Dokumen tersebut membahas tentang dimensi besaran-besaran fisika sederhana seperti gaya, massa jenis, energi, tekanan, usaha, momentum, impuls, daya, berat, dan berat jenis. Dijelaskan rumus-rumus terkait besaran tersebut beserta satuan dan dimensinya. Juga diberikan contoh soal dan pembahasan untuk memeriksa kebenaran suatu persamaan menggunakan analisis dimensi.
Dokumen tersebut membahas tentang dimensi besaran-besaran fisika sederhana seperti gaya, massa jenis, energi, tekanan, usaha, momentum, impuls, daya, berat, dan berat jenis. Dijelaskan rumus-rumus terkait besaran tersebut beserta satuan dan dimensinya. Juga diberikan contoh soal dan pembahasan untuk memeriksa kebenaran suatu persamaan menggunakan analisis dimensi.
Copyright:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online from Scribd
Dokumen tersebut membahas tentang dimensi besaran-besaran fisika sederhana seperti gaya, massa jenis, energi, tekanan, usaha, momentum, impuls, daya, berat, dan berat jenis. Dijelaskan rumus-rumus terkait besaran tersebut beserta satuan dan dimensinya. Juga diberikan contoh soal dan pembahasan untuk memeriksa kebenaran suatu persamaan menggunakan analisis dimensi.
Copyright:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online from Scribd
Dimensi dari daya? Dimensi dari energi? Dimensi dari impuls? Dimensi dari momentum?
Dengan asumsi bahwa beberapa rumus belum diketahui pelajar X SMA, kecuali panjang (m), massa (kg), waktu (s), kecepatan (m/s), percepatan (m/s 2 ), luas (m 2 ) dan volume (m 3 ) yang diasumsikan sudah diketahui, berikut penurunan beberapa dimensi besaran Fisika sederhana. Format disini adalah : Rumus ---> Satuan --> Dimensi dan ingat : massa --> kg --> M ( dari Mass kali..!?! & jangan kliru Meter..!!!) panjang --> m --> L ( dari Length kali...!?! ) waktu --> s --> T ( dari Time kali...!!! ) Gaya massa x percepatan--> (kg) (m/s 2 ) --> M L T 2
Massa Jenis massa / volume --> (kg)/(m 3 ) --> M L 3
Energi massa x percepatan gravitasi x tinggi --> (kg)(m/s 2 )(m) --> M L 2 T 2
Tekanan gaya/luas ---> (kg)(m/s 2 )/m 2 --> M L 1 T 2
Usaha gaya x perpindahan--> (kg)(m/s 2 )(m)--> M L 2 T 2
Momentum massa x kecepatan --> (kg)(m/s) --> M L T 1
Impuls gaya x selang waktu --> (kg)(m/s 2 )(s) --> M L T 1
Daya Usaha/waktu --> (kg)(m/s 2 )(m)/(s) - -> M L 2 T 3
Berat massa x percepatan gravitasi --> (kg)(m/s 2 ) --> M L T 2
Berat Jenis berat/volume --> (kg)(m/s 2 )/(m 3 ) --> M L 2 T 2
Beberapa besaran memiliki kesamaan dimensi, seperti Usaha dan Energi, Gaya dan Berat, Impuls dan momentum. Untuk soal yang sedikit lebih rumit biasanya ditampilkan rumusnya, tinggal otak-atik, pindah kanan kiri, atas bawah, masukkan satuannya baru dikonvert ke dimensi. Sekedar Contoh: Diberikan formula gaya gravitasi antara dua benda sebagai berikut
dengan F adalah gaya (Newton) m 1 dan m 2 adalah massa kedua buah benda (kg), r adalah jarak kedua benda (m) dan G adalah suatu konstanta yang akan dicari dimensinya. Dari rumus diatas setelah dibolak-balik didapatkan bahwa
masukkan satuannya bawa ke kg, m dan s. Untuk satuan gaya lihat daftar diatas, didapat
Contoh berikutnya: Diberikan persamaan gaya pegas F = k X Dimana F adalah gaya pegas (Newton), X adalah pertambahan panjang pegas (meter) dan k adalah konstanta pegas. Dimensi konstanta pegas?
