Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan sains masih rendah. Hal ini terungkap dalam hasil studi The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2003 yang menyatakan bahwa kemampuan sains siswa SMP Indonesia berada pada peringkat ke-37 dari 46 negara (TIMSS, 2004). Hal ini merupakan manifestasi penerapan pola pendidikan yang kurang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan siswa. Selama ini pola pengajaran yang terjadi terlalu menekankan pada tuntutan hasil akhir yang akan diperoleh siswa, tanpa melihat bagaimana proses yang harus dijalani. Pendidikan IPA Terpadu merupakan produk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang tidak lain melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan hanya dikhususkan untuk siswa jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pendidikan IPA Terpadu (integrated science) sebagaimana telah diterapkan di negara-negara barat, mencoba menggabungkan, memadukan dan mengintegrasikan pembelajaran IPA dalam satu kesatuan yang utuh. Dengan pengimplementasian pembelajaran IPA Terpadu ini, diharapkan materimateri IPA yang terpisah-pisah dalam beberapa bidang studi, yakni Fisika, Kimia, dan Biologi dapat diajarkan secara terpadu dan menyeluruh dalam satu bidang studi, IPA Terpadu. Tidak perlu melihat negara maju karena pada kenyataannya mereka sudah maju. Berdasarkan data hasil PISA (Program for International Assessment of Student) tahun 2009, peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara. Ada tiga aspek yang diteliti PISA, yakni kemampuan membaca, matematika, dan sains, berikut hasil survey PISA tahun 2009; Reading (57), Matematika (61) dan Sains (60). Dengan predikat ini bisa mencerminkan bagaimana sistem pendidikan Indonesia yang sedang berjalan saat ini. Berdasarkan data PISA tahun 2009 tersebut, anak Indonesia masih rendah dalam kemampuan literasi sains diantaranya mengidentifikasi masalah ilmiah, menggunakan fakta ilmiah, memahami sistem kehidupan dan memahami penggunaan peralatan sains.
Berdasarkan data prestasi sains di TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) Indonesia pada tahun 2003 Indonesia berada diurutan 36 dan tahun 2007 diurutan 41. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan di Indonesia memang harus terus dilakukan. Perlu diupayakan penataan pendidikan yang bermutu dan terus menerus yang adaptif terhadap perubahan zaman. Rendahnya mutu sumber daya manusia Indonesia itu memang tidak terlepas dari hasil yang dicapai oleh pendidikan kita selama ini.
BAB II
PEMBAHASAN
TIMSS (Trends in Mathematics and Science Study) merupakan studi internasional yang dilakukan oleh IEA (International Association for the Evaluation of Educational Achievement) setiap empat tahunan, sejak tahun 1955. TIMSS menilai prestasi matematika dan sians siswa serta mengumpulkan berbagai informasi berkaitan dengan sekolah, kurikulum, dan pembelajaran. TIMSS berfungsi antara lain adalah description or mirror functions, a bench marking, monitoring of quality of education, as a large scale policy research (Plomp, 1999). Hasil studi TIMSS dapat dimanfaatkan untuk: assist to generate policy questions, comparisons in relation to relevant common policies rather than to reference groups, need for improved data analysis method, and need for different ways of presenting the data. Indonesia telah tiga kali berpartisipasi dalam TIMSS, yaitu tahun 1999, 2003, dan 2007, tetapi hanya mengikutkan siswa grade 8 (siswa kelas VIII SMP/MTs). Capaian siswa kelas 8 di Indonesia terhadap tiga kali keikutsertaan dalam TIMSS (TIMSS-R 1999, TIMSS 2003, TIMSS 2007) dalam Matematika dan Sains yang berada di papan bawah dibandingkan capaian siswa setingkat di beberapa negara di Asia (Hongkong, Japan, Korea, Taiwan, Malaysia, Thailand). Rata-rata skor prestasi sains siswa Indonesia pada TIMSS tahun 1999, 2003, dan 2007 secara berturutan adalah 435, 420, dan 433. Dengan skor tersebut siswa Indonesia menempati peringkat 32 dari 38 negara (tahun 1999), peringkat 37 dari 46 negara (tahun 2003), dan peringkat 35 dari 49 negara (tahun 2007). Rata-rata skor siswa Indonesia pada TIMSS 2007 di bawah skor rata-rata yaitu 500, dan hanya mencapai Low International Benchmark. Dengan capaian tersebut, rata-rata siswa Indonesia hanya mampu mengenali sejumlah fakta dasar tetapi belum mampu mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai topik sains, apalagi menerapkan konsep-konsep yang kompleks dan abstrak. Pemanfaatan hasil studi internasional seperti TIMSS dapat ditindaklanjut. Pemanfaatan hasil studi internasional seperti TIMSS dapat ditindaklanjuti dengan menganalisis faktor-faktor penentu hasil belajar sains dengan cara yang berbeda. Data hasil TIMSS perlu dikaji guna meningkatkan mutu pendidikan, khususnya dalam bidang matematika dan sains. Kajian tersebut meliputi:
(1) Kompetensi-kompetensi mana yang telah dikuasai dan kompetensikompetensi mana yang belum dikuasai oleh siswa-siswi Indonesia berdasarkan hasil tiga kali TIMSS; (2) Bagaimana tingkat penguasaan siswa Indonesia relatif terhadap benchmark internasional (rata-rata internasional) dalam masing-masing kompetensi yang diases dalam TIMSS; dan (3) Penyebab-penyebab kelemahan siswa Indonesia dalam masing-masing kompetensi yang diukur oleh TIMSS yang diinferensi dari spesifikasi respon sampel siswa terhadap setiap butir soal TIMSS.
