You are on page 1of 6

Contoh Kampanye Politik Murah Model Jepang Oleh, Fabian J Manoppo Sudah bukan rahasia umum lagi hingga

saat ini untuk menjadi Gubernur,Walikota,Bupati dan anggota legislatif mereka harus mengeluarkan anggaran Milyaran rupiah agar bisa memenangkan kursi tersebut diatas. Korban korban telah banyak berjatuhan di Indonesia tercatat sudah kurang lebih 170 pejabat yang terlibat masalah Korupsi akibat kewajiban untuk mencari atau paling tidak menutup kembali biaya kampanye yg begitu besar. Hal ini jika dibiarkan terus menerus maka akan sangat tidak baik bagi masyarakat karena kita berada pada satu tatanan keadaan sistem yang tidak baik dalam menjalankan roda pemerintahan. Mulai dari biaya menggunakan kendaraan partai sampai biaya serangan fajar serta biaya biaya berkolusi dengan tokoh tokoh masyarakat baik tokoh budaya,adat maupun agama telah menjadikan rusaknya model kampanye seperti yang dijalankan selama ini. Penggunaan Dana pihak sponsor atau cukong politik juga semakin memperparah keadaan. Upaya upaya pengurangan resiko ini mulai ditempuh oleh pemerintah dan masyarakat namun konsepnya masih berbeda2 dan belum optimal seperti himbauan moral,regulasi hukum dll. Berikut ini sedikit gambaran bagaimana proses pemelihan mulai dari Perdana Menteri,Gubernur,Walikota dan anggota legistlatif di Jepang sebagai berikut : Proses pemilihan dilakukan secara serentak di seluruh Jepang mulai dari utusan daerah, walikota, gubernur hingga perdana menteri. Kampanye diberikan batas waktu untuk masing-masing kandidat dengan menggunakan fasilitas yang sama dari pemerintah seperti mobil kampanye, serta tempat untuk menggantung baliho dengan ukuran kecil tidak besar hampir sama untuk semua kandidat dan ditempel di satu papan kampanye yang di taruh di setiap kecamatan, belakangan ini mulai ada juga dijalan tapi dalam halam rumah namun ukuran balihonya sangat kecil sekitar 3040cm. Kandidat bisa membuat sendiri panflet yang berisi data pribadi dan program kerjanya dan mereka berjalan dari kampung ke kampung seringkali di tempat tempat umum dengan timnya berkampanye tampa perlu memobilisasi masa. Pemumnggutan suara dilakukan pada hari itu juga langsung diumumkan hasilnya disetiap TPS yang dipancarkan langsung oleh TV sehingga langsung bisa tahu hasilnya saat itu juga dan sah.

Demikian proses kampanye politik model Jepang sangat sederhana tidak terlalu membutuhkan biaya yang besar bandingkan dengan di Indonesia sangat jauh berbeda, kecurangan sangat kecil hampir tidak ada apalagi politik uang sangat di tabuhkan jika ketahuaan langsung dipecat atau mengundurkan diri secara terhormat. Silahkan bandingkan dengan kita di Indonesia yang merupakan masyarakat beragama tapi kenyataannya hmmmm.entah kapan kita bisa berubah.

Ini Jenis Kampanye yang Menyerang Lawan

Selebaran gelap tentang Joko Widodo yang ditempel di pagar tembok rumah warga di Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu (6/5/2012). JAKARTA, KOMPAS.com - Kampanye sebagai cara meraih simpati publik dalam politik modern tidak lepas dari saling serang antarkandidat atauattacking campaign. Tidak semua kampanye yang menyerang pihak lain merupakan hal yang dilarang dalam berdemokrasi. "Ada dua jenis attacking campaign. Yang pertama disebut kampanye negatif atau negative campaign, yang kedua kampanye hitam atau black campaign," urai Gun Gun Heryanto, pengajar ilmu politik di Universitas Islam Nasional dan Universitas Paramadina Jakarta saat dihubungi Kompas.com di Jakarta, Rabu (9/5/2012). Kampanye negatif adalah serangan yang bertujuan menjatuhkan kandidat lain, namun arahnya pada program atau kebijakan politik kubu lawan. Menurut Gun Gun, serangan seperti ini tidak bisa dilarang dan tak terhindarkan. "Tujuannya untuk mendelegitimasi pihak lain dengan mengkritisi apa yang dikampanyekan atau apa yang diusung pihak lain," ujar Gun Gun. Karena inti serangan pada program atau kebijakan, isi kampanye negatif bisa disampaikan secara terbuka dan dapat didiskusikan di ruang publik. Kampanye jenis ini dapat terlihat dalam acara debat kandidat yang sering digelar media maupun dalam diskusi di forum terbuka dengan kalangan terbatas maupun umum. Umumnya yang menjadi sasaran negative campaign, kata Gun Gun adalah incumbent atau pihak yang sedang menjalankan pemerintahan, terutama mengenai prosedur birokrasi yang diterapkannya. Jenis kedua kampanye yang menyerang pihak lawan adalah kampanye hitam. Kampanye jenis ini adalah sesuatu yang terlarang dalam berdemokrasi. Tujuannya hanya untuk memecah belah dan menciptakan permusuhan antarkubu. Isyu yang dikemukakan pun biasanya tidak dapat dipertanggungjawabkan dan memiliki kaiatan dengan proses demokrasi, seperti Pemilu atau Pemilukada, yang sedang dijalani. "Pelaku biasanya anonim dan isinya tidak bisa diperdebatkan atau didiskusikan secara terbuka, bahkan banyak yang irasional dan berupa serang terhadap pribada orang tertentu," kata konsultan politik ini.