Lanjut,.. berikutnya bagaimana memeriksa benar tidaknya suatu persamaan yang menghubungkan besaran-besaran tertentu (memeriksa rumus) dengan analisis dimensi atau rumus seperti dua contoh berikut ini: 1) Persamaan berikut menghubungkan besaran-besaran pada gerak suatu benda.
v t = v o + at
dimana v t adalah kecepatan saat t, v o adalah kecepatan awal, a adalah percepatan dan t adalah waktu. Periksa dengan analisis dimensi benar tidaknya persamaan diatas!
2) Kedudukan suatu benda dinyatakan dalam suatu persamaan
y = At 2 + Bt + C
dengan satuan y dalam meter, dan t dalam sekon. A, B dan C adalah konstanta-konstanta. tentukan satuan dan dimensi dari A, B dan C! (Soal Fisikastudycenter)
Pembahasan 1) Dimensi pada ruas kiri: v t adalah kecepatan m/s L/T LT 1
Dimensi pada ruas kanan: v o adalah kecepatan m/s L/T LT 1
at adalah percepatan x waktu m/s 2 x s m/s L/T LT 1
Terlihat dimensi ruas kiri sama dengan dimensi pada ruas kanan, sehingga persamaan di atas adalah tepat.
2) Asumsinya adalah besaran-besaran yang dijumlahkan atau dikurangkan memiliki satuan atau dimensi yang sama dengan hasilnya. Dari persamaan
y = At 2 + Bt + C ...meter = ...meter + ...meter + ...meter
Menentukan satuan konstanta A Hasil kombinasi satuan-satuan pada At 2 haruslah meter, masukkan satuan-satuan lain yang telah diketahui dalam hal ini t (waktu) satuannya adalah s (sekon) sehingga At 2 = m As 2 = m A = m/s 2
Dimensi A adalah LT 2
Menentukan satuan konstanta B Bt juga menghasilkan meter, masukkan satuan lain yang telah diketahui sehingga Bt = m Bs = m B = m/s Dimensi dari B adalah LT 1
Menentukan satuan konstanta C C = m Dimensi C adalah L
Read more: http://fisikastudycenter.com/fisika-x-sma/1-mencari-dimensi#ixzz2A25J0QeS Apa perbedaan kinematika dan dinamika? - 3 bulan lalu - Lapor Penyalahgunaan Yugiantoro
Jawaban Terbaik - Dipilih oleh Suara Terbanyak kinematika = bagian fisika yang mempelajari gerak benda tanpa meninjau penyebab geraknya...
dinamika = kinematika yang menganalisis gerak benda dan penyebab gerakannya... Kinematika Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Dalam fisika, kinematika adalah cabang dari mekanika yang membahas gerakan benda tanpa mempersoalkan gaya penyebab gerakan. Hal terakhir ini berbeda dari dinamika atau sering disebut dengan Kinetika, yang mempersoalkan gaya yang memengaruhi gerakan. Karena relatif sederhana, kinematika biasanya diajarkan sebelum dinamika atau sebelum konsep mengenai gaya diperkenalkan. Daftar isi - 1 Persamaan Dasar o 1.1 Gerak Relatif o 1.2 Gerakan Koordinat - 2 Sistem Koordinat o 2.1 Sistem Koordinat Diam o 2.2 Sistem Koordinat Bergerak 2 Dimensi Persamaan Dasar Gerak Relatif Dapat ditunjukkan dengan persamaan matematika vektor sederhana berikut yang memperlihatkan suatu penjumlahan vektor : gerak relatif terhadap sama dengan gerak relatif terhadap ditambah dengan gerak relatif terhadap :
Gerakan Koordinat Salah satu persamaan dasar dalam kinematika adalah persamaan yang menggambarkan tentang turunan dari sebuah vektor yang berada dalam suatu sumbu koordinat bergerak. Yaitu : turunan terhadap waktu dari sebuah vektor relatif terhadap suatu koordinat diam, sama dengan turunan terhadap waktu vektor tersebut relatif terhadap koordinat bergerak ditambah dengan hasil perkalian silang dari kecepatan sudut koordinat bergerak dengan vektor itu. Dalam bentuk persamaan :
