You are on page 1of 9

DEFINISI PENGELOLAAN KELAS

Apr 26 Posted by Bang Akil Beberapa definisi mengenai pengelolaan kelas menurut para ahli adalah sebagai berikut : Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. (Dr. Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan siswa : 1987 : 68). Pengelolaan kelas adalah kegiatan mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran dan menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi. (Pengelolaan belajar dan kelas, E. Komar dan Uus Rusnadi 1993 : ) Pengelolaan kelas adalah usaha dari pihak guru untuk menata kehidupan kelas yang dimulai daari perencanaan kurikulumnya, penataan prosedur dan sumber belajarnya, lingkungannya untuk memaksimalkan efesiensi, memantau kemajuan siswa dan mengantisipasi masalahmasalah yang mungkin timbul. (Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyar, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, 1992 : 113). Jadi, dari beberapa definisi diatas saya bisa menyimpulkan bahwa a tentang pengertian pengelolaan kelas, dapat saya simpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan yang terencana yang sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal, membangun iklim sosio-emosional yang positif serta menciptakan suasana hubungan interpersonal yang baik. Sehingga diharapkan proses belajar dan mengjar dapat berjalan secara efektif dan efesien, sehingga tercapai tujuan pembelajaran. 2. Seorang guru harus memiliki kompetensi dalam pengelolaan kelas Guru harus emiliki kompetensi pengelolaan kelas yang baik akan tercipta suasana belajar yang menarik, menyenagkan untuk mencapai tujuan pengajaran dan meningkatkan kualitas pembelajaran dan menciptakan, memelihara, dan mengendalikan kondisi belajar yang optimal bagi terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif, serta dapat membangun hubungan sosioemosional (hubungan interpersonal) yang baik antara guru dengan murid, serta antara murid dengan guru. Dan jika guru tidak memiliki kompetensi pengelolaan kelas yang baik proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan optimal karena kompetensi sangat diperlukan dalam pengelolaan kelas. Pengaruh kemampuan guru dalam pengelolaan kelas terhadap keberhasilan belajar siswa. Guru yang mempunyai kemampuan pengelolaan kelas yang baik akan meningkatkan potensi belajar siswa, mutu pendidikan dan tercapainya tujuan pendidikan tersebut. Serta mutu proses pembelajaran, hal ini tergantung dari kemampuan guru dalam penyampaian materi kepada siswa. Dan jika guru tidak mempunyai kemampuan pengelolaan kelas yang baik, akan mengakibatkan prestasi belajar siswa rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan dan akan menghambat proses belajar mengajar, karena kondisi kelas yang kurang optimal. 3. Misi utama pengelolaan kelas Adapun yang menjadi misi dalam pengelolaan kelas adalah sebagai berikut : Tersidianya lingkungan belajar yang mendukung proses belajar-mengajar. Banyaknya keterlibatan (waktu yang digunakan/dihabiskan) peserta didik dalam aktifitas belajar

sehingga mendukung pencapaian prestasi belajar yang tinggi. Meningkatkan keterampilan siswa. Memotivasi dan membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal. Kegiatan mengelola kelas secara fisik (pengaturan siswa) 1) Mengatur ventilasi dalam kelas, ventilasi dalam kelas sangat di perlukan, agar tercipta kondisi kelas yang nyaman. 2) Mengatur pencahayaan Pencahayaan dalam kelas harus memadai, agar apa yang ditulis oleh guru di papan tulis dapat terlihat jelas, dan jika pencahayaan itu memadai siswa tidak akan mengantuk. 3) Mengatur kenyamanan siswa. Dalam belajar, siswa harus merasa nyaman dulu, agar siswa tersebut bias berkonsentrasi dan belajar dengan nyaman. 