingkan dengan burung yang mencapai 8600 spesies, mamalia yang hanya mencapai 4500, reptil 6000 dan amphibi 2500 spesies. Ikan menurut Undang-Undang Perikanan No. 45 tahun 2009 adalah hewan yang hidup di air, bertulang belakang, poikiloterm, bergerak dengan menggunakan sirp, bernafas dengan insang, dan memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ keseimbangannya.

2.1.1 KLASIFIKASI Untuk memudahkan mengenenali ikan maka spesies tersebut

dikelompokan berdasarkan ciri yang dimiliki. Dalam hal pengelompokan memang terdapat beberapa perbedaan antara ahli taksonomi ikan.

Mengikuti Eschmeyer (1998), ikan dibagi menjadi enam kelas, yakni Myxini, Cephalaspidomorphi, Elasmobranchii, Sacropterygii, dan Actinopterygii. Ikan mas menurut Saanin (1984) dikelompokkan ke dalam: Kerajaan : Animalia Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Chordata : Actinopterygii : Cypriniformes : Cyprinidae : Cyprinus : Cyprinus carpio (Linnaeus, 1758)

2.1.2 MORFOLOGI Secara umum, ikan mas memiliki bentuk tubuh yang agak memanjang dan sedikit memipih ke samping. Sebagian besar tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik, tipe mulut terminal, dapat disembulkan, terdapat dua pasang sungut, dan tidak bergerigi. Sirip punggung (dorsal) ikan mas memanjang dan berjari-jari keras, sedangkan di bagian akhir bergerigi. Begitu juga dengan sirip dubur (anal) dan sirip ekor (caudal) berbentuk cagak. Tipe sisik pada ikan ini adalah lingkaran (cycloid)yang terletak beraturan. Garis rusuk (linea lateralis) yang lengkap terletak di tengah tubuh dengan posisi melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Lentera 2004). Ikan mas tergolong ikan air tawar, namun ikan mas terkadang dapat ditemukan di perairan payau atau di muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-300/00.

2.2 SISTEM PERNAFASAN Pernafan adalah proses pengikatan oksigen dan peneluaran karbondioksida oleh darah melalui permukaan alat pernafasan. Proses pengikatan oksigen tersebut dipengaruhi oleh struktur alat pernafasan, juga dipengaruhi perbedaan tekanan parsial o2 antara perairan dengan darah. Perbedaan tersebut menyebabkan gas-gas berdifusi ke dalam darah atau keluar melalui alat pernafasan.

Meknisme pernafasan pada ikan secara umum sama, namun ada perbedaan kecil antara golongan Elasmobranchi dengan Teleostei. Namun yang akan dibahas hanyalah mekanisme pernafasan golongan Elasmobranchi. Ikan yang termasuk golongan Elasmobranchi mempunyai meknisme pernafasan sebagai berikut : Tahap Pertama (inspirasi). Mulut terbuka, rongga mulut dan tekak mengembang, rongga insang berkontraksi dan celah insang menutup. Pada saat tersebut air dari luar masuk ke dalam rongga mulut. Kemudian menutup, rongga mulutberkontraksi (menyempit), rongga insang

mengembang, celah insang tertutup. Air bergerak dari rongga mulut ke rongga insang. Pada saat tersebut oksigen terlarut dalam air berdifusi masuk melalui membran sel pada lamela sekunder dan diikat oleh hemoglobin butir darah merah pada kapiler darah. Tahap Kedua (ekspirasi). Mulut tertutup, rongga mulut berkontraksi (menyempit), dan celah insang terbuka. Pada saat ekspirasi ini air bergerak keluar dari rongga insang melalui celah insang. Pada proses difusi yang berperan dalam pertukaran gas adalah lamela yang merupakan bagian dari filamen insang. Ujung lamela ini sangat tipis ditutupi oleh epitelum yang memiliki jaringan kapiler darah dan disokong oleh sel kapiler sel pilar. Pengambilan Oksigen dari air tidak hanya ditentukan oleh lamela, tetapi juga oleh arah darah dan sirkulasi air. Sirkulasi ini mengikuti sistem arus berlawanan (counter-current system), di mana air berisikan oksigen mengalir dari rongga mulut ke arah belakang, sedangkan darah dalam lamela mengalir dari pembuluh darah aboral lamellar afferent ke arah oral lamellar efferent. Sistem arus berlawanan darah dan air menata suatu persilangan gradien difusi insang antara oksigen yang masuk dan karbondioksida yang meninggalkan insang.

2.3 SUHU Suhu menurut Kanginan (2007:52-53) adalah suatu besaran yang menyatakan suatau ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Secara

mikroskopis, suhu menunjukan energi yang dimiliki suatu benda. Setiap atom dalm suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan ditempat berupa getaran.

2.3.1 SUHU RUANGAN Suhu ruangan merupakan suhu yang terdapat disuatu lingkungan yang dapat berubah secara normal dan tidak terlalu mempengaruhi keadaan lingkungan sekitarnya.

2.3.2 SUHU TINGGI Suhu tinggi memiliki pengertian yaitu suhu yang memiliki derajat panas yang cukup tinggi untuk memberikan efek panas terhadap lingkungan sekitar.

2.3.3 SUHU RENDAH Suhu rendah merupakan suhu yang memiliki derajat panas yang cukup rendah untuk memberikan efek dingin bagi lingkungan sekitarnya.

BAB III BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Fisiologi Hewan Air ini dilaksanakan hari Senin tanggal 1 Oktober 2012 dan pada tanggal 8 Oktober 2012 pukul 10.00 sampai 12.00 pagi. Serta bertempat di Laboraturium Fisiologi Hewan Air lantai 1, Dekanat FPIK UNPAD.

3.2 Alat dan Bahan Alat glass - Termom eter - 2 wadah (besar dan kecil) : Beaker Bahan : ikan mas - Air - Es batu - Air panas 5 ekor

3.3 Prosedur Kerja Dalam pengamatan kali ini, langkah-langkah yang harus dilakukan antara lain: 1. Pengamatan dilakukan dengan perlakuan yaitu : a. T1 = untuk suhu kamar (27 C) b. T2 = untuk suhu 3 C diatas suhu kamar c. T3 = untuk suhu 6 C diatas suhu kamar d. T4 = untuk suhu 3C dibawah suhu kamar e. T5 = untuk suhu 6C dibawah suhu kamar 2. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali, dengan lama pengamatan 1 menit untuk masing-masing ikan yang diamati.

3. Untuk setiap kelompok menyiapkan

1 beaker glass dan 2 wadah

plastik yang akan dijadikan wadah untuk pengamatan. Masukan air pada beaker glass kemudian ukur suhu kamanya dan catat. 4. Beaker glass dengan suhu kamar sebagai tyempat pengamatan dan wadah plastik sebagai timpat mengaklimasi ikan yang sudah diamati dan yang belum diamati. 5. Masukan ikan uji pertama 1 ekor ke dalam beaker glass yang sudah ditentukan suhunya. Kemudian hitung banyaknya gerakan membuaka dan menutup operculum ikan tersebut selama 1 menit. Setiap pelakuan dilakukan sebamyak 5 kali pada tiap ikan. 6. Setelah perlakuan pertama selesai, dialanjutkan perlakuan kedua, yaitu menaikan suhu 3C dari suhu kamar dengan cara menambah air panas dari water bath sehingga didapat suhu yang diharapkan. Setelah itu mengamati ikan seperti kegiatan perlakuan pertama. 7. Sebelum melakukan pengamatan pada pelakuan ketiga, ikan diaklimasi berlangsung. 8. Perlakuan ketiga yaitu menaikan suhu kamar 3C lagi, yaitu dengan cara menambahkan air panas yang diambil dari water bath sehingga didapatkan suhu yang diharapkan. 9. Setelah melakukan pengamatan ke tiga, ikan diaklimasi berlangsung 10. Perlakuan keempat yaitu menurunkan suhu sebanyak 3C, yaitu dengan cara menambahkan air es yang didaptkan dari wadah yang berisi air dan es batu. Pastikan dengan menggunakan thermometer bahwa suhu telah naik secara benar sebanyak 3C. 11. Perlakuan kelima yaitu menurukan suhu sebanyak 3C lagi yaitu dengan cara menambahkan air es yang didapatkan dari wadah plastik yang berisi air dan es batu. 12. Catat hasil pengamatan tersebut ke dalam tabel pengamatan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Tabel 1, 2 dan 3 diperoleh pada praktikum tanggal 1 Oktober 2012 Tabel 1: Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu kamar T = 27C C NO I 1 2 3 4 5 122 96 136 112 74 Ulangan II 103 99 137 104 83 Rata Rata III 97 92 144 93 77 322 287 417 304 234 312,8 107,3 95,7 139 103 78 104,6105 Jumlah Rata - rata

Tabel 2 : Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu kamar + 3C T = 30C C NO I 1 2 3 4 5 117 138 170 164 146 Ulangan II 107 137 164 138 150 Rata Rata III 120 143 174 122 165 344 418 508 424 461 431 114,7 139,3 169,3 141,3 153,7 143,66144 Jumlah Rata - rata

Tabel 3 : Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu kamar + 3C T = 33C C NO I 1 2 3 4 5 148 157 180 184 148 Ulangan II 148 155 185 151 130 Rata Rata III 137 158 183 148 129 433 470 548 483 407 468,2 114,7 156,7 182,7 161 135,7 150,08150 Jumlah Rata - rata

Tabel 4, 5 dan 6 diperoleh pada praktikum tanggal 8 Oktober 2012 Tabel 4: Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu kamar T = 27C C NO I 1 2 3 4 5 121 132 147 135 136 Ulangan II 118 132 136 121 134 Rata Rata III 127 140 135 122 135 366 404 418 378 405 394,2 122 134,7 139,3 126 135 131,4131 Jumlah Rata - rata

Tabel 5 : Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu kamar 3C T = 24C C

NO I 1 2 3 4 5 121 149 140 106 121

Ulangan II 94 152 119 130 98 Rata Rata III 112 139 102 117 108

Jumlah

Rata - rata

327 440 361 353 327 361,6

109 146,7 120,3 117,7 109 120,54121

Tabel 6 : Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu kamar 3C T = 21C C NO I 1 2 3 4 5 130 108 87 96 103 Ulangan II 119 124 83 99 98 Rata Rata III 118 110 76 76 87 367 342 246 271 288 302,8 122,3 114 82 90,3 96 100,92101 Jumlah Rata - rata

4.2 Pembahasan Ikan merupakan hewan yang bersifat poikilotermik, suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan. Bagi hewan akuatik, suhu media air merupakan faktor pembatas . Oleh karena itu, perubahan suhu media air akan mempengaruhi kandungan oksigen terlarut yang akan berakibat pada laju pernafasan dan laju metabolisme hewan akuatik tersebut. Ikan bernafas dengan menggunakan insang yang ditutupi oleh tutup insang (operculum). Proses pernafasan pada ikan adalah dengan membukanya mulut, sehingga terdapat sedikit tekanan negatif dalam rongga maupun rongga insang.