dimana : adalah sebuah vektor adalah sebuah sumbu koordinat tetap / tak bergerak adalah sebuah sumbu koordinat berputar adalah kecepatan sudut perputaran koordinat Sistem Koordinat Sistem Koordinat Diam Pada sistem koordinat ini, sebuah vektor digambarkan sebagai suatu penjumlahan dari vektor- vektor yang searah dengan sumbu , , atau . Umumnya adalah sebuah vektor satuan pada arah , adalah sebuah vektor satuan pada arah , dan adalah sebuah vektor satuan pada arah . Vektor posisi (atau ), vektor kecepatan dan vektor percepatan , dalam sistem koordinat Cartesian digambarkan sebagai berikut :
catatan : , Sistem Koordinat Bergerak 2 Dimensi Sistem koordinat ini hanya menggambarkan gerak bidang yang berbasis pada 3 vektor satuan orthogonal yaitu vektor satuan , dan vektor satuan sebagai sebuah bidang dimana suatu obyek benda berputar terletak/berada, dan sebagai sumbu putarnya. Berbeda dengan sistem koordinat Cartesian di atas, dimana segala sesuatunya diukur relatif terhadap datum yang tetap dan diam tak berputar, datum dari koordinat-koordinat ini dapat berputar dan berpindah - mengikuti gerakan dari benda atau partikel pada suatu benda yang diamati. Hubungan antara koordinat diam dan koordinat berputar dan bergerak ini dapat dilihat lebih rinci pada Transformasi Orthogonal. Usaha (Kerja) Dan Energi Fisika Kelas 1 > Dinamika 267 < Sebelum Sesudah > Jika sebuah benda menempuh jarak sejauh S akibat gaya F yang bekerja pada benda tersebut maka dikatakan gaya itu melakukan usaha, dimana arah gaya F harus sejajar dengan arah jarak tempuh S. USAHA adalah hasil kali (dot product) antara gaya den jarak yang ditempuh.
W = F S = |F| |S| cos u u = sudut antara F dan arah gerak
Satuan usaha/energi : 1 Nm = 1 Joule = 10 7 erg Dimensi usaha energi: 1W] = [El = ML2T-2 Kemampuan untuk melakukan usaha menimbulkan suatu ENERGI (TENAGA). Energi dan usaha merupakan besaran skalar. Beberapa jenis energi di antaranya adalah: 1. ENERGI KINETIK (E k )
E k trans = 1/2 m v 2
E k rot = 1/2 I e 2
m = massa v = kecepatan I = momen inersia e = kecepatan sudut
2. ENERGI POTENSIAL (E p )
E p = m g h
h = tinggi benda terhadap tanah
3. ENERGI MEKANIK (E M )
E M = E k + E p
Nilai E M selalu tetap/sama pada setiap titik di dalam lintasan suatu benda. Pemecahan soal fisika, khususnya dalam mekanika, pada umumnya didasarkan pada HUKUM KEKEKALAN ENERGI, yaitu energi selalu tetap tetapi bentuknya bisa berubah; artinya jika ada bentuk energi yang hilang harus ada energi bentuk lain yang timbul, yang besarnya sama dengan energi yang hilang tersebut. E k + E p = E M = tetap E k1 + E p1 = E k2 + E p2
PRINSIP USAHA-ENERGI
Jika pada peninjauan suatu soal, terjadi perubahan kecepatan akibat gaya yang bekerja pada benda sepanjang jarak yang ditempuhnya, maka prinsip usaha-energi berperan penting dalam penyelesaian soal tersebut W tot = AEk E F.S = E k akhir - E k awal
W tot = jumlah aljabar dari usaha oleh masing-masing gaya = W 1 + W 2 + W 3 + ....... A E k = perubahan energi kinetik = E k akhir - E k awal
ENERGI POTENSIAL PEGAS (E p ) E p = 1/2 k A x 2 = 1/2 F p Ax F p = - k Ax
Ax = regangan pegas k = konstanta pegas F p = gaya pegas Tanda minus (-) menyatakan bahwa arah gaya F p berlawanan arah dengan arah regangan x. 2 buah pegas dengan konstanta K 1 dan K 2 disusun secara seri dan paralel: seri paralel
1 = 1
+ 1
K tot K 1 K 2
K tot = K 1 + K 2
Note: Energi potensial tergantung tinggi benda dari permukaan bumi. Bila jarak benda jauh lebih kecil dari jari-jari bumi, maka permukaan bumi sebagai acuan pengukuran. Bila jarak benda jauh lebih besar atau sama dengan jari-jari bumi, make pusat bumi sebagai acuan.
