You are on page 1of 15

ASBAB AL-NUZUL

Oleh: Dr. Imam Muhsin, M.Ag.

Turunnya Ayat al-Quran


Turunnya ayat Al-Quran dibagi menjadi dua macam :
Tanpa sebab khusus (ibtida). Dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa atau adanya pertanyaan.

Definisi Asbab al-Nuzul


Sesuatu yang melatarbelakangi turunnya satu ayat atau lebih, sebagai jawaban terhadap suatu peristiwa, atau menceritakan sesuatu peristiwa, atau menjelaskan hukum yang terdapat dalam peristiwa tersebut.
Diturunkannya al-Quran tidak bergantung pada peristiwa/kejadian atau pertanyaan tertentu, melainkan pertama-tama berkaitan dengan keimanan, kewajiban-kewajiban agama, dan syariat Allah mengenai kehidupan individu dan sosial.

Urgensi Mengetahui Asbab al-Nuzul


Untuk mengetahui dan memahami maksud suatu ayat, atau hikmah yang terkandung dalam penetapan suatu hukum.
Sebuah pepatah mengatakan: Mengetahui sebab akan memberikan pengetahuan tentang musabab. Al-Wahidiy mengatakan: Tidak akan diketahui penafsiran suatu ayat dan jalan tujuannya tanpa mengetahui kisah turunnya.

Cara Mengetahui Sabab al-Nuzul


Sabab al-Nuzul hanya dapat diketahui melalui riwayat yang shahih. Riwayat tentang Sabab al-Nuzul ada dua bentuk:
Nash Sharih (jelas), misal:
Kalimat yang diakhiri dengan fa taqibiyah, seperti: ....

- Nash mubham (tidak jelas), misal:


...

Bentuk-bentuk Riwayat
Jika ada sahabat yang mengatakan : Sebab turunnya ayat ini adalah . Jika sahabat menceritakan adanya sebuah pertanyaan yang kemudian turun ayat sebagai jawaban atau reaksi dari pertanyaan tersebut. Jika ada indikasi yang kuat (rajih) menunjukkan asbabun nuzul, contoh : Rasulullah telah ditanya tentang ini, maka turunlah ayat . Jika ada pernyataan sahabat : Ayat ini diturunkan dalam konteks .. Maka itu bisa menunjukkan asbabun nuzul, bisa menunjukkan penjelasan / penafsiran sahabat terhadap suatu ayat, jadi masih perlu diteliti. Bila ada perbedaan riwayat mengenai asbabun nuzul suatu ayat maka harus diteliti untuk dipilih mana yang paling kuat (ditarjih) atau kalau masih mungkin dikompromikan.

Macam-macam Asbab al-Nuzul


Taaddud al-sabab wa al-nazil wahid = sebab nuzul lebih dari satu sedangkan ayat yang diturunkan hanya satu.
Menunjukkan masalah yang dibicarakan dalam ayat tersebut. Untuk mengingatkan pada sebab turunnya ayat tersebut karena khawatir terlupakan. (al-Zarkasyi, al-Burhan)

Contoh:QS. Al-Ikhlash
Yang pertama turun di Makkah sebagai jawaban terhadap kaum musyrikin.

Jika ada dua riwayat sama-sama sharih, shahih, dan kuat, serta materinya sama, maka keduanya digabungkan sebagai sabab alnuzul bagi suatu ayat. Jika ada dua riwayat sama-sama sharih, shahih, dan kuat, tetapi materinya berbeda, maka keduanya dianggap sebagai sabab alnuzul yang berbeda bagi suatu ayat.

Berbilangnya Sabab al-Nuzul


Jika ada dua riwayat berbeda dan keduanya bersifat mubham (tidak jelas), maka tidak dianggap sebagai sabab al-nuzul, tetapi tafsir terhadap suatu ayat. Jika ada dua riwayat, sharih dan mubham, maka yang diambil yang sharih. Jika ada dua riwayat sama-sama sharih, maka diambil riwayat yang shahih. Jika ada dua riwayat sama-sama sharih dan shahih, maka ditarjih (diambil riwayat yang paling kuat). Jika ada dua riwayat sama-sama sharih, shahih, dan kuat, serta materinya sama, maka keduanya digabungkan sebagai sabab alnuzul bagi suatu ayat. Jika ada dua riwayat sama-sama sharih, shahih, dan kuat, tetapi materinya berbeda, maka keduanya dianggap sebagai sabab alnuzul yang berbeda bagi suatu ayat.

Contoh study asbabun nuzul

Firman Allah dalam QS Al-Baqarah [2] : 195.


Dan belanjakanlah (harta bendamu) dijalan Allah dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan dan berbuat baiklah, karena sesungghuhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

Ibnul Araby mengatakan, ada lima pendapat menafsirkan AtTahlukah (kebinasaan), yaitu:
Janganlah engkau meninggalkan pemberian nafkah. Janganlah engkau berjihad tanpa perbekalan. Janganlah engkau meninggalkan jihad. Janganlah engkau menggempur pasukan sedangkan engkau tidak mempunyai kekuatan untuk menyerangnya. Janganlah engkau putus asa dari ampunan Allah (karena merasa sudah terlalu banyak dosa). .

Imam Ath-Thabari mengatakan : Maknanya umum mencakup semuanya, tidak kontradiktif satu dengan yang lain. Imam Syaukani mengatakan : Yang dijadikan pegangan adalah keumuman lafazh bukan pada kekhususan sebab (turunnya ayat).

Asbabun Nