You are on page 1of 68

PERBEDAAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN SUSU FORMULA TERHADAP FREKUENSI DIARE AKUT ANAK UMUR 0-18 BULAN

DI PUSKESMAS SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi di Program Studi D-IV Gizi klinik Jurusan Kesehatan

Oleh : LAILATUS SADIYAH B4108262

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2012

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER PERBEDAAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN SUSU FORMULATERHADAP FREKUENSI DIARE AKUT ANAK UMUR 0-18 BULAN DI PUSKESMAS SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

Telah Diuji Pada Tanggal : 14 Agustus 2012 Telah Dinyatakan Memenuhi Syarat Tim Penguji:

Ketua

dr.Arisanty Nur Setia Restuti NIP. 19830825 201012 2 005

Sekretaris,

Anggota,

dr. Arinda Lironika Suryana 19850817 201012 2 008

Ir. Heri Warsito.,MP NIP. NIP.19620926 198803 1 001

Mengetahui, Direktur Politeknik Negeri Jember

Menyetujui, Ketua Jurusan Kesehatan

Ir. Nanang Dwi Wahyono., MM NIP. 19590822 198803 1 001

Ir. Heri Warsito., MP NIP.19620926 198803 1 001

PERSEMBAHAN Laporan Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada:

Ayahku (Basyir) dan ibuku tercinta (Yayuk Wirahayu S.pd), yang selalu mendoakan dan mencurahkan kasih sayang kepada penulis, terima kasih untuk Mas (Bayu Rahmat Reza, Amd.kom).

Mama nul, Mami, mama Elo, mbak Ana, mbak Yul, yang tak pernah lelah memberikan bantuan moril dan materil yang luar biasa.

Dya Maretya,sahabat yang selalu memberi motivasi dalam keadaan susah maupun senang, terimakasih ^.^

Saudaraku, wiwin, sefi, agatha, ana, uniq, lusi, Mbak Hima, Trias Leonita dan Vrita auliya Sendy,terimakasih atas kebaikan dan motivasi kalian ^x^ 1st Generation Gizi Klinik 2008, terima kasih atas perhatian, pengertian dan kegilaan kalian ^.^

Dosen serta staf Politeknik Negeri Jember, khususnya Jurusan Kesehatan Program Studi Gizi Klinik yang telah membimbing dan memberikan semangat.

*Almamaterku Tercinta Politeknik Negeri Jember*

Motto Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil (Mario Teguh) Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang. (Albert Einstein) Semua prestasi, semua kekayaan yang diperoleh, bermula dari satu gagasan (Napoleon Hill) Orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan, tetapi hebat dalam tindakan (Confusius) Berangkat dengan penuh keyakinan, Berjalan dengan penuh keikhlasan Istiqomah dalam menghadapi cobaan (Penulis)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Lailatus Sadiyah NIM : B4 108 262 Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Tugas Akhir Saya yang berjudul Perbedaan Pemberian ASI eksklusif dan Susu Formula Terhadap Frekuensi Diare Akut anak umur 0 18 bulan di Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember merupakan gagasan dan hasil karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing, dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini.

Jember, 27 September 2012

Lailatus Sadiyah NIM B4108262

ABSTRACT

Lailatus Sa'diyah. Department of Health, Clinical Nutrition Program, State Polytechnic Jember. Difference Formula milk Breastfeeding and incidence of diarrhea in health centers Against Sumbersari Jember. Commission Advisor: Agustina Endah W.,S.Sos, M.Kes and dr.Adhiningsih Yulianti. The purpose of this study to compare breast-feeding and formula milk on the incidence of diarrhea, to analyze breast-feeding and formula milk on the incidence of diarrhea, this research method is a descriptive epidemiological study with a sample of 44 respondents using test data analysis Paired T test. The results of the test Paired T test showed that segnifikan results (p <0.05) that there are differences in breast milk and formula milk on the incidence of diarrhea. The conclusions of this study is that there are differences in breast-feeding and formula milk on the incidence of diarrhea, milk formula better than milk causes diarrhea. Key words: breast milk, formula milk, the incidence of diarrhea

RINGKASAN Lailatus Sadiyah. Jurusan Kesehatan, Program Studi Gizi Klinik, Politeknik Negeri Jember. Perbedaan Pemberian ASI eksklusif dan Susu Formula terhadap Frekuensi Diare Akut anak umur 0- 18 bulan di Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember. Komisi Pembimbing, Ketua: Agustina Endah W., S.Sos, M.Kes, Anggota: dr. Adhiningsih Yulianti

ASI adalah pemberian air susu ibu sedini mungkin setelah persalinan. Susu formula dibuat dari susu sapi yang diubah komposisinya sehingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI, diare adalah suatu gejala dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 kali dalam sehari) buang air hingga lima kali sehari dan fesesnya lunak.

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pemberian ASI dan susu formula terhadap kejadian diare, untuk menganalisa pemberian ASI dan susu formula terhadap kejadian diare, Metode penelitian ini yaitu survey analitik

dengan jumlah masing- masing sampel 27 responden analisa data menggunakan uji Paired T test.

Hasil penelitian dari uji Paired T test menunjukan hasil yang segnifikan (p<0,05) bahwa ada perbedaan ASI eksklusif dan susu formula terhadap frekuensi diare.

Simpulan penelitian ini adalah ada perbedaan pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap frekuensi diare Akut, susu formula lebih menyebabkan kejadian diare dibandingkan ASI eksklusif

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kami, sehingga penulisan tugas akhir yang berjudul Perbedaan ASI eksklusif dan Susu Formula Terhadap Frekuensi Diare Akut Anak Umur 0-18 Bulan di Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember dapat diselesaikan dengan baik. Tulisan ini adalah laporan hasil penelitian yang dilaksanakan mulai bulan September 2011 sampai dengan Agustus 2012 bertempat di Politeknik Negeri Jember. Kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ir. Nanang Dwi Wahyono., MM, selaku Direktur Politeknik Negeri Jember 2. Ir. Heri Warsito., MP, selaku Ketua Jurusan Kesehatan Politeknik Negeri Jember. 3. Ir. Rindiani MP., selaku Ketua Program Studi D-IV Gizi Klinik Politeknik Negeri Jember. 4. Agustina Endah W., S.Sos, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Utama Politeknik Negeri Jember. 5. dr. Adhiningsih Yulianti, selaku Dosen Pembimbing Anggota Politeknik Negeri Jember. 6. Dosen Program Studi Gizi Klinik Politeknik Negeri Jember. 7. Kedua orang tua yang memberikan doa dan kasih sayang. 8. Teman-teman mahasiswa Gizi Klinik 2008 dan semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini masih terdapat ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan laporan tugas akhir ini dan semoga bermanfaat bagi semua. Jember,27 September 2012

Penulis

DAFTAR ISI Halaman JUDUL ......................................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. HALAMAN MOTTO ................................................................................. SURAT PENYATAAN ................................................................................ ABSTRACT ................................................................................................. RINGKASAN .............................................................................................. PRAKATA.................................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................ DAFTAR TABEL ........................................................................................ DAFTAR GAMBAR ................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................ ii iii iv v vi vii viii ix xi xii xiii xiv

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ........................................................................... 2 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian............................................................................. 4 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5 A. ASI eksklusif ..................................................................................... 5 1. Definisi ASIeksklusif .................................................................... 5 2. Jenis ASI eksklusif ........................................................................ 5 3. Kandungan Nutrisi ASI ................................................................. 6 B. Susu Formula ..................................................................................... 8 C. Diare .................................................................................................. 12 1. Definisi .......................................................................................... 12 2. Etiologi .......................................................................................... 12 3. Patogenesis .................................................................................... 13 4. Gejala Klinis.................................................................................. 14

5. Penularan ....................................................................................... 15 6. Komplikasi .................................................................................... 15 7. Pencegahan .................................................................................... 16 BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN.. 20 A. Kerangka Konseptual ........................................................................ 20 B. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 20 BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 21 A. Jenis Penelitian .................................................................................. 21 B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 21 C. Variabel Penelitian ............................................................................. 21 D. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ............................................ 23 E. Teknik Sampling ................................................................................ 25 F. Teknik Pengambilan Data .................................................................. 25 G. Analisa Data ...................................................................................... 26 BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 29 A. Data Umum ....................................................................................... 29 B. Data Khusus ...................................................................................... 34 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 38 A. Kesimpulan ....................................................................................... 38 B. Saran .................................................................................................. 38 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 39 LAMPIRAN......................................................................................................... 41

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Jumlah harian 7 kkal/ 10 gr formula yang dibutuhkan Perkiraan oleh bayi ber umur kurang dari Enam Bulan...................................... Tabel 2.2 Perbandingan Komposisi ASI dan Susu Formula.............................. Tabel 2.3 Penentuan Derajat Dehidrasi Menurut WHO.................................... Tabel 4.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.................................... Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur................. Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan jenis Kelamin Pasien......... Tabel5.3 Tabel5.4 Tabel5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua........... Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua......... Perbedaan Frekuensi Diare pada anak yang diberi ASI dan susu formula.................................................................................................

9 11 14 21 29 30 31 32

34

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 Gambar 5.1 Gambar 5.2 Gambar 5.3 Gambar 5.4 Gambar 5.5 Kerangka Konseptual.......................................................................... Karakteristik Responden Berdasarka umur......................................... Karakteristik Responden Berdasarkan jenis Kelamin......................... Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Orang tua............ 20 30 31 32

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Orangtua .............. 33 Perbedaan Frekuensi Diare pada anak yang diberi ASI dan susu formula................................................................................................. 34

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lembar Persetujuan.................... 40 Lembar Kuesioner..........................


41

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9

Hasil Kuisoner................................ 48 Hasil Analisa Data Menggunakan SPSS.... 50 Jadwal Penelitian.................................. Etical Clearence. Surat Izin Penelitian .. Hasil Uji Validitas ................................................................ Biodata Peneliti .
51

52 53
57

60

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: : Lailatus Sadiyah : B4 108 262 : Gizi Klinik : Kesehatan

Nama NIM Program Studi Jurusan

Demi pengembangan Ilmu Pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada UPT. Perpustakaan Politeknik Negeri Jember, Hak Bebas Royalti NonEksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Karya Ilmiah berupa Laporan Tugas Akhir : PERBEDAAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN SUSU FORMULA TERHADAP FREKUENSI DIARE AKUT ANAK UMUR 0-18 BULAN DI PUSKESMAS SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini UPT. Perpustakaan Politeknik Negeri Jember berhak menyimpan, mengalih media atau format, mengelola dalam bentuk Pangkalan Data (Database), mendistribusikan karya dan menampilkan atau mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta. Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Politeknik Negeri Jember, Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas Pelanggaran Hak Cipta dalam Karya ilmiah ini. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Jember Pada Tanggal: 14 September 2012 Yang menyatakan, Nama : Lailatus Sadiyah NIM. : B4 108 262

BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyebab utama kematian di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2000) adalah kejadian diare. Prevalensi kejadian diare pada tahun 2011 di Kabupaten Jember mencapai 12.050 jiwa. Kejadian diare pada bayi dapat disebabkan karena kesalahan dalam pemberian makan, dimana bayi sudah diberi makan selain ASI (Air Susu Ibu) sebelum berusia 4 bulan (Depkes, 2001). Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, mikroorganisme patogen maupun zat alergen lainnya masih merupakan masalah. Infeksi gastrointestinal maupun non gastrointestinal lebih sering ditemukan pada bayi yang mendapat pengganti air susu ibu (PASI) dibanding dengan yang mendapat air susu ibu (ASI). Hal ini menandakan bahwa ASI merupakan komponen penting pada sistem imun mukosa gastrointestinal maupun mukosa lain, karena sebagian besar mikroorganisme masuk ke dalam tubuh melalui mukosa (Matondang, , 2008). Perilaku yang kurang sehat sangat beresiko bagi bayi untuk terkena diare karena pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI, bayi kehilangan kesempatan untuk mendapatkan zat kekebalan yang hanya dapat diperoleh dari ASI, adanya kemungkinan makanan yang diberikan bayi sudah terkontaminasi oleh bakteri karena alat yang digunakan untuk memberikan makanan atau minuman kepada bayi tidak steril. Berbeda dengan makanan padat ataupun susu formula, ASI bagi bayi merupakan makanan yang paling sempurna.

Hal ini disebabkan karena adanya antibodi penting yang ada dalam kolostrum dan ASI (dalam jumlah yang sedikit), selain itu ASI juga selalu aman dan bersih sehingga sangat kecil kemungkinan bagi kuman penyakit untuk dapat masuk ke dalam tubuh anak (Depkes, 2001). ASI selain sebagai sumber nutrisi dapat memberi perlindungan kepada bayi melalui berbagai zat kekebalan yang dikandungnya, meskipun ibu dalam kondisi kekurangan gizi sekalipun, ASI tetap mengandung nutrisi esensial yang cukup untuk bayi dan mampu mengatasi infeksi melalui komponen sel fagosit dan imunoglobin (Munazir, 2008). Bayi yang diberi susu formula berkemungkinan 14,2 kali lebih sering terkena diare dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI. Keadaan ini

menggambarkan seluruh produk ASI dapat terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini dapat disebabkan karena ASI mengandung nilai gizi yang tinggi, adanya antibodi, sel-sel leukosit, enzim, hormon, dan lain-lain yang melindungi bayi terhadap berbagai infeksi (Soetjiningsih, 2001). Menurut Wijayanti (2010) Ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi umur 0 6 bulan. Pada bayi yang diberi ASI Eksklusif presentase bayi yang tidak diare lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang mengalami diare. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang perbandingan pemberian ASI eksklusif pada anak usia 0-18 bulan diare akut.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang terdapat permasalahan, yaitu apakah ada perbedaan antara pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap frekuensi diare akut anak usia 0-18 bulan ? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan antara pemberian ASI eksklusif dan susu formula terehadap frekuensi diare akut pada anak usia 0-18 bulan. 2. Tujuan Khusus a. Untuk menganalisa antara pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap frekuensi diare akut b. Untuk mengetahui perbedaan antara pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap frekuensi diare akut D. Manfaat 1. Bagi Puskesmas Sebagai masukan dalam membuat perencanaan kebijakan pencegahan penyakit diare, penyusunan perencanaan kesehatan, dan evaluasi program kesehatan khususnya dalam pencegahan penyakit diare. 2. Bagi masyarakat Sebagai masukan informasi tentang perbedaan pemberian ASI eksklusif dan susu formula pada anak usia 0-18 bulan terhadap diare akut, sehingga masyarakat lebih meningkatkan kepeduliannya terhadap pentingnya dalam pemberian ASI yang sehat pada anak.

3. Bagi Peneliti Sebagai tambahan pengetahuan baru tentang perbedaan pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap diare akut.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu (ASI Eksklusif) 1. Definisi ASI eksklusif yaitu makanan bayi yang penting pada bulan-bulan pertama kehidupanya. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi, karena ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna kualitas dan kuantitas (Roesli, 2005). 2. Jenis ASI Menurut waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu (Roesli, 2005) : 1. ASI kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mammae, yang berupa cairan bening dan kental yang berwarna agak kekuningan dan agak lengket yang keluar dari ibu pada 1-5 hari pertama setelah melahirkan. 2. ASI transisi merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur. ASI disekresi dari hari ke 5 sampai hari ke 10 dari masa laktasi. Jumlah volume ASI semakin meningkat tetapi komposisi protein semakin rendah, sedangkan lemak dan karbohidrat semakin tinggi, hal ini untuk memenuhi kebutuhan bayi karena aktifitas bayi yang mulai aktif dan bayi sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan. Pada masa

ini pengeluaran ASI mulai stabil. ASI yang disekresi pada hari ke-10 sampai seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan. 3. ASI matur adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan dengan volume bervariasi yaitu 300- 850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. Volume ASI pada tahun pertama adalah 400- 700 ml/24 jam, tahun ke dua 200- 400ml/24jam, dan sesudahnya 200ml/24 jam. 3. Kandungan Nutrisi ASI Eksklusif a. Kolostrum Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat pada alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan sesudah masa nifas berupa cairan viscous (kental) dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning dibanding dengan susu matur lainya. Pada ASI terdapat protein yang cukup tinggi, lemak dan karbohidrat yang cukup, mineral terutama natrium, kalium, klorida dan antibodi dengan jumlah lebih tinggi, vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi, volume berkisar 150 300ml/24 jam (Roesli, 2005) b. Protein ASI mengandung protein lebih rendah dari air susu sapi (ASS), tetapi protein ASI ini mempunyai nilai nutrisi yang tinggi (lebih mudah dicerna). ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi dan sangat

penting untuk pertumbuhan retina serta mempengaruhi pertumbuhan otak bayi (BKKBN, 2004).

c. Karbohidrat ASI mengandung karbohidrat relatif tinggi jika dibandingkan dengan ASS (6,5 gram %). Karbohidrat yang utama terdapat dalam ASI yaitu laktosa. Kadar laktosa ini oleh fermentasi akan diubah menjadi asam laktat. Adanya asam laktat memberikan suasana asam didalam usus bayi. Dengan suasana asam didalam usus bayi akan memberikan beberapa keuntungan diantaranya menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis atau patogen, memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik, mensintesa vitamin dan memudahkan absorpsi dari mineral misalnya kalsium, fosfor dan magnesium (BKKBN, 2004) d. Lemak Lemak dalam ASI merupakan sumber kalori utama bagi bayi, sumber vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E,K) dan sumber lemak esensial (BKKBN, 2004) e. Mineral ASI mengandung mineral yang cukup lengkap walaupun kadar relatif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan, Fe dan Ca stabil, garam organik yang terdapat dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium dan natrium dari asam klorida dan fosfat (BKKBN, 2004)

f. Vitamin Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap yaitu terdapat vitamin A, D dan C yang cukup. tidak mengandung vitamin B-12 dan asam folat yang bebas, karena pada ASI terdapat nutrien- karier protein yang mengikat B-12 dan asam folat sehingga kedua unsur tersebut tidak tersedia untuk pertumbuhan E.coli dan bakterioidis (BKKBN, 2004) g. Energi Energi pada ASI relatif rendah yaitu 77 kalori/100 ml ASI. 90% berasal dari karbohidrat dan lemak, 10% berasal dari protein. (BKKBN, 2004). B. Susu Formula Menurut Depkes (2007) Susu formula dibuat dari susu sapi yang diubah komposisinya sehingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI. Susu formula bayi terbagi dalam 2 jenis yaitu : 1. Formula awal (starting formula) 0-6 bulan : a. Adapted formula : susunan nutrisi Adapted formula mendekati nilai nutrisi ASI yang dibutuhkan bayi pada umur 0- 6 bulan. Pada umur 3- 4 bulan fungsi saluran pencernaan dan ginjal belum sempurna sehingga pengganti ASI harus mengandung zat-zat gizi yang mudah dicerna dan tidak mengandung mineral baik lebih ataupun kurang.

b.

Complete Formula : kadar protein lebih tinggi dan rasio antar fraksi protein tidak disesuaikan dengan ASI, serta kadar mineral jauh lebih tinggi.

2.

Susu formula lanjutan (follow - up formula) : 6 -12 bulan, diberikan bagi anak dengan umur 6 bulan keatas mengandung protein yang lebih tinggi sedangkan rasio fraksi proteinnya tidak mengikuti rasio pada ASI (Depkes, 2007). Pemberian Susu formula harus disesuaikan dengan kebutuhan kalori

anak, berdasarkan berat anak, perkiraan kebutuhan kalori dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.1 Perkiraan Jumlah Harian 7 kkal/ 10 gr Formula yang Dibutuhkan Oleh Bayi Berumur Kurang dari Enam Bulan. Berat Bayi LB Kebutuhan Jumlah (kg) (Lingkar Badan) Kalori Ounces Formula yang dibutuhkan 3 6,6 324 16,2 4 8,8 432 21,6 5 11,0 540 27,0 6 13,2 648 32,4 7 15,2 756 37,8 8 17,6 864 43,2 Sumber : Moore,M.C. Terapi Diet dan Nutrisi ed. 1994. Pemberian susu formula pada bayi baru lahir beresiko tinggi bagi kesehatannya. Diketahui pencampuran dengan tingkat pengenceran yang salah dan kebersihan air pencampur yang buruk menyebabkan bayi mudah terserang penyakit (Depkes, 2007).

Frekuensi pemberian susu formula tidak disarankan berlebihan dan sebaiknya diimbangi oleh pemberian ASI. Hal ini diberikan agar meminimalkan terjadinya infeksi pada saluran pencernaan anak usia 0-18 bulan seperti intoleransi laktosa (Depkes, 2007). Cara menyiapkan dan menyajikan Susu formula : 1. Membersihkan permukaan meja yang akan digunakan sebagai alas

untuk membuat susu formula, mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir kemudian mengeringkan tangan dengan lap yang bersih. 2. Merebus air hingga 10 menit dalam panci tertutup, setelah mendidih di diamkan selama 10 menit agar suhunya turun menjadi 700C. 3. Menuangkan kedalam botol bayi yang telah disterilkan dengan takaran yang tidak berlebihan (untuk 1x minum) lalu memasukan susu yang dianjurkan oleh label kemudian ditutup kembali dan di kocok. 4. Sisa susu yang lebih dari 2 jam sebaiknya dibuang, karena susu yang dibiarkan dalam suhu kamar akan mudah terkontaminasi oleh bakteri (Pamedar, 2008). Susu formula disusun agar komposisi dan kadar nutrisinya memenuhi kebutuhan bayi secara fisiologis serupa dengan komposisi ASI, namun beberapa peran ASI belum mampu digantikan oleh susu formula seperti peran bakteriostatik, anti alergi atau peran psikososial. Hal tersebut terjadi karena anak sebelum usia 6 bulan sistem pencernaan bayi belum sempurna dan belum mampu menolak faktor alergi ataupun kuman yang masuk (Purwanti, 2004).

Anak yang diberikan susu formula biasanya mudah sakit dan sering mengalami problema kesehatan seperti sakit diare dan lain-lain yang memerlukan pengobatan sedangkan anak yang diberikan ASI biasanya jarang mendapat sakit dan apabila sakit biasanya ringan dan jarang memerlukan perawatan (Wahyu, 2000). Berikut adalah tabel yang berisi nilai kandungan gizi dalam ASI dan susu formula sehingga pembaca dapat langsung membandingkan nilai gizinya : Tabel 2.2 Perbandingan Komposisi ASI dan Susu Formula Komposisi (g/100ml) Lemak (g) Karbohidrat (kkal) ASI (g/100 ml) 3,0 5,5 6,6 7,1 65- 70 1,1 1,4 0,4 -0,5 0,7 -0,9 0,2 40 30 30 4 0,2 10 10 Vitamin A (SI) 0,3- 0,6 61-112 41- 102 41- 71 4- 7 0,7 1,0 0,1 0,3 24- 33 36- 90 3,5 5,0 4- 6,9 Susu Formula (g/100ml) 1,3 3,6 7,32 -9,6 51 -74 1,76- 2,4

Protein (g) Kasein Whey

Mineral K (mg) Ca (mg) C1 (mg) Mg (mg) Fe (mg) Zn (mg) Na (mg) P ( mg) Cu ( ug) Mn (ug)

B1 (mg) B2 (mg) B6 (mg) B12 (ug) C (mg) D (SI) Biotin (mg) Niasin Asam folat (ug) Pantotenat

150- 270 0,017 0,03 0,02 0,04 4,4 6 0,2 0,17 0,2 0,24

222- 300 0,3 0,7 0,06 0,08 5,4 120 0,03 0,15 0,09 0,14 47,6 75 0,27 -0,6 1-3 0,6 0,89

Sumber : Suplemen brosur industri makanan dalam pudjiadi, (Zakaria,2006). Keterangan : a. b. c. d. SI : Standar internasional (g) : gram (mg) : miligram (ug) : mikrogram

C.

Diare Akut 1. Definisi Diare akut Diare adalah suatu gejala dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 kali dalam sehari) buang air hingga lima kali sehari dan fesesnya lunak. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari tujuh hari). Apabila anak dinyatakan diare yaitu frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak , bila frekuensi lebih dari 3 kali (Masri, 2004).

2. Etiologi Menurut Depkes RI (2007), penyebab diare disebabkan oleh adanya beberapa faktor. Faktor infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak usia 0 18 bulan. Jenis infeksi yang umumnya menyerang dibagi menjadi dua, yaitu: a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri, infeksi virus dan infeksi parasit. b. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan, meliputi Otitis Media Akut (OMA), Tonsillitis/Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terjadi pada anak dibawah umur 2 tahun.
3. Patogenesis

Diare terjadi melalui patogenesis sebagai berikut: a. Gangguan Osmotik, bahan tersebut berupa larutan isotonik dan hipertonik. Pada larutan isotonik, air dan bahan yang larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi yang diabsorbsi berupa larutan hipertonik, air dan elektrolit akan pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari isi usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah, sehingga terjadi pula diare (Zakaria, 2006). b. Gangguan Sekretorik, akibat akibat rangsangan mediator rangsangan tertentu (toksin), terjadi abnormal misalnya enterotoksin,

menyebabkan vili gagal mengabsorbsi natrium, sedangkan sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus mengeluarkannya sehingga timbul diare (Zakaria, 2006). c. Gangguan Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya

kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang dapat menimbulkan diare (Zakaria, 2006).

4.

Gejala Klinis Mula- mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh

biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare (Masri, 2004). Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir

dan mulut serta kulit tampak. Bila penderita telah

kehilangan banyak

cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Dehidrasi lebih cepat terjadi pada bayi dan anak kecil. Pada iklim yang panas,kering dan pada mereka yang mengalami demam (Masri, 2004). Tabel 2.3 Penentuan Derajat Dehidrasi Menurut WHO Tanda dan Dehidrasi Dehidrasi gejala Ringan Sedang Keadaan umum Haus , sadar, dan gelisah Haus, gelisah

Dehidrasi Berat Ngantuk, lemas, berkeringat, ekstremitas dingin, sianotik. Cepat, halus, kadang tidak teraba(>140/menit) Dalam dan cepat

Nadi

Normal (<120/menit)

Sepat dan lemah (120140/menit)

Pernapasan

Normal

Dalam agak cepat

5.

Penularan Menurut Widjaja (2002) agen infeksi yang menyebabkan penyakit diare

biasanya ditularkan melalui jalur fecal-oral, yang disebabkan karena : a. Menelan makanan atau minum air yang terkontaminasi (terutama makanan sapihan) atau air. b. Kontak dengan tangan yang terkontaminasi dan langsung dipakai untuk memegang makanan tanpa mencuci c. d. e. Tidak memadainya penyediaan air bersih Air tercemar oleh tinja Kurangnya sarana kebersihan (pembuangan tinja disembarang tempat)

f. g. h.

Kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek Penyimpanan makanan yang tidak sesuai. Tindakan penyapihan yang tidak baik (memperhentikan ASI terlalu dini, susu botol, pemberian ASI yang selang seling dengan susu botol pada usia 4-6 bulan pertama). Faktor lain yang menunjang penularan penyakit diare adalah

pendidikan yang kurang, tahayul, iklim yang panas dan lembab, jumlah anggota keluarga yang besar, tingkat penghasilan, dan lain-lain. Dengan bertambahnya pengetahuan, cara pengobatan terhadap penyakit diare dapat diperbaiki (Tumbeleka, 2008). 6. Komplikasi Kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti dehidrasi (ringan, sedang, berat), intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus, kejang (terutama pada dehidrasi hipertonik), dan malnutrisi energi protein (karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan). 7. Pencegahan Untuk mencegah terjadinya diare, bermacam- macam cara telah dilakukan agar penyebab diare tidak masuk kedalam tubuh. Ada 6 cara yang telah direkomendasikan oleh (Depkes RI, 2007) dan terbukti cukup efektif dalam mencegah penyakit diare, yaitu : a. Pemberian ASI

1)

Ibu sebaiknya hanya memberikan air susu ibu untuk bayi mereka selama 4-6 bulan, pertama dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian ASI sampai 2 tahun pertama atau lebih, sambil memberikan makanan tambahan.

2)

Seorang Ibu baru harus diajarkan mengenai bagaimana cara menempatkan payudara kedalalam mulut bayi. Hal ini paling baik dilakukan oleh seorang petugas kesehatan wanita atau wanita lain yang telah berhasil menyusui anaknya sendiri.

3)

Agar pemberian ASI berlangsung sangat efektif, maka ibu harus Mulai memberikan ASI segera mungkin setelah bayi tersebut lahir, Menyusui menjadi kebutuhan (semakin sering anak mengisap, suplai susu semakin Banyak), mengeluarkan ASI secara manual untuk menghindari pembesaran Payudara.

Selama periode pemisahan bayi sebaiknya tidak memberikan cairan apapun kepada bayi, seperti misalnya air, air gula, atau susu formula, selama 4-6 bulan pertama dari kehidupanya, apabila ibu bekerja diluar rumah dan tidak memungkinkan bagi ibu untuk merawat anaknya, maka seorang ibu harus menyusui sebelum meninggalkan rumah, pada saat kembali pada malam harinya, dan pada saat kapan saja ketika seorang ibu sedang bersama anaknya. Seorang ibu harus terus menerus menyusui bayi pada saat bayinya sakit dan setelah sembuh dari sakit.

b. Memperbaiki cara Penyapihan Makanan tambahan yang bergizi dan bersih dimulai ketika seorang anak sekitar berumur sekitar 4- 6 bulan. Awalnya, makanan bubur lunak adalah yang terbaik. 1) Diet anak harus semakin bervariasi dan meliputi: makanan pokok yang ada dalam masyarakat (biasanya sereal atau umbi-umbian) buncis atau kacang-kacangan; beberapa makanan yang berasal dari hewan, misalnya susu, telur, atau daging dan sayuran berdaun hijau atau berwarna jingga. 2) Anak juga harus dibeli buah-buahan atau jus buah, dan minyak sayur atau lemak harus ditambahkan pada makanan penyapihannya. 3) Minum lebih baik diberikan dengan menggunakan cangkir atau sendok daripada dengan botol. 4) Anggota keluarga harus menyuci tangan mereka sebelum menyiapkan makanan penyapihan dan sebelum memberikan makanan pada bayinya. 5) Makanan harus disajikan dalam suatu wadah yang bersih,

menggunakan panci dan perkakas yang bersih. 6) Makanan yang tidak dimasak harus dibersihkan dengan air bersih sebelum dimakan. 7) Makanan yang dimasak harus dimakan selagi hangat; sebelumnya, makanan yang akan disajikan harus dipanaskan kembali dimakan.

8) Makanan yang akan disimpan harus ditutup dan disimpan dalam lemari es (jika memungkinkan). c. Penggunaan air untuk higienis dan air untuk minum 1) Menggunakan air yang dapat disediakan dengan mudah untuk hygiene perorangan dan domestik 2) Air untuk minum sebaiknya didapatkan dari sumber-sumber air yang ada sumber air harus dijaga dengan : menghindari dari hewan; lokalisasi jamban lebih dari 10 meter dari sumber air dan bukit; dan menggali parit saluran air dari sumber kearah yang lebih rendah untuk mengalirkan air buangan. 3) Air diletakan dan disimpan dalam wadah yang bersih dan tertutup. Pengambilan air dan wadah penyimpanan harus menggunakan gayung bertangkai panjang yang bersih 4) Air yang digunakan untuk membuat makanan dan minuman harus direbus terlebih dahulu. d. Mencuci tangan Seluruh keluarga harus mencuci tangan mereka pada saat: 1) Membersihkan anak yang habis membuang air besar, dan setelah membuang kotoran anak 2) Setelah membersihkan buang air besar 3) Sebelum menyajikan makanan 4) Sebelum makan 5) Sebelum memberi makan anak

e.

Penggunaan Jamban Seluruh keluarga harus memiliki jamban yang bersih dan fungsi dengan baik serta membersihkanya secara teratur

f.

Membuang kotoran anak secara benar 1) Kotoran anak atau bayi harus segera diangkat, dibungkus dengan daun atau koran dan dipendam atau dibuang didalam jamban 2) Setelah anak buang air besar harus segera dibersihkan dan tangan anak harus dicuci.

BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL A. Kerangka Konseptual

1. Anak Usia 0 18 bulan yang mengalami Diare Akut

Pemberian ASI Frekuensi Kejadian Diare dalam 6 bulan Terakhir

Pemberian Susu formula

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual = Di teliti = Tidak diteliti

B. Hipotesis H1 : Ada perbedaan frekuensi kejadian diare akut terhadap pemberian ASI eksklusif dan susu formula pada anak umur 0 18 bulan.

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini yaitu Survei Analitik Studi ini di mulai dengan pengumpulan fakta tentang perbedaan pemberian ASI ekslusif dan susu formula terhadap kejadian diare akut anak usia 0- 18 bulan, dengan cara mensurvei tempat yang akan dilaksanakanya penelitian. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sumbersari kabupaten Jember . dengan mengambil waktu penelitian pada 18 30 Juni 2012. C. Variabel Penelitian Menurut (Sugiyono, 2011), Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Variabel Independen (bebas), yaitu variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab timbulnya dependen. Dalam penelitian ini variabel independen adalah ASI eksklusif dan susu formula. 2. Variabel Dependen (Terikat), yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, dalam penelitian ini diare akut sebagai variabel terikatnya

21

Tabel 4.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


No 1. Variabel Variabel bebas : susu formula Definisi Operasional Formula bayi dibuat dari susu sapi a. yang diubah komposisinya hingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI b. ASI merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi karena mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dan cukup baik dibandingkan dengan makanan bayi yang lain. frekuensi buang air Parameter Alat Ukur Kuisioner susu Skala Rasio

Diteliti :
Frekuensi Pemberian formula

2.

ASI

Diteliti : Apakah ibu membersihkan payudara sebelum menyusui

kuesioner

Rasio

3.

Variabel terikat Diare

Diteliti : Faktor yang mempengaruhi kejadian diare

kuesioner

Nominal

3x dalam sehari dengan


bentuk tinja yang cair atau encer

D. Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah anak usia 0-18 bulan mengunjungi Puskesmas Sumbersari kabupaten Jember dengan jumlah Pasien 452 perbulan. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2002). Sampel dari penelitian ini adalah anak umur 0 -18 bulan yang mengunjungi Sumbersari kabupaten Jember, pada waktu dilakukan penelitian yang memenuhi kriteria penelitian sebagai berikut. Kriteria inklusi dan eksklusi yang diterapkan pada populasi sumber sampel adalah sebagai berikut: a. Kriteria Inklusi: 1) Anak dengan umur 0 18 bulan yang diberi ASI eksklusif 2) Anak dengan umur 0 -18 bulan yang diberi susu formula 3) Responden bersedia untuk mengikuti penelitian dan telah menandatangani informed consent.
b. Kriteria Eksklusi. 1) Anak dengan usia >18 bulan

2) Anak yang mengalami diare Kronik Untuk menghitung sampel yang dibutuhkan bagi ketepatan (accuracy) dalam membuat perkiraan atau estimasi proporsi dan akan timbul beberapa pertanyaan, setelah terjawab kita dapat menghitung besarnya sampel untuk mengukur proporsi dengan derajat akurasi pada tingkatan satatistik yang

bermakna (significance) dengan menggunakan formula yang sederhana seperti dibawah ini menurut Nursalam 2003 menggunakan rumus :
n=

Keterangan : n = Perkiraan jumlah sampel

N = Perkiraan besar populasi z p q d = Nilai standar normal untuk = (1,96) = Perkiraan proporsi jika tidak diketahui dianggap 50%(0,5) = 1- p (100% - p)(0,75) = Tingkat kesalahan yang diperoleh (d = 0,05)

Perhitungan sampel menggunakan rumus Nursalam 2003 yaitu : n=


( )

= 27 sampel

n = Besarnya sampel Dari survei yang telah dilakukan di Puskesmas sumbersari untuk bayi dengan kejadian diare didapatkan populasi 452 anak per bulan, sehingga didapatkan 27 Sampel dalam satu variabel, penelitian ini terdapat 2 Variabel yaitu ASI eksklusif dan susu formula, jadi dalam penelitian ini terdapat 54 responden, dimana 27 responden dengan ASI eksklusif, dan 27 responden dengan susu formula.

E. Teknik Sampling Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Purposive Sampling. Alasan penelitian menggunakan teknik Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sesuai keinginan peneliti. Peneliti mengambil sempel sesuai dengan jumlah populasi yang telah menyetujui menjadi responden dengan mengisi formulir inform concent F. Teknik Pengumpulan Data Data primer : diperoleh melalui survei serta wawancara secara langsung pada responden dengan menggunakan kuesioner yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Data sekunder : diperoleh dari instansi kesehatan yaitu puskesmas serta dari tempat penelitian yang dikumpulkan pada waktu penelitian yaitu berupa karakteristik responden. 1. Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa data umum yang meliputi kejadian diare akut pada anak usia 0- 18 bulan, meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan orangtua, pekerjaan orang tua. Data data khusus berupa pasien diare. 2. Kuesioner Kuesioner diberikan kepada responden, kuesioner dilakukan uji validitas dan reabilitas pada 30 responden yang tidak menjadi sampel penelitian. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan

suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data yang diteliti dengan tepat (Arikunto, 2006). Uji validitas pada penelitian ini dilakukan pada responden minimal 30 responden (Riwidikdo, 2009). Uji validitas dilakukan pada 30 responden pasien diare. Syarat minimum nilai validitas yang harus dipenuhi suatu alat ukur adalah 0,3. Dari hasil uji dengan menggunakan SPSS 16,0 diperoleh nilai di atas 0,3. Hal ini menunjukkan bahwa tiap pertanyaan berkorelasi positif dengan skor totalnya dan data yang dikumpulkan valid. Reabilitas adalah sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya (Notoadmojo, 2005). Uji realibitas pada penelitian ini menggunakan Cronbachs Alpha. Reabilitas suatu variabel dikatakan baik jika memiliki nilai cronbach Alpha > 0,6 3. Wawancara pada ibu, menggunakan teknik wawancara akan memberikan informasi atau menjawab pertanyaan dengan baik atau benar, apabila tercipta suasana yang bebas serta tidak kaku maka wawancara tersebut akan menghasilkan jawaban yang diharapkan. 4. Diagnosis petugas kesehatan G. Analisa Data Karakteristik data sampel berskala kontinue, dideskripsikan dalam frekuensi, mean, dan deviasi standar (SD). Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak berbasis komputer, yaitu dengan menggunakan uji T-test. Uji T-test digunakan untuk menentukan apakah dua sampel memiliki nilai rata-rata yang berbeda.

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban (Notoatmodjo, 2003). Untuk kuesioner tentang perbedaan pemberian ASI eksklusif dan susu formula dengan kejadian diare akut, hasil jawaban responden yang telah diberi skor dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah nilai tertinggi lalu dikalikan 100%. menggunakan model pilihan ganda dengan alternatif jawaban : a. Apabila responden menjawab benar : 3 b. Apabila responden menjawab kurang benar : 2 c. Apabila responden menjawab salah : 1 Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi dan dikelompokan sesuai dengan variabel yang diteliti, jawaban seluruh responden dari masing-masing Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi dan dikelompokan sesuai dengan variabel yang diteliti, jawaban seluruh responden dari masing-masing pertanyaan dijumlah dan dibandingkan dengan jumlah jawaban yang diharapkan kemudian dikali 100% dan hasil berupa presentase : Menurut Arikunto (2006) bahwa rumus yang digunakan: N= Sp Sm N = nilai yang didapat Sp = skor yang didapat Sm = skor tertinggi x 100%

Hasil prosentase kemudian diinterpretasikan dengan: d. Apabila responden menjawab benar : 76 - 100 % e. Apabila responden menjawab kurang benar : 56 75 % f. Apabila responden menjawab salah : < 56 % (Nursalam, 2003). kemudian dianalisa dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences) 16.0 for Windows.