Contoh: 1. Sebuah palu bermassa 2 kg berkecepatan 20 m/det. menghantam sebuah paku, sehingga paku itu masuk sedalam 5 cm ke dalam kayu. Berapa besar gaya tahanan yang disebabkan kayu ? Jawab: Karena paku mengalami perubahan kecepatan gerak sampai berhenti di dalam kayu, make kita gunakan prinsip Usaha-Energi: F. S = E k akhir - E k awal
F . 0.05 = 0 - 1/2 . 2(20) 2
F = - 400 / 0.05 = -8000 N (Tanda (-) menyatakan bahwa arah gaya tahanan kayu melawan arah gerak paku ). 2. Benda 3 kg bergerak dengan kecepatan awal 10 m/s pada sebuah bidang datar kasar. Gaya sebesar 20\5 N bekerja pada benda itu searah dengan geraknya dan membentuk sudut dengan bidang datar (tg o = 0.5), sehingga benda mendapat tambahan energi 150 joule selama menempuh jarak 4m. Hitunglah koefisien gesek bidang datar tersebut ? Jawab: Uraikan gaya yang bekerja pada benda:
F x = F cos o = 20\5 = 40 N F y = F sin o = 20\5 . 1\5 = 20 N E F y = 0 (benda tidak bergerak pada arah y) F y + N = w N = 30 - 20 = 10 N Gunakan prinsip Usaha-Energi E F x . S = E k
(40 - f) 4 = 150 f = 2.5 N 3. Sebuah pegas agar bertambah panjang sebesar 0.25 m membutuhkan gaya sebesar 18 Newton. Tentukan konstanta pegas dan energi potensial pegas ! Jawab: Dari rumus gaya pegas kita dapat menghitung konstanta pegas: F p = - k Ax k = F p /Ax = 18/0.25 = 72 N/m Energi potensial pegas: E p = 1/2 k (A x) 2 = 1/2 . 72 (0.25) 2 = 2.25 Joule
MOMENTUM LINIER adalah massa kali kecepatan linier benda. Jadi setiap benda yang memiliki kecepatan pasti memiliki momentum.
p = m v
Momentum merupakan besaran vektor, dengan arah p = arah v
2. MOMENTUM ANGULER (L)
MOMENTUM ANGULER adalah hasil kali (cross product) momentum linier dengan jari jari R. Jadi setiap benda yang bergerak melingkar pasti memiliki momentum anguler.
L = m v R = m w R2 L = p R
Momentum anguler merupakan besaran vektor dimana arah L tegak lurus arah R sedangkan besarnya tetap.
