You are on page 1of 27

BAB I SOSISALISASI PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

I. SOSIALISASI A. Pendahuluan
Manusia berbeda dari binatang. Perilaku binatang dikendalikan oleh insting/ naluri yang merupakan bawaan sejak awal kehidupannya. Binatang tidak menentukan apa yang harus dimakannya, karena hal itu sudah diatur oleh naluri. Binatang dapat hidup dan melakukan hubungan berdasarkan nalurinya. Manusia merupakan makhluk tidak berdaya kalau hanya mendandalkan nalurinya. Naluri manusia tidak selengkap dan sekuat pada binatang. Untuk mengisi kekosongan dalam kehidupannya, manusia mengembangkan kebudayaan. Manusia harus memutuskan sendiri apa yang dimakan dan juga kebiasaan-kebiasaan lain yang kemudian menjadi bagian dari kebudayaannya. Manusia mengembangkan kebiasaan tentang apa yang dimakan, sehingga terdapat perbedaan makanan pokok di kelompok/ masyarakat. Demikian juga dalam hal hubungan antara laki-laki dengan perempuan, kebiasaan yang berkembang dalam setiap kelompok menghasilkan bermacam-macam sistem pernikahan dan kekerabatan yang berbeda satu dengan lainnya. Dengan kata lain, kebiasaan-kebiasaan pada manusia/ masyarakat diperoleh melaluii proses belajar, yang disebut sosialisasi. Definisi Sosialisasi 1. Definisi menurut para ahli: a. Peter. L. Berger : Sosialisasi adalah suatu proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. b. Robert. M. Z. Lawang : Sosialisasi adalah proses mempelajari nilai, norma, peran, dan persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan seseorang dapat berpartisipasi secara efektif dalam kehidupan sosial. c. Charlotte Buhler : Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu dalam belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. d. Bruce. J. Cohen :
| TUGAS SOSIOLOGI 1

Sosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota suatu kelompok. e. Prof. Dr. Nasution, S.H. : Sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam dunia sosial (sebagai warga masyarakat yang dewasa). f. Sukandar Wiraatmaja : Sosialisasi adalah proses belajar mulai bayi untuk mengenal dan memperoleh sikap, pengertian, gagasan, dan pola tingkah laku yang disetujui oleh masyarakat. g. Jack Levin dan James Spates : Sosialisasi adalah poses pewarisan dan pelembagaan kebudayaan ke dalam kepribadian individu. h. John. C. Macionis : Sosialisasi adalah pengalaman sosial seumur hidup, di mana individu dapat mengembangkan potensinya dan mempelajari pola-pola kehidupan masyarakat. 2. Definisi lainnya: a. Sosialisasi adalah proses belajar berinteraksi dalam masyarakat sesuai dengan peranannya masing-masing. b. Sosialisasi adalah proses membantu individu melalui belajar menyesuaikan diri, bagaimana cara berpikir dan bagaimana cara hidup dalam lingkungannya, agar dapat berperan dan berfungsi bagi lingkungan hidupnya. 3. Kesimpulan: Sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan partisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial. Tujuan Sosialisasi: 1. Individu harus diberi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan bagi kehidupannya. 2. Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuan dirinya, seperti: membaca, menulis, dan berbicara. 3. 4. Pengendalian fungsi organik yang dipelajari melalui mawas diri yang tepat. Bertingkah laku selaras dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat umum, baik vertikal maupun horizontal.

B. Media/ Agen Sosialisasi


| TUGAS SOSIOLOGI 2

Media/ agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi. Media/ agen sosialisasi dibagi 2 kelompok sosialisasi, yaitu: sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder. 1. Sosialisasi primer (0-5 tahun) Keluarga merupakan media sosialisasi anak yang pertama sebelum anak melakukan sosialisasi di lingkungan lain. Di keluarga seorang anak ditanamkan nilai-nilai atau norma yang berguna bagi kelangsungan kehidupan anak selanjutnya. Nilai dan norma yang disosialisasikan di keluarga adalah nilai dan norma dasar yang diperlukan oleh seseorang agar nanti dapat berinteraksi dengan orang-orang dalam masyarakat yang lebih luas. Pihak yang terlibat (significant other), yaitu: a. b. c. Pada keluarga inti ada ayah, ibu, saudara kandung. Pada keluarga luas ada nenek, kakek, paman, bibi. Pada masyarakat menengah perkotaan sejalan dengan meningkatnya partisipasi kerja perempuan, yaitu ada baby sitter, pembantu rumah tangga, petugas pada penitipan anak, guru pada play gorup, dll. 2. a. Sosialisasi sekunder (sesudah keluarga) Kelompok peretemanan Proses sosialisasi yang berlangsung dengan teman sepermainan berbeda dengan yang terjadi dalam lingkungan keluarga yang melibatkan hubungan yang tidak sejajar. Dalam lingkungan sepermainan, seorang anak belajar berinteraksi dengan orang-orang yang sederajar karena mereka sebaya. Peran positif kelompok sepermainan/ persahabatan: Memberi rasa aman dan rasa yang dianggap penting dalam kelompok yang berguna bagi pengembangan jiwa. Menumbuhkan dengan baik kemandirian dan kedewasaan. Tempat yang baik untuk mencurahkan berbagai perasaan: kecewa, takut, khawatir, suka ria, dan sebagainya, termasuk cinta. Merupakan tempat yang baik untuk mengembangkan keterampilan sosial, seperti: kemampuan memimpin, menyamakan persepsi, mengelola konflik, dsb. Tentu ada peran kelompok persahabatan yang negatif, seperti perilaku-perilaku yang berkembang di lingkungan delinquen (menyimpang), misalnya gang. b. Sistem/ lingkungan pendidikan Di sekolah pada umumnya anak-anak mempelajari hal-hal yang belum dipelajari di lingkungan keluarga maupun di lingkungan teman sepermainan. Sekolah menyiapkan
| TUGAS SOSIOLOGI 3

anak untuk menguasai peranan-peranan bagi masa depannya agar anak dapat hidup mandiri dan tidak menggantungkan diri kepada orang lain. Fungsi sekolah sebagai media sosialisasi, antara lain: c. Mengenali dan mengembangkan karakteristik diri, seperti: bakat, minat, dan kemampuan. Melestarikan kebudayaan. Merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran keterampilan berbicara dan pengembangan kemampuan berpikir kritis, analisis, rasional, dan objektif. Memperkaya kehidupan dengan cakrawala intelektual serta cita rasa keindahan. Mengambangkan kemampuan menyesuaikan diri dan kemandirian. Membelajarkan tentang hidup sehat, prestasi, universalisme, spesifitas, dll.

Sistem/ lingkungan kerja Di lingkungan kerja, seseorang juga belajar tentang nilai, norma, dan cara hidup. Tidaklah berlebihan apabila dinyatakan bahwa cara dan prosedur kerja di lingkungan militer berbeda dengan di lingkungan sekolah/ perguruan tinggi. Seorang anggota tentara akan bersosialisasi dengan cara kerja lingkungan militer dengan garis komando yang tegas. Dosen/ guru lebih banyak bersosialisasi dengan iklim kerja yang lebih demokratis.

d.

