You are on page 1of 16

EVALUASI PENGAJARAN PADA PERGURUAN TINGGI

Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pengajaran Semester Ganjil Tahun Ajaran 2011-2012

Dosen Pengampu: Dra. Harini, M.Pd.

Disusun Oleh: Tika Putri Wulansari K7409165

BKK PENDIDIKAN TATA NIAGA PROGRAM STUDI EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH Keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran sangat penting sekali untuk diketahui. Untuk mengetahuinya tentu diperlukan cara pengukuran, penilaian, dan evaluasi yang akurat, khususnya dalam pembelajaran di perguruan tinggi. Evaluasi pembelajaran di perguruan tinggi jelas berbeda dengan evaluasi pada tingkat pendidikan yang lain. Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan pembelajaran dan kompetensi yang kompleks. Maka treatment penilaian yang harus dilakukan oleh tenaga pendidik (dosen) juga haruslah berbeda dibandingkan tenaga pendidik pada tingkat pendidikan dasar ata menengah. Dalam rangka melakukan evaluasi pembelajaran, maka diperlukan acuan atau panduan evaluasi pembelajaran yang jelas, sistematis, konsisten, dan sesuai dengan kompetensi-kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran. Hal itu bertujuan agar tenaga pendidik mampu mengevaluasi pembelajaran atau pendidikan yang ia langsungkan dengan konsep evaluasi yang baik dan benar. Adapun pengolahan hasil evaluasi pembelajaran juga harus secermat mungkin sehingga mampu mencapai indicator-indikator belajar yang telah ditetapkan dalam silabus dan kontrak perkuliahan.

B. TUJUAN PENULISAN 1. Memahami definisi evaluasi pembelajaran. 2. Menjelaskan tahap-tahap pelakasanaan evaluasi pembelajaran pada perguruan tinggi. 3. Menjelaskan cara-cara pengolahan hasil belajar pada perguruan tinggi.

C. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi pembelajaran? 2. Bagaimanakah tahapan pelaksanaan evaluasi pembelajaran pada

pendidikan tinggi? 3. Bagaimanakah cara pengolahan hasil tes belajar pada perguruan tinggi?

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI EVALUASI PEMBELAJARAN Anas Sudijono (2001) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya artik adalah value yang artinya nilai. Jadi istilah evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Pengertian evaluasi merujuk pendapat Barbara A. Frey and Karen Overfield (2001) artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah Evaluation The systematic process of collecting, analyzing, and interpreting information to determine the extent to which pupils are achieving instructional objectives. Evaluation denotes placing a value on something. Pengertian evaluasi menurut Barbara, dkk ini dirasakan masih terlalu sempit karena masih dalam lingkup kegiatan proses belajar mengajar. Tayibnapis (2000) mengutip pendapat Ralph Tyler, Cronbach dan Maclcolm dalam mendefinisikan evaluasi. Ralp Tyler mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses dapat dicapai. yang menentukan sampai sejauh mana tujuan pendidikan Cronbach berpendapat evaluasi adalah menyediakan

informasi untuk pembuat keputusan. Maclcolm mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu standart untuk mengetahui apakah ada selisih. Sedangkan evaluasi menurut Suharsimi Arikunto (2000) adalah suatu kegiatan pengumpulan data secara sistematis a yang dimaksudkan untuk membantu para pengambil keputusan dalam usaha menjawab pertanyaan atau permasalahan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang id ada. Anas Sudijono (2001) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu kegiatan

atau penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasilhasilnya. Evaluasi pendidikan menurut Lembaga Administrasi Negara

sebagaimana dikutip oleh Anas Sudijono (2001 adalah suatu proses kegiatan untuk mengetahui kemajuan pendidikan dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan dan usaha memperoleh informasi berupa umpan balik bagi penyempurnaan pendidikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian evaluasi pendidikan adalah suatu proses yang sistematis didalam mengumpulkan data, menganalisis, menginterpretasi informasi atau data untuk dapat dipakai pemegang keputusan dalam rangka menjawab permasalahan yang muncul demi kemajuan dan penyempurnaan pendidikan. B. TAHAPAN EVALUASI Tahapan pelaksanaan evaluasi hasil belajar adalah penentuan tujuan, menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi,