Jika pada benda bekerja gaya F tetap selama waktu t, maka IMPULS I dari gaya itu adalah: Impuls merupakan besaran vektor. Pengertian impuls biasanya dipakai dalam peristiwa besar dimana F >> dan t <<. Jika gaya F tidak tetap (F fungsi dari waktu) maka rumus I = F . t tidak berlaku. Impuls dapat dihitung juga dengan cara menghitung luas kurva dari grafik gaya F vs waktu t. 1. MOMENTUM LINIER (p) MOMENTUM LINIER adalah massa kali kecepatan linier benda. Jadi setiap benda yang memiliki kecepatan pasti memiliki momentum. p = m v Momentum merupakan besaran vektor, dengan arah p = arah v 2. MOMENTUM ANGULER (L) MOMENTUM ANGULER adalah hasil kali (cross product) momentum linier dengan jari jari R. Jadi setiap benda yang bergerak melingkar pasti memiliki momentum anguler. L = m v R = m w R2 L = p R Momentum anguler merupakan besaran vektor dimana arah L tegak lurus arah R sedangkan besarnya tetap. Jika pada benda bekerja gaya F tetap selama waktu t, maka IMPULS I dari gaya itu adalah: TUMBUKAN ELASTIK Tumbukan elastik sempurna atau tumbukan lenting sempurna adalah tumbukan yang jumlah energi kinetik benda - bendanya sebelum dan sesudah tumbukan adalah sama. Tumbukan semacam ini mirip dengan tumbukan 2 benda A dan B, dimana salah satunya berpegas baja berbentuk U terbalik yang bertumbukan, pegas tertekan sejenak dan sebagian EK awalnya berubah sejenak menjadi Energi Potensial Elastik. Selanjutnya pegas meregang dan kedua benda terpisah, energi potensial berubah kembali menjadi energi kinetik dengan kecepatan VA2 dan VB2. image009 Karena kekekalan energi kinetik dan kekekalan momentum maka: Kekekalan energi kinetik : m AvA12 + mBvB12 = m AvA22 + mBvB22 Kekekalan momentum : mAvA1 + mBvB1 = mAvA2 + mBvB2 Jadi jika massa dan kecepatan awal diketahui, kita dapatkan dua persamaan yang berdiri sendiri dan kecepatan akhir tiap benda dapat dihitung sebagai: vB2 - vA2 = - (vB1 - vA1) kecepatan B relatif terhadap A setelah tumbukan = kecepatan B relatif terhadap A sebelum tumbukan image010 image011 Bila massa benda tidak sama maka energi kinetik setelah tumbukan: image012 image013 TUMBUKAN TIDAK ELASTIK image014 Tumbukan ini kebalikan dari tumbukan elastik sempurna dimana setelah tumbukan benda melekat lalu terus bergerak sebagai satu kesatuan. Tumbukan seperti ini dinamakan tidak elastik sempurna. Dalam kondisi seperti ini maka: VA2 - VB2 = V2 Apabila ini digabungkan dengan azas kekekalan momentum maka: mAv A1 + mBvB1 = (mA + mB) v2 Dan kecepatan akhir sistem dapat ditentukan bila kecepatan awal dan masa diketahui. Energi kinetik sebelum tumbukan : Ek1 = mAvA12 + mBvB12 Energi kinetik akhir : Ek2 = (mA + mB) v22 Pada kejadian khusus dimana B mula - mula diam maka perbandingan energi akhir terhadap energi awal adalah: image015 Ruas kanan haruslah lebih kecil dari 1, sehingga tumbukan tak elastik energi kinetik total berkurang. Hal tersebut dapat dinyatakan pula dengan besarnya koefisien restitusi dimana: image016 v1, v2 adalah kecepatan relatif setelah tumbukan u1, u2 adalah kecepatan relatif sebelum tumbukan. Jika tumbukan elastik sempurna maka e = 1 dan pada tumbukan tidak elastik e < e ="" sistem =" nol." an =" nol." mbvb =" 0," ek =" " tumbukan =" momentum">
Dua benda, benda 1 dan benda 2 bergerak saling mendekat. Benda 1 bergerak dengan kecepatan v1 dan benda 2 bergerak dengan kecepatan v2. Kedua benda itu bertumbukan dan terpantul dalam arah yang berlawanan. Perhatikan bahwa kecepatan merupakan besaran vektor sehingga dipengaruhi juga oleh arah. Sesuai dengan kesepakatan, arah ke kanan bertanda positif dan arah ke kiri bertanda negatif. Karena memiliki massa dan kecepatan, maka kedua benda memiliki momentum (p = mv) dan energi kinetik (EK = mv2). Total Momentum dan Energi Kinetik kedua benda sama, baik sebelum tumbukan maupun setelah tumbukan.