Media massa Media massa dapat berbentuk media cetak (surat kabar dan majalah) dan media elektronik ( TV, radio, Film, dsb). Media tersebut merupakan alat komunikasi yang dapat menjangkau masyarakat luas. Media massa berfungsi sebagai media sosialisasi yang berpengaruh terhadap perilaku masyarakat.

C. Bentuk-Bentuk Sosialisasi
1. Sosialisasi berdasar tipenya terbagi atas : Sosialisasi formal, yaitu sosialisasi yang dilakukan melalui lembaga-lembaga berwenang menurut ketentuan negara atau melalui lembaga-lembaga yang dibentuk menurut undang-undang dan peraturan pemerintah yang berlaku. Sosialisasi informal, yaitu sosialisasi yang bersifat kekeluargaan, pertemanan atau sifatnya tidak resmi. 2. Sosialisasi berdasar bentuknya terbagi atas : Sosialisasi primer, yaitu sosialisasi paling awal yang diterima individu dari lingkungan sosial terdekatnya. Umumnya agen sosialisasi adalah anggota keluarga , misalnya dari ayah, ibu, kakak, kakek, nenek, paman atau pun paman dan bibi.
| TUGAS SOSIOLOGI 4

Sosialisasi sekunder, merupakan sosialisasi lanjutan untuk memperkenalkan individu ke lingkungan di luar keluarga. Misalnya lingkungan sekolah dan warga masyarakat lingkungan sekitar tempat tinggal. Agen sosialisasi bisa teman sekolah, guru, teman bermain, bapak-bapak dan ibu-ibu tetangga tempat tinggal.

3.

Sosialisasi berdasarkan polanya terbagi atas : Sosialisasi represif, yaitu sosialisasi yang menekankan penggunaan hukuman terhadap kesalahan yang dilakukan individu dalam rangka menjalani kehidupan di masyarakatnya. Ciri : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Menghukum perilaku yang keliru Hukuman dan imbalan meteriil Kepatuhan anak kepada orang tua Komunikasi sebagai perintah Komunikasi nonverbal Sosialisasi berpsat pada ortu Anak memerhatikan harapan ortu Didominasi oleh orang tua ( ayah )

Sosialisasi partisipasif, yaitu sosialisasi di mana anak diberi hadiah ketika berperilaku baik, menekankan pada keikutsertaan individu dalam proses sosial. Ciri : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Memberi imbalan bagi perilaku baik Hukuman dan imbalan simbolik Otonomi pada anak Komunikasi sebaai interaksi Komunikasi verbal Sosialisasi berpusat pada anak Orang tua memerhatikan keinginan anak Memiliki tujuan yang sama

D. Tahap-tahap Sosialisasi
1. Pemikiran George Hebert Mead Pemikiran Mead dikenal dengan Role Theory (teori mengenai peran), di mana Mead mengemukakan bahwa proses sosialisasi yang dilakukan oleh manusia adalah melalui peranperan yang harus dijalankan oleh individu. Melalui penguasaan peran yang ada dalam
| TUGAS SOSIOLOGI 5

masyarakat, maka seorang individu dapat berinteraksi dengan orang lain. Pengembangan diri manusia melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain berjalan secara bertahap mulai dari tahap prepatory stage, play stage, game stage, dan generalized other. a. Preparetory Stage Tahap persiapan, suatu tahapan yang dialami oleh seseorang sejak dia dilahirkan. Ia dipersiapkan untuk mengenal kehidupan sosial untuk memperoleh pemahaman diri. Merupakan kegiatan meniru tidak sempurna. Orang-orang di lingkungan keluarga berperan besar dalam kegiatan ini. Misalnya ketika ibu menyuapi anak ia mengatakan makan dan anak meniru dengan kata mam, atau ibu mengajarkan anak berjalan dengan memegang kedua tangannya dan berkata taa-tah untuk menggantikan kata jalan. b. Play Stage Tahap anak belajar mengambil peran (meniru) orang-orang yang berada di sekitarnya (significant other) namun anak belum memahami peranan tersebut. Pada tahap ini kegiatan meniru peran-perang orang dewasa yang ada disekitarnya semakin sempurna. Walaupun anak telah menjalankan peran-peran tersebut akan tetapi mereka belum sepenuhnya memahami makna-makna peran yang ditirunya. c. Game Stage Tahap seorang anak tidak hanya mengetahui peran yang harus dijalankannya, akan tetapi anak telah pula mengetahui peran yang harus dijalankan oleh orang lain. Contoh ketika seorang remaja bertanding basket, ia bukan hanya tahu peran dirinya dan teman satu timnya akan tetapi ia pun mengetahui peran dari tim lawan termasuk peran hakim, penjaga garis dan penonton. Pada tahap ini individu sudah memahami makna dari peran-peran yang ada. d. Generalized Other Tahap ini menunjukkan seorang anak telah mampu mengambil peran-peran orang lain yang lebih luas tidak sekedar orang terdekat. Termasuk peran orang yang tidak berinteraksi dengannya. Sebagai contoh walaupun banyak orang belum pernah bertemu langsung dengan presiden SBY, akan tetapi mereka mengetahui peran SBY sebagai Presiden Republik Indonesia. Contohnya, sewaktu kecil seorang anak beberapa kali bertindak tidak sesuai norma, orang di sekitarnya menganggap anak itu nakal. Karena dianggap nakal, maka si anak membentuk konsepsi dirinya sebagai anak nakal dan bertindak seperti anak nakal. B. Pemikiran Charles Horton Cooley

| TUGAS SOSIOLOGI

Pemikiran Cooley terkenal dengan Looking Glass-self (cermin diri) yang menekankan pentingnya interaksi dalam sosialisasi. Menurut Mead, seorang individu berkembang melalui tiga tahap, yaitu: a. b. c. Persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya. Persepsi mengenai penilaian orang terhadap penampilannya. Perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya.

Contoh: seorang murid merasa dirinya pandai karena selalu menadapatkan rangking satu di kelasnya. Dengan kepandaiannya itu, ia selalu diminta gurunya untuk mengikuti perlombaan. Oleh karena itu, setiap tindakan yang dilakukannya selalu mendapat pujian dan komentar yang baik. Dengan adanya penilaian tersebut, maka seorang anak akan merasa dirinya pandai dan menimbulkan perasaan bangga. Selain itu, penilaian juga berlaku bagi seorang anak yang mendapatkan predikat sebagai anak yang nakal, bodoh, dan bandel. Maka, anak itu selalu menganggap bahwa setiap tindakan yang dilakukannya itu salah, sehingga menimbulkan penilaian yang buruk bagi anak tersebut. Akibatnya, anak itu merasa dirinya nakal, bandel, dan bodoh juga.

II. KEPRIBADIAN
A. 1.

Definisi Kepribadian
Definisi menurut para ahli: a. Koentjaraningrat: Kepribadian adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku tiap manusia. Kepribadian adalah ciri-ciri watak seseorang yang konsisten sebagai indentitas dirinya yang khusus. b. Aliport: Kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem psikofisis dalam diri individu yang menentukan keunikan penyesuaian terhadap lingkungan. c. Yinger: Kepribadian adalah keseluruhan perilaku seseorang dengan sistem

kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi/ perpaduan yang utuh dari sikap, sifat, pola pikir, emosi, dan nilai-nilai yang mempengaruhi seseorang, agar ia berbuat sesuai dengan norma yang diharapkan. d. M.A.W. Brower:

| TUGAS SOSIOLOGI

Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini, dan sikap seseorang. e. Theodore. R. Newcombe: Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap (predisposition) yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku. f. Cuber: Kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang. g. Roucek dan Warren Kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku seorang individu. 2. Kesimpulan: Kepribadian adalah hasil dari sosialisasi, sehingga kepribadian seseorang terbentuk, hidup, dan berubah sejalan dengan berlangsungnya sosialisasi.

