You are on page 1of 11

MANAJEMEN QALBU

OLEH Desi Indah Purnawati (D0212031 / KOM - A)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Manajemen Qalbu Sebuah Pengantar

MANAJEMEN Qalbu (MQ) merupakan konsep pedoman hidup Islami yang dicetuskan Pimpinan Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), yang mengajarkan sebuah konsep baru Syiar Islam. MQ menawarkan untuk mengajak orang memahami hati atau qalbu, diri sendiri, agar mau dan mampu mengendalikan diri setelah memahami benar siapa dirinya sendiri. Jadi konsep MQ ini merupakan sebuah penyadaran yang dimunculkan atas kesadaran dirinya sendiri untuk menjadikan hidupnya lebih baik dan senantiasa berada dalam ridha Allah. Menurut Aa Gym, orang sering lupa terhadap diri sendiri. Bahkan, orang selalu menyalahkan orang lain jika terjadi sesuatu pada dirinya. Sebaiknya setiap orang harus sadar, bahwa semua yang terjadi dan bakal terjadi bermula dari dirinya sendiri. Jika ingin jadi baik, tentu dia harus berbuat baik. Jadi, harus lebih dulu mengenali dan memahami diri sendiri. Namun semua itu memusat pada qalbu. Rasulullah saw dalam sebuah hadits, menyebutkan bahwa dalam diri manusia itu terdapat suatu organ. Kalau organ itu baik, baik jugalah seluruh manusia itu. Tetapi, kalau ia busuk, busuk pulalah seluruh manusia itu. Organ itu adalah qalbu (hati). Dalam menjalani hidup ini, kata Aa Gym, modal dasar untuk membentuk jiwa yang tangguh, penuh dedikasi, dan disiplin dalam menjalankan kerja seharihari adalah dengan qalbu yang bersih dan suci. Pada konsep MQ, semuanya dimulai dari hati kita sendiri. Maka agar menjadi manusia yang baik dan solih, hatinya harus bersih dari berbagai penyakit hati. Karena itu, seorang muslim harus sangat mementingkan pembenahan hati, atau yang sering disebut metode Manajemen Qalbu (MQ).

MQ dalah upaya untuk mengatur dan memelihara kebeningan hati dengan cara mengenal Allah. Salah satu caranya dengan berzikir. Selanjutnya, hati yang damai itu diisi dengan nilai-nilai rohani Islam seperti sabar, rida, tawakal, ikhlas, jujur, dan disertai dengan ikhtiar. Bila sudah memiliki itu, maka apa yang disampaikan (dengan hati yang tulus) itu akan menyentuh relung hati orang banyak. Menurut Aa Gym, agama pasti mampu menyelesaikan berbagai masalah yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Hanya, masalahnya, mengamalkan agama dan menyosialisasikannya harus dilakukan terus-menerus, lebih inovatif, dan kreatif. Jadi, bisa diterima masyarakat yang terus mengalami perubahan. Namun yang terpenting, kata Aa Gym, bagaimana kita mengaktualisasikan pemahaman agama itu dengan benar dan konsisten. Dengan begitu, masyarakat bisa menerima agama sebagai suatu solusi. Jangan hanya mengaku beragama, tetapi tindakan dan perilakunya justru jauh dari agama itu. Kondisinya saat ini kan seperti itu. Banyak masyarakat yang tidak konsisten dengan agamanya. Mengenal Potensi Diri Dalam khazanah keilmuan Islam, kita mengenal tiga potensi dasar yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia, yaitu akal, nafsu, dan hati (qalbu). Potensi dasar manusia yang pertama adalah akal. Allah menciptakan manusia dengan amat sempurna (Q.S.at-Tiin [95]: 1-4). Tak ada satu makhluk pun yang bisa menandingi. Dari segi fisik manusia tampak lebih anggun, cantik atau tampan, gagah dan menawan. Terlebih lagi manusia memiliki satu aset yang tidak dimiliki oleh lainnya, yaitu potensi akal. Dengan akal manusia bisa berkreasi, berkarya hingga mampu merubah wajah dunia menjadi serba semraut dan berbagai macam lahirnya penemuan dan teknologi mutakhir saat ini. Dengan akal pula manusia bisa menolong jutaan manusia lainnya, ia mampu menciptakan alat telekomunikasi hingga bisa berbicara dalam jarak yang cukup jauh. Ia ciptakan alat transportasi hingga tidak terlalu menguras tenaga untuk menuju tempat yang dimaksud. Ia menemukan