Secara matematis, Hukum Kekekalan Momentum dirumuskan sebagai berikut :
< ![endif]-->
Keterangan :
m1 = massa benda 1, m2 = massa benda 2
v1 = kecepatan benda sebelum tumbukan dan v2 = kecepatan benda 2 Sebelum tumbukan
v1 = kecepatan benda Setelah tumbukan, v2 = kecepatan benda 2 setelah tumbukan
Jika dinyatakan dalam momentum,
m1v1 = momentum benda 1 sebelum tumbukan, m1v1 = momentum benda 1 setelah tumbukan
m2v2 = momentum benda 2 sebelum tumbukan, m2v2 = momentum benda 2 setelah tumbukan
Pada Tumbukan Lenting Sempurna berlaku juga Hukum Kekekalan Energi Kinetik. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
< ![endif]-->
Kita telah menurunkan 2 persamaan untuk Tumbukan Lenting Sempurna, yakni persamaan Hukum Kekekalan Momentum dan Persamaan Hukum Kekekalan Energi Kinetik. Ada suatu hal yang menarik, bahwa apabila hanya diketahui massa dan kecepatan awal, maka kecepatan setelah tumbukan bisa kita tentukan menggunakan suatu persamaan lain. Persamaan ini diturunkan dari dua persamaan di atas. Persamaan apakah itu ? nah, mari kita turunkan persamaan tersebut dipahami perlahan-lahan ya
Sekarang kita tulis kembali persamaan Hukum Kekekalan Momentum :
< ![endif]-->
Kita tulis kembali persamaan Hukum Kekekalan Energi Kinetik :
< ![endif]-->
< ![endif]-->
Kita tulis kembali persamaan ini menjadi :
< ![endif]-->
Ini merupakan salah satu persamaan penting dalam Tumbukan Lenting sempurna, selain persamaan Kekekalan Momentum dan persamaan Kekekalan Energi Kinetik. Persamaan 3 menyatakan bahwa pada Tumbukan Lenting Sempurna, laju kedua benda sebelum dan setelah tumbukan sama besar tetapi berlawanan arah, berapapun massa benda tersebut.
Koofisien elastisitas Tumbukan Lenting Sempurna
Wah, istilah baru lagi ne apaan sie koofisien elastisitas ? sebelum gurumuda menjelaskan apa itu koofisien elastisitas, mari kita obok2 lagi rumus fisika. Kali ini giliran persamaan 3
Kita tulis lagi persamaan 3 :
< ![endif]-->
Perbandingan negatif antara selisih kecepatan benda setelah tumbukan dengan selisih kecepatan benda sebelum tumbukan disebut sebagai koofisien elatisitas alias faktor kepegasan (dalam buku Karangan Bapak Marthen Kanginan disebut koofisien restitusi). Untuk Tumbukan Lenting Sempurna, besar koofisien elastisitas = 1. ini menunjukkan bahwa total kecepatan benda setelah tumbukan = total kecepatan benda sebelum tumbukan. Lambang koofisien elastisitas adalah e. Secara umum, nilai koofisien elastisitas dinyatakan dengan persamaan :
Pada pembahasan sebelumnya, kita telah belajar bahwa pada Tumbukan Lenting Sempurna berlaku Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekakalan Energi Kinetik. Nah, bagaimana dengan tumbukan lenting sebagian ?
Pada tumbukan lenting sebagian, Hukum Kekekalan Energi Kinetik tidak berlaku karena ada perubahan energi kinetik terjadi ketika pada saat tumbukan. Perubahan energi kinetik bisa berarti terjadi pengurangan Energi Kinetik atau penambahan energi kinetik. Pengurangan energi kinetik terjadi ketika sebagian energi kinetik awal diubah menjadi energi lain, seperti energi panas, energi bunyi dan energi potensial. Hal ini yang membuat total energi kinetik akhir lebih kecil dari total energi kinetik awal. Kebanyakan tumbukan yang kita temui dalam kehidupan sehari- hari termasuk dalam jenis ini, di mana total energi kinetik akhir lebih kecil dari total energi kinetik awal. Tumbukan antara kelereng, tabrakan antara dua kendaraan, bola yang dipantulkan ke lantai dan lenting ke udara, dll.