B. 1.

Faktor-faktor dalam Pengembangan Kepribadian


Warisan Biologis (keturunan) Menurut Horton, banyak orang yang percaya bahwa kepribadian seseorang tiidak lebih

dari sekadar penampilan warisan biologisnya. Karakteristik kepribadian seperti ketekunan, ambisi, kejujuran, kriminalitas, kelainan seksual, dan ciri yang lain dianggap timbul dari kecenderungan-kecenderungan turunan/ warisan. Oleh karena itu, beberapa penelitian menunjukkan, bahwa IQ seorang anak lebih mirip dengan IQ orangtua kandungnya daripada orangtua angkatnya. 2. Lingkungan fisik (tempat tinggal) Keadaan geografis hanya mempengaruhi tingkah laku akibat terdapatnya batasan-batasan kegiatan yang bisa dilakukan manusia pada tempat bersangkutan. Misalnya, para nelayan mengetahui kapan keadaan laut tidak menguntungkan untuk memperoleh ikan yang banyak. 3. Pengalaman kelompok dari individu Perkembangan kepribadian seseorang juga dipengaruhi oleh kelompok-kelompok yang diikutinya. Mula-mula kelompok keluarga adalah kelompok terpenting yang dikenal anak. Di dalam keluarga, anak mulai mengenal nilai-nilai dan norma-norma sosial. Selanjutnya, anak akan bergaul dengan kelompok primer lainnya, misalnya kelompok sebaya. Lalu, proses identifikasi mulai beralih dari kelompok sebaya. 4. Pengalaman yang unik dari individu
| TUGAS SOSIOLOGI 8

Setiap orang pernah mendapatkan pengalaman yang serupa dalam beberapa hal, dan berbeda dalam beberapa hal lainnya. Pengalaman yang dihadapi setiap orang unik. Tidak ada pengalaman dua orang yang sama secara sempurna. 5. Lingkungan kebudayaan. Ada beberapa tipe kebudayaan khusus yang mempengaruhi kepribadian, antara lain: Kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan. Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda. Kebudayaan khusus kelas sosial. Kebudayaan khusus atas dasar agama. Kebudayaan khusus atas dasar pekerjaan/ keahlian.

C.

Tahap-tahap Pengembangan Kepribadian sebagai Hasil Sosialisasi


Perkembangan kepribadian terus berlangsung dalam diri seseorang, lahir sampai dewasa.

Perkembangan kepribadian seseorang dapatberlangsung melalui beberapa tahap atau fase. 1. Fase Pertama Fase pertama dimulai sejak anak berusia satu sampai dua tahun, ketika anak mulai mengenal dirinya sendiri. Pada fase ini, kita dapat membedakan kepribadian seseorang menjadi dua bagian penting, yaitu sebagai berikut: a. Bagian yang pertama berisi unsur-unsur dasar atas berbagai sikap yang disebut dengan attitudes yang kurang lebih bersifat permanen dan tidak mudah berubah dikemudian hari. Unsur-unsur itu adalah struktur dasar kepribadian(basic personality structure)dan capital personality. Kedua unsur ini merupakan sifat dasar dari manusia yang telah dimiliki sebagai warisan biologis dariorang tuanya. b. Bagian kedua berisi unsur-unsur yang terdiri atas keyakinan-keyakinan/anggapan-

anggapan yanglebih fleksibel yang sifatnya mudah berubah atau dapatditinjau kembali di kemudian hari. 2. Fase Kedua Fase ini merupakan fase yang sangat efektif dalam membentuk dan mengembangkan bakat-bakat yang ada pada diri seorang anak. Fase ini diawali dari usia dua sampai tiga tahun. Fase ini merupakan fase perkembangan di mana rasa aku yang telah dimiliki seorang anak mulai berkembang karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada di lingkungannya, termasukstruktur tata nilai maupun struktur budayanya. Fase ini berlangsung relatif panjang hingga anak menjelang masa kedewasaannya sampai kepribadian tersebut mulai tampak dengan tipe-tipe perilaku yang khas yang tampak dalam hal-hal berikut ini:
| TUGAS SOSIOLOGI 9

a.

Dorongan-Dorongan (Drives) Unsur ini merupakan pusat dari kehendak manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang selanjutnya akan membentuk motif-motif tertentu untuk mewujudkan suatu keinginan. Drives ini dibedakan atas kehendak dan nafsu-nafsu. Kehendak merupakan dorongandorongan yang bersifat kultural, artinya sesuai dengan tingkat peradaban dan tingkat perekonomian seseorang. Sedangkan nafsu-nafsu merupakan kehendak yang terdorong oleh kebutuhan biologis, misalnya nafsu makan, birahi (seksual), amarah, dan yang lainnya.

b.

Naluri (Instinct) Naluri merupakan suatu dorongan yang bersifat kodrati, yang melekat dengan hakikat makhluk hidup. Misalnya, seorang ibu mempunyai naluri yang kuat untuk mempunyai anak, mengasuh, dan membesarkan hingga dewasa. Naluri ini dapat dilakukan pada setiap makhluk hidup tanpa harus belajar lebih dahulu seolah-olah telah menyatu dengan hakikat makhluk hidup.

c.

Getaran Hati (Emosi) Emosi atau getaran hati merupakan sesuatu yang abstrak yang menjadi sumber perasaan manusia. Emosi dapat menjadi pengukur segala sesuatu yang ada pada jiwa manusia, seperti senang, sedih, indah, serasi, dan yang lainnya.

d.

Perangai Perangai merupakan perwujudan dari perpaduan antara hati dan pikiran manusia yang tampak dari raut muka maupun gerak-gerik seseorang. Perangai ini merupakan salah satu unsur dari kepribadian yang mulai riil, dapat dilihat, dan diidentifikasi oleh orang lain.

e.

Inteligensi (Intelligence Quetient-IQ) Inteligensi adalah tingkat kemampuan berpikir yang dimiliki oleh seseorang. Sesuatu yang termasuk dalam intelegensi adalah IQ, memori-memori pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh seseorang selama melakukan sosialisasi.

f.

Bakat (Talent) Bakat pada hakikatnya merupakan sesuatu yang abstrak yang diperoleh seseorang karena warisan biologis yang diturunkan oleh leluhurnya, seperti bakat seni, olahraga, berdagang, berpolitik, dan lainnya. Bakat merupakan sesuatu yang sangat mendasar dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan yang ada pada seseorang. Setiap orang memiliki bakat yang berbeda-beda, walaupun berasal dari ayah dan ibu yang sama.

3.