Tujuan TIMSS Tujuan TIMSS adalah untuk mengukur prestasi matematika dan sains siswa kelas VIII di negara-negara peserta. Bagi Indonesia, manfaat yang dapat diperoleh antara lain adalah untuk mengetahui posisi prestasi siswa Indonesia bila dibandingkan dengan prestasi siswa di negara lain dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, hasil studi ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan. Apa yang diukur? Dasar penilaian prestasi matematika dan sains dalam TIMSS dikategorikan ke dalam dua domain, yaitu isi dan kognitif. Distribusi spesifikasi dari penilaian tersebut adalah sebagai berikut: Domain isi matematika: 1. Bilangan 2. Aljabar 3. Geometri 4. Data dan Peluang Domain isi sains: 1. Biologi 2. Kimia 3. Fisika 4. Ilmu Bumi
Domain kognitif, baik untuk matematika maupun untuk sains: 1. Pengetahuan 2. Penerapan 3. Penalaran Indonesia sendiri masuk sebagai negara partisipan tahun 1999. Ini berarti saat anak-anak itu diujikan masih hidup di zaman ORBA. 2003 dan 2007 anak-anak yang diuji hidup di zaman reformasi. Indonesia sendiri sebagai partisipan untuk 8 th Grade (kelas 2 SMP). Pada TIMSS tahun 2007 ada 3 negara baru yang ikut, salah satunya dari Asia Tenggara yaitu Thailand. Tetapi ada juga yang tidak lagi menjadi partisipan yaitu Philipina. Philipina sendiri secara rangking selalu di bawah Indonesia. Indonsia sudah dua tahun 2003 dan 2007 ini prestasi sains di TIMSS memalukan, selalu kalah dengan Negara Palestiana, Negara yang sedang berkecamuk perang. Tahun 2003 Palestina Ada di urutan 34 Tahun 2007 ada di urutan 34. Bandingkan dengan Indonesia 2003 diurutan 36 2007 diurutan 41. TIMSS menyediakan informasi penting untuk pengembangan kebijakan, untuk mendorong akuntabilitas publik, untuk memungkinkan daerah kemajuan atau penurunan prestasi untuk diidentifikasi dan dimonitor, dan untuk mengatasi permasalahan yang muncul. Sekitar 50 negara ikut berpartisipasi dalam TIMSS. TIMSS putaran pertama diadakan pada tahun 1995, putaran kedua pada tahun 1999, putaran ketiga pada tahun 2003, dan berlanjut seterusnya setiap empat tahun sekali. TIMSS 1999 TIMSS pertama kali diadakan pada tahun 1995, saat itu ikut berpartisipasi 41 negara. Negara-negara tersebut mengevaluasi prestasi matematika dan sains murid-murid kelas ketiga, keempat, ketujuh, kedelapan, dan pada tahun terakhir sekolah menengah. TIMSS 1999 menggunakan teknik sampling untuk mencapai cakupan yang luas (total 308 item) secara sistematis didistribusikan di 8 buku uji dan booklet dibagikan secara acak kepada siswa. Setiap siswa menyelesaikan satu booklet tes selama 90 menit. Secara keseluruhan, ada 162 item matematika dan 146 item ilmu pengetahuan. Sekitar sepertiga dari item disusun menggunakan format respon, dan item sisanya pilihan
ganda. Untuk tahun 1999, TIMSS akan melaporkan penilaian untuk matematika dan sains dengan 11 pokok bahasan. Matematika : 1. 2. 3. Fractions and number sense Measurement 4. 5. Geometri Aljabar
Sains : 1. 2. 3. Ilmu bumi Ilmu pengetahuan hidup Fisika 4. 5. 6. Kimia Scientific inquiry and the nature of science Isu lingkungan dan sumber daya
TIMSS pada tahun 1995 dan 1999 dikembangkan melalui upaya kolaborasi antara Pusat Studi Internasional, pendidik ( bidang matematika dan sains) dari seluruh dunia, dan perwakilan negara-negara yang ikut berpartisipasi. Sekitar sepertiga dari item dalam penilaian 1995 disimpan untuk mengukur tren dari waktu ke waktu. Dalam mengembangkan tes tahun 1999, instrument pada tahun 1995 yang dirilis ke publik digantikan dengan item dengan isi, format, dan kesulitan yang serupa. Penggantian item dan panduan skoring dikembangkan dengan bantuan dari Science and Mathematics Item Replacement Committee, sekelompok pendidik matematika dan pendidik sains terkemuka dari seluruh dunia. Item yang diuji coba pada tahun 1998 di tes lapangan yang luas yang melibatkan 31 negara, dan telah ditinjau oleh Koordinator Nasional Penelitian, yang melakukan review dalam negara dengan panel pendidik matematika dan ilmu pengetahuan dan ahli pengukuran. TIMSS 1999 mengumpulkan informasi yang luas tentang pengajaran dan pembelajaran matematika dan sains di seluruh dunia. Melalui serangkaian kuesioner, TIMSS mengumpulkan informasi tentang kurikulum, praktik pembelajaran, kebijakan, dan latar belakang siswa dan sikap. Banyak pertanyaan juga diminta pada tahun 1995, provididing tren untuk negara-negara yang berpartisipasi dalam kedua penilaian.