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 18 30 Juni 2012 dengan responden sejumlah 54 responden, pengambilan sampel secara inklusi. Penyajian hasil penelitian dimulai dengan data umum dan data khusus, data umum meliputi karakteristik berdasarkan umur, pekerjaan, jenis kelamin, sedangkan data khusus disajikan berdasarkan variabel yang diukur dalam bentuk tabulasi. Selanjutnya hasil penelitian dianalisa sesuai dengan variabel yang diteliti menggunakan uji Paired T-test. Pembahasan mengenai hasil dan analisa data yaitu apakah ada perbedaan pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap frekuensi diare akut anak umur 0 18 bulan. A. Data Umum 1. Karakterisktik Responden Berdasarkan Anak Umur 0-18 Bulan Dalam penelitian ini didapatkan prosentase pada umur 0 - 6 bulan yaitu 30 anak (55,6%), umur 7- 12 bulan yaitu 15 anak (27,7%) dan umur 1318 bulan, yaitu sebanyak 9 anak (16,7%), hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Umur Frekuensi 0-6 7-12 13-18 Total 30 15 9 54

Prosentase 55,6% 27,7% 16,7% 100%

Responden Menurut Umur


40 Responden 30 20 10 0 0-6 07--12 Umur 13-18 0-6 07--12 13-18

Gambar 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Dari gambar diatas diketahui diare lebih banyak pada umur 0-6 bulan responden yang diberikan ASI eksklusif lebih sedikit bila dibandingkan dengan anak yang diberi susu formula, hal ini dikarenakan pembentukan kekebalan tubuh pada anak umur 0-6 bulan belum sempurna (Purwanti, 2004). 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dalam penelitian ini didapatkan prosentase pada jenis kelamin laki-laki yaitu 19 anak (35,20%) dan jenis kelamin perempuan yaitu 35 anak (64,8 %) hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase Laki laki Perempuan Total 19 35 54 35,20 % 64,8% 100%

Responden berdasarkan Jenis Kelamin


40 30 20 10 0 Laki laki Perempuan Laki laki Perempuan

Gambar 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dari gambar diatas diketahui pada gambar jenis kelamin perempuan lebih banyak terkena penyakit diare dari pada jenis kelamin laki-laki lebih sedikit, tetapi kesakitan diare tidak dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin. 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Orangtua Dalam penelitian ini didapatkan prosentase pada orang tua anak dengan kriteria pendidikan ibu dari anak umur 0 -18 bulan, yaitu jumlah responden pada tingkat pendidikan SD yaitu 10 responden (18,5%), SMP yaitu 4 responden (22,2%), SMA yaitu 30 ibu ( 55,5 %) dan S1 yaitu 10 responden (18,5%), hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Orang tua Pendidikan Frekuensi Prosentase SD SMP SMA S1 Total 10 4 30 10 54 18,5 % 7,5% 55,5 % 18,5% 100

Responden Menurut Pendidikan Orangtua


Responden
40 20 0 SD SMP Pendidikan SMA S1 SD SMP SMA S1

Gambar 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Orang tua Dari Gambar diatas dapat diketahui jumlah responden terbanyak dengan tingkat pendidikan SMA yaitu 30 responden (55,5%) hal ini didukung bahwa faktor pendidikan merupakan unsur yang mempengaruhi diare, karena diketahui tingkat pendidikan seseorang dapat menerima lebih banyak informasi terutama dalam menjaga kesehatan diri, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak pula pengetahuan untuk mencegah terjadinya suatu penyakit (Ebrahim, 1996). 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang tua Dalam penelitian ini didapatkan prosentase yaitu 35 orang tua dengan jenis pekerjaan buruh, jenis pekerjaan swasta yaitu 2 responden (4,5%), dan jenis pekerjaan wiraswasta 17 responden (38,6%) hal ini dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang tua Pekerjaan Frekuensi Prosentase Buruh Swasta Wiraswasta Total 35 2 17 54 64,9% 4,5 % 38,6% 100%

Responden menurut pekerjaan Orangtua


40 30 20 10 0 Buruh Swasta Pekerjaan Wiraswasta Responden Buruh Swasta Wiraswasta

Dari gambar diatas diketahui bahwa orang tua anak dengan keriteria pekerjaan sebagai buruh jauh lebih tinggi (64,9%), dibandingkan dengan pekerjaan wiraswasta (38,6%), sedangkan pekerjaan swasta lebih sedikit prosentasenya (4,5%) untuk kategori karakteristik pekerjaan tidak ada pengaruh tentang kejadian diare (Wijayanti,2010).

B. Data Khusus 1. Perbedaan Frekuensi Diare pada anak yang diberi ASI dan Susu

formula. Tabel 5.5 Perbedaan Frekuensi Diare pada anak yang diberi ASI dan Susu formula Frekuensi ASI Susu Jumlah Prosentase Eksklusif Formula >8x dalam 6 13 20 33 61,2% bulan terakhir 4-8x dalam 6 9 0 9 16,7% bulan terakhir 1-3x dalam 6 5 7 12 22,3 % bulan terakhir Jumlah 27 27 54 100%

Frekuensi Diare antara pemberian ASI dan susu Formula


25 20 15 10 5 0 >8x dalam 6 bulan 4-8x dalam 6 bulan 1-3x dalam 6 bulan terakhir terakhir terakhir Frekuensi jumlah anak

ASI Eksklusif Susu Formula

Gambar 5.5 Perbedaan Frekuensi Diare pada anak yang diberi ASI dan susu formula

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa kejadian diare untuk pemberian ASI eksklusif dalam jangka waktu 1-3x dalam 6 bulan terakhir yaitu 5 anak, jangka waktu 4-8x dalam 6 bulan terakhir 9 anak dan jangka waktu > 8x dalam 6 bulan terakhir yaitu 13 anak. Sedangkan untuk pemberian susu formula didapatkan kejadian diare dalam jangka waktu 1- 3 x dalam 6 bulan terakhir yaitu 7 anak,

jangka waktu 4- 8x dalam 6 bulan terakhir tidak ada anak yang mengalami diare, dan jangka waktu >8x dalam 6 bulan terakhir yaitu 20 anak yang mengalami kejadian diare. Hasil ini didukung dengan analisa uji statisktik Paired T test, Pada perbedaan ASI dan susu formula terhadap frekuensi diare, didapatkan t hitung 3,407, hal ini menunjukan t hitung pemberian ASI eksklusif dan susu formula pada frekuensi diare dengan waktu >8x dalam 6 bulan terakhir lebih besar dari t tabel 2,408, berarti ada perbedaan yang signifikan antara pemberian susu formula dan pemberian ASI eksklusif terhadap frekuensi diare akut pada anak umur 0-18 bulan di Puskesmas Sumbersari Jember. Penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa angka kejadian infeksi pada anak yang diberi ASI eksklusif lebih sedikit bila dibandingkan dengan anak yang diberi susu formula (Tumbeleka, 2008). anak yang diberikan susu formula biasanya mudah sakit dan sering mengalami masalah kesehatan seperti sakit diare dan lain-lain yang memerlukan pengobatan sedangkan bayi yang diberikan ASI eksklusif biasanya jarang mendapat sakit dan kalaupun sakit biasanya ringan dan jarang memerlukan perawatan (Wahyu, 2000). Pemberian susu formula pada bayi baru lahir beresiko tinggi bagi kesehatannya. Begitu pula pencampuran dengan tingkat pengenceran yang salah dan kebersihan air pencampur yang buruk menyebabkan anak mudah terserang penyakit. Frekuensi pemberian susu formula tidak disarankan berlebihan dan sebaiknya diimbangi oleh pemberian ASI eksklusif. Hal ini