Fase Ketiga

| TUGAS SOSIOLOGI

10

Pada proses perkembangan kepribadian seseorang, fase ini merupakan fase terakhir yang ditandai dengan semakin stabilnya perilaku-perilaku yang khas dari orang tersebut.Pada fase ketiga terjadi perkembangan yang relatif tetap, yaitu dengan terbentuknya perilaku-perilaku yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak.Setelah kepribadian terbentuk secara permanen, maka dapat diklasifikasikan tiga tipe kepribadian, yaitu kepribadian normatif, kepribadian otoriter, dan kepribadian perbatasan. a. Kepribadian Normatif (Normative Man) Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang ideal, di mana seseorang mempunyai prinsip-prinsip yang kuat untuk menerapkan nilai-nilai sentral yang ada dalam dirinya sebagai hasil sosialisasi pada masa sebelumnya. Seseorang memiliki kepribadian normatif apabila terjadi proses sosialisasi antara perlakuan terhadap dirinya dan perlakuan terhadap orang lain sesuai dengan tata nilai yang ada di dalam masyarakat. Tipe ini ditandai dengan kemampuan menyesuaikan diri yang sangat tinggi dan dapat menampung banyak aspirasi dari orang lain. b. Kepribadian Otoriter (Otoriter Man) Tipe ini terbentuk melalui proses sosialisasi individu yang lebih mementingkan kepentingan diri sendiri dari pada kepentingan orang lain. Situasi ini sering terjadi pada anak tunggal, anak yang sejak kecil mendapat dukungan dan perlindungan yang lebih dari lingkungan orang-orang di sekitarnya, serta anak yang sejak kecil memimpin kelompoknya. c. Kepribadian Perbatasan (Marginal Man) Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang relatif labil, di mana ciri khas dari prinsip-prinsip dan perilakunya seringkali mengalami perubahan-perubahan, sehingga seolah-olah seseorang itu mempunyai lebih dari satu corak kepribadian. Seseorang dikatakan memiliki kepribadian perbatasan apabila orang ini memilik idualisme budaya, misalnya karena proses perkawinan/ karena situasi tertentu hingga mereka harus mengabdi pada dua struktur budaya masyarakat yang berbeda.

D.

Hubungan antara Kepribadian Sosialisasi dengan Kebudayaan


Kebudayaan dan kepribadian jelas ada hubungannya, karena perbedaan kebudayaan

sangat berpengaruh pada pembentukan kepribadian seseorang. Akibatnya, kepribadian seorang individu berkembang dalam kebudayaan tertentu, akan mempunyai pola fisik menurut kebudayaan itu.

| TUGAS SOSIOLOGI

11

Selain itu, ada juga faktor kebudayaan yang mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, antara lain: 1. Pengaruh kebudayaan menurut lapisan sosial Misalnya, orang-orang sederhana biasanya berjiwa polos/ lugu karena kehidupan sehariharinya tidak memerlukan banyak tata cara, seperti kalangan atas. 2. Pengaruh kebudayaan menurut jenis kelamin Misalnya, di Indonesia, corak pekerjaan yang dianggap paling sesuai dengan kaum wanita adalah pekerjaan yang halus, bukan pekerjaan kasar yang mengandalkan otot, seperti kaum lelaki. 3. Pengaruh kebudayaan menurut lapangan kerja Misalnya, seorang militer umumnya keras/ tegas, sementara guru pada umumnya hatihati dan penuh pertimbangan. 4. Pengaruh kebudayaan daerah Misalnya, orang Batak dan Minang berjiwa dagang , sementara orang Sunda bersifat humoris . 5. Pengaruh budaya material dan non-material Misalnya: a. b. Orang bisa datang tepat waktu karena memiliki jam. Orang jadi alim sejak bertempat tinggal dekat Masjid.

E.

Tipe Kebudayaan Khusus yang Mempengaruhi Kepribadian


Ada beberapa tipe kebudayan khusus yang mempengaruhi kepribadian, antara lain: Kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan Kita menjumpai kepribadian yang berbeda dari individu-individu yang merupakan

1.

anggota-anggota suatu masyarakat tertentu. Hal itu bisa disebabkan karena masing-masing tinggal di daerah yang berlainan, dengan kebudayaan yang berbeda pula. Misalnya, jiwa dagang merupakan ciri-ciri yang tampak pada orang-orang yang berasa; dari ranah Minang. 2. Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda Ciri khas yang dapat dilihat pada anggota masyarakat yang hidup di kota besar pada umumnya bersifat individualistik. Oorang desa lebih menampakkan diri sebagai masyarakat yang mempunyai sikap gotong-royong yang sangat tinggi. 3. Kebudayaan khusus kelas sosial Biasanya, setiap kelas sosial mengembangkan kebudayaan yang berbeda, yang pada akhirnya menghasilkan kepribadian yanbg berbeda pula pada masing-masing anggotanya.
| TUGAS SOSIOLOGI 12

Misalnya, orang-orang yang berasal dari kelas atas mempunyai kebiasaan menggunakan waktu liburannya dengan bertamasya ke luar negeri, serta menggunakan bahasa yang berbeda pula dengan kelas sosial lainnya. 4. Kebudayaan khusus atas dasar agama Agama juga mempunyai pengaruh yang besar untuk membentuk kepribadian seseorang. Adanya mazhab-mazhab tertentu dalam suatu agama dapat melahirkan kepribadian yang berbeda-beda di kalangan anggota-anggota mazhab yang berlainan tersebut. 5. Kebudayaan khusus atas dasar pekerjaan/ keahlian/ profesi Pekerjaan/ keahlian juga mempunyai pengaruh terhadap kepribadian. Contoh, kepribadian seorang guru dengan militer berbeda. Profesi-profesi tersebut mempunyai cara yang berbeda dalam mendidik anak dan dalam cara bergaul.

| TUGAS SOSIOLOGI

13

BAB II Perilaku Menyimpang dan Pengendalian Sosial


I. PERILAKU MENYIMPANG dan ANTI SOSIAL A. Pendahuluan
Perilaku menyimpang menyiratkan kesan, meskipun tidak ada masyarakat yang seluruh warganya dapat menaati dengan patuh seluruh aturan norma sosial yang berlaku, tetapi apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang, maka hal itu dianggap telah mencoreng aib diri sendiri, keluarga, maupun komunitas besarnya. Sumbangan sosiologi cukup signifikan dalam memetakan berbagai bentuk penyimpangan perilaku dan reaksi masyarakat yang ditimbulkannya. Kajian tentang perilaku menyimpang dipelajari oleh sosiolog karena berkaitan dengan pelanggaran terhadap norma-norma sosial dan nilai-nilai kultural yang telah ditegakkan oleh masyarakat. Selain itu, melalui teori dan hasil-hasil penelitian yang dikembangkannya, sosiologi membantu masyarakat untuk dapat menggali akar-akar penyebab terjadinya tindakan menyimpang. Upaya untuk menghentikan/ paling tidak menahan bertambahnya penyimpangan perilaku, dapat dipelajari pula melalui kajian tentang lembaga kontrol sosial dan efektivitasnya dalam mencegah terjadinya tindakan tersebut. Secara sederhana kita dapat mengatakan, bahwa seseorang berperilaku menyimpang apabila menurut anggapan besar masyarakat perilaku/ tindakan tersebut di luar kebiasaan, adat-istiadat, aturan, nilai-nilai, atau norma sosial yang berlaku. Tindakan menyimpang yang diilakukan orang-orang tidak selalu berupaa tindakan kejahatan besar, seperti merampok, korupsi, menganiaya, atau membunuh. Melainkan, bisa pula cuma berupa tindakan pelanggaran kecil-kecilan, semacam berkelahi dengan teman, suka meludah di sembarang tempat, makan dengan tangan kiri, dsb. Definisi Perilaku Menyimpang 1. Definisi para ahli a. James Vanden Zanden Penyimpangan adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi. b. Robert. M.Z. Lawang Perilaku yang menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari normanorma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka
| TUGAS SOSIOLOGI 14

yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu. c. Bruce. J. Cohen Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masayarakat, kelompok tertentu dalam masyarakat. d. Paul. B. Horton Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap mprma-norma kelompok/ masyarakat. 2. Kesimpulan: Perilaku menyimpang adalah semua perbuatan/ aktivitas yang menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Ciri-ciri perilaku menyimpang Paul. B. Horton mengemukakan, bahwa penyimpangan memiliki 6 ciri pokok, sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Penyimpangan harus dapat didefinisikan Penyimpangan bisa diterima, bisa juga ditolak Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak Penyimpangan terhadap budaya nyata/ budaya ideal Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan

Akibat negatif dari perilaku menyimpang 1. 2. 3. 4. 5. 6. Merugikan individu Merusak moral dan mental Mengganggu kesehatan dan ketenangan Melemahkan semangat hidup Menimbulkan penyakit dahsyat Penganiayaan dan perselisihan/ konflik sosial

B. Teori-teori Penyimpangan Sosial


Dalam sosiologi dikenal berbagai teori yang membahas perilaku menyimpang, yaitu Teori differential association, Terori Labelling, Teori Merton, Teori Fungsi, dan Teori Konflik, Teori Pengendalian. 1. Teori Differential Association (Edwin. H. Sutherland) Teori ini menyatakan, bahwa perilaku menyimpang merupakan perilaku yang disebabkan karena hubungan diferensiasi (pergaulan dengan sekelompok orang yang telah menyimpang).
| TUGAS SOSIOLOGI 15

Dalam hal ini, seseorang harus mempelajari terlebih dahulu, bagaimana cara menjadi seorang yang menyimpang. Proses pembelajaran ini terjadi akibat interaksi sosial antara seseorang dengan orang lain. Misalnya, pecandu narkoba, sebelum menjadi pecandu, biasanya mereka berinteraksi dengan para pemakai narkoba dan secara tidak langsung mempelajari kebiasaan terebut, sehingga lama-kelamaan menjadi pecandu narkoba. 2. Teori Labelling (Edwin. H. Lemert) Teori ini menjelaskan bahwa perilaku menyimpang terjadi karena pemberian julukan/ pelabelan. Maksudnya adalah pemberian julukan/ cap yang biasanya negatif kepada seseorang yang telah melakukan penyimpangan primer (primer deviation). Misalnyal: a. Pencuri, penipu, pemerkosa, pemabuk, dan sebagainya. Sebagai tanggapan terhadap cap itu, si pelaku penyimpangan kemudian mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangannya itu, sehingga terjadi dengan penyimpangan sekunder (secondary deviation). b. Seorang siswa yang ketahuan membolos sekolah, sehingga dicap sebagai anak nakal. Karena pemberian label itu, maka apapun yang dilakukan siswa tersebut dianggap negatif dan mendorong siswa tersebut untuk melakukan perbuatan itu terus-menerus. 3. Teori Tipologi Adaptasi (Robert. K. Merton) Menurut teori ini, struktur sosial bukan hanya menghasilkanperilaku yang konformis saja, tetapi juga menghasilkan perilaku menyimpang. Dalam hal ini, Merton mengemukakan tipologi cara-cara adaptasi terhadap situasi, yaitu: a. Konformitas Cara yang paling banyak dilakukan. b. Inovasi Cara di mana perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat, dengan memakai cara yang dilarang oleh masyarakat. c. Ritualisme Perilaku seseorang yang telah meninggalkan tujuan budaya, namun masih tetap berpegang teguh pada cara-cara yang telah digariskan masyarakat. d. Retreatism (pengasingan diri) Bentuk adaptasi, di mana perilaku seseorang tidak mengikuti cara untuk meraih tujuan budaya. Contoh: orang yang menderita gangguan jiwa, gelandangan, pemabuk, dan pecandu obat bius. e. Rebellion (pemberontakan)

| TUGAS SOSIOLOGI

16

Suatu bentuk adaptasi, di mana orang tidak lagi mengakui struktur sosial yang ada dan beruapaya menciptakan suatu struktur sosial yang lain. 4. Teori Fungsi (Emile Durkheim) Menurut teori ini, keseragaman dalam kesadaran moral semua anggotamasyarakat tidak dimungkinkan karena setiap individu berbeda satu sama lain. Perbedaan-perbedaan itu antara laindipengaruhi oleh faktor lingkungan, fisik, dan keturunan.Oleh karena itu dalam suatu masyarakat orang yang berwatak jahat akan selalu ada, dan kejahatanpun juga akanselalu ada. Durkheim bahkan berpandangan bahwa kejahatan perlu bagi masyarakat, karena dengan adanya kejahatan, maka moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal. Misalnya, UU Nomor 23 Tahun 2005 tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Aturan ini tercipta karena banyaknya kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga, baik terhadap anak maupun istri. 5. Teori Konflik (Karl Marx) Menurut teori ini, apa yang merupakan perilaku menyimpang didefinisikan/ diciptakan oleh kelompok-kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi kepentingan mereka sendiri. Pandangan ini juga mengatakan bahwa hukum merupakan cerminan kepentingan kelas yang berkuasa dan sistem peradilan pidana mencerminkan nilai dan kepentingan mereka. Oleh sebab itu, orang yang dianggap melakukan tindak pidana dan yang terkena hukuman biasanya lebih banyak terjadi di kalangan orang miskin. Ada dua macam konflik dalam teori ini, yaitu: a. Teori konflik budaya Hal ini terjadi apabila dalam suatu masyarakat terdapat sejumlah kebudayaan khusus (etnik, agama, kebangsaan, dan kedaerahan) yang berbeda, sehingga menciptakan kondisi tidak adanya norma. Misalnya, para tenaga kerja wanita di Indonesia yang sering mendapat perlakuan diskriminatif dari pihak-pihak tertentu seperti di terminal pemberangkatan yang dibedakan dari penumpang lain, padahal tujuan perjalanan mereka sama dengan penumpang lain. b. Teori konflik kelas sosial Para penganut teori sosial menolak model kesepakatan pada masyarakat yang stabil dan terintegerasi, yang anggota-anggotanya menyepakati nilai-nilai tertentu. Mereka memandang kesepakatan nilai sebagai mitor yang diciptakan secara halus oleh mereka yang berkuasa demi kepentingan mereka sendiri, karena hal tersebut akan membuat nilai mereka seolah-olah merupakan nilai semua orang. 6. Teori Pengendalian
| TUGAS SOSIOLOGI 17

Kebanyakan orang menyesuaikan diri dengan nilai dominan, karena adanya pengendalian dari dalam maupun luar diri. Dalam masyarakat konvensional, terdapat empat yang mengikat individu terhadap norma masyarakat, yaitu: a. Kepercayaan Mengacu pada norma yang dihayati. b. Ketanggapan Sikap tanggap seseorang terhadap pendapat orang lain, berupa kepekaan terhadap kadar penerimaan orang konformis. c. Keterikatan (komitmen) Berhubungan dengan berapa banyak imbalan yang diterima seseorang atas perilakunya yang konformis. d. Keterlibatan Mengacu pada kegiatan seseorang dalam berbagai lembaga masyarakat, seperti majelis taklim, sekolah, dan organisasi-organisasi.

C. Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang


1. Berdasarkan Jumlah Individu yang Terlibat a. Penyimpangan individu Penyimpangan ini dilakukan oleh seseorang yang telah mengabaikan dan menolak norma-norma yang telah berlaku dengan mantap dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, tindakan mencuri/ merampok yang dilakukan sendirian, mencopet di dalam bus, menghipnotis orang lain dan mengambil barang berharga dari korbannya, dll. Untuk jenis mpenyimpangan individu ini, masyarakat memberikan julukan tertentu sesuai dengan kadar penyimpangannya, seperti: Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuhpada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannyayang kurang baik. Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taatpada peringatan orang-orang. Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggarnorma-norma umum yang berlaku. Misalnya orang yangmelanggar rambu-rambu lalu lintas pada saat di jalan raya. Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karenamengabaikan norma-norma umum sehingga menim- bulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.Misalnya pencuri, penjambret, penodong, dan lain-lain. Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat, dan berlagak membela.
| TUGAS SOSIOLOGI 18

b. Penyimpangan kelompok Penyimpangan kelompok terjadi apabila perilaku menyimpang dilakukan bersamasama dalam kelompok tertentu. Penyimpangan ini terjadi dalam sub kebudayaan menyimpang yang umumnya telah memiliki norma, nilai, sikap, dan tradisi sendiri, sehingga cenderung untuk menolak norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yang lebih luas. Contohnya kelompok orang yang menyelundupkan serta menyalah-

gunakan narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya, teroris, kelompok preman, dan separatis. c. Penyimpangan campuran Sebagian remaja yang putus sekolah (penyimpangan individual) dan pengangguran yang frustasi (penyimpangan individual), biasanya merasa tersisih dari pergaulan dankehidupan masyarakat. Mereka sering berpikir seperti anak orang berkecukupan, yang akhirnya menempuh jalan pintas untuk hidup enak. Di bawah pimpinan seorang tokoh yang terpilih karena kenekatan dan kebrutalannya, mereka berkelompok dalam organisasi rahasia (penyimpangan kelompok) dengan memiliki norma yang mereka buat sendiri. Pada dasarnya, norma yang mereka buat bertentangandengan norma yang berlaku umum di masyarakat. Penyimpangan seperti itu ada yang dilakukan oleh suatu golongan sosial yang memiliki organisasi yang rapi, sehingga individu ataupun kelompok di dalamnya taat dan tunduk kepada norma golongan yang secara keseluruhan mengabaikan norma yang berlaku. Misalnya, gank-gank anak nakal. Kelompok semacam itu dapat berkembang menjadi semacam kelompok mafia dunia kejahatan yang terdiri atas preman-preman yang sangat meresahkan masyarakat. 2. Penyimpangan yang Berdasarkan Jangka Waktu Tertentu a. Penyimpangan primer Penyimpangan yang bersifat se,emtara dan orang yang melakukan penyimpangan primer masih tetap dapat diterima oleh masyarakat, termasuk kelompok sosialnya. Penyimpangan ini biasanya tidak akan dilakukannya lagi, serta tidak banyak memberikan kerugian bagi masyarakat sekitar. Misalnya, terkena razia polisi karena tidak membawa/ mempunyai Surat Izin Mengemudi (SIM), anak yang suka merokok, seorang siswa yang terlambat masuk sekolah karena ban sepeda motornya bocor, seseorang yang menunda pembayaran pajak karena alasan keuangan yang tidak mencukupi, pengemudi kendaraan bermotor yang sesekali melanggarrambu-rambu lalu lintas, dll. b. Penyimpangan sekunder
| TUGAS SOSIOLOGI 19

Penyimpangan yang dilakukan secara terus-menerus, meskipun sanksi telah diberikan. Dalam penyimpangan ini, seseorang secara khas memperlihatkan perilaku menyimpang yang secara umum dikenal sebagai seorang yang menyimpang. Masyarakat tidak dapat menerima dan tidak menghendaki individu semacam itu hidup bersama dalam masyarakat mereka. Misalnya, seseorang yang sering keluar masuk penjara karena alasan yang sama seperti mencuri sepeda motor/ menjual obat-obatan terlarang, seseorang yang sering mabuk-mabukan baik di rumah, di pesta, maupun di tempat umum, serta seseorang yang sering melakukan pencurian, perampokan, dan tindak kriminal lainnya. 3. Berdasarkan Kadar Penyimpangannya a. Penyimpangan ringan Penyimpangan yang menimbulkan gangguan, ancaman, hambatan dan kerugian yang kecil kepada pihak luar. Biasanya, sanksi yang diberikan berupa nasehat dan diminta tidak diulangi lagi. Misalnya, seorang anak yang mengambil buah-buahan tetangga tanpa minta izin terlebih dahulu. b. Penyimpangan berat Penyimpangan yang menimbulkan kerugian cukup besar bagi pihak lain dan kadangkala menimbulkan korban jiwa dan harta. Penyimpangan jenis ini biasanya terancam hukuman yang cukup berat, seperti hukuman penjara seumur hidup/ hukuman mati. Misalnya, pembunuhan, menyetir mobil dalam kondisi mabuk yang menyebabkan kecelakaan, merampok yang disertai tindakan kekerasan, dll.

D. Sifat-sifat Perilaku Menyimpang


a. Penyimpangan yang Bersifat Positif Penyimpangan yang bersifat positif adalah penyimpangan yang tidak sesuai dengan aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku, tetapi mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial. Seseorang dikatakan menyimpang secara positif apabila dia berusaha merealisasikan suatu cita-cita, namun masyarakat pada umumnya menolak atau tidak dapat menerima caranya. Akibatnya, orang tersebut akan menerima celaan dari masyarakat. b. Penyimpangan yang Bersifat Negatif Penyimpangan negatif adalah kecenderungan bertindak kearah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan akibatnya selalu buruk. Jenis tindakan seperti ini dianggap tercela dalam masyarakat. Si pelaku bahkan bisa dikucilkan dari masyarakat. Bobot penyimpangan negatif itu diukur menurut kaidah susila dan adat istiadat, sehingga
| TUGAS SOSIOLOGI 20

sanksi

yang

diberikankepada

pelanggarnya

dinilai

lebih

berat

daripada

pelanggaranterhadap tata cara dan sopan santun. Contohnya pencurian,perampokan, pelacuran, dan pemerkosaan.