4) Mengatur letak duduk Letak duduk siswa sebaiknya di pindah-pindah setiap minggunya, agar siswa dapat merasakan duduk di depan, di tengah ataupun di belakang. Hal itu akan membantu siswa agar tidak merasa bosan dan jenuh. 5) Mengatur penempatan siswa Sebisa mungkin guru harus bias menempatkan siswa sesuai kompetensi yang dimiliknya. Sebaiknya siswa yang lamban dalam belajar, disatukan dengan siswa yang lebih pintar, agar siswa yang lamban tersebut termotivasi oleh pintar, untuk lebih giat dalam belajar. Kegiatan pengelolaan kelas secara psikhis (kondisi emosional) 1) Mengatur tingkah laku Guru membimbing dan mengarahkan siswa akhlak/tingkah laku yang baik, sehingga tidak menjadi masalah di dalam kelas ataupun lingkungan masyarakatnya. 2) Mengatur kedisiplinan Guru harus menerapkan kedisiplinan kepada siswa, baik disiplin dalam waktu, dalam tingkah laku dan disiplin dalam belajar. 3) Mengatur minat Minat dan potensi itu berbeda-beda, guru harus bias membantu dan mengarahkan potensi siswa tersebut, dan mempasilitasi minat yang siswa miliki. 4) Gairah belajar Adakalanya gairah siswa dalam belajar menurun, tugas guru adalah membangkitkan gairah belajar misalnya dengan mengadakan kuis ataupun bercerita hal-hal menarik disela-sela belajar. 5) Mengatur dinamika kelompok Motivasi dapat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, karena motivasi adalah factor penentu keberhasilan seseorang, motivasi dilakukan sebagai rangsangan/dorongan belajar agar lebih giat lagi dalam belajar sehingga dapat tercapainya keberhasilan dalam belajar. Dengan adanya motivasi yang kuat, siswa akan terpacu dan bersemangat untuk belajar lebih baik, dan melakukan perubahan-perubahan dalam hidupnya. Karena jika tidak ada motivasi, siswa tidak akan terdorong untuk belajar dan tidak ada gairah dalam belajar. Teori motivasi maslaw Jika seseorang sudah mempunyai suatu motivasi, maka dia siap mengerjakan sesuatu hal yang diperlukan sesuai dengan apa yang dikehendakinya, sebelumnya motivasi menyangkut pemenuhan seperangkat kebutuhan manusia.

Maslaw menyatakan bahwa kebutuhan manusia itu ada 5 tingkatan. Antara lain: Fsiological need (kebutuhan psikologis) Kebutuha psikologis itu antara lain : rasa haus, lapar, seks, dan kebutuhan ragawi lainnya. Sai feteey need (kebutuhan kenyamanan dan keamanan) Kebutuhan kenyamanan dan keamanan itu antara lain : keselamtan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional. Love and belonging need (kebutuhan cinta dan kasih sayang) Kebutuhan cinta dan kasih sayang itu antara lain : rasa kasih sayang, rasa dimiliki, rasa di ingini, rasa diterima baik dalam lingkungan dan persahabatan. Esteen need (kebutuhan harga diri) Kebutuhan harga diri itu antara lain : prestasi, dihargai, pengakuan status, dan perhatian. Self actualization need (kebutuhan mengaktualisasikan dirinya) Kebutuhan mengaktualisasikan dirinya itu antara lain berupa pengakuan terhadap kapasitas pengetahuan, keterampilan, dan potensi yang dimilikinya. Teori motivasi McClelland Menurut McClelland, ada 3 hal yang melatar belakangi motivasi seseorang. Need for achievemen (n-ach) (kebutuhan akan prestasi/pencapaian)\ Kebutuhan akan prestasi adalah kebutuhan seseorang untuk memiliki pencapaian yang signifikan, dapat menguasai berbagai keahlian, atau memiliki standar yang tinggi. Orang seperti ini biasanya selalu ingin menghadapi tantangan baru dan selalu ingin mengekspresikan dirinya dengan bebas. The need for Authority and power. (n-pow)- (kebutuhan untuk meraih kekuasaan) Kebutuhan akan kekuasaan ini didasari oleh keinginan seseorang mengatur atau memimpin orang lain. The need for affillation (n-affi)-(kebutuhan akan persahabatan dan berkumpul/keanggotaan) Kebutuhan akan persahabatan dan berkumpul ini didasari oleh keinginan untuk mendapatkan atau menjlankan hubungan yang baik dengan orang lain. Orang semacam ini merasa ingin disukai dan diterima oleh lingkungannya. 