You are on page 1of 16

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Perkembangan Hewan Unit VII dengan judul Fertilisasi disusun oleh : Nama Nim Kelas/Kelompok : Syarif Hidayat A. : 071 404 092 : B/VII Makassar, Januari 2009 Koordinator asisten Asisten

setelah diperiksa oleh Asisten dan Koordinator Asisten maka dinyatakan diterima.

Hermayanti, S.Pd.

A s o Nim: 061 404 001 Mengetahui Dosen Penanggung Jawab

Drs. Adnan, M.S NIP: 131 722 271

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah kita rasakan sekarang ini. Tidak hanya dalam hal kebutuhan hidup sehari-hari, teknologi telah banyak membantu manusia dalam melakukan aktivitasnya setiap hari. Semua jadi serba mudah jika kita mampu memanfaatkan teknologi tersebut. Selain itu, teknologi juga telah merambat sampai pada hal-hal yang bersifat dasar, yakni pada sistem reproduksi atau pada proses memperbanyak dan mengubah organismee. Contohnya adalah rekayasa genetika, mutasi, perubahan bentuk dan model wajah, perubahan atau transformasi alat kelamin dan yang tak kalah hebohnya adalah teknologi bayi tabung dan fenomena reproduksi dengan proses kloning. Walaupun telah disadari bahwa untuk dapat mempertahankan jenisnya, maka setiap organisme harus berkembangbiak atau bereproduksi. Dimana reproduksi ini melibatkan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina. Tapi karena perkembangan bioteknologi, proses reproduksi tidak harus melibatkan kedua sel kelamin tersebut, contohnya pada reproduksi dengan proses kloning, di mana sel sperma atau sel kelamin jantan tidak diperlukan lagi. Cukup dengan sel telur dan seorang wanita saja seorang ahli kloning bisa memperbanyak organismee dan menghasilkan keturunan baru yang persis sama dengan induknya. Tahap yang mengawali proses perkembangan hewan setelah gametogenesis adalah fertilisasi. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya fertilisasi pada mamalia, maka kami akan melakukan praktikum yang mana kami akan mengamati perkembangan pada hewan mencit (Mus musculus). Dengan di adakannya praktikum ini, maka diharapkan agar kita para praktikan akan lebih mengetahui bagaiman proses

fertilisasi terjadi pada hewan mamalia, khususnya mencit. Selain itu kita juga dapat langsung mengamati bagaiman perkembangan embrio pada mencit tersebut. B. Tujuan Praktikum Adapun tujuan diadakannya praktikum ini adalah: 1. Dapat memahami dan memiliki keterampilan dalam mengawinkan mencit. 2. Memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai proses fertilisasi pada mamalia.

C. Manfaat Praktikum Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai sumber pengetahuan untuk mahasiswa tentang tahapam perkembangan hewan, khususnya pada proses fertilisasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Tahap yang mengawali proses perkembangan hewan setelah gametogenesis adalah fertilisasi. Proses ini mempertemukan kedua macam gamet dan sekaligus mempertahankan jumlah kromosom anakan tetap diploid seperti induknya. Pada mamalia, fertilisasi terjadi secara internal, sedangkan fertilisasi yang terjadi di luar tubuh dinamakan dengan fertilisasi eksternal, seperti pada ikan dan amphibi. Dalam hubungan ini, gamet jantan (spermatozoa) dipindahkan ke dalam saluran reproduksi betina melalui proses kopulasi untuk dapat bertemu dengan gemet betina yakni sel telur (ovum) (Adnan, 2008). Fertilisasi sering pula diartikan sebagai penyerbukan atau pembuahan pada ilmu tanaman. Hal ini benar, Karena yang dimaksudkan dengan fertilisasi adalah peristiwa bersatunya sebuah spermatozoa dengan sebuah ovum. Karena dua macam sel