pengumpulan informasi/data, analisis dan interpretasi serta tindak lanjut. 1. Menentukan tujuan Tujuan evaluasi hasil belajar yaitu untuk mengetahui capaian penguasaan kompetensi oleh setiap mahasiswa sesuai rencana pembelajaran yang disusun oleh dosen mata kuliah. Kompetensi yang harus dikuasai oleh mahasiswa mencakup koginitif, psikomotorik dan afektif. 2. Menentukan Rencana Evaluasi Rencana evaluasi hasil belajar berwujud kisi-kisi, yaitu matriks yang menggambarkan keterkaitan antara behavioral objectives (kemampuan yang menjadi sasaran pembelajaran yang harus dikuasai mahasiswa) dan course content (materi sajian yang dipelajari mahasiswa untuk mencapai kompetensi) serta teknik evaluasi yang akan digunakan dalam menilai keberhasilan penguasaan kompetensi oleh mahasiswa. 3. Penyusunan Instrumen Evaluasi

Instrumen evaluasi hasil belajar untuk memperoleh informasi deskriptif dan/atau informasi judgemantal dapat berwujud tes maupun non-test. Tes dapat berbentuk obyektif atau uraian; sedang non-tes dapat berbentuk lembar pengamatan atau kuesioner. Tes obyektif dapat berbentuk jawaban singkat, benarsalah, menjodohkan dan pilihan ganda dengan berbagai variasi : biasa, hubungan antar hal, kompleks, analisis kasus, grafik dan gambar tabel. Untuk tes uraian yang juga disebut dengan tes subyektif dapat berbentuk tes uraian bebas, bebas terbatas, dan terstruktur. Selanjutnya untuk penyusunan instrumen tes atau nontes, dosen harus mengacu pada pedoman penyusunan masing-masing jenis dan bentuk tes atau non tes agar instrumen yang disusun memenuhi syarat instrumen yang baik, minimal syarat pokok instrumen yang baik, yaitu valid (sah) dan reliabel (dapat dipercaya). 4. Pengumpulan data atau informasi Pengumpulan data atau informasi dalam bentuknya adalah pelaksanaan testing/penggunaan instrumen evaluasi harus dilaksanakan secara obyektif dan terbuka agar diperoleh informasi yang sahih dan dapat dipercaya sehingga bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran. Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan pada setiap akhir pelaksanaan pembelajaran untuk materi sajian berkenaan dengan satu kompetensi dasar dengan maksud dosen dan mahasiswa memperoleh gambaran menyeluruh dan kebulatan tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk pencapaian penguasaan satu kompetensi dasar. 5. Analisis dan interpretasi Analisis dan interpretasi hendaknya dilaksanakan segera setelah data atau informasi terkumpul. Analisis berwujud deskripsi hasil evalusi berkenaan dengan hasil belajar mahasiswa, yaitu penguasaan kompetensi; sedang interpretasi merupakan penafsiran terhadap deskripsi hasil analisis hasil belajar mahasiswa. Analisis dan interpretasi didahului dengan langkah skoring sebagai tahapan penentuan capaian penguasaan kompetensi oleh setiap mahasiswa.

Pemberian skoring terhadap tugas dan/atau pekerjaan mahasiswa harus dilaksanakan segera setelah pelaksanaan pengumpulan data atau informasi serta dilaksanakan secara obyektif. Untuk menjamin keobyektifan skoring dosen harus mengikuti pedoman skoring sesuai dengan jenis dan bentuk tes/instrumen evaluasi yang digunakan. 6. Tindak lanjut Tindak lanjut merupakan kegiatan menindak lanjuti hasil analisis dan interpretasi. Sebagai rangkaian pelaksanaan evaluasi hasil belajar tindak lanjut pada dasarnya berkenaan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan dan berkenaan dengan pelaksanaan evaluasi

pemebelajaran itu sendiri. Tindak lanjut pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya

merupakan pelaksanaan keputusan tentang usaha perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran. Tindak lanjut berkenaan dengan evaluasi pembelajaran menyangkut pelaksanaan evaluasi dengan instrumen evaluasi yang digunakan meliputi tujuan, proses dan instrumen evaluasi hasil belajar.