Sebaliknya, energi kinetik akhir total juga bisa bertambah setelah terjadi tumbukan. Hal ini terjadi ketika energi potensial (misalnya energi kimia atau nuklir) dilepaskan. Contoh untuk kasus ini adalah peristiwa ledakan.
Suatu tumbukan lenting sebagian biasanya memiliki koofisien elastisitas (e) berkisar antara 0 sampai 1. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
< ![endif]-->
Bagaimana dengan Hukum Kekekalan Momentum ? Hukum Kekekalan Momentum tetap berlaku pada peristiwa tumbukan lenting sebagian, dengan anggapan bahwa tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda-benda yang bertumbukan.
TUMBUKAN TIDAK LENTING SAMA SEKALI
Bagaimana dengan tumbukan tidak lenting sama sekali ? suatu tumbukan dikatakan Tumbukan Tidak Lenting sama sekali apabila dua benda yang bertumbukan bersatu alias saling menempel setelah tumbukan. Salah satu contoh populer dari tumbukan tidak lenting sama sekali adalah pendulum balistik. Pendulum balistik merupakan sebuah alat yang sering digunakan untuk mengukur laju proyektil, seperti peluru. Sebuah balok besar yang terbuat dari kayu atau bahan lainnya digantung seperti pendulum. Setelah itu, sebutir peluru ditembakkan pada balok tersebut dan biasanya peluru tertanam dalam balok. Sebagai akibat dari tumbukan tersebut, peluru dan balok bersama-sama terayun ke atas sampai ketinggian tertentu (ketinggian maksimum). Lihat gambar di bawah
< ![endif]-->
Apakah pada Tumbukan Tidak Lenting Sama sekali berlaku hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi Kinetik ?
Perhatikan gambar di atas. Hukum kekekalan momentum hanya berlaku pada waktu yang sangat singkat ketika peluru dan balok bertumbukan, karena pada saat itu belum ada gaya luar yang bekerja. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
m1v1 + m2v2 = m1v1 + m2v2
m1v1 + m2(0) = (m1 + m2) v
m1v1 = (m1 + m2) v < ![endif]-->- persamaan 1
Apakah setelah balok mulai bergerak masih berlaku hukum Kekekalan Momentum ? Tidak. Mengapa tidak ? ketika balok (dan peluru yang tertanam di dalamnya) mulai bergerak, akan ada gaya luar yang bekerja pada balok dan peluru, yakni gaya gravitasi. Gaya gravitasi cenderung menarik balok kembali ke posisi setimbang. Karena ada gaya luar total yang bekerja, maka hukum Kekekalan Momentum tidak berlaku setelah balok bergerak.
Lalu bagaimana kita menganalisis gerakan balok dan peluru setelah tumbukan ?
Nah, masih ingatkah dirimu pada Hukum Kekekalan Energi Mekanik ? kita dapat menganalisis gerakan balok dan peluru setelah tumbukan menggunakan hukum Kekekalan Energi Mekanik. Ketika balok mulai bergerak setelah tumbukan, sedikit demi sedikit energi kinetik berubah menjadi energi potensial gravitasi. Ketika balok dan peluru mencapai ketinggian maksimum (h), seluruh Energi Kinetik berubah menjadi Energi Potensial gravitasi. Dengan kata lain, pada ketinggian maksimum (h), Energi Potensial gravitasi bernilai maksimum, sedangkan EK = 0.
Kita turunkan persamaannya ya ;)
Catatan :
Ketika balok dan peluru tepat mulai bergerak dengan kecepatan v, h1 = 0. Pada saat balok dan peluru berada pada ketinggian maksimum, h2 = h dan v2 = 0.
Persamaan Hukum Kekekalan Energi Mekanik untuk kasus tumbukan tidak lenting sama sekali.
EM1 = EM2
EP1 + EK1 = EP2 + EK2
0 + EK1 = EP2 + 0
(m1 + m2)v2 = (m1 + m2) g h persamaan 2 Diposkan oleh ira.raswah di 03:18