You are on page 1of 5

KESENIAN KHAS PULAU BAWEAN KRECENGAN BUKAN MASAKAN KRENGSENGAN Oleh : kabupaten gresik Kamis, 21 Oktober 2010 Ternyata

kesenian khas dari Pulau Bawean itu telah membuat betah Calon Jemaah haji duduk berlama-lama menunggu keberangkatan. Tak berlebihan bila penampilan grup Krecengan AlMukaromah, yang dimainkan oleh 21 orang pemuda pemudi dari Pulau Bawean pada Selasa (19/10) dihalaman Pemkab Gresik, mampu menghipnotis ribuan orang. Krecengan adalah kesenian khas hasil rekayasa Budayawan Pulau Bawean. Permainan ini biasanya dimainkan oleh muda-mudi. Dalam kelompok kesenian yang terdiri dari kelompok penari, penyanyi dan penabuh yang kompak berpadu antara musik, nyanyian dan tarian. Lirik lagu yang biasa dibawakan oleh kelompok Krecengan ini adalah syair Sholawat. Sedangkan alat musik yang digunakan hanya beberapa rebana. Dalam perkenalannya sebelum tampil, Pimpinan Krecengan Al Mukaromah, Zulfa mengatakan, kelompok yang akan tampil berikut ini adalah Krecengan.jadi bukan krengsengan yang biasa dikenal di daratan Jawa ini. kalau krengsengan itu nama masakan ujar Zulfa berbasa-basi tentang nama krecengan. Zulfa menjelaskan secara pintas menjelaskan tentang krecengan yang akan tampil, ini tarian pergaulan muda-mudi yang ada di Pulau Bawean. Karena Pulau Bawean adalah tempatnya para santri, maka nyanyian yang dibawakan adalah berupa Sholawat Nabi ujarnya. Dalam penampilan kemarin, kelompok Krecengan Al-Mukaromah dari Sungairujing, Kecamatan Sangkapura Pulau Bawean ini memang memukau. Mereka tampak kompak dalam bermusik, bernyanyi dan menari. Dengan berpakaian ala penari India berwarna ungu serta dihiasi berbagai asesoris tampak sangat terkesan mewah. Ditilik dari gerakannya, tarian itu seperti gerakan tarian Saman, tarian dari serambi Mekah Aceh yang sudah terkenal. Hanya Krecengan ini terlihat lebih gemulai. Di Pulau Bawean sendiri, ada 3 (tiga) kelompok kesenian Krecengan. Dan Krecengan Al Mukaromah ini adalah Krecengan yang sring menyabet juara di Bawean. Hal ini diakui oleh pimpinan kelompok tersebut. Zulfa. Kami terlihat kompak karena, anggota kelompok Al Mukaromah ini terdiri dari Muda-mudi sedesa yang setiap hari mereka bergaul dan bermain. Jadi tidak ada kendala untuk berlatih setiap saat ujarnya. Saking tingginya perhatian penonton terhadap kesenian ini, tak heran Wakil Bupati Gresik, Drs. H. Mohammad Qosim, M.Si mengapresiasinya dengan menyumbangkan sholawat. Dengan Mengajak Isteri Bupati Gresik, Maria Ulfa Sambari Halim Radianto dan isterinya Zuhrotus Sholihah Mohammad Qosim untuk bersama-sama bersholawat. enak juga suara Pak Qosim ujar Oni Effendi yang ikut menyaksikan penampilan Wabup bersama Ketua dan wakil ketua TP PKK Kabupaten Gresik ini. Tentu, mungkin kesan indah inilah akan membekas dihati para CJH dari Gresik, sejak mulai awal keberangkatan, ditanah suci, sampai kembali ke Gresik lagi. (sdm)

Seni Korcak Bawean

korcak Koddhuk-koddhuk di Malaysia

tampil dalam acara pernikahan warga Bawean di Malaysia

kendang- "thung-thung" korcak

KESENIAN Korcak merupakan seni tradisi Bawean, yang didukung oleh sekitar 22 hingga 44 orang penari atau lebih serta 2 orang penabuh kendang (thung-thung - bahasa Bawean). Kesenian khas Bawean ini, menggunakan peralatan musik tradisional yang terbuat dari kayu dan kulit (kambing, sapi, rusa). Yang terdiri dari 2 buah jenis alat musik yaitu rebana ('terbheng' bahasa Bawean) dan kendang ('thung-thung' bahasa Bawean). Pertunjukan Korcak biasanya dimainkan dalam acara-acara keagamaan seperti dalam hajatan pernikahan, sunatan, dan perayaan maulid Nabi Muhammad s.a.w dll. Nyanyian dan syair-syair dalam kesenian korcak di ambil dari kitab Barzanji, juga syair islami berbahasa Bawean. Pada jaman dahulu, kesenian korcak mekar di setiap desa dan pelosok di Pulau Bawean, yang di bentuk oleh setiap kelompok masyarakat dan pemuda sebuah kampung. Akan tetapi, pada akhirakhir ini seakan jarang dan mungkin akan mengalami kepunahan. Kesenian Korcak yang masih tetap lestari di Bawean adalah Korcak Koddhuk-koddhuk yang ada di desa Patar selamat, Sangkapura, Bawean dan Korcak Menara yang ada di desa Gunung teguh, Sangkapura, Bawean.

Kesenian korcak Koddhuk-koddhuk dan Menara yang masing-masing dari kecamatan Sangkapura Bawean ini, juga ada di Malaysia yang dibentuk oleh himpunan masyarakat tersebut. Di Batu Caves Gombak misalnya ada Korcak Koddhuk-koddhuk, dan di Kayu Ara Damansara ada Korcak Al-manar Menara. Perkumpulan group korcak tersebut selalu di undang membuat pertunjukan dalam acara-acara hajatan pernikahan warga Bawean di Malaysia. Dengan pertunjukan seni korcak tersebut tentunya membuat rindu mereka akan Pulau Bawean, juga memberi efek positif bagi lestarinya seni tradisi Korcak Bawean.