E. Faktor-faktor Perilaku Menyimpang


a. Sikap mental yang tidak sehat Disebabkan karena mental tidak sehat, sehingga tidak merasa berasalah/ menyesal atas perbuatannya. Misalnya: profesi pelacur. b. Ketidakharmonisan dalam keluarga Tidak harmonisnya keluarga bisa menjadi pemicu sebagai pelarian. Contohnya, remaja memakai obat-obatan terlarang karena broken home. c. Pelampiasan rasa kecewa Karena tidak bisa mengalihkan ke arah positif, maka suatu perbuatannya itu dialihkan ke arah negatif. Contoh: bunuh diri. d. Dorongan kebutuhan ekonomi Karena desakan kebutuhan ekonomi. Contoh: mencuri untuk membeli makan. e. Pengaruh lingkungan dan media massa Media massa dapat mempengaruhi perilaku manusia. Misalnya, seorang anak karena kecanduan menonton televisi, akhirnya ia terus-menerus menonton televisi, sehingga lupa belajar. f. Keinginan untuk dipuji Melakukan penyimpangan karena ingin dipuji seperti pakaian mahal, uang banyak, dll. Padahal itu, hasil dari jual diri, merampok, dsb. g. Proses belajar yang menyimpang Karena berinteraksi dengan orang menyimpang. Contoh: remaja menggunakan obatobatan terlarang karena pergaulan sekelilingnya yang mempengaruhi dia untuk menggunakan obat-obatan terlarang itu. h. Ketidaksanggupan menyerap norma Karena tidak sanggup dan tidak sempurna dalam menerap norma sosial, sehingga seseorang bersikap tidak sesuai dengan norma yang berlaku. i. Adanya ikatan sosial yang berlainan Mendapat pengaruh dari kelompok yang memiliki pola menyimpang. Misalnya, seseorang yang awalnya alim, dipengaruhi oleh seseorang lainnya untuk melakukan perilaku menyimpang.
| TUGAS SOSIOLOGI 21

j.

Proses sosialisasi nilai-nilai sub kebudayaan menyimpang Karena memilih lingkungan sub kebudayaan yang menyimpang. Contoh: lingkungan pelacuran dan perjudian.

F. Contoh Perilaku Menyimpang


1. Kriminalitas Tindakan melanggar hukum pidana yang dapat merugikan orang lain. Penyebab: kepincangan sosial, tekanan mental, kebencian, dan perubahan kebudayaan yang begitu cepat. Kriminalitas biasanya dibedakan menjadi: a. Kriminalitas kerah putih (white colar crime) Kejahatan terselubung yang dilakukan para eksekutif, baik dari kalangan penguasa maupun pengusaha di dalam menjalankan peran sosialnya. Contoh: korupsi dan kolusi. b. Blue colar crime Tindakan kriminal yang dilakukan oleh kalangan ekonomi lemah, kurang pandai, kurang terampil. Contoh: pencoppet, pencuri ayam, pencuri jemuran, dll. 2. Kenakalan Remaja Contoh: membaca dan melihat sajian pornografi, belajar merokok, membolos dari sekolah, menyalahgunakan narkoba, dan melakukan tindak kriminal kecil-kecilan. Penyebab: lingkungan pergaulan yang kurang baik, kurangnya perhatian dari orangtua dan orang dewasa terhadap anak remaja, serta himpitan keadaan ekonomi. 3. Penyimpangan seksual Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan oleh masyarakat. Adapun beberapa jenis perilaku ini di antaranya adalah sebagai berikut: a. b. Perzinaan, yaitu hubungan seksual di luar nikah. Homoseksual, yaitu hubungan seksual yang dilakukandengan sesama jenis. Homoseksual dibedakan atas lesbian dan homoseks. Lesbian adalah sebutan bagi wanita yang melakukan hubungan seksual dengan sesama wanita, sedangkan homoseks adalah sebutan bagi pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. c. Kumpul kebo, yaitu hidup bersama seperti suami istri,namun tanpa ada ikatan pernikahan.

| TUGAS SOSIOLOGI

22

d.

Sadomasochist, yaitu pemuasan nafsu seksual denganmelakukan penyiksaan terhadap pasangannya.

e.

Paedophilia, yaitu memuaskan keinginan seksual yangdilampiaskan kepada anak kecil.

f. g.

Sodomi, yaitu hubungan seksual yang dilakukan melaluianus atau dubur. Gerontophilia, yaitu hubungan seksual yang dilakukandengan orang-orang lanjut usia.

4.

Penyalahgunaan narkoba Penyalahgunaan narkotika sebagian dilakukan oleh kaum remaja, khususnya remaja di kota-kota besar. Berdasarkan hasil penelitian ilmiah, Graham Baliane (psikater) mengemukakan bahwa biasanya seorang remaja menggunakan narkotika dengan alasan tertentu. Alasan-alasan itu adalah: a. b. c. d. e. Mempermudah dan menyalurkan perbuatan seks. Mencari dan mengemukakan arti hidup. Menghilangkan frustasi dan kegelisahan hidup. Sekedar iseng dan didorong rasa ingin tahu. Mengisi kekosongan, kesepian, dan kebosanan dalam hidup.

5.

Perilaku Seksual di Luar Nikah Hubungan seksual di luar nikah merupakan suatu perzinaan yang sangat dilarang agama. Sanksi yang diberikan bagi pelakunya: orang itu tidak dihormati dalam lingkungan sosialnya, dikucilkan, dan dianggap sampah masarakat. Akibat perilaku seksual di luar nikah: a. b. c. d. e. Menumbuhkan dan menyebarluaskan penyakit kelamin dan kulit. Merusak sendi-sendi kehidupan keluarga. Memberikan pengaruh demoralisasi kepada lingkungan. Berkolerasi dengan kriminalitas dan kecanduan bahan-bahan narkotika. Merusak sendi-sendi moral, susila, hukum, dan agama.

6.

Sadisme terhadap Anak/ KDRT Kekerasan terhadap anak bisa terjadi dimana saja, mulai lingkungan sekitar, sekolah,

hingga rumah. Pelakunya pun tak selalu orang dewasa, banyak pula anak-anak yang melakukan kekerasan terhadap rekan sebaya. Kondisi ini potensial terjadi jika anak sering mengkonsumsi tayangan kekerasan di media. Dari penelusuran yang penulis lakukan, selain anak sering mengalami kekerasan dari orang tuanya, kontrol orang tua yang lemah terhadap pengawasan anak dalam memilih
| TUGAS SOSIOLOGI 23

tayangan di telivisi, menambah penguatan pola pikir anak tentang arti kekerasan. Karena kesibukan masing-masing orang tua bekerja maka, anak memiliki peluang besar untuk menonton televisi, terutama tayangan televisi yang berbau sadisme, dan kekerasan anak. Sering melihat acara berita khusus kriminal, seperti Patroli, Buser, Jejak Kasus dan berita lainnya yang menyuguhkan aroma kekerasan. Secara psikologis, anak yang sering mendapat perlakuan kasar dari orang-orang disekitar lingkungannya serta mendapat informasi ataupun tayangan kekerasan akan membuat anak memahami kekerasan sebagai sebuah bentuk interaksi, sehingga kelak baik anak sebagai korban kekerasan atau pelaku kekerasan, bukanlah hal yang asing dalam kehidupan sang anak. Terlebih jika kekersan tersebut memiliki kesan dan latar belakang yang traumatis dalam sejarah kehidupan masa lalu anak.