diberikan agar meminimalkan terjadinya infeksi pada saluran pencernaan anak usia 0-18 bulan seperti intoleransi laktosa (Depkes, 2007). Angka kejadian diare pada anak umur 0-18 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif lebih sedikit bila dibandingkan dengan anak yang diberikan susu formula. Hal ini dikarenakan ASI eksklusif adalah asupan yang aman dan bersih bagi bayi dan mengandung antibodi penting yang ada dalam kolustrum, sehingga sangat kecil kemungkinan bagi kuman penyakit untuk dapat masuk ke dalam tubuh bayi (Depkes, 2007). Peran ASI belum mampu digantikan oleh susu formula seperti peran bakteriostatik, anti alergi atau peran psikososial. Pemberian ASI eksklusif pada bayi tersebut dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh bayi. ASI eksklusif mengandung IgA, Limfosit T, Limfosit B, dan Laktoferin yang dapat merangsang peningkatan status imun pada bayi. IgA sekretoris yang didapatkan bayi dari ASI eksklusif sangat membantu kemampuan tubuhnya dalam menghalang mikroorganisme dan menjauhkan dari jaringan tubuh. Ibu membentuk antibodi dari agen penyakit yang dihirup, dimakan ataupun masuk lewat kontak manapun. Antibodi yang terbentuk bersifat spesifik pada agen penyakit, sehingga dapat melindungi bayi pada minggu-minggu pertama kehidupan. IgA sekretorik dari ASI eksklusif tidak seperti antibodi lain pada umumnya. (Markum, 2002).

Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang dikemukakan pada bab sebelumnya, yaitu ada perbedaan yang signifikan antara pemberian susnformula dan pemberian ASI eksklusif terhadap frekuensi diare akut pada anak umur 0-18 bulan di Puskesmas Sumbersari Jember.

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Susu formula lebih tinggi menyebabkan frekuensi diare akut dibandingkan ASI. 2. Ada perbedaan antara anak yang diberikan ASI eksklusif dan susu formula terhadap kejadian diare akut pada anak usia 0- 18 bulan. 3. diketahui bahwa frekuensi >8x dalam 6 bulan terakhir pada pemberian susu formula lebih banyak dari ASI eksklusif. B. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas, diajukan saran-saran untuk penelitian lebih lanjut, sebagai berikut: 1. Melakukan perbaikan dan penambahan kuisioner agar hasil data yang diharapkan lebih valid. 2. Perlu di tambahkan kelompok kontrol pemberian ASI dan susu formula untuk membandingkan kejadian diare. 3. Pada penelitian selanjutnya diharapkan tidak hanya memberikan kuisioner saja, akan tetapi juga memberikan konseling agar frekuensi diare akut berkurang.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Cetakan ke 13. Jakarta : Rineka ciptawww.depkes-RI.com.pada tanggal 20 Agustus 2011. Azwar, A. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Binarupa Aksara BKKBN. 2004. ASI Eksklusif Turunkan Kematian Bayi. http://www.pikas.bkkbn.go.id/[ 18 juli 2011). Depkes. 2001. Strategi Nasional Peningkatan Pemberian ASI tahun 20012005. Makalah disampaikan pada Workshop Peningkatan Pemberian ASI. Jakarta . Depkes, RI.2007. Buku Pedoman Makanan Pendamping ASI, Jakarta : Ditjen Bina kesehatan Masyarakat dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Ebrahim, G. J 1996. Perawatan Anak Yogya: Yayasan Essentia Medica. P: 193197 Hasan, R.j.(ed).1998.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak I.cet.ke:8. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Markum, A.H., 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta: FKUI, p: 24. Masri, S.H. 2004. Diare Penyebab Kematian 4 Juta Balita pertahun. http://www.waspada.co.id/serba-serbi/kesehatan/artikel,php?artikelid=61175-35. Matondang C.S., Munatsir Z., Sumadiono. 2008. Aspek Imunologi Air Susu Ibu. In : Akib A.A.P., Munasir Z., Kurniati N (eds). Buku Ajar AlergiImunologi Anak, Edisi II. Jakarta : Badan Penerbit IDAI, pp: 189-202. Moore, M.C. 1994. Terapi Diet dan Nutrisi ed.2. jakarta : Hipokrates Munazir, Z. dan kurniati N.2008. Air Susu Ibu dan Kekebalan Tubuh : IDAI. Bedah ASI kajian dari berbagai sudut pandang Ilmiah. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, PP : 69- 79. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Pamedar, A. 2008. Hubungan antara Pemberian ASI ekslusif dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia 46 bulan. http://eprints.ums.ac.id/4043/1/J50004003.pdf[20 juli 2011]. Purwanti S. H. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta. http://drsuparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-asi-eksklusif.html( 2 September 2011) Riwidikdo. 2009. Statistik Kesehatan. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama

Roesli U. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya, pp: 3-35. Roesepno, Husein. 1995. Diare pada Bayi dan Anak. Jakarta : Bagian ilmu Kesehatan Anak FKUI Soetjiningsih, 2001. ASI: Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. EGC, Jakarta,p: 21. Sugiyono. 2005. Statistik untuk Penelitian. Bandung:Alfabet Tumbeleka, 2008. Morbiditas dan Mortilitas Diare. Jakarta: Pusat Penelitian UNIKA Atma-Jaya. Wahyu W.B. 2000. ASI, Anugerah Terindah yang Kadang Terlupakan. http://www.indomedia.com/bpost/122000/18/opini/opini1.htm-10ksupplemental(2 September 2011) Widjaja, M.C. 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka,pp: 58-70 Wijayanti, winda. 2010. Hubungan antara pemberian ASI ekslusif dengan kejadian Diare pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas gilingan kecamatanBanjarsari Surakarta. http://eprints.uns.ac.id/103/1/167710309201002361.pdf[23 juli 2011]. Zakaria, AS.2006. Skripsi .Hubungan Antara tingkat pengetahuan Dengan Tindakan Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan Pendamping ASI diwilayah kerja puskesmas Kecamatan Jelbuk, kabupaten jember, Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Jember.

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Tanggal persetujuan : Ibu yang terhormat, Kami ingin mewawancarai ibu untuk meneliti perbedaan pemberian susu formula dan ASI eksklusif terhadap frekuensi diare pada anak usia 0 18 bulan. Kegiatan penelitian ini bersifat ilmiah, dan hasilnya tidak digunakan untuk kepentingan komersial. Mohon memberikan jawaban apa adanya, sesuai dengan kenyataan yang ada. Ibu berhak untuk bersedia atau tidak bersedia mengikuti wawancara ini. Jika terdapat pertanyaan yang tidak berkenan bagi ibu, ibu berhak untuk tidak menjawab pertanyaan tersebut maupun mengentikan wawancara meskipun wawancara belum selesai. Jika bersedia untuk diwawancarai, mohon ibu memberi tanda tangan persetujuan ibu sebagai berikut : Saya setuju diwawancarai

(Nama : ...............................)