Jun 4, '07 12:48 AM untuk Pulau yang terletak di Laut Jawa, antara Pulau Jawa dan Kalimantan ini menyimpan banyak pesona. Pulau ini juga mempunyai banyak nama, antara lain Pulau Maceti dan kata Bawean konon artinya Matahari Terbit, yang dalam lidah Melayu berubah menjadi Boyan. (Catatan Budaya Sekilas) : Budaya Bawean Selain dari keindahan alam, serta kebiasaan masyarakatnya yang suka merantau hingga Singapura, Malaysia dan Vietnam, aspek budaya masyarakat Bawean juga menarik untuk diamati. Pulau yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Gresik dengan dua kecamatan yakni Sangkapura dan Tambak, merupakan tempat persinggahan berbagai suku bangsa yang membawa budayanya masing-masing hingga membaur menjadi masyarakat Bawean yang sekarang ini. Mari kita lihat keunikannya terlebih dahulu : Masyarakat Masyarakat Bawean konon merupakan perbauran dari berbagai suku di Nusantara, seperti Madura, Jawa, Sumatera (Palembang khususnya), Bugis dan Kalimantan.

Bahasa Dari segi bahasa, masyarakat Bawean menggunakan semacam dialek dari bahasa Madura, yang ditinjau dari kosakata dan lagu wicara lebih dekat dengan dialek Sumenep di belahan timur dibandingkan Bangkalan yang notabene lebih dekat jaraknya dengan Bawean. Dialek Bawean banyak dipengaruhi kosakata bahasa Inggris, Melayu, Bugis, Jawa dan lain-lain Busana Tradisional Mungkin di Jawa Timur pulau ini yang paling unik, karena untuk laki-laki menggunakan baju Teluk Belanga (sebagai pengaruh dari Sumatera). Kesenian Tradisional Dikarenakan seluruh penduduk Bawean umumnya Islam, maka kebudayaannyapun banyak diwarnai dengan nafas Islam. Beberapa aliran pencak silatpun banyak terdapat di Pulau Bawean, namun banyak yang belum tercatat didalam persatuan pencak silat Indonesia Kesenian khas Bawean antara lain : Jibul Berupa seni bercerita yang dilagukan, dengan iringan rebana, jidor dan kompang. Biasa dilakukan setelah Isya sampai menjelang Subuh. Biasanya berkisah tentang nabi-nabi. Bahasa yang dipakai biasanya dialek Bawean dan bahasa Indonesia. Dikker Kesenian ini berawal dari zikir yang kemudian menjadi bagian dari budaya setempat. Syair-syair yang dilantunkan berasal dari Barzanji, hampir serupa dengan kesenian-kesenian zikir lainya. Kercek(ng)an Sama dan sebangun dengan hadrah. Ditarikan oleh kaum hawa, dan gerakan-gerakannya didasarkan pada gerakan sholat atau membentuk lafaz Allah. Mandiring Ada dua versi tentang kata mandiring ini. Versi pertama menyatakan kalau mandiring berasal dari Mandailing, namun versi kedua menyebutkan berakar dari kalimat Bahasa Inggris, yakni My Darling. Kesenian ini berupa balas pantun yang dilakukan oleh sepasang muda-mudi, dan biasa dijadikan ajang untuk mencari jodoh dan mengungkapkan rasa kasih sayang. Kesenian-kesenian dan budaya Bawean ini juga perlu diangkat lebih luas, khususnya sebagai aset kebudayaan Jawa Timur yang sederajat dengan kesenian-kesenian lainnya, sebagaimana yang dilakukan oleh kelompok BAKU BHEI-BHEI BAWEAN, organisasi kesenian Bawean yang berupaya mengangkat budaya setempat. Bambang Priantono 040607

Sejarah Pulau Bawean Minggu, 01 Februari 2009 Nama BAWEAN muncul pada abad ke 13, nama ini di berikan oleh Prajurit Majapahit (salah satu kerajaan terbesar di nusantara) yang berlabuh di bawean setelah kapalnya terkena badai dan menyebutnya BAWEAN yang di bahasa sansakerta berarti matahari terbit. Berdasarkan manuskrip yang ada di sangkapura, pulau bawean ini sebelumnya dikenal dengan sebutan Pulau Majdi karena bentuknya bundar seperti uang logam. sebelum islam masuk ke pulau bawean, masyarakat bawean menganut paham animisme (penyembah roh dan kekuatan gaib), hal ini bisa di telusuri dari cerita adu kesaktian antara Maulana Omar Mas'od VS Raja Babileono. Raja babileono seorang penyihir animisme yang sakti mandraguna. Namun berkat pertolongan Allah SWT Omar Mas'od bisa mengalahkan raja babileono.Ada juga yang menyebut BAWEAN = babi jadian, babian ===> ini hanyalah masalah pronounciation, karena bahasa bawean mendapat unsur pengaruh dari bahasa madura dimana huruf W dibaca menjadi B. terkenal cerita bahwa Raja Babileono adalah seorang raja yang gemar memelihara babi dan mempunyai ternak babi yang banyak sekali. sehingga raja Babileono dikenal juga dengan sebutan Raja Babi. pada masyarakat animisme memelihara babi sudah menjadi biasa, bahkan hewan babi itu juga disembelih dijadikan makanan . seperti pada masyarakat Dayak di Borneo yang masih memelihara babi.

You might also like