ini berasal dari dua individu, maka untuk bertemu dan bersatu, kedua unsur itu harus melalui perjalanan yang cukup jauh, mengalami beragai proses persiapan, dan tempat pertemuan harus memenuhi syarat bagi keduanya (Partodihardjo, 1987). Sperma pada hewan mamalia jantan biasanya melakukan penetrasi. Pada waktu penetrasi dalam proses fetilisasi, sperma yang tidak kuat akan tertinggal jauh dan mati pada corona radiate. Hanya satu yang dapat menembus zona pellusida pada ovum. Bila lebih dari satu , maka sampai pada ruangan zona pellusida dan sel telur, sperma tersebut akan mati. Pada umumnya kejadian ini disebut dengan polispermi (Syahrum, 1994). Setelah ovulasi, ruang polikuler dengan darah dan cairan limfa pada beberapa spesies, misalnya pada babi. Cairan tersebut sangat merenggangkan folikel yang telah mengalami ovulasi. Oleh karena itu folikel tersebut lebih besar daripada saat-saat sebelumnya. Pada spesies lain, biasanya pada sapi dan domba, penimbunan cairan tidak mencolok dan bahkan folikel akan lebih kecil daripada yang telah ada sebelumnya. Hal ini berbeda dengan spesies-spesies lain (Nalbandov, 1975). Reproduksi seksual pada vertebrata diawali dengan perkawinan yang diikuti dengan terjadinya fertilisasi. Fertilisasi tersebut kemudian menghasilkan zigot yang akan berkembang menjadi embrio.Fertilisasi pada vertebrata dapat terjadi secara eksternal atau secara internal.Fertilisasi eksternal merupakan penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh hewan betina, yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air. Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam tubuh hewan betina (Anonim, 2009). Menurut Gilbert (1965) dalam Adnan (2006), bahwa fertilisasi terdiri atas beberapa tahap, yaitu: 1. Kontak dan pengenalan antara spermatozoa dan ovum. 2. Mengatur masuknya spermatozoa ke dalam sel telur.

3. Penyatuan materi genetic antara ovum dan spermatozoa. 4. Aktifasi metabolisme sel telur untuk memulai perkembangannya. Setelah spermatozoa masuk ovum, membrane telur (oolemma) kemudan terlepas dari ovum, membentuk membran pembuahan. Antara telur dan membran pembuahan ada celah sempit, disebut dengan rongga perivitellin, berisi dengan cairan yang akan merembes keluar dari telur itu sendiri. Pada ovum yang mengandung apa yang disebut cortical granules (butiran korteks), yang sebelum pembuahan bersebar di sebelah dalam oolemma, butiran ini diduga ikut berperan dalam pembentukan cairan perivitellin (Yatim, 1994). Fertilisasi atau konsepsi adalah perisiwa bersatunya dan peleburan inti spermatozoa dan inti ovum. Fenomena yang menarik pada embriologi awal adalah fertilisasi yang merupakan proses penting. Yaitu titik puncak dari serangkaian proses yang berkelompok. Sperma merangsang telur supaya berkembang, tetapi sperma bukan satu-satunya alat untuk merangsang perkembangan dari sel telur tersebut. Tergantung dari cara dan tempat hidup hewan, maka dikenal dua macam fertilisasi, yaitu fertilisasi luar dan fertilisasi dalam (Gadjahnata, 1989).

BAB III METODE PRAKTIKUM


A. Waktu dan Tempat Hari/tanggal Waktu : Minggu/18 Januari 2009 : Pukul 15.00 WITA

Tempat: Green House Jurusan Biologi FMIPA UNM. B. Alat dan Bahan 1. Alat a) Kandang mencit

b) Neraca Ohaus 110 g

c) Botol minum mencit d) Papan bedah e) Alat bedah 2. Bahan a. Mencit (Mus musculus) b. Sekam c. Pakan mencit d. Air C. Prosedur Kerja 1. Mengawinkan mencit a. Memelihara sepasang mencit, yaitu jantan dan betina yang sedang dalam keadaan estrus, agar mencit dapat berkopulasi. b. Memeriksa sumbat vagina mencit betina pada hari yang menandakan bahwa mencit tersebut telah kawin. c. Menimbang berat badan mencit betina yang telah bunting setiap hari utu memastikan bahwa mencit telah hamil. d. Memberikan makanan berupa pakan dan air minum secukupnya, serta mengganti sekamnya secara berkala untuk menjaga sanitasi lingkungan. 2. Pengamatan fertilisasi mencit betina a. Membunuh mencit yang telah hamil pada hari yang telah ditentukan kehamilannya untuk mengamati jumlah fetus yang hidup dan yang mati, implantasi, korpus luteum, dan seekor lagi dibiarkan lahir alami. b. Untuk mengamati jumlah implantasi, jumlah fetus hidup, dan korpus luteum adalah dengan caramembedah mencit yang telah dibunuh pada bagian abdomennya sehingga uterusnya kelihatan. c. Menghitung jumlah fetus pada uterus dan mencatat jumlah untuk masingmasing tanduk uterus.

d. Menyentuh fetus tersebut untuk mengetahui apakah fetus tersebut hidup atau mati. e. Membuka uterus dan mencatat/mencari implantasi yang resorbsi. f. Menghitung masing-masing jumlah tanduk uterus. g. Mengambil kedua ovum mencit tersebut dan menghitung jumlah korpus luteumnya dan masing-masing dari ovarium.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan Keterangan: 1. Ovarium kanan 2. Ovarium kiri 3. Badan lemak