komputer sehingga mempermudah pekerjaan manual dengan kecepatannya yang sangat tinggi. Secara sadar atau tidak manusia juga memiliki kekurangan yang tidak sedikit. Ia bisa tetanus hanya disebabkan oleh duri kecil. Ia bisa terluka hanya oleh goresan pisau, bahkan ia bisa bunuh diri hanya disebabkan problem pribadi. Ia tak mampu menahan jerawat yang mulai tumbuh sebagai tanda bahwa ia sudah dewasasekalipun di wajahnya sendiri. Dan ia akan merasa kebingungan manakala tidak ada toilet di saat akan membuang penyakit (baca: buang air besar). Dengan akal ini sebenarnya, bila dilihat dari ayat-ayat Quran, dimaksudkan supaya berpikir dan merenungkan ciptaan dan kekuasaan Allah di semesta raya ini. Artinya, potensi akal ini merupakan pendorong manusia agar lebih dekat kepada Allah dan mengetahui peran dan tugas manusia di muka bumi ini. Potensi dasar kedua yang diberikan Allah ini adalah nafsu. Nafsu ini berkaitan dengan kecenderungan manusia yang seringkali egoistik, mementingkan diri sendiri. Dalam bahasa agama Islam, egoisme ini dinamai hawa nafsu. Perkataan hawa nafsu berasal dari kata Arab. Hawa berarti keinginan dan al-nafs berarti diri manusia atau kecenderungan dalam diri manusia. Jadi, hawa nafsu berarti kecenderungan dalam diri manusia untuk selalu mengikuti hal-hal yang buruk. Oleh karena itu, manusia disuruh melawan dan mengendalikan hawa nafsu. Usaha manusia dalam perjuangan melawan hawa nafsu ini tentu bertingkattingkat, tergantung pada kemampuan dan kekuatan imannya. Dalam buku Mizan al-Amal, Imam Ghazali menyebutkan tiga tingkatan manusia dalam masalah ini. Pertama, orang yang sepenuhnya dikuasai oleh hawa nafsunya dan tidak dapat melawannya sama sekali. Ini merupakan keadaan manusia pada umumnya. Dengan begitu, ia sungguh telah mempertuhankan hawa nafsunya seperti dimaksud ayat ini, Maka, pernahkah kamu melihat orang yang telah menjadikan

hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya (QS.Al-Jatsiyah: 23). Kedua, orang yang senantiasa dalam pertarungan melawan hawa nafsu. Pada suatu kali ia menangtu demi a kali yang lain ia kalah. Kalau maut merenggutnya dalam pertarungan ini, maka ia tergolong mati syahid. Dikatakan demikian, karena ia sedang dalam perjuangan melawan hawa nafsu sesuai perintah Nabi Muhammad saw, berjuanglah kamu melawan hawa nafsumu sebagaimana kamu berjuang melawan musuh-musuhmu. Ketiga, orang yang sepenuhnya dapat menguasai dan mengendalikan hawa nafsunya. Inilah orang yang mendapat rahmat Allah, sehingga terjaga dan terpelihara dari dosa-dosa dan maksiat. Menurut Imam Ghazali, ini merupakan tingkatan para nabi dan wali-wali Allah. Dalam perjuangan melawan hawa nafsu, menurut Ghazali, manusia dituntut ekstra hati-hati dan waspada secara terusmenerus, supaya ia jangan tertipu (ghurur). Banyak orang merasa telah bekerja dan berjuang untuk agama, nusa, dan bangsa, padahal sesungguhnya ia bekerja hanya untuk kepentingan dirinya sendiri dan untuk memuaskan egonya. Inilah bentuk keterjebakkan setan. Dalam situasi demikian, Ghazali menganjurkan agar kita berpihak dan memilih sesuatu yang menyusahkan daripada yang menyenangkan. Alasannya, kebaikan pada umumnya menuntut kerja keras dan pengorbanan, sehingga terkesan menyusahkan. Allah berfirman, dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (QS 91:7-10). Ini juga disabdakan Rasulullah saw, cobaan akan dibentangkan kepada manusia laksana tikar, satu demi satu. Ketika hati dipengaruhinya, satu titik hitam tercatatlah dalam hati. Ketika hati mengingkarinya, satu titik putih tercatatlah dalam hati sehingga hati menjadi satu dari dua jenis: yang putih seperti batu putih