Lampiran 2. Lembar Kuesioner KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN SUSU FORMULA TERHADAP FREKUENSI DIARE AKUT PADA ANAK USIA 0-18 BULAN Tanggal Wawancara : A. Identitas Responden Data Ibu 1. Nama : 2. Umur Ibu : 3. Pendidikan terakhir : 4. Pekerjaan : 5. Alamat Ibu : Kelurahan/ Desa ........................................................ Kecamatan .............................................................. Data Bayi 1. Nama Bayi : 2. Anak Ke : 3. Umur Bayi : ....................bulan................minggu 4. Mengkonsumsi : a. ASI eksklusif b. Susu formula

B. Pertanyaan Pemberian ASI Eksklusif Terhadap Frekuensi Diare 1. Apaka Ibu mengetahui manfaat pemberian ASI eksklusif? a. Mengetahui

b. Cukup mengetahui c. Tidak mengertahui 2. Apakah Ibu mengetahui bahwa didalam ASI terdapat banyak Zat Gizi yang sangat penting dalam pertembuhan dan perkembangan anak ? a. Mengetahui b. Cukup mengetahui c. Tidak mengetahui 3. Apakah Ibu Memberikan ASI semenjak anak dilahirkan ? a. Sering atau setiap saat b. Tidak pernah c. Tidak tahu 4. Apakah Ibu memberikan ASI eksklusif hanya pada saat anak menangis ? a. Iya b. Jarang c. Tidak pernah 5. Apakah Ibu memberikan makan pendamping selain pemberian ASI eksklusif pada usia anak 0-18 bulan ? a. Iya b. Jarang c. Tidak pernah 6. Apakah Ibu mengetahui bahwa sistem pencernaan anak usia 0 -18 bulan belum sempurna ? a. Iya b. Kurang tahu c. Tidak tahu 7. Apakah Ibu menjaga kebersihan payudara pada waktu memberikan ASI eksklusif untuk anak ? a. Iya, menjaga kebersihan b. Kurang menjaga kebersihan c. Tidak menjaga kebersihan

8. Apakah Ibu menyadari bahwa kebersihan pada waktu memberikan ASI ekslusif itu sangatlah penting ? a. Saya sadar bahwa menjaga kebersihan dalam memberikan ASI ekslusif sangatlah penting b. Saya cukup sadar bahwa menjaga kebersihan dalam memberikan ASI ekslusif sangatlah penting c. Saya Kurang sadar bahwa menjaga kebersihan dalam memberikan ASI eksklusif sangatlah penting. 9. Apakah anak ibu mengalami diare setelah meminum ASI ? a. Tidak pernah b. Pernah c. Sering 10. Apabila pernah, apakah ibu mengetahui frekuensi diare akut dalam sehari yang terjadi pada anak ibu? a. Lebih darii 5x dalam sehari b. 5x dalam sehari c. 3x dalam sehari 11. Apakah Ibu mengetahui jenis kotoran anak yang dikatakan diare ? a. Cair,berwarna kuning b. Lembek, berwarna kuning c. Keras,berwana hijau 12. Apakah ibu segera memeriksakan ketempat pelayanan kesehatan terdekat pada saat anak mengalami diare? a. Saya panik dan membawa ketempat pelayanan kesehatan terdekat b. Saya tetap memberikan asupan ASI c. Saya tidak tahu

C. Pertanyaan Tentang Pemberian Susu Formula dapat Mempengaruhi Diare akut 1. Apakah Ibu memberikan Susu formula pada anak setelah dilahirkan ?

a. Tidak pernah b. Pernah c. Selalu

2. Apakah ibu lebih cenderung meberikan susu formula daripada ASI ? a. Tidak tau/ lupa b. Tidak c. iya 3. Apakah ibu memberikan susu formula apabila bayi ibu menangis saja ? a. Tidak tau/ lupa b. Tidak c. iya 4. Apakah ibu memberikan penyajian dengan botol susu atau (Dot) ? a. Iya b. Tidak c. Tidak tau 5. Apakah ibu menyadari kebersihan dalam penyajian susu formula atau susu botol itu sangat penting? a. Sangatlah penting b. Penting c. Tidak penting 6. apakah ibu menyajikan susu botol pada saat anak ibu sedang tertidur dan memberikan susu tersebut pada waktu anak ibu terbangun ? a. Iya b. Tidak c. Tidak tau / Lupa 7. Apakah ibu mengetahui manfaat Susu formula yang diberikan pada bayi ? a. Sangat tau akan manfaat susu formula b. Cukup tau akan manfaat susu formula c. Tidak tau akan manfaat susu formula 8. Apakah ibu mengetahui pengaruh susu formula terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada bayi ibu ?

a. Sangat tau akan pengaruh susu formula terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada bayi ibu b. Cukup tau akan pengaruh susu formula terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada bayi ibu c. Tidak tau akan pengaruh susu formula terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada bayi ibu 9. Apakah anak ibu pernah mengalami diare setalah mengkonsumsi susu formula ? a. Tidak pernah b. pernah c. sering 10. Apabila pernah, Apakah ibu mengetahui frekuensi diare dalam sehari? a. Lebih darii 5x dalam sehari b. 5x dalam sehari c. 3x dalam sehari 11. Apakah Ibu mengetahui jenis kotoran bayi yang dikatakan diare ? a. Cair,berwarna kuning b. Lembek, berwarna kuning c. Keras, bewarna hijau 12. Apakah ibu segera memeriksakan ketempat pelayanan kesehatan terdekat pada saat bayi mengalami diare? a. Saya panik dan membawa ketempat pelayanan kesehatan terdekat b. Saya tetap memberikan asupan ASI c. Saya tidak tahu

D. Pertanyaan Tentang Diare Akut 1. Berapa kali anak ibu mengalami Diare dalam 6 bulan terakhir ? a. >8x dalam enam bulan terakhir b. 4- 8x dalam 6 bulan terakhir c. 1- 3x dalam 6 bulan terakhir 2. Apakah Ibu tahu perubahan tinja pada penederita diare? a. Lembek sampai Cair b. padat c. Tidak tahu 3. Apakah ibu mengetahui penyebab terjadinya penyakit diare ? a. bakteri dan virus b. ibu makan makanan yang pedas c. Tidak tahu 4. Apakah ibu megetahui gejala penyakit diare ? a. selalu buang air besar dan lemes dalam sehari lebih dari 4x b. kadang-kadang buang air besar dan perut kembung c. tidak tahu 5. Apakah ibu mengetahui bagaimana cara penularan penyakit diare? a. melalui botol susu dan susu yang terkontaminasi (tercemar) b. melalui keringat dan air ludah c. tidak tahu 6. Apa yang akan ibu lakukan jika anak mengalami diare ? a. ASI tetap diberikan dan Pola hidup yang bersih dan sehat b. Memberikan Susu Formula c. Tidak tahu 7. Apakah yang ibu lakukan untuk mencegah penyakit diare pada bayi usia 0- 18 bulan ? a. selalu menjaga kebersihan makanan dan minuman b. Menghindari kontak langsung dengan penderita diare c. Tidak melakukan apa- apa

8. Tindakan apa yang ibu lakukan jika anak tetap mengalami diare? a. segera bawa ke Puskesmas b. Tetap Mengobati Sendiri c. Tidak melakukan Apa apa 9. Biasanya dimana ibu membuang tinja bayi ibu pada saat diare ? a. dibuang ke WC / jamban b. direndam dalam tanah c. dikali / sungai 10. Bagaimana menurut ibu, apakah sangat penting menjaga kebersihan pada saat memberikan penyajian susu formula dan ASI eksklusif ? a. sangat penting b. cukup penting c. tidak penting

Lampiran 4. Hasil Analisa Data Menggunakan SPSS


A. Hasil Analisa Menggunakan Uji Paired T test

Paired Samples Statistics Mean Pair 1 ASI Formula 1.67 2.41 N 27 27 Std. Deviation .784 .931 Std. Error Mean .151 .179

Paired Samples Correlations N Pair 1 ASI & Formula 27 Correlation .140 Sig. .485

Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Mean Pair 1 ASI Formula .741 Deviation 1.130 Std. Error Mean .217 Difference Lower 1.188 Upper .294 t 3.407 df 26 Sig. (2tailed) .002

Lampiran 5. Jadwal Penelitian JADWAL PELAKSANAAN Tahun 2011 2012 Bulan Jadwal Kegiatan 9 10 12 5 6 7 8

Pengurusan Surat Ijin Penelitian

Bimbingan Proposal dan Tugas Akhir Penyusunan Proposal Seminar Proposal Pelaksanaan Penelitian Pengolahan Data Penulisan Skripsi Seminar Hasil Penggandaan dan Distribusi

Lampiran 9 BIODATA PENELITI

BIODATA PENELITI Nama NIM Tempat tanggal lahir Program Studi Jurusan Alamat asal Alamat di Jember Asal SMA : Lailatus Sadiyah : B4 108 262 : Sidoarjo, 16 April 1990 : D-4 Gizi Klinik : Kesehatan : Jln. Raden Patah No. 66 Sidoarjo : Jln. Batu Raden No.49 Jember : SMA Antartika Sidoarjo

You might also like