TIMSS 2003 TIMSS 2003 adalah putaran ketiga dari TIMSS yang serius melakukan serangkaian penilaian internasional yang dilaksanakan di negara-negara di dunia untuk mengukur tren dalam matematika dan sains di kelas keempat dan kedelapan. TIMSS sangat membantu negara negar yang ikut serta untuk memperoleh kesempatan memperoleh informasi komparatif tentang siswa mereka mengenai prestasi dalam matematika dan sains. Dalam TIMSS 2003 terdapat 49 negara yang ikut serta. IEA, TIMSS, PIRLS, dan National Center for Education Statistics ( dari U. S Department of Educations) bekerja sama dengan negara peserta untuk menjelaskan secara rinci mengenai matematika dan sains tentang konten yang akan dinilai untuk memperbarui hasil pembelajaran. Dalam TIMSS 2003 matematika terbagi dalam lima domain contents yaitu, jumlah, aljabar, pengukuran, geometri, dan data. Setiap domain content dijelaskan topik yang akan dinilai dan setiap area topic ini diuraikan dengan jelas untuk kelas keempat dan kelas kedelapan. Ada empat domain kognitif dalam setiap domain content yaitu mengetahui fakta dan prosedur, pemahaman konsep, pemecahan masalah rutin, dan penalaran. Seperti tujuan TIMSS yang berupaya untuk mengetahui keberhasilan kurikulum dalam suatu negara melalui tes yang diujikan, pada tahun 2003 pun dilakukan tes yang serupa yang diujikan pada sampel kelas dalam suatu sekolah yang diambil secara acak pada setiap negara. TIMSS cukup konsisten memberikan laporan mengenai keberhasilan kurikulum matematika dan sains kepada setiap negara yang ikut serta. TIMSS 2007 TIMSS 2007 adalah TIMSS keempat dalam siklus penilaian komparatif internasional yang didedikasikan untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran dalam matematika dan sains bagi siswa di seluruh dunia. Dilakukan setiap empat tahun di kelas keempat dan kedelapan, TIMSS menyediakan data tentang tren dalam matematika dan prestasi sains dari waktu ke waktu. Untuk menginformasikan kebijakan pendidikan di negara-negara yang berpartisipasi, penilaian ini di seluruh dunia dan proyek penelitian juga secara rutin mengumpulkan informasi latar belakang yang luas yang membahas kekhawatiran tentang kuantitas, kualitas,
dan isi dari instruksi. Sebagai contoh, TIMSS 2007 mengumpulkan informasi rinci tentang matematika dan ilmu pengetahuan cakupan kurikulum dan pelaksanaan, serta persiapan guru, ketersediaan sumber daya, dan penggunaan teknologi. Pengembangan Kerangka Kerja Penilaian TIMSS 2007 merupakan usaha bersama yang luas yang melibatkan individu dan kelompok ahli dari lebih dari 60 negara di seluruh dunia. Terdapat tiga kerangka kerja untuk melaksanakan TIMSS 2007, yaitu Kerangka Matematika, Kerangka Sains, dan Kerangka Kontekstual untuk kuesioner. Hal ini juga memberikan gambaran dari desain penilaian, termasuk parameter umum untuk pembangunan item. Kerangka kerja konten TIMSS untuk tahun 2007 sangat tergantung pada upaya-upaya luas yang dikeluarkan untuk memperbaharui kerangka kerja untuk tahun 2003. Laporan Teknis TIMSS 2007 menyediakan dokumentasi teknis tentang desain dan pelaksanaan penilaian, termasuk rincian proses yang mendasari pengembangan instrumen TIMSS tahun 2007 dan metode yang digunakan dalam pengambilan sampel, pengumpulan data, skala, analisis data, dan pelaporan. Secara khusus, TIMSS 2007 Laporan Teknis menyediakan dokumentasi rinci tentang prosedur dan metode yang digunakan oleh TIMSS untuk menyediakan data perbandingan internasional berkualitas tinggi. Laporan ini menjelaskan multi-faceted perhatian terhadap kualitas dan langkah-langkah jaminan kualitas yang banyak diterapkan dari memperbarui kerangka kerja penilaian untuk TIMSS 2007 melalui rilis dari database internasional dan Panduan Pengguna Tabel berikut menunjukkan peringkat prestasi matematika dan sains siswa antar-negara peserta (Tahun 2007 rata-rata skor internasioanal = 500 dan standar deviasi = 100):
TIMSS 2007 No. Negara 1 2 3 4 5 Taiwan Korea Selatan Singapura Hongkong Jepang Skor 598 597 593 572 570
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Belgia Belanda Slowakia Hungaria Kanada Slovenia Rusia Australia Finlandia Ceko
558 540 534 532 531 530 526 525 520 520
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Belgia Belanda Estonia Hungaria Malaysia Latvia Rusia Slowakia Australia Amerika Serikat
537 536 531 529 508 508 508 508 505 504
6 7 8 9 10 11 12
517 513 512 508 506 504 501 500 499 496
13 14