Keterangan: 1. Uterus 2. Selaput amnion

Keterangan: 1. Fetus Hidup

B. Data berat badan mencit Kesalahan timbangan Kesalahan gelas Aqua No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 : 0,5 g : 3,4 g Berat Badan 19,9 19,9 20,1 20,3 20,4 20,6 20,9 21,0 21,2 21,3 21,5 Keterangan Belum Hamil Belum Hamil Hamil Hari-1 Hamil Hari-2 Hamil Hari-3 Hamil Hari-4 Hamil Hari-5 Hamil Hari-6 Hamil Hari-7 Hamil Hari-8 Hamil Hari-9

Hari/Tanggal Jumat/26 Desember 2008 Sabtu/27 Desember 2008 Minggu/28 Desember 2008 Senin/29 Desember 2008 Selasa/30 Desember 2008 Rabu/31 Desember 2008 Kamis/1 Januari 2009 Jumat/2 Januari 2009 Sabtu/3 Januari 2009 Minggu/4 Januari 2009 Senin/5 Januari 2009

12

Selasa/6 anuari 2009

Mati

B e r a t b a d a n (g)

GrafikPerubahanB erat B adan Mencit

Hari KeC. Analisis data D. Pembahasan Kupu-kupu termasuk hewan yang mengalami metamorfosis sempurna karena melewati beberapa fase yaitu: 1. Fase telur Telur pada ngengat sanga sulitditemukan karena telurnya berukuran kecil dan masa menetasnya juga sangat cepat sehingga sulit diamati. Telur dari ngengat ini mempunyai bentuk yang bervariasi tergantung dari jenis speciesnya dan pada umumnya berbentuk bulat panjang dengan ujung agak runcing. Telur-telur tersebut biasanya disimpan pada permukaan bawah daun. 2. Fase larva Setelah sekitar 3-4 hari, telah mengalami penetasan maka akan berubah menjadi larva dengan warna yang bervariasi. Larva ini dapat bergerak karena adanya bantuan berupa kaki palsu yang berupa tonjolan-tonjolan dibagian ventral tubuhnya. Larva yang sudah siap berpupa memiliki kemampuan untk melompat.

3. Fase pupa/kepompong Setelah larva berumur sekitar 9 hari, maka larva berubah menjadi pupa/kepompong yang merupakan sebuah tabung yang berbentuk tong yang biasanya berwarna cokelat yang membungkus larva tersebut. Ulat tersebut membentuk kepompong apabila cadangan makanannya sudah mencukupi Selama dalam fase kepompong. Perkembangan pupa/kepompong dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. 4. Fase imago Setelah kepompong berumur 8 hari, dan mencapai stadium matang maka serangga dewasa yang lemah akan keluar dan menempel pada kepompong, setelah kondisi lingkungan dan tubuhnya mendukung maka ngengat tersebut dapat terbang menyerupai individu dewasa yang biasa disebut kupu-kupu.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan dalam praktikum, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Mencit jantan akan melakukan fertilisasi dengan mencit betina jika berada dalam fase estrus. 2. Pada mamalia fertilisasi berlangsung secara internal, di mana setelah terjadi fertlisasi, maka zigot akan berkembang menjadi embrio dan terimplantasi dengan uterus pada hewan betina. B. Saran

Diharapkan kepada setiap praktikum agar lebih rutin melakukan pengamatan terhadap mencit dan menjaga agar mencit dapat bertahan hidup dan tidak lepas dari kandangnya.

DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2008. Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM. Adnan, Pagarra, dan A.A. Azis. 2008. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM. Anonim. 2009. Sistem Reproduksi Vertebrata. http://www.guru-ngeblog.com. Diakses pada tanggal 16 Januari 2009. Gadjahnata. 1989. Biologi Kedokteran I. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Nalbandov. 1975. Fisiologi Reproduksi Mamalia dan Unggas. Jakarta: UIP Partodihardjo, Soebadi. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.

Syahrum, Moh. Hatta. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embryologi. Bandung: Tarsito.

Lampiran Jawaban Evaluasi


1. Berat badan mencit betina yang sedang hamil cenderung mengalami

peningkatan, pada praktikum ini diperoleh peningkatan gram. Peningkatan seiring bertambahnya usia kebuntingan karena adanya sjumlah fetus yang berada dalam uterus yang membutuhkan suplai makanan, sehingga mempengaruhi jumlah atau porsi makanan mencit hamil. Hal yang mempengaruhi bertambahnya berat badan mencit, yaitu:
a. Perkembangan fetus yang semakin besar yang mengakibatkan berat badan

induknya bertambah. b. Jumlah makanan dari mencit yang sedang hamil bertambah seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.

c. Berlebihnya kandungan lemak yang ada pada tubuh induk.