5. Faktor-faktor penyebab munculnya perilaku siswa yang dapat menimbulkan masalah dalam kelas antara lain: 1. Faktor internal Faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri. Misalnya jika ada siswa yang fisiknya kurang sehat, kemungkinan siswa tu konsentrasi belajarnya akan terganggu dan mungkin siswa itu akan mengantuk atau malah tertidur di dalam kelas. Jika mendapati siswa yang suka usil atau nakal dalam kelas, mungkin itu karena siswa itu ingin mendapat perhatian, bosan dengan suasana kelas yang monoton, jenuh dengan suasana belajarnya atau tidak suka dengan mata pelajaran yang sedang berlangsung sehingga hal-hal yang demikian dapat menimbulkan masalah di dalam kelas. 2. Faktor eksternal Faktor yang berasal dari luar diri siswa tersebut (kondisi keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat). Jika siswa memiliki masalah-masalah eksternal dalam dirinya, contohnya karena kondisi keluarganya yang tidak harmonis, atau tidak mendapat perhatian dari orang tuanya kemungkinan

siswa itu tidak akan menjadi usil atau menjadi pendiam. Hal itu juga akan menjadi masalah dalam kelas. Contoh kasus yang dihadapi guru dalam kelas dan langkah-langkah yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi masalah tersebut. a. Bagaimana menemani siswa yang suka usil. Siswa yang usil jangan langsung dimarahi, atau dilempar dengan penghapus, murid usil itu pasti ada alasannya. Misalnya ada siswa yang usil mengusili teman sebangkunya dan teman-temannya yang lain dengan cara mengetepel pake karet sehingga mengganggu konsentrasi belajar siswa yang lain. Hal ini biasanya disebabkan karena mereka bosan dengan pelajaran atau merasa tidak cocok dengan gurunya. Selain itu, bisa jadi anak ini memang lebih pandai dari murid yang lain. Jadi siswa tersebut sudah merasa sudah tahu dan faham isi materi pelajaran. Siswa merasa tidak perlu mendengarkan penjelasan dari guru di depan kelas. Kalau sudah begini, biasanya siswa akan mencari cara mengusili, menarik perhatian guru. Bisa dengan cara mengusili teman sebangku atau siapapun yang ada di dekatnya seperti contoh di atas. Jika guru menemukan anak yang seperti itu (usil) cobalah tegur, tapi jangan serius-serius. Bukan malah diejek/dimarahi. Guru sebaiknya tidak mudah melontarkan kata-kata yang bernada makian/sindiran kepada siswanya. Tantang saja dengan sesuatu yang kreatif. Tapi jangan langsung diberi tugas sebagai hukumannya karena mungkin siswa tidak begitu memperhatikan pelajaran. Siswa malah kaget nanti. Tanggapilah dengan santai atau bisa juga dengan mendekati siswa tersebut, dan bertanya kenapa dia melakukan hal tersebut, tapi bertanyanya jangan terlalu serius nanti siswa akan merasa dihakimi. Dengan pendekatan seperti itu siswa akan merasa diperhatikan dan dihargai dan tidak akan melakukan hal serupa. Asalkan saja kejahilannya itu tidak kelewatan, jangan terburu-buru menilai negative. Usil kadang bisa tersalurkan dengan positif untuk mengurangi aktifitas usil tadi. Guru bisa saja dengan mengalihkan perhatian dan mengizinkan siswa tersebut membawa minuman ke dalam kelas, bukan makanan tentunya. b. Bagaimana menemani siswa yang kurang konsentrasi Tidak selamanya anak didik fokus di kelas, ada kalanya mereka kehilangan konsentrasi dalam mengikuti pelajaran. Alasannya bermacam-macam, bisa karena kecapean atau memikirkan masalah. Jika guru menemukan siswanya kurang konsentrasi di dalam kelas, jika durasi waktunya tidak sering. Ada baiknya siswa tidak diusik, tetapi guru tetap melakukan pendekatan-pendekatan personal. Sekedar becanda atau bertanya mengapa si anak terlihat tidak bersemangat. Misalnya ketika sedang mengajar, ada anak yang tertidur. Sebagai guru yang baik, jangan langsung memarahi anak tersebut. Lebih baik menegurnya lebih dahulu, memintanya agar jangan mengulangi perbuatan itu lagi. Tetapi juga harus bertanya mengapa dia sampai tertidur di dalam kelas. Bisa jadi tidak disengaja melakukannya. Bisa jadi karena kecapean ada masalah di rumah atau lebih aktif di kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Jika alasannya masuk akal, seorang guru harap memaklumi, tetapi jika alasannya tidak masuk akal, guru dapat member penjelasan tentang kerugian dari sikap yang tidak baik itu. Misalnya akibat tertidur mendengkur, dia dapat mengganngu teman-temannya atau karena tertidur ia akan ketinggalan materi pelajaran Artikel Tema : kondisi kelas yang ideal

Menciptakan kondisi yang efektif dalam diskusi kelas Sains dengan memperhatikan beberapa faktor antara lain aransemen ruang dalam kelas diskusi, ukuran kelompok, lamaya durasi sesi diskusi, tipe siswa yang dapat dijumpai dalam diskusi Aransemen ruang untuk diskusi kelas Jika menginginkan diskusi dapat berjalan efektif maka aransemen kelas dan iklim kelas yang baik merupakan faktor yang harus dipertimbangkan. Siswa dapat berinteraksi lebih baik dengan lainnya jika mereka duduk berhadapan sehingga mereka dapat melihat teman-teman sekelas mereka daripada bagian belakang kepala mereka. Intinya, semua dapat terlihat jelas. Guru harus menggeser meja dan kursi ketika mereka akan berdiskusi. Hasil akhirnya sepadan dengan usaha mereka. Guru sains yang melakukan semua aktivitas dalam ruangan yang dilengkapi dengan laboratorium dan beberapa usaha yang harus dicoba untuk mengimprovisasi kondisi kelas yang terbaik. Jika ruangan sains dilengkapi dengan meja untuk dua siswa, secara umum dapat dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Jika guru menginginkan interaksi maksimum maka siswa dapat dibagi menjadi empat dalam setiap kelompok atau jika kelompok lebih besar muncul untuk dapat bekerja lebih baik, maka dapat ditambahkan meja sehingga setiap kelompok diskusi terdiri dari delapan siswa. Salah satu faktor yang sering dilupakan adalah lokasi guru di kelas. Banyak guru yang terus berdiri dan mendominasi kelas sementara siswa duduk untuk berdiskusi. Fungsi guru selama diskusi adalah untuk memimpin dan menfasilitasi pertukaran antar siswa, guru juga dapat bergabung pada diskusi kelompok di kelas. Tata letak meja dan bangku dalam proses belajar di kelas Kursi dan meja siswa dan guru perlu ditata sedemikian rupa sehingga dapat menunjang kegiatan belajar-mengajar yang mengaktifkan siswa, yakni memungkinkan hal-hal sebagai berikut: Aksesibilitas: siswa mudah menjangkau alat atau sumber belajar yang tersedia. Mobilitas: siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian lain dalam kelas Interaksi: memudahkan terjadi interaksi antara guru dan siswa maupun antara siswa. Variasi kerja siswa: memungkinkan siswa bekerjasama secara perorangan, berpasangan, atau kelompok. Lingkungan fisik dalam ruang kelas dapat mejadikan belajar aktif. Tidak ada satupun bentuk ruang kelas yang ideal, namun ada beberapa pilihan yang dapat diambil sebagai variasi. Dekorasi interior kelas harus dirancang yang memungkinkan anak belajar aktif, yakni yang menyenangkan dan menantang. Formasi kelas berikut ini tidak dimaksudkan untuk menjadi susunan yang permanen. Jika mubeler (meja atau kursi) yang ada di ruang kelas dapat dengan mudah dipindahpindah, maka sangat mungkin menggunakan beberapa formasi ini sesuai dengan yang diinginkan. Menurut Silberman (1996), ada beberapa formasi yang dapat digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aktif antara lain sebagai berikut: 1. Formasi huruf U Formasi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Para peserta didik dapat melihat guru dan/atau melihat media visual dengan mudah dan mereka dapat saling berhadapan langsung satu dengan yang lain. Susunan ini ideal untuk membagi bahan pelajaran kepada peserta didik secara cepat karena guru dapat masuk ke huruf U dan berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi. 2. Formasi corak tim Mengelompokkan meja-meja setengah lingkaran atau oblong di ruang kelas agar memungkinkan anda untuk melakukan interaksi tim. Anda dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja

untuk susunan yang paling akrab. Jika anda melakukan, beberapa peserta didik harus memutar kursi mereka melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat anda, papan tulis atau layar. 3. Meja konferensi Ini terbaik jika meja relatif persegi panjang. Susunan ini mengurangi pentingnya pengajar dan menambahkan pentingnya peserta didik. Susunan ini dapat membentuk perasaan formal jika pengajar ada pada ujung meja. 4. Lingkaran Para peserta didik hanya duduk pada sebuah lingkaran tanpa meja atau kursi untuk interaksi berhadap-hadapan secara langsung. Sebuah lingkaran ideal untuk diskusi kelompok penuh. Sediakan ruangan yang cukup, sehingga anda dapat menyuruh peserta didik menyusun kursikursi mereka secara cepat dalam berbagai susunan kelompok kecil. 5. Kelompok untuk kelompok Susunan ini memungkinkan anda melakukan diskusi fishbowl (mangkok ikan) atau untuk menyusun permainan peran, berdebat atau observasi aktifitas kelompok. Susunan yang paling khusus terdiri dari dua konsentrasi lingkaran kursi. Atau anda dapat meletakkan meja pertemuan di tengah-tengah, dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luar. 6. Workstation Susunan ini tepat untuk lingkungan tipe laboratorium, aktif dimana setiap peserta didik duduk pada tempat untuk mengerjakan tugas (seperti mengoperasikan komputer, mesin, melakukan kerja laborat) tepat setelah didemonstrasikan. Tempat berhadapan mendorong patner belajar untuk menempatkan dua peserta didik pada tempat yang sama 7. Breakout grouping Jika kelas anda cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, letakkan meja-meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar didasarkan pada tim. Tempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu. Tetapi hindarkan penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil terlalu jauh dari ruang kelas sehingga hubungan diantara mereka sulit dijaga. 8. Susunan Cheveron Sebuah susunan ruang kelas tradisional tidak melakukan belajar aktif. Jika terdapat banyak peserta didik (tiga puluh atau lebih) dan hanya tersedia meja oblong, barangkali perlu menyusun peserta didik dalam bentuk ruang kelas. Susunan V mengurangi jarak antara para peserta didik, pandangan lebih baik dan lebih memungkinkan untuk melihat peserta didik lain dari pada baris lurus. Dalam susunan ini, tempat paling bagus ada pada pusat tanpa jalan tengah. 9. Kelas tradisional Jika tidak ada cara untuk membuat lingkaran dari baris lurus yang berupa meja dan kursi, cobalah mengelompokkan kursi-kursi dalam pasangan-pasangan untuk memungkinkan penggunaan teman belajar. Cobalah membuat nomor genap dari baris-baris dan ruangan yang cukup diantara mereka sehingga pasangan-pasangan peserta didik pada baris-baris nomor ganjil dapat memutar jursi-kursi mereka melingkar dan membuat persegi panjang dengan pasangan tempat duduk persis di belakang mereka pada baris berikutnya. 10. Auditorium Meskipun auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun masih ada harapan. Jika tempat duduk-tempat duduk itu dapat dengan mudah dipindah-pindah, tempatkan mereka dalam sebuah arc (bagian lingkaran) untuk membentuk hubungan lebih erat dan visibilitas peserta didik.Jika tempat-tempat duduk itu cocok, suruhlah peserta didik agar

duduk sedekat mungkin ke pusat. Berlaku asertif terhadap bentuk ini; sekalipun dianggap barisan lepas dari sisi audotorium. Ingatlah : tidak masalah seberapa besar auditorium dan seberapa banyak audien, anda masih dapat memasangkan mereka dan menggunakan aktifitas-aktifitas belajar aktif yang melibatkan pasangan-pasangan. Ukuran kelompok untuk diskusi kelas Ukuran kelas adalah variabel lain dari yang mempengaruhi diskusi. Aturan umum bahwa setiap kelompok yang memiliki lebar 30, maka hanya sekitar sepertiga kelompok akan berpartisipasi aktif. Ketika siswa sains beraktifitas dalam laboratorium mereka dapat bekerja secara individu, berpasangan atau kelompok kecil, sementara fungsi dari guru adalah penasehat. Demikian juga bahwa aktivitas/kegiatan diskusi dapat diatur. Guru dam siswa dapat mengajukan pertanyaan terbuka yang harus dipertimbangkan sebelum kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Ada ukuran optimal untuk diskusi kelompok. Delapan sampai dua belas siswa per kelompok merupakan kisaran dimana partisipasi aktif dapat berlangsung. Jika kelompok terlalu kecil, maka individu merasa tidak nyaman dan merasa berkawajiban untuk memberikan kontribusi, apakah mereka benar-benar memiliki sesuatu yang dapat dikatakan atau tidak. Jika kelompok terlalu besar maka ada beberapa siswa yang tidak pernah berpartisipasi. Ketika kelompok pertama kali terbentuk maka guru menunjuk siswa untuk bergabung dalam kelompok tertentu. Komposoisi kelompok harus berasal dari berbagai kemampuan dan minat, hal ini akan berfungsi lebih baik daripada kelompok tersebut terdiri dari kemampuan dan bakat yang sama. Siswa ditunjuk sebagai pemimpin kelompok diskusi dan peran pemimpin selalu mengalami rotasi pada setiap pergantian sesi kelas. Siswa yang berbeda pada tiap kelompok ada yang berfungsi sebagai observer/pengamat yang diberikan tanggung jawab untuk membuat ringkasan, mengevaluasi kemajuan kelompok dan menjaga agar tetap dapat berpartisispasi. Tugas ini berotasi dari satu sesi kesesi berikutnya. Ada beberapa hal yang harus dipertimangkan dalam diskusi yakni; 1) bagaimana diskusi tersebut berjalan, 2) bagaimana tujuan diskusi dapat tercapai, 3) berapa banyak kelompok yang berpartisispasi. Observer dapat memberikan data untuk menjawab sejumlah pertanyaan tersebut. Penilaian kualitas dan kuantitas dari distribusi siswa merupakan tugas dari guru. Lamanya durasi sesi diskusi Seperti halnya dengan ukuran kelompok, tidak ada panjang optimal untuk sebuah sesi diskusi. Guru yang mengetahui siswa mereka mungkin dapat menilai, dengan jenis dan frekuensi terhadap partisipasi siswa ketika membawa diskusi menjadi tertutup. Hal ini tidak penting untuk melanjutkan diskusi sampai konsensus telah tercapai atau semua solusi untuk sebuah masalah yang nyata atau hipotetis telah diidentifikasi. Guru mungkin ingin menggunakan beragam kegiatan tindak lanjut, tergantung pada apa yang terjadi selama diskusi, sejumlah minat siswa diskusi yang mungkin terprovokasi, atau tambahan topik diskusi yang mungkin telah diidentifikasi. Sebagian besar sekolah-sekolah cenderung memiliki waktu pertemuan kelas sekitar empat puluh lima menit. Jika murid tidak terbiasa untuk berpartisipasi dalam diskusi, guru harus berusaha selama kira-kira dua puluh menit untuk sesi diskusi. Jika mayoritas siswa tampaknya tidak nyaman ketika dalam kelompok diskusi dan cenderung lebih menginginkan guru untuk lebih memberikan arahan atau dominasi yang lebih darpada yang mereka berikan, maka sesi diskusi tidak boleh diperpanjang jkareana nampaknya terjadi kemacetan/hambatan. Walaupun guru dan siswa dapat membisakan untuk bersikap toleransi dan ambiguitas dan keragua-raguan pada saaat memulainya. Guru harus berspekulasi untuk memungkinkan lebih banyak waktu. Ini tidak hanya menyebabkan frustasi dan roda perputaran bagi sebagian siswa, tetapi juga dapat berarti bahwa

waktu tambahan akan menghasilkan kemampuan berpikir yang pada akhirnya akan menghasilkan beberapa percakapan yang bermanfaat. Tipe siswa yang dapat dijumpai guru dalam diskusi Pertama, guru dapat menjumpai siswa yang menuntut lebih banyak struktur. Mungkin ini adalah siswa terbaik yang berorientasi pada kelas dan terbiasa untuk mengetahui apa yang guru inginkan. Mereka mampu belajar autonom tetapi mereka tidak pernah memiliki kesempatan untuk melakukannya. Mereka mungkin beranggapan, bahwa kegiatan diskusi adalah membuangbuang waktu. Ini adalah tugas guru, melalui jenis orientasi yang diberikan untuk diskusi dan dengan menggunakan stimulus, pertanyaan verbal yang jelas, untuk meyakinkan para siswa untuk mempertimbangkan penilaian diskusi sebagai perangkat belajar sampai mereka memiliki lebih banyak pengalaman dalam kelompok diskusi. Tipe siswa kedua adalah hand-waver. Siswa ini memiliki keinginan untuk menarik perhatian, atau alasan lain, sehingga dapat mendominasi jalannya diskusi jika guru tidak waspada. Penekanan pada penghormatan terhadap berbagai pendapat dan peningkatan partisipasi sejumlah siswa harus disajikan kembali dari waktu ke waktu. Kadang-kadang hand-waver berkeinginan untuk membantu jalannya diskusi sehingga dapat berperan sebagai observer pada diskusi kelompok atau untuk sesi diskusi kelas. Guru harus belajar bagaimana menangani siswa yang memiliki semangat berlebihan, sehingga ia tidak mendominasi tanpa harus menghukum atau menahan agar dia berhenti untuk berpartisipasi atau membuat gangguan sebagai pembalasan karena tidak diperbolehkan bicara. Kadang-kadang guru dapat mengantisipasinya berkata dengan mari kita memberikan kesempatan pada seseorang yang belum mengatakan sesuatu atau dalam waktu ini sedikit diberikan kesempatan untuk mengekspresikan ide mereka sebelum kami mendengar beberapa dari anda , atau kata-kata seperti itu. Siswa jenis ketiga dapat digambarkan sebagai shy (pemalu). Mereka mungkin tidak akan bersikap dominan dikelas tetapi mereka begitu pendiam dan mereka sering terabaikan. Beberapa teknik diperlukan untuk mendorong tanggapan dari siswa yang cenderung untuk tidak menjawab pertanyaan. Dalam beberapa kelompok di kelas, pelajar keempat ditemukan jenis yang diidentifikasi sebagai kelas bodoh. Siswa ini sering kali menjadi objek ejekan. Ketika siswa tersebut mencoba untuk menanggapi pertanyaan atau untuk berpartisipasi dalam diskusi, mereka akan disambut dengan rekan-rekan mereka reaksi dari apa yang Anda tahu, Bodoh?! Perilaku ini akan berkurang jika guru telah mampu membentuk suasana ruang kelas di mana ide-ide atau pendapat dari masingmasing individu dihormati. Guru dibutuhkan untuk menjadi teladan bagi murid-muridnya dalam cara mendengarkan dan memberikan dukungan bagi siswa tersebut. Jenis siswa yang kelima dalah side-tracker (sisi-pelacak). Dia rupanya memiliki pertanyaan yang tidak berujung pangkal dan komentar yang muncul menjadi relevan, tetapi dapat mengirim diskusi terhenti dari tujuan aslinya. Guru membutuhkan penanganan taktik pengalihan sedemikian rupa sehingga ia tidak diabaikan atau ditegur atau menjadi angkuh dalam diskusi. Taktik terbaik adalah dengan menjawab pertanyaan sesingkat mungkin dan mengembalikan diskusi ke topik semula. Jenis siswa yang keenam kadang-kadang ditemukan di dalam kelas adalah attention grabber/grand-stander. Mungkin ada berbagai individu yang sesuai dengan kategori ini, siswa yang melawan/memberontak guru atau untuk memulai permainan sendiri, untuk siswa yang memiliki masalah emosional dan psikologis yang mereka perlukan adalah perhatian. Sekali lagi, tidak ada satu cara terbaik untuk menangani situasi jika, atau ketika, timbul selain tidak menjadi kesal atau marah, mengabaikan insiden adalah taktik yang paling efektif untuk digunakan.

You might also like