Armenia Australia
16 17 18 19
16 17 18 19
15 16 17 18
20 21
Inggris
496
20 21 22 23 24 25 26 27
Israel
496
19 20 21 22 23 24 25 26 27
Italia Malaysia Norwegia Siprus Bulgaria Israel Ukraina Rumania Bosnia Herzegovina
Selandia Baru 494 Slovenia Italia Armenia Serbia Bulgaria Rumania 493 484 478 477 476 475
22 23 24 25 26 27
Internasional 467
28 29 30 31 32
28 29 30 31 32
28 29 30 31 32
33 34 35 36 37 38
Iran
422
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Yordania Iran
424 411
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Georgia Iran Bahrain INDONESIA Siria Mesir Algeria Maroko Kolombia Oman Palestina Botswana Kuwait Elsavador Saudi Arabia Ghana Qatar
410 403 398 397 395 391 387 381 380 372 367 364 354 340 329 309 307
INDONESIA 411 Tunisia Mesir Bahrain Palestina Cili Maroko Filipina Botswana Saudi Arabia Gana 410 406 401 390 387 387 378 366 332 276
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 5 6 7 8
Singapura Taiwan
578 571
1 2 3 4 5 6 7 8
Korea Selatan 558 Hongkong Estonia Jepang Inggris Hungaria 556 552 552 544 543
9 10
Inggris Finlandia
538 535
9 10
536 527
9 10
Hongkong Rusia
530 530
11 12 13 14 15 16 17 18
11 12 13 14 15 16 17 18
11 12 13 14
Selandia Baru 520 Lituania Slowakia Belgia Rusia 519 517 516 514
15 16 17
19 20 21 22 23
Selandia Baru 510 Latvia Italia Malaysia Lituania 503 493 492 488
19 20 21 22 23 24 25 26
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Norwegia Ukraina Yordania Malaysia Thailand Serbia Bulgaria Israel Bahrain Bosnia Herzegovina
487 485 482 471 471 470 470 468 467 466
Internasional 488 24 25 26 27 Thailand Rumania Israel Siprus 482 472 468 460
28 29 30 31 32 33 34 35
28 29 30 31 32 33 34 35
28 29 30 31 32 33 34 35
36 37 38
Filipina Maroko
345 323
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Mesir
421
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Oman Georgia Kuwait Kolombia Libanon Mesir Algeria Palestina Saudi Arabia Maroko Elsavador Botswana Qatar Ghana
423 421 418 417 414 408 408 404 403 402 387 355 319 303
INDONESIA 420 Cili Tunisia Saudi Arabia Maroko Libanon Filipina Botswana Gana 413 404 398 396 393 377 365 255
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi siswa Indonesia berada signifikan di bawah rata-rata internasional. Indonesia pada tahun 1999 berada di peringkat ke 34 dari 38 negara, tahun 2003 berada di peringkat ke 35 dari 46 negara, dan tahun 2007 berada di peringkat ke 36 dari 49 negara . Dengan jumlah negara peserta yang sama seperti dalam matematika, untuk rata-rata skor prestasi sains posisi Indonesia tidak jauh berbeda. Siswa Indonesia pada tahun 1999 berada di peringkat ke 32, pada tahun 2003 berada di peringkat ke 37, dan pada tahun 2007 berada di peringkat ke 35.
PISA (Programme for International Student Assessment) adalah studi internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun. Studi ini dikoordinasikan oleh OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development) yang berkedudukan di Paris, Perancis. PISA merupakan studi yang diselenggarakan setiap tiga tahun sekali, yaitu pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan seterusnya. Indonesia mulai sepenuhnya berpartisipasi sejak tahun 2000. Pada tahun 2000 sebanyak 41 negara berpartisipasi sebagai peserta sedangkan pada tahun 2003 menurun menjadi 40 negara dan pada tahun 2006 melonjak menjadi 57 negara. Dalam melakukan studi ini, setiap negara harus mengikuti prosedur operasi standar yang telah ditetapkan, seperti pelaksanaan uji coba dan survei, penggunaan tes dan angket, penentuan populasi dan sampel, pengelolaan dan analisis data, dan pengendalian mutu. Desain dan implementasi studi berada dalam tanggung jawab konsorsium internasional yang beranggotakan the Australian Council for Educational Research (ACER), the Netherlands National Institute for Educational Measurement (Citogroep), the National Institute for Educational Policy Research in Japan (NIER), dan WESTAT United States.
Tujuan PISA
Tujuan PISA adalah untuk mengukur prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun di negara-negara peserta. Bagi Indonesia, manfaat yang dapat diperoleh antara lain adalah untuk mengetahui posisi prestasi literasi siswa Indonesia bila dibandingkan dengan prestasi literasi siswa di negara lain dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Oleh karena itu, hasil studi ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan.