2. Mencit betina akan cendrung kawin jika berada dalam keadaan estrus karena

pada saat itu, mencit betina akan sangat reseptif tehadap mencit jantan dan ovarium memcit yang sedang mengalami ovulasi serta urterusnya berada pada fase yang tepat untuk implantasi.
3. Jumlah anakan yang diperoleh pada masing-masing tanduk uterus kadang

memiliki jumlah anakan yang sama. Tetapi dalam pengamatan cenderum tidak sama jumlahnya.
4. Fertilisasi yang terjadi pada mencit adalah cukup(sedang)

Sistem Reproduksi Vertebrata


Diarsipkan di bawah: Sistem reproduksi gurungeblog @ 5:23 am Tags: hewan, reproduksi, vertebrata

Reproduksi seksual pada vertebrata diawali dengan perkawinan yang diikuti dengan terjadinya fertilisasi. Fertilisasi tersebut kemudian menghasilkan zigot yang akan berkembang menjadi embrio. Fertilisasi pada vertebrata dapat terjadi secara eksternal atau secara internal. Fertilisasi eksternal merupakan penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh hewan betina, yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air. Contohnya pada ikan (pisces) dan amfibi (katak). Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam tubuh hewan betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa kopulasi, yaitu

masuknya alat kelamin jantan ke dalam alat kelamin betina. Fertilisasi internal terjadi pada hewan yang hidup di darat (terestrial), misalnya hewan dari kelompok reptil, aves dan Mamalia. Setelah fertilisasi internal, ada tiga cara perkembangan embrio dan kelahiran keturunannya, yaitu dengan cara ovipar, vivipar dan ovovivipar. 1. Reproduksi Amfibi (Amphibia) Kelompok amfibi, misalnya katak, merupakan jenis hewan ovipar. Katak jantan dan katak betina tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi di luar tubuh. Pada saat kawin, katak jantan dan katak betina akan melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada punggung katak betina dan menekan perut katak betina. Kemudian katak betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap ovum yang dikeluarkan diselaputi oleh selaput telur (membran vitelin). Sebelumnya, ovum katak yang telah matang dan berjumlah sepasang ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan melalui oviduk. Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran yang menggembung yang disebut kantung telur (uterus). Oviduk katak betina terpisah dengan ureter. Oviduk nya berkelok-kelok dan bermuara di kloaka. Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan menyusul mengeluarkan sperma. Sperma dihasilkan oleh testis yang berjumlah sepasang dan disalurkan ke dalam vas deferens. Vas deferens katak jantan bersatu dengan ureter. Dari vas deferens sperma lalu bermura di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti cairan kental sehingga kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur. Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang menjadi berudu. Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernapas dengan insang dan melekat pada tumbuhan air dengan alat hisap. Makanannya berupa fitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan herbivora. Berudu awal kemudian berkembang dari herbivora menjadi karnivora atau insektivora (pemakan serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang hidung dan paruparu, serta celah-celah insang mulai tertutup. Selanjutnya celah insang digantikan dengan anggota gerak depan. Setelah 3 bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis. Anggota gerak depan menjadi sempurna. Anak katak mulai berani mucul ke permukaan air, sehingga paru-parunya mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak bernapas dengan dua organ,

yaitu insang dan paru-paru. Kelak fungsi insang berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin memendek hingga akhirnya lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak selesai. 2. Reproduksi Mamalia (Mammalia) Semua jenis mamalia, misalnya sapi, kambing dan marmut merupakan hewan vivipar (kecuali Platypus). Mamalia jantan dan betina memiliki alat kelamin luar, sehingga pembuahannya bersifat internal. Sebelum terjadi pembuahan internal, mamalia jantan mengawini mamalia betina dengan cara memasukkan alat kelamin jantan (penis) ke dalam liang alat kelamin betina (vagina). Ovarium menghasilkan ovum yang kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju uterus. Setelah uterus, terdapat serviks (liang rahim) yang berakhir pada vagina. Testis berisi sperma, berjumlah sepasang dan terletak dalam skrotum. Sperma yang dihasilkan testis disalurkan melalui vas deferens yang bersatu dengan ureter. Pada pangkal ureter juga bermuara saluran prostat dari kelenjar prostat. Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang merupakan media tempat hidup sperma. Sperma yang telah masuk ke dalam serviks akan bergerak menuju uterus dan oviduk untuk mencari ovum. Ovum yang telah dibuahi sperma akan membentuk zigot yang selanjutnya akan menempel pada dinding uterus. Zigot akan berkembang menjadi embrio dan fetus. Selama proses pertumbuhan dan perkembangan zigot menjadi fetus, zigot membutuhkan banyak zat makanan dan oksigen yang diperoleh dari uterus induk dengan perantara plasenta (ari-ari) dan tali pusar.

You might also like