Selebaran gelap, sebagaimana yang dialami bakal calon Gubernur DKI Joko Widodo, adalah salah satu contoh kampanye hitam. Gun Gun menegaskan, kampanye hitam sangat tidak mendidik. Cara ini bisa menjadi bumerang bagi pihak yang melakukan bila masyarakat yang semakin terdidik dalam berdemokrasi mengetahui alasan di balik isu tersebut. "Akibatnya malah bisa menjatuhkan pihak yang melakukannya karena publik akan menilai negatif pihak tersebut," kata Gun Gun Editor : Hertanto Soebijoto

Kasus Rhoma Hanya Contoh, Banyak Kampanye SARA Lain Yang Tidak Terungkap ke Permukaan
Jakarta, Seruu.com - Komisioner Panwaslu M. Jufri mengatakan bahwa isu SARA yang disodorkan kepada masyarkat Jakarta merupakan pelanggaran terhadap proses dan kualitas pesta demokrasi lima tahunan di DKI Jakarta yang akan digelar pada 20 September mendatang. "Yang kami inginkan bagaimana Pilkada itu bisa terlaksana sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan sehingga Pilkada ini berjalan secara demokratis dan transparan. Karena tugas Panwas hanya mengawasi," katanya dalam diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (11/8/2012). Kasus tersebut menurut Jufri belakangan ini sangat banyak terjadi, hanya saja hanya beberapa yang menonjol dan terkuak ke publik karena menyangkut nama-nama terkenal seperti Rhoma Irama misalnya. Ia sendiri mengatakan bahwa banyak ulama-ulama yang melakukan hal yang sama. Hanya saja, kampanye para ulama yang terkait dengan soal Pilkada dan isu SARA tersebut tidak terekspos ke permukaan. "Sebenarnya tidak hanya Rhoma, tapi cuma tidak terekpos, seperti di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Banyak ulama yang menyampaikan ceramah agama yang mengaitkan dengan Pilkada. Saya mendapatkan laporan dari masyarakat, ceramah itu sedikit memojokkan salah satu pasangan calon," katanya. Menurut Jufri, kampanye yang dilakukan di tempat-tempat ibadah, apalagi kampanye SARA sebanarnya dilarang oleh peraturan. Namun, dalam banyak peristiwa para tokoh agama tersebut seringkali mengambil kesempatan untuk menganjurkan warganya memilih pasangan calon pemimpin tertentu secara tersirat maupun terang-terangan. Karenanya, lanjut Jufri,

Panwaslu akan memproses dan mengkarifikasi jika mendapatkan laporan dari masyarakat tentang kampanye di tempat-tempat ibadah tersebut. "Kampanye pelanggaraan yang diterima adalah lebih dari 100 laporan. Kalau yang ditangani, banyak juga," kata Jufri sambari tidak menyebutkan siapa nama pelapor dan jumlah pelanggaran yang diproses tersebut. [ms]

Tim Jokowi: Kampanye terselubung Foke nodai Pilgub DKI


KPU DKI Jakarta menyatakan aksi jalan sehat dan sepeda santai calon gubernur DKI jakarta di Bundaran Hotel Indonesia pagi tadi sebagai bentuk pelanggaran kampanye. Foke, sapaan akrab Fauzi, juga dinilai oleh Tim Jokowi-Ahok telah menodai proses Pilgub DKI yang demokratis. "Disayangkan memang karena menodai Pilkada DKI yang demokratis," ujar Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Tjahjo Kumolo, kepada merdeka.com, Minggu (8/7). Menurutnya, sebagai calon incumbent, Foke seharusnya memberikan contoh yang baik dalam berdemokrasi. Foke seharusnya malu melakukan kampanye terselubung pada masa tenang. "Saya kira tim sukses Jokowi-Basuki akan mengajukan protes resmi," imbuhnya. Pagi tadi gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo melakukan sepeda dan jalan santai di Bundaran HI.Foke pun disambut para pendukungnya yang mengenakan kaos bertuliskan "I Love Kumis". Para pendukung Foke mengelu-elu Foke dalam pencoblosan Pilgub DKI 11 Juli mendatang. "Satu putaran. Nomor satu," teriak para pendukung Foke. Namun aksi tersebut dinilai sebagai bentuk pelanggaran kampanye. "Itu bentuk pelanggaran kampanye, karena sejak pukul 00.00 WIB sudah masuk masa tenang, tidak boleh ada aktivitas yang mengarah ke kampanye," ujar anggota KPU DKI Sumarno kepada merdeka.com, Minggu (8/7). Menurut Sumarno, adanya massa yang menggunakan atribut dan mendukung salah satu pasangan calon merupakan bentuk kampanye. Sehingga apa yang dilakukan Foke dan pendukungnya pagi ini dianggap sebagai bentuk kampanye terselubung. "Di masa tenang ini seharusnya sudah tidak lagi ada pengerahan massa atau hal berbau kampanye. Bila ada yel-yel atau teriakan mendukung salah satu pasangan itu bentuk kampanye," terangnya. [hhw