Dasar penilaian prestasi literasi membaca, matematika, dan sains dalam PISA memuat pengetahuan yang terdapat dalam kurikulum dan pengetahuan yang bersifat lintas kurikulum. Masing-masing aspek literasi yang diukur adalah sebagai berikut: Membaca: memahami, menggunakan, dan merefleksikan dalam bentuk tulisan. Matematika: mengidentifikasikan dan memahami serta menggunakan dasar-dasar matematika yang diperlukan seseorang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Sains: menggunakan pengetahuan dan mengidentifikasi masalah untuk memahami fakta-fakta dan membuat keputusan tentang alam serta perubahan yang terjadi pada lingkungan. Tabel berikut menunjukkan peringkat prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa antar-negara peserta (rata-rata skor internasioanal = 500 dan standar deviasi = 100):
Tabel 2.2.1. Skor Rata-rata Prestasi Literasi Membaca PISA 2000 PISA 2003 PISA 2006
No.
Negara
Skor
No. Negara
Skor
No. Negara
Skor
1 2 3 4 5 6 7 8
Finlandia Kanada
546 534
1 2 3 4 5 6 7 8
Finlandia
543
1 2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15
9 10 11 12
9 10 11 12 13
16
Serikat
504
15 16 17
15 16 17
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Swis Spanyol Ceko Italia Jerman Liechtenstein Hungaria Polandia Yunani Portugis Rusia Latvia Israel Luksemburg Thailand Bulgaria Meksiko Argentina Cili Brasil Masedonia
494 493 492 487 484 483 480 479 474 470 462 458 452 441 431 430 422 418 410 396 373
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Serikat Denmark Islandia Jerman Austria Latvia Ceko Hungaria Spanyol Luksemburg Portugis Italia Yunani Slowakia Rusia Turki Uruguay Thailand Serbia Brasil Meksiko
495 492 492 491 491 491 489 482 481 479 478 476 472 469 442 441 434 420 412 403 400
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Jerman Denmark Slovenia Makau Austria Prancis Islandia Norwegia Ceko Hungaria Latvia Luksemburg Kroasia Portugis Lithuania Italia Slowakia Spanyol Yunani Turki Cili
495 494 494 492 490 488 484 484 483 482 479 479 477 472 470 469 466 461 460 447 442
39 40 41
39 40
INDONESIA Tunisia
382 375
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
Rusia Israel Thailand Uruguay Meksiko Bulgaria Serbia Yordania Rumania INDONESIA Brasil Montenegro Kolumbia Tunisia Argentina Azerbeijan Qatar Kirgistan
440 439 417 413 410 402 401 401 396 393 393 392 385 380 374 353 312 285
PISA 2000
PISA 2003
PISA 2006
No.
Negara
Skor
No. Negara
Skor
No. Negara
Skor
1 2 3 4 5 6 7 8
Hongkong Jepang
560 557
1 2 3 4 5 6 7 8
Hongkong Finlandia
550 544
1 2 3 4 5 6 7 8
Korea Selatan 547 Selandia Baru 537 Finlandia Australia Kanada Swis 536 533 533 529
Korea Selatan 542 Belanda Liechtenstein Jepang Kanada Belgia 538 536 534 532 529
Korea Selatan 547 Belanda Swis Kanada Makau 531 530 527 525
9 10 11 12 13 14 15 16 17
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Liechtenstein Jepang
525 523
Selandia Baru 522 Belgia Australia Estonia Denmark Ceko Islandia Austria Slovenia Jerman 520 520 515 513 510 506 505 504 504
Selandia Baru 523 Ceko Islandia Denmark Prancis Swedia Austria Jerman Irlandia 516 515 514 511 509 506 503 503
Internasional 500 18 19 Norwegia Ceko Amerika 20 21 22 23 24 25 26 27 Serikat Jerman Hungaria Rusia Spanyol Polandia Latvia Italia 493 490 488 478 476 470 463 457 499 498
Internasional 500 21 22 23 24 25 26 27 Slowakia Norwegia Luksemburg Polandia Hungaria Spanyol Latvia Amerika 498 495 493 490 490 485 483
21 22
Swedia Irlandia
502 501
Internasional 500 23 24 25 26 27 Prancis Inggris Polandia Slowakia Hungaria 496 495 495 492 491
28 29 30 31 32 33 34
28 29 30 31 32 33 34
28 29 30 31 32 33 34
35 36 37
35 36 37
35 36 37
38 39 40 41
38 39 40
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57
Italia Yunani Israel Serbia Uruguay Turki Thailand Rumania Bulgaria Cili Meksiko Montenegro INDONESIA Yordania Argentina Kolumbia Brasil Tunisia Qatar Kirgistan
462 459 442 435 427 424 417 415 413 411 406 399 391 384 381 370 370 365 318 311
PISA 2000
PISA 2003
PISA 2006
No.