Begitu mulut ditutup, tekanan dalam rongga mulut meningkat (menjadi positif), air di dorong masuk rongga insang dan selanjutnya mendorong operculum, dan air keluar rongga insang. Tekanan dalam rongga mulut dari rongga insang menjadi lebih kecil daripada tekanan air diluar tubuh, sehingga tutup insang menutup kembali. Pada saat air masuk ke dalam rongga maka oksigen yang terlarut dalam air masuk berdifusi ke dalam pembuluh kapiler darah yang terdapat dalam insang sedangkan pada saat air keluar melalui insang karbondioksida juga dikeluarkan. Pada praktikum pertama dapat dilihat ketika suhu kamar 27C frekuensi bukaan operculum sebanyak 105 kali dan ketika suhu dinaikan menjadi 30C dan 33C frekuensi operculum yaitu 144 dan 150 kali. Hal ini menandakan bahwa saat suhu dinaikkan,frekuensi bukaan operculum ikan akan semakin meningkat. Saat suhu meningkat, laju metabolisme ikan akan meningkat sehingga gerakan membuka dan menutupnya operculum ikan akan lebih cepat daripada suhu awal (suhu kamar). Selain itu, pada suhu yang tinggi juga jumlah oksigen yang

tersedia pada air panas/ bersuhu tinggi lebih sedikit dibandingkan pada suhu normal sehingga ikan tersebut akan lebih sering mengambil oksigen, karena saat suhu naik ikan tersebut kekurangan oksigen. Pada praktikum kedua dapat dilihat ketika suhu kamar 27C gerakan banyaknya bukaan operculum sebanyak 131 kali dan ketika suhu diturunkan menjadi 24C dan 21C banyaknya bukaan operculum yaitu 121 dan 101 kali. Hal ini menandakan bahwa saat suhu diturunkan, gerakan operculum ikan akan semakin menurun. Hal ini dikarenakan saat suhu turun proses metabolisme akan berjalan lambat mengakibatkan kebutuhan O menurun, sehingga gerakannya melambat. Penurunan O juga dapat menyebabkan kelarutan O di lingkungannya meningkat. Pada praktikum kali ini kita dapat memahami bahwa sebenarnya suhu air pada media beaker glass ini dalam suhu 33 C lebih tinggi dari pada suhu kamar yng ada di ruangan yaitu 27 C, sehingga pada waktu dipindahkan ke dalam beaker glass ikan tersebut akan mengalami stress. Sedangkan ukuran ikan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu ikan ukuran benih yang sangat rentan dan

juga mudah stress sehingga kami mendapat kendala untuk melihat mekanisme membuka serta menutupnya operculum ikan tersebut. Terkadang pada praktikum yang dilakukan bukaan operculum ikan tidak sesuai dengan teori, dimana bukaan operculum saat suhu dingin justru lebih cepat daripada yang suhu kamar. Hal ini disebabkan karena ikan yang diamati mengalami strees, dan belum beradaptasi dengan lingkungannya. Namun, pada praktikum yang kelompok kami lakukan bukaan operculum ikan yang diamati sesuai dengan teori yang ada. Sehingga kami dapat menyimpulkan teori tersebut benar dan ikan yang kelompok kami amati tidak terlalu mengalami strees dan juga bisa dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

BAB V KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Semakin suhu dinaikan maka gerakan operculum ikan akan semakin meningkat. Begitupula sebaliknya, semakin semakin suhu diturunkan maka gerakan operculum akan semakin menurun atau lambat. 2. Suhu sangat berperan penting dalam mengatur segala aktivitas biologis organisme. 3. Ketika ikan sedang dalam keadaan stress maka akan mempengaruhi bukaan operculum, dimana bukaan operculum ikan akan menjadi lebih cepat daripada biasanya. 5.2 Saran Pada praktikum ini, diperlukan ketelitian mata dalam melihat hasil pengamatan dan kelincahan praktikan dalam mengoperasikan alat. Selain itu, sebaiknya menggunakan benih ikan yang ukurannya lebih besar agar praktikan lebih mudah melihat gerakan operculum ikan.

DAFTAR ACUAN

Effendie, M.I.1978. Biologi Perikanan I. Studi Natural History. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lagler, K.F, J.E. Bardach and R.R Miller. 1977. Ichtyology. John willey and Sons,Inc. New York. Affandi R dkk. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press. Riau Ikhtiology, Rahardjo,. M.F dkk, Bandung : Lubuk Agung, 2011 Sutandar, Z. 1992. Petunjuk Praktikum Ikhtiologi. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran. Bandung

You might also like