yang lulus dari cobaan, atau yang gelap hitam karena tidak mengenal maruf (kebaikan) atau mengingkari kemungkaran (HR.Muslim). Potensi yang ketiga adalah qalbu (hati). Fungsi qalbu biasanya lebih dittikberatkan untuk mengawal aktivitas ruhaniah dan meraih kebahagiaan hidup. Dalam khazanah ilmu tasawuf, qalbu bagi tiga bagian. Pertama, qolbun salim (hati yang sehat). Hati yang sehat adalah hati yang selamat. Pada hari kiamat nanti, barangsiapa menghadap Allah Subhanahu wa Taala tanpa membawa hati yang sehat tidak akan selamat. Allah berfirman, adalah hari yang mana harta dan anakanak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat (Asy-Syuara : 88-89). Hati yang selamat didefinisikan sebagai hati yang terbebas dari setiap syahwat, keinginan yang bertentangan dengan perintah Allah Subhanahu wa Taala dan dari setiap syubhat, ketidakjelasan yang menyeleweng dari kebenaran. Hati ini selamat dari beribadah kepada selain Allah Subhanahu wa Taala dan berhukum kepada selain Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam . Ubudiyahnya murni kepada Allah Subhanahu wa Taala . Iradahnya, mahabbahnya, inabahnya, ikhbatnya, khasyyahnya, rojanya, dan amalnya, semuanya karenaNya. Jika ia mencintai, membenci, memberi, dan menahan diri, semuanya karena Allah. Kedua, adalah qolbun mayyit (hati yang mati). Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapa Rabbnya. Ia tidak beribadah kepadaNya dengan menjalankan perintahNya atau menghadirkan sesuatu yang dicintai dan diridlaiNya. Hati model ini selalu berjalan bersama hawa nafsu dan kenikmatan duniawi, walaupun itu dibenci dan dimurkai-Nya. Ia tidak peduli dengan keridlaan atau kemurkaan-Nya. Baginya, yang penting adalah memenuhi keinginan hawa nafsu. Ia menghamba kepada selain-Nya. Hawa nafsu telah menguasainya dan lebih ia cintai daripada keridlaan Allah. Hawa nafsu telah menjadi pemimpin dan pengendali baginya. Kebodohan adalah sopirnya, dan kelalaian adalah kendaraan baginya. Seluruh pikirannya dicurahkan untuk menggapai target-target duniawi.

Yang ketiga, adalah qolbun married (hati yang sakit). Hati yang sakit adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit. Ia akan mengikuti unsur yang kuat. Kadang-kadang ia cenderung kepada kehidupan, dan kadang-kadang pula cenderung kepada penyakit. Padanya ada kecintaan, keimanan, keikhlasan, dan tawakkal kepadaAllah, yang merupakan sumber kehidupannya. Padanya pula ada kecintaan dan ketamakan terhadap syahwat, hasad, kibr, dan sifat ujub, yang merupakan sumber bencana dan kehancurannya. Model muslim seperti ini ada di antara dua penyeru; penyeru kepada Allah dan Rasulullah saw serta hari akhir, dan juga cenderung kuat pada kehidupan duniawi. Mana seruan yang disambutnya, tentu yang disambutnya adalah yang paling dekat, paling akrab atau tidak memberatkannya. Demikianlah, hati yang pertama adalah hati yang hidup, khusyu, tawadlu, lembut dan selalu berjaga. Hati yang kedua adalah hati yang gersang dan mati, Hati yang ketiga adalah hati yang sakit, kadang-kadang dekat kepada keselamatan dan kadang-kadang dekat kepada kebinasaan.

Penyakit Qalbu dan Terapinya

Ada beberapa penyakit qalbu yang kadang terus hinggapi dan gugurkan amaliyah ibadah seorang Muslim. Menurut Imam al-Ghazali, bahwa penyakit qalbu bermuara pada hasad (iri), riya dan ujub atau takabbur. Ketiga penyakit ini merupakan induk dari semua penyakit qalbu lainnya. Penyakit hasad atau dengki adalah sikap tidak suka melihat orang lain mendapat nikmat dan mengharapkan nikmat itu lenyap darinya. Sedangkan kibr atau sombong merupakan penyakit qalbu, yang pelakunya kadang menganggap remeh orang lain. Rasulullah bersabda, kibr itu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain (HR.Muslim). Ada pun penyakit riya ini berkaitan dengan keinginan untuk menanpakkan diri sekaligus ingin dianggap yang paling wah-hebat atau lainnya di hadapan orang lain.