Negara
Skor
No. Negara
Skor
No. Negara
Skor
1 2 3 4 5 6
Korea Selatan 552 Jepang Hongkong Finlandia Inggris Kanada 550 541 538 532 529
1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13 14
Selandia Baru 528 Australia Austria Irlandia Swedia Ceko Prancis Norwegia 528 519 513 512 511 500 500
7 8 9 10 11 12 13 14 15
7 8 9 10 11 12 13 14 15
Selandia Baru 521 Kanada Swis Prancis Belgia Swedia 519 513 511 509 506
Korea Selatan 522 Slovenia Jerman Inggris Ceko 519 516 515 513
Internasional 500 Amerika 15 16 17 18 19 20 21 Serikat Hungaria Islandia Belgia Swis Spanyol Jerman 499 496 496 496 496 491 487
16 17 18
16 17 18 19 20 21 22
22 23 24 25 26 27 28
22 23 24 25 26 27 28
Internasional 500 Polandia Denmark Prancis Slowakia Islandia Latvia Amerika 498 496 495 493 491 490
29 30 31 32 33 34 35
29 30 31 32 33 34 35
29 30 31 32 33 34 35
36 37 38 39 40 41
Masedonia Argentina
401 396
36 37 38 39 40
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57
Italia Portugis Yunani Israel Cili Serbia Bulgaria Uruguay Turki Yordania Thailand Rumania Montenegro Meksiko INDONESIA Argentina Brasil Kolumbia Tunisia Azerbeijan Qatar Kirgistan
475 474 473 454 438 436 434 428 424 422 421 418 412 410 393 391 390 388 386 382 349 322
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa Indonesia berada signifikan di bawah rata-rata
internasional. Untuk literasi membaca, Indonesia pada tahun 2000 berada di peringkat ke 39 dari 41 negara, tahun 2003 berada di peringkat ke 39 dari 40 negara, dan tahun 2006 berada di peringkat ke 48 dari 56 negara . Dengan jumlah negara peserta yang sama seperti dalam literasi membaca, untuk rata-rata skor prestasi literasi matematika posisi Indonesia tidak jauh berbeda. Siswa Indonesia pada tahun 2000 berada di peringkat ke 39, pada tahun 2003 berada di peringkat ke 38, dan pada tahun 2006 berada di peringkat ke 50. Begitu pula untuk ratarata skor prestasi literasi sains, posisi Indonesia masih jauh di bawah rata-rata internasional. Siswa Indonesia pada tahun 2000 berada di peringkat ke 38, pada tahun 2003 berada di peringkat ke 38, dan pada tahun 2006 berada di peringkat ke 50.
Table 2.2.4 Posisi Indonesia dibandingkan negara-negara lain berdasarkan studi PISA:
Tahun Studi
Skor RataMata Pelajaran rata Indonesia Membaca 371 367 393 382 360 395 393 391 393 402 371 383
Jumlah Skor Rata-rata Peringkat Internasional Indonesia Negara Peserta Studi 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 39 39 38 39 38 38 48 50 57 50 57 61 60 65 56 40 41
2000
2003
2006
2009
Matematika Sains
2.3 Kemampuan fisika siswa Indonesia dalam TIMSS Makalah singkat ini mengungkap profil penguasaan siswa dalam ketiga TIMSS, khususnya dalam bidang Fisika, serta perbandingannya terhadap rata-rata internasional, dan menyajikan hasil diagnosis terhadap kemungkinan penyebab kelemahan siswa Indonesia dalam domain konten dan kognitif yang diukur dalam TIMSS. Makalah ini juga berisi masukan terhadap pengambil kebijakan guna peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam bidang fisika.
Untuk mengukur kemampuan sains siwa, TIMSS menggunakan instrumen tes tertulis dengan format pilihan ganda dan uraian. Jumlah seluruh item 67, terdiri atas 427 item (62,69%) Multiple Choice (MC) dan item (52,9%) uraian. Bahan kajian makalah ini adalah seluruh respons dan capaian siswa terhadap butir soal fisika yang digunakan dalam TIMSS 1999, TIMSS 2003 dan TIMSS 2007. Soal-soal dalam domain kognitif memuat tugas-tugas (tasks) yang meminta siswa untuk: (i) memperlihatkan pengetahuan tentang alat, metode, dan
prosedur (=Knowing); (ii) menerapkan pengetahuan untuk melakukan penyelidikan ilmiah (=Applying); (iii) menggunakan pengertian ilmiah untuk memberikan penjelasan berdasarkan bukti (= Reasoning). Hasil kajian awal terhadap cakupan domain kognitif ketiga TIMSS tidak sama, maka domain kognitif soal-soal sains TIMSS 1999 dan 2003 merujuk pada kerangka domain kognitif pada TIMSS 2007 (knowing, applying, reasoning). Data sekunder dari laporan TIMSS selama tiga periode akan digunakan sebagai data utama guna mengkaji kemampuan fisika siswa Indonesia, baik ditinjau dari aspek kognitif (knowing, applying, reasoning). Untuk mengkaji kemampuan siswa Indonesia, baik ditinjau dari aspek kognitif (knowing, applying, reasoning), maupun aspek konten Fisika, data sekunder dari laporan TIMSS selama tiga periode berikut. seperti ditunjukan pada Tabel 2.3.1