Faisal Basri persilakan parpol tebar uang


Calon gubernur (cagub) DKI Jakarta jalur independen, Faisal Basri menyerukan kepada pendukungnya untuk membiarkan parpol yang menggunakan politik uang untuk memenangkan calon lain. Faisal mengaku tetap yakin pendukungnya tidak akan berpindah. "Biarkan mereka (parpol) membagi sembako, uang Rp 100-200 ribu, tapi saya yakin hati warga

tidak tergantikan," ujar Faisal di depan para pendukungnya saat penutupan kampanye Cagub DKI di Stadion Sepakbola Velodrome, Rawamangun, Jakarta, Sabtu, (7/7). Faisal lantas menyerukan kepada massa pendukungnya untuk menerima uang yang dibagikan oleh parpol tertentu. "Ambil uangnya, tapi jangan pilih mereka," seru dia. Selanjutnya, Faisal lantas mengkritik berbagai parpol untuk berhenti memikirkan diri sendiri. "Stop pikirkan diri sendiri. Berhenti bangun gedung mewah untuk diri sendiri. Sementara kampung-kampung warga tidak terurus," katanya. Selain itu, Faisal juga mengingatkan agar parpol segera bertobat dan melakukan pembenahan. "Kami minta parpol istirahat dulu, membersihkan daki-daki mereka, keluar dari belenggu korupsi, bertobat. Lima tahun, Insya Allah, cukup buat mereka untuk menjadi kekuatan rakyat yang sesungguhnya, yang dekat dengan warga, yang memperjuangkan warga," ucap dia. [did]

Demokrat: Tudingan Kampanye SARA Jangan Kampanye Hitam


Metrotvnews.com, Jakarta: Partai Demokrat memastikan tim sukses calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo (Foke)-Nachrowi Ramli (Nara) tidak menggunakan kampanye berbau SARA (suku, agama, ras dan antar-golongan) kepada pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Demokrat meminta keluhan kampanye SARA oleh tim sukses Jokowi-Ahok jangan digunakan sebagai kampanye hitam atau black campaign. "Jangan-jangan itu bagian dari black campaign kepada Foke-Nara," kata Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat Saan Mustopa kepada metrotvnews.com, Selasa (24/7). Menurut Saan, tim sukses Jokowi-Ahok harus mempunyai bukti kuat soal kampanye SARA di ceramah-ceramah masjid, broadcast BlackBerry Messanger dan pesan singkat. Harus diverifikasi dari mana sumbernya.

"Kalau mau melaporkan, harus jelas," jelas Saan. Tim sukses Foke-Nara, kata Saan, tidak pernah menggunakan politik sektarian. Sebab, merekan sangat menghargai kemajemukan dan pluralisme. "Kita tidak menggunakan politik SARA," kata Saan. Sebelumnya, tim sukses Jokowi-Ahok mengaku pusing diserang isu SARA dalam pilkada DKI Jakarta putaran II. Serangan itu terjadi pada ceramah-ceramah di masjid-masjid. "Ustad-ustad bilang jangan pilih non-Muslim. Termasuk di Twitter juga," kata anggota tim sukses Jokowi-Ahok, Eva Kusuma Sundari, dalam dialog pilar negara "Eksistensi Ketetapan MPR RI" di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (23/7).

Politikus PDI Perjuangan ini menceritakan serangan isu SARA digulirkan dalam ceramah salat Tarawih, broadcast Blackberry Messenger hingga pesan singkat secara intensif. Kenyataan ini, kata Eva, terlihat bahwa ada yang mencoba menarik demokrasi Indonesia ke belakang. Siapa otak di balik penyebar isu SARA, Eva mengaku tidak tahu. Menurutnya, masalah ini sudah dilaporkan kepada polisi. Tim sukses Jokowi-Ahok menunggu hasil penyelidikan kepolisian. "Timses sudah lapor ke polisi, biar disidik. Basisnya bukti dan fakta hukum saja biar tidak fitnah-fitnah," kata Eva.(Andhini)

You might also like