II. PENGENDALIAN SOSIAL A. Pendahuluan


Setiap hari kamu melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah terpola, seperti mandi, makan, tidur, bermain, belajar, dan sekolah. Kegiatan-kegiatan itu kamu lakukan secara otomatis dan terkendali dengan baik. Definisi pengendalian sosial 1. Pengertian menurut para ahli: a. Peter. L. Berger Pengendalian sosial sebagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggota yang membangkang. b. Joseph. S. Roucek Pengendalian sosial sebagai suatu istilah kolektif yang merujuk pada proses, baik terencana maupun tidak terencana, di mana individu dianjurkan, dibujuk, ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup suatu kelompok. c. Bruce. J. Cohen Pengendalian sosial adalah cara-cara atau metode yang digunakan untuk mendorong seseorang agar berperilaku selaras dengan kehendak kelompok/ masyarakat luas tertentu. 2. Kesimpulan: Pengendalian sosial adalah segala proses direncanakan/ tidak yang bersifat mendidik, mengajak, menghimbau, bahkan memaksa warga masayarakat agar mematuhi nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku.
| TUGAS SOSIOLOGI 24

Tujuan pengendalian sosial Tercapainya keserasian dan keteraturan dalam masyarakat.

B. Jenis-jenis Pengendalian Sosial


1. Celaan adalah tindakan kritik atau tuduhan terhadap suatu pandangan, sikap, dan perilaku yang tidak sejalan (tidak sesuai) dengan pandangan, sikap, dan perilaku anggota kelompok pada umumnya. 2. Desas-desus (gosip) adalah berita yang menyebar secara cepat dan tidak berdasarkan fakta (kenyataan) atau bukti- bukti yang kuat. Dengan beredarnya gosip orang-orang yang telah melakukan pelanggaran akan merasa malu dan berusaha untuk memperbaiki perilakunya. 3. Teguran adalah kritik yang diberikan seseorang kepada orang lain sehubungan dengan perilakunya. Kritik tersebut bersifat membangun, karena bertujuan agar seseorang memperbaiki perilaku. Teguran digunakan untuk mengendalikan pelanggaran-

pelanggaran ringan. 4. Lembaga Pendidikan Pengendalian sosial melalui lembaga pendidikan formal, non formal, maupun informal mengarahkan perilaku seseorang agar sesuai dengan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. 5. Hukuman Fisik Model pengendalian ini dilakukan oleh lembaga-lembaga resmi yang diakui oleh semua lapisan masyarakat, seperti kepolisian, sekolah, dan yang lainnya. Misalnya menghukum siswa agar berdiri di depan kelas karena tidak mengerjakan tugas atau PR. 6. Lembaga Hukum Hukuman diberikan kepada seseorang yang berbuat di luar ketentuan/ melakukan kesalahan. Ada beragam bentuk hukupan, seperti hukuman ringan hingga hukuman berat/ pidana. Contoh hukuman ringan: seorang siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah, dihukum dengan lari sepuluh kali keliling lapangan. Contoh hukuman berat/ pidana: seseorang yang melakukan korupsi dihukum secara pidana, sesuai dengan ketentuan hukuman yang berlaku. Hukuman membuat pelaku penyimpangan sadar dan jera akan kesalahannya, dan diharapkan tidak diulangi lagi. 7. Lembaga Keagamaan Setiap agama mengajarkan hal-hal yang baik kepada para penganutnya. Ajaran tersebut terdapat dalam kitab suci masing-masing agama. Pemeluk agama yang taat pada ajaran agamanya akan senantiasa menjadikan ajaran itu sebagai pegangan dan pedoman dalam
| TUGAS SOSIOLOGI 25

bersikap dan bertingkah laku, serta berusaha mewujudkannya dalam kehidupan seharihari. Dia juga merasa apabila tingkah lakunya melanggar dari ketentuan-ketentuan ajaran agamanya pasti berdosa.

C. Sifat-sifat Pengendalian Sosial


1. Pengendalian sosial preventif Definisi: Usaha yang dilakukan sebelum terjadi pelanggaran/ bertujuan mencegah terjadinya sebuah pelanggaran. Contoh: seorang ibu menasehati puteranya agar mengendarai motor dengan berhatihati dan menaati peraturan lalu lintas, supaya terhindar dari musibah/ kecelakaan. 2. Pengendalian sosial represif Definisi: usaha yang dilakukan setelah suatu pelanggaran terjadi, dengan tujuan untuk memulihkan keadaan situasi semula (seperti sebelum pelanggaran itu terjadi). Contoh: Tuan A berhutang kepada Tuan B dalam jumlah besar dan berjanji mengembalikan hutang tersebut pada tanggal yang telah disepakati. Ternyata Tuan A ingkar janji, sehingga Tuan B terpaksa menggugat Tuan A di pengadilan. Untuk memulihkan keadaan situasi semula (sebelum pelanggaran terjadi), maka pengadilan memutuskan Tuan A dihukum untuk mengembalikan uang tersebut, ditambah ganti rugi keterlambatan pengendalian uang tersebut. Pengendalian ini biasanya menyertakan hukuman/ sanksi untuk memulihkan pelanggaran sosial yang telah dilakukan.

D. Cara-cara Pengendalian Sosial


1. Cara persuasif Cara yang dilakukan apabila pengendalian sosial ditekankan pada usaha untuk mengajak/ membimbing. Contoh: sejumlah pedagang kaki lima yang menjual barang-barang dagangannya di pinggir jalan, sehingga mengganggu ketertiban kota. Oleh karena itu, para pedagang itu diberi pengertian bahwa mereka juga turut bertanggung jawab atas terciptanya ketertiban dan kebersihan kota. Orang yang melakukan pelanggaran akan diberi pengertian, diajak berdialog tentang tindakan yang telah dilakukan, dan diajak untuk meninggalkan tindakan menyimpang itu. 2. Cara koersif
| TUGAS SOSIOLOGI 26

Cara yang digunakan apabila pengendalian sosial ditekankan pada kekerasan/ ancaman dengan menggunakan kekuatan fisik. Contoh; sejumlah pedagang kaki lima yang menjual barang-barang dagangannya di pinggir jalan, sehingga mengganggu ketertiban kota. Agar ketertiban kota dapat terwujud dengan cepat, maka diturunkan petugas untuk mengusir pedangang kaki lima dari tempat-tempat yang dilarak untuk berjualan.

E. Akibat Tidak Berfungsinya Lembaga Pengendalian Sosial


Akibat yang dapat timbul karena lembaga pengendalian sosial tidak berlaku semestinya adalah munculnya masalah-masalah sosial yang disebabkan oleh perilaku menyimpang. Masalah-masalah sosial tersebut sebagai berikut: 1. Kerusuhan/ kekacauan dalam masyarakat Masyarakat Indonesia sangat beragam. Konflik antar kelompok bisa saja terjadi. Lembaga-lembaga pengendalian sosial sangat penting perannya dalam mengendalikan warga agar tidak terjadi konflik antar kelompok. 2. Maraknya perilaku menyimpang, khususnya tindak kejahatan Tingginya tindak kriminalitas salah satunya disebabkan oleh longgarnya kendali atas para pelaku tindak kejahatan. Aparat hukum yang kurang tegas menindak para koruptor misalnya, membuat korupsi merajalela di Indonesia. Bahkan, Indonesia termasuk dalam papan atas daftar negara-negara terkorup di dunia.

| TUGAS SOSIOLOGI

27

You might also like