Hasil Analisis Soal-soal TIMSS tahun 1999,2003, dan 2007 sebagai data sekunder diambil dari TIMSSalmanac dan TIMSS-item released. Pemanfaatan data sekunder dari laporan TIMSS selama tiga periode digunakan sebagai data utama guna mengkaji butir soal Fisika TIMSS dan kemampuan siswa Indonesia ditinjau dari aspek kognitif (knowing, applying, reasoning) serta perbandingannya dengan kemampuan siswa Internasional. Sebagai gambaran awal, berdasarkan data sekunder dari laporan TIMSS selama tiga periode tersebut diperoleh profil distribusi soal-soal TIMSS seperti ditunjukkan pada Tabel di atas. Tabel tersebut
menunjukkan bahwa berdasarkan tipe soal terdapat kecenderungan jumlah butir soal tipe mulitiple choice (pilihan berganda) pada tiap tahun TIMSS lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan soal essay. Pada TIMSS tahun 1999 jumlah soal pilihan berganda merupakan jumlah soal yang paling banyak (76,19%), akan tetapi soal ini menurun jumlahnya pada tahun 2003 dan bertambah lagi pada tahun 2007. Pada tahun 2003 jumlah soal pilihan berganda dan soal essay seimbang (pilhan berganda 12 dan essay 11 soal). Tabel 2.3.2 Profil Distribusi Butir Soal Fisika TIMSS Tahun 1999, 2003, dan 2007 Berdasarkan Tipe Soal dan domaian Kognitif
Secara visual, profil distribusi butir soal Fisika TIMSS berdasarkan tipe soal selama tiga periode dapat dilihat pada Gambar dibawah ini. Gambar 2.3.1 Profil distribusi Butir Soal TIMSS Tahun 1999, 2003, dan 2007 Berdasarkan Tipe Soal
Berdasarkan aspek domain kognitif terdapat kecenderungan jumlah butir soal reasoning pada TIMSS tahun 1999 dan tahun 2003 merupakan jumlah soal paling banyak dibandingkan dengan aspek koginitif knowing maupun applying. Pada TIMSS tahun 2007 jumlah butir soal applying menjadi lebih banyak dibandingkan dengan aspek koginitif knowing maupun reasoning. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan soal-soal
TIMSS yang akan datang proporsi soal applying lebih banyak dibandingkan soal knowing dan reasoning. Secara visual, profil distribusi butir soal Fisika TIMSS berdasarkan domaian kognitif selama tiga periode dapat dilihat pada Gambar berikut.
Gambar 2.3.2 Profil distribusi Butir Soal TIMSS Tahun 1999, 2003, dan 2007 Berdasarkan Domain Kognitif
Berdasarkan hasil interpretasi terhadap kemampuan siswa Indonesia baik ditinjau dari aspek kognitif (knowing, applying, reasoning), maupun aspek konten Fisika yang ditunjukkan pada table. Diperoleh rata-rata kemampuan kognitif knowing (40,37) lebih tinggi dibandingkan dengan aspek kognitif applying (36,96) dan reasoning (33,01). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia rata-rata masih berada pada kemampuan knowing yaitu kemampuan dalam memperlihatkan pengetahuan tentang alat, metode, dan prosedur fisika.
Secara visual, profil kemampuan fisika siswa Indonesia pada TIMSS berdasarkan tiap aspek domain kognitif selama tiga periode dapat dilihat pada Gambar berikut. Tabel dan Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa pada aspek kognitif knowing dan reasoning menurun pada tiap tahun. Sedangkan kemampuan siswa pada aspek kognitif applying meningkat pada tahun 2003, akan tetapi menurun kembali pada tahun 2007. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan fisika siswa Indonesia masih harus ditingkatkan pada semua aspek, terutama pada aspek reasoning.
Table 2.3.4 Profil kemampuan Fisika Siswa Pada TIMSS Tahun 1999, 2003, dan 2007 Berdasarkan Domaian Kognitif
Kemampuan siswa Indonesia pada aspek kognitif pada TIMSS 1999 menunjukkan kemampuan tertinggi (55,93) dibandingkan aspek kognitif lainnya pada tahun yang sama maupun pada tahun 2003 dan 2007. Berdasarkan capaian tersebut menggambarkan bahwa pembelajaran sains di Indonesia (1) belum memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh pengetahuan tentang alat, metode dan prosedur fisika; (2) belum melatih kemampuan menerapkan pengetahuan untuk melakukan penyelidikan ilmiah; dan (3) belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan pengertian ilmiah sehingga siswa dapat memberikan penjelasan berdasarkan bukti. Gambar 2.3.3 Profil Kemampuan Siswa Indonesia Pada TIMSS Tahun 1999, 2003, dan 2007 Berdasarkan Domain Kognitif
Pencapaian siswa Indonesia pada TIMSS pada tahun 2007 tidak menjadi lebih baik, bahkan menurun. Hal ini perlu diantisipasi dengan cerdik oleh para praktisi di lapangan, bukan dengan cara sekedar membantu siswa latihan soal, melainkan dengan cara membekalkan kemampuan menerapkan dan bernalar (berpikir tingkat tinggi dan mencermati data yang disajikan dalam berbagi bentuk tampilan. Kemampuan membaca pemahaman siswa Indonesia sangat kurang dan perlu dibantu, karena banyak soal essay yang tidak direspon. Kalaupun direspon, responnya menunjukkan penalarannya masih tingkat rendah, linier, dan terpisah-pisah (tidak komprehensif).
Dalam tiga tahun TIMSS rata-rata capaian siswa Indonesia dibawah rata-rata internasional seperti yang ditunjukkan pada tabel dan gambar berikut .