Jika kita cermati ketiga jenis penyakit kronis ini, bahkan penyakit-penyakit qalbu lainnya serta kerusakan yang ditimbulkannya sejatinya berpangkal dari virus cinta dunia (hubb al-dunya) yang berlebihan. Akibat terlalu cinta dunia, rasa iri terhadap nikmat yang dimiliki orang lain akan mulai menyelinap dalam qalbu-nya. Lalu muncul sifat sombong, karena telah merasa memiliki segalanya, kemudian bersemi keinginan untuk

memamerkan apa yang telah diperolehnya. Dari sini kemudian tumbuh sikap menghalalkan segala cara asal tujuan dapat tercapai. Yang penting hasil. Tak peduli bagaimana proses yang dilaluinya. Rumus MQ Berikut ini beberapa rumus atau konsep manajemen qalbu (MQ) yang dicetuskan oleh KH.Abdullah Gymnastiar. Seni Bergaul a. Aku aman bagimu b. Aku menyenangkan bagimu c. Aku bermanfaat bagimu Konsep Dasar MQ a. Marifatulloh b. Manajemen Diri c. Kepemimpinan (Leadership) d. Wirausaha (entrepeuneur) Konsep Perubahan a. Suri Tauladan b. Pendidikan,pelatihan dan pembinaan yang sistematis berkesinambungan. c. Sistem yang kondusif d. Kekuatan doa / ruhiyah Meredam Penyakit Hati (TENGIL) a. Takabur b. Egois c. Norak / Pamer d. Galak

e. Iri dengki f. Licik 5. Kiat Praktis Mengatasi Persoalan Hidup a. Siap sebelum terjadi b. Ridho bila sudah terjadi c. Jangan mempersulit diri d. Evaluasi Diri e. Jadikan hanya Alloh tempat bergantung Budaya Kerja MQ ( 5 as ) a. Bekerja keras b. Bekerja cerdas c. Bekerja berkualitas d. Bekerja tuntas e. Bekerja Ikhlas Budaya Tertib (PATUH ) a. Pahami aturan dan resiko sebelum berbuat b. Adakan perencanaan yang matang c. Tidak berbuat sebelum check dan rechek d. Untuk aman dan sukses,selalu lakukan sesuai prosedur dan aturan e. Hindari pelanggaran sekecil apapun Kiat membentuk Pribadi Sukses ( 7 T ) a. Tenang b. Terencana c. Terampil d. Tertib e. Tekun f. Tegar g. Tawadhu Prinsip Kerjasama a. Adil b. Transparan c. Saling Menguntungkan Kiat pribadi simpatik ( 5 S ) a. Senyum b. Salam c. Sapa

d. Sopan e. Santun Budaya Kepemilikan (4 B + RS) a. Bersih dan Halal b. Barokah c. Bersahaja d. Bermanfaat e. Rapih f. Serasi Manajemen Konflik (3 S) a. Semangat bersaudara b. Semangat mencari solusi c. Semangat sukses bersama Seni Merubah Bangsa (3M) a. Mulai dari diri sendiri b. Mulai dari hal yang kecil c. Mulai saat ini 5 Pantangan DT a. Pantang sia-sia b. Pantang mengeluh c. Pantang menjadi beban d. Pantang berkhianat e. Pantang kotor hati Kiat Membangun Kredibilitas a. Jujur,tepercaya,terbukti dan teruji b. Cakap memuaskan c. Kreatif dan inovatif d. Istiqomah / konsisten Rumus Kebersihan (TSP) a. Tahan tidak buang sampah sembarangan b. Simpan sampah pada tempatnya c. Pungut sampah Insya Alloh sedekah Kiat Sukses ( 7 B ) a. Beribadah dengan benar & istiqomah b. Berakhlak terpuji c. Belajar dan berlatih terus menerus

d. Bekerja dengan cerdas dan ikhlas e. Bersahaja dalam hidup f. Bantu sesama g. Bersihkan hati selalu. Konsep Untung a. Bila menjadi amal sholeh b. Bila menjadi ilmu c. Bila bermanfaat d. Bila menambah silaturahmi e. Bila menguntungkan orang lain BEBASKOMIBA a. Berantakan Rapihkan b. Basah Keringkan c. Kotor Bersihkan d. Miring luruskan e. Bahaya Amankan Referensi :
http://ahmadsahidin.wordpress.com/2009/02/09/manajemen-qalbu-sebuahpengantar/

You might also like