C. PENGOLAHAN TES HASIL BELAJAR C.1. Pengolahan Lembar Jawaban Tes Objektif

Analisis tes hasil belajar bentuk objektif dapat diketahui dari dua kriteria atau dua parameter, yaitu indeks kesukaran dan indeks daya diskriminasi. Menurut Fernandes (1984) analisis tes meliputi tingkat kesukaran tes, daya beda, dan efektifitas pengecoh. Analisis juga untuk menguji efektifitas distraktor pada setiap butir soal untuk menentukan apakah setiap distraktor yang dibuat sudah berfungsi dengan baik. Hasil analisis ini akan menghasilkan suatu keputusan apakah butir soal itu nantinya dapat dipakai, diperbaiki atau dibuang. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengetahui tingkat kesukaran, daya beda dan efektifitas distraktor pada soal bentuk objektif adalah dengan menggunakan analisis psikometrik klasik. Teori tes klasik mempunyai

beberapa kelemahan, antara lain perhitungan tingkat kesukaran dan daya pembeda soal sangat bergantung pada sampel yang digunakan dalam analisis. Kondisi sampel sangat mempengaruhi hasil analisis, bila sampel yang digunakan memiliki rentang dan sebaran kemampuan yang tinggi maka hasil analisisnya akan berbeda dengan rentang dan sebaran kemampuan siswa yang rendah. Sebagai contoh daya pembeda soal akan tinggi bila tingkat kemampuan siswa sangat bervariasi atau mempunyai rentang kemampuan yang besar. Sebaliknya daya pembeda soal akan kecil bila tingkat kemampuan siswa mempunyai rentang kemampuan yang kecil. Oleh karena itu kondisi sampel sangat mempengaruhi perhitungan statistik yang dihasilkannya. Guna mengatasi kelemahan dari teori tes klasik, maka langkah yang dapat ditempuh adalah berhati-hati dalam mengambil sampel. Dengan kata lain sampel yang digunakan harus benar-benar mewakili (representatif) dari populasi. Bila sampel yang digunakan tidak representatif maka akibatnya hasil analisis tidak bisa digeneralisasikan pada populasi. Berikut ini akan dibahas 1. karakteristik tes yang Tingkat akan menentukan kualitas tes.

Kesukaran

Untuk menghitung tingkat kesukaran (p) cara yang paling mudah dan paling umum digunakan adalah jumlah peserta tes yang menjawab benar pada soal yang dianalisis dibandingkan dengan peserta tes seluruhannya.

Untuk menentukan butir soal tersebut mudah, sedang atau sukar dapat digunakan kriteria sebagai berikut : (Bahrul Hayat, 1997)

Tabel Proportion P >

Tingkat correct (p) 0,70

Kesukaran dan = Kategori

Soal Soal Mudah

0,30 < 70 =" Sedang" 30 =" Sukar" p =" 0,600" d =" niT" nit =" Banyaknya" nt =" Banyaknya" nir =" Banyaknya" nr =" Banyaknya" d =" pT" 40 =" Bagus" 39 =" Bagus" 29 =" Belum" 20 =" Jelek" 100 =" 80">

C.2. Pengolahan Lembar Jawaban Tes Essay


1. Cara Memeriksa tes Essay

Memeriksa tes bentuk essay lebih sulit dibandingkan dengan bentuk tes objektif. Siapapun yang menilai lembar jawaban tes objektif hasilnya pasti sama. Sedangkan memeriksa tes essay hasilnya bisa berbeda kalau yang memeriksa orangnya berbeda, sekalipun kriteria jawaban yang tepat sudah ditetapkan. Itu sebabnya bentuk tes ini disebut dengan tes subjektif. Untuk menghindari faktor subjektifitas maka sebaiknya sebelum memeriksa lembar jawaban dipersiapkan dulu kriteria jawaban yang benar. Ada dua cara yang bisa dilakukan dalam memeriksa lembar jawaban tes objektif. Lembar jawaban diperiksa perorang. Maksudnya setelah selesai

memeriksa punya si A dan diberi skor lalu memeriksa punya si B, lalu si C dan seterusnya.

Lembar jawaban diperiksa nomor demi nomor. Misalnya satu lokal terdiri dari 30 orang, maka pemeriksaan lembar jawaban dilakukan mulai nomor satu pada seluruh lembar jawaban essay. Setelah selesai dilanjutkan dengan nomor dua untuk seluruh lembar jawaban mahasiswa demikian seterusnya. Bila dibandingkan cara pertama dengan cara kedua maka cara kedua lebih objektif. Sedangkan cara pertama lebih subjektif. Oleh karena itu sebaiknya untuk memperoleh hasil yang lebih objektif gunakan cara kedua.

2. Pemberian Skoring pada tes Essay

Pemberian skoring dapat dipilih dari beberapa skala pengukuran, misalnya skala 1-4, 1-10 dan 1-100. Sebaiknya jangan memberikan skor nol. Mulailah skoring dari angka 1. Semakin tinggi skala pengukuran yang digunakan maka hasilnya semakin halus dan akurat. Pemberian skor ini

berlaku

sama

untuk

semua

nomor

soal.

Setelah menetapkan skoring langkah selanjutnya adalah menetapkan pembobotan sesuai dengan tingkat kesukaran soal. Sebaiknya gunakan skala 1-10. misalnya soal yang mudah diberi bobot 2, sedang bobotnya 3 dan soal yang sulit bobotnya 5.

Ada juga yang melakukan penilaian lembar jawaban tidak mengikuti cara di atas, dimana setiap soal langsung diberi bobot nilai tanpa mempertimbangkan skala pengukuran. Sehingga skala pengukuran tiap item Proses penetapan tidak skornya adalah sebagai sama. berikut:

1. skor setiap Item diperoleh dengan cara nilai setiap item dikali Bobot. 2. Jumlahkan total nilai (skor kerja) setiap item lalu dibagi dengan skor ideal. Untuk lebih jelasnya berikut akan diberikan contoh perhitungan.

Nilai Nilai

rata-rata

sebelum

diberi

bobot

adalah

35/6

= =

5,833 2,971

rata-rata

setelah

diberi

bobot

adalah

104/35

Pemberian bobot dalam pengolahan lembar jawaban soal essay sangat penting, karena skor diberikan benar-benar atas dasar kemampuan. Kenyataan juga menunjukkan bahwa setiap item tes tingkat kesukarannya berbeda.

C.3.

Penetapan

Nilai

dan

Kelulusan

Hasil

belajar

Menetapkan nilai hasil belajar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan acuan patokan dan menggunakan acuan norma. Masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itu sebaiknya dipakai keduanya dengan cara bergantian.

Perhitungan skor di atas masih dalam bentuk skor mentah, oleh karena itu hasil perhitungannya perlu diolah lagi guna menentukan nilai akhir. Setidaktidak nya ada dua fungsi yaitu:

menentukan posisi dan prestasi atau nilai siswa dibandingkan dengan kelompoknya. menentukan batas kelulusan berdasarkan kriteria yang ditentukan.

Untuk menentukan batas kelulusan setidak-tidaknya dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu batas lulus aktual, batas lulus ideal dan batas lulus purposif. Berikut akan dijelaskan secara ringkas.

Batas lulus actual

Batas lulus aktual didasarkan pada nilai rata-rata aktual yang dicapai oleh kelompok mahasiswa, yang perlu dihitung adalah nilai rata-rata dan standar deviasinya. Skor yang dinyatakan lulus adalah skor di atas X + 0,25SD.

Batas lulus ideal

Batas lulus ideal hampir sama dengan batas lulus aktual, karena batas lulus ideal juga menggunakan rata-rata dan simpangan baku. Bedanya batas lulus ideal rata-ratanya ditentukan setengah dari skor maksimum. Sedangkan simpangan Batas baku sepertiga lulus dari nilai rata-rata ideal. purposif

Batas lulus purposif mengacu pada penilaian acuan patokan, sehingga tidak perlu menghitung nialai rata-rata dan simpangan bakunya. Nilai dibuat berdasarkan kriteria tertentu yang sudah ditetapkan. Misalnya batas kelulusan adalah skor di atas 75% dari skor maksimum. Misalnya nilai maksimum mahasiswa di kelas 80. maka batas kelulusannya adalah 75% x 80 = 60. jadi mahasiswa yang dinyatakan lulus adalah yang nilainya lebih dari 60. sedangkan mahasiswa yang nilainya kurang dari 60 dinyatakan tidak lulus. D. Konversi Hasil Scoring Menjadi Nilai Akhir

Kesalahan sering terjadi pada pemberian nilai akhir, dimana hasil skoring dianggap sebuah nilai akhir. Padahal seharusnya hasil skoring tersebut harus dikonversi dulu menjadi nilai akhir dalam bentuk skala yang sudah ditetapkan sebelumnya, dalam bentuk skala 1-4, skala 1-10 dan skala 1-100. berikut akan

dibahas

cara

mengkonversi

hasil

skor

menjadi

nilai

akhir.