Pencapaian rata-rata fisika siswa Indonesia sebesar 34,57 lebih kecil dibandingkan rata-rata Internasional sebesar 43,40. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang diterapkan di Indonesia berbeda dengan proses pembelajaran di negara-negara lain. Apabila ditinjau dari tujuan kurikulum Nasional yaitu KTSP yang berorientasi pada kompetensi sebenarnya memiliki tujuan yang sama dengan target TIMSS yaitu mengukur kompetensi siswa. Sehingga yang perlu ditekankan adalah tataran implementasi kurikulum yang masih belum berorientasi pada kompetensi yang diharapkan. Permasalahan lain adalah ketidakbiasaan siswa dalam menjawab bentuk soal yang berbentuk tabel, diagram, menguji kemampuan analisis, dam problem solving. Kebanyakan soal-soal yang biasa digunakan pada ulangan umum dan UN masih berorientasi pada pengetahuan semata, sehingga perlu adanya pembiasaan pada siswa untuk berlatih soal-soal yang menguji kemampuan berpikir dan bernalar siswa. Kemampuan guru dalam mengembangkan soalsoal ala TIMSS perlu ditingkatkan, sehingga siswa Indonesia dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui proses assessment yang dapat mengukur kemampuan sains yang beragam. Kecenderungan dalam tiga tahun TIMSS pencapaian rata-rata fisika terhadap pencapaian rata-rata fisika internasional, diperoleh kecenderungan capaian Fisika siswa Indonesia dan siswa Internasional dalam tiga tahun TIMSS sama-sama menurun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesulitan soalsoal TIMSS meningkat, sehingga baik siswa Indonesia maupun rata-rata siswa internasional mengalami kesulitan dalam menjawab soal TIMSS. Rata-rata skor capaian internasional hanya 43,40 dan siswa Indonesia mencapai 34,57. Hal ini menujukkan bahwa kecenderungan proses pembelajaran baik nasional maupun internasional belum mengarahkan kepada kemampuan berpikir.
Tabel 2.3.6. Rata-rata Capaian Fisika Siswa Indonesia dibandingkan Rata-rata Internasionalpada Tiap Tahun TIMSS
Klasifikasi kemampuan yang diukur pada TIMSS 2007 lebih sederhana dibandingkan TIMSS 1999 dan TIMSS 2003 yaitu terdiri dari kemampuan kognitif knowing, applying dan reasoning. Pencapaian rata-rata nasional terhadap internasional dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel 2.3.7 Rata-rata Capaian Fisika Siswa Indonesia dibandingkan Rata-rata Internasional Berdasarkan Domain Kognitif
Tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa pada domain kognitif reasoning merupakan yang paling rendah dibandingkan domain kognitif applying dan knowing baik secara nasional maupun internasional. Tetapi apabila dibandingkan kemampuan siswa Indonesia aspek reasoning memperoleh 29,10 sedangkan rata-rata internasional 40,21. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan reasoning siswa Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata internasional. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran sains di Indonesia pada umumnya belum melatih siswa untuk menganalisis, memecahkan masalah, melakukan sisntesis, membuat hipotesis, membuat rencana percobaan, merumuskan kesimpulan, membuat generalisasi, mengevaluasi dan mempertimbangkan. Demikian halnya sistem evaluasi yang diterapkan di Indonesia belum terbiasa menggunakan soal-soal yang mengukur kemampuan tersebut. Kemampuan applying siswa Indonesia hanya mencapai rata-rata 36,23 sedangkan rata-rata internasional 43,80. Hal tersebut mencerminkan kemampuan siswa dalam membandingkan, mengklasifikasi, menggunakan model, membuat hubungan, dan
BAB III
A.
Kesimpulan TIMSS ( Trends in International Mathematics and Science Study) dibentuk oleh
International Association for the Evaluation of Educational Achievement ( IEA). IEA juga membentuk Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS). TIMSS dirancang untuk membantu negara di seluruh dunia meningkatkan belajar siswa dalam Matematika dan Sains. TIMSS mengumpulkan data prestasi pendidikan beberapa Negara terlihat bahwa kemampuan siswa Indonesia masih sangat rendah dan itu tidak terlipas dari sumber daya alam manusia tersebut. Maka dari itu perlu dilakukan pembaharuan terhadap pendidikan di Indonesia.
B. 1.
SARAN Setiap negara hendaknya bisa ikut serta dalam Trends in International Mathematics and
Science Study agar mampu mengevaluasi system pendidikan yang telah dimiliki. 2. Trends in International Mathematics and Science Study bisa lebih giat memberi saran
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Trends_in_International_Mathematics_and_Science_Study.18N ovember2010 http://saorajaku.wordpress.com/2012/05/04/peningkatan-minat-siswa-pada-ilmu-alam/ http://id.wikipedia.org/wiki/Program_Penilaian_Pelajar_Internasional http://www.pergerakankebangsaan.org/?p=736 http://karya1-ilmiah.blogspot.com/2012/07/pengembangan-soal-matematikamodel.html#r82SBD47GAX5kQGO.99 http://aplikasikimia.blogspot.com/ http://sekolahdi.blogspot.com/2010/05/un-dan-masa-depan-pendidikan-indonesia.html http://www/collegenet.co.uk/admin /download/inside the black box_23_doc.pdf http://litbang.kemdikbud.go.id/detail.php?id=215