Konversi

Sederhana

Cara ini sangat sederhana dan mengabaikan tingkat ketelitian dan keakuratan data, tidak mustahil akan terjadi kesalahan interpretasi. Karena cara ini mengabaikan tingkat variansi kemampuan mahasiswa. Misalnya kriteria yang digunakan dalam bentuk persentase.

Nilai Konversi

10 dengan

bila Menggunakan

mencapai Mean dan

angka Standar

100% Deviasi

Cara ini lebih akurat karena sudah mempertimbangkan tingkat variansi hasil belajar, sehingga nilai akhir sangat ditentukan oleh kelompoknya. Bila standar deviasinya kecil maka interval nilainya juga kecil. Sebaliknya bila standar deviasinya besar, maka interval nilainya juga besar. Konversi cara ini biasanya dilakukan untuk penilaian standar 10 dan standar 4 atau standar huruf. Kriteria yang digunakan untuk melakukan konversi skor mentah menjadi standar M M M M M M M M M M + + + + + 10 2,25 1,75 1,25 0,75 0,25 0,25 0,75 1,25 1,75 0,25 adalah (SD) (SD) (SD) (SD) (SD) (SD) (SD) (SD) (SD) (SD) sebagai = = = = = = = = = = berikut: 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

Catatan SD

M =

Mean

atau Standar

nilai

rata-rata Deviasi

Kriteria yang digunakan untuk melakukan konversi skor mentah menjadi standar 4 atau standar huruf adalah sebagai berikut:

C.4. Penetapan Nilai Akhir Semester

Penetapan nilai akhir semester biasanya berdasarkan total nilai mandiri, terstruktur, mid semester dan semester. Setelah diperoleh totalnya lalu di konversi menjadi huruf. Persoalan biasanya timbul saat menetapkan interval nilai A,B, C dan D. Untuk menetapkan interval seharusnya dimulai dari batas kelulusan. Misalnya batas kelulusan adalah 60. lebih dari atau sama dengan 60 dinyatakan lulus. Kurang dari 60 tidak lulus. Maka perhitungan intervalnya adalah sebagai berikut.

1. Hitung range skor tertinggi dengan skor terendah, dalam hal ini skor tertinggi (H)100 terendah (L) 60. R = H L = 100 60 = 40 2. Tetapkan banyak intervalnya, misalnya yang dinyatakan lulus minimal C. nilai yang dinyatakan lulus adalah A, B, C. Bararti banyak nya interval adalah 3. 3. Menentukan rentang interval.

4. Membuat interval nilai

Jika kita menginginkan nilai plus dan minus diperhitungkan maka proses penetapan intervalnya sebagai berikut:

1. Hitung range skor tertinggi dengan skor terendah, dalam hal ini skor tertinggi (H)100 terendah (L) 60. R = H L = 100 60 = 40 2. Tetapkan banyak intervalnya, misalnya yang dinyatakan lulus minimal -C. nilai yang dinyatakan lulus adalah A+, A, A-, B+, B, B-, C+, C, C-. Bararti banyak nya interval adalah .

3. Menentukan rentang interval.

4. Membuat interval nilai

Dari dua contoh di atas menunjukkan bahwa semakin banyak interval yang digunakan (menggunakan plus dan minus) maka nilai yang ditetapkan semakin halus. Sebaliknya semakin sedikit interval yang digunakan (tidak menggunakan plus dan minus) maka nilai yang ditetapkan semakin kasar.

PENUTUP

Demikianlah uraian ringkas tentang pengolahan nilai hasil belajar. Apa yang sudah dipaparkan adalah menurut konsep dan teori evaluasi pendidikan sepanjang yang penulis ketahui. Masih ada hal-hal lain yang seharusnya dimasukkan dalam tulisan ini antara lain bagaimana mengolah nilai yang menggunakan non tes, uji kurva normal, Z skor dan T skor, mengubah data ordinal menjadi data interval. Namun karena keterbatasan waktu hanya ini yang bisa disajikan. Kalau ada kelemahan dan kesalahan mohon kritik dan saran yang membangun. Mudah-mudahan tulisan kecil ini bermanfaat bagi

DAFTAR PUSTAKA
website http://blog.tp.ac.id www.lpp.uns.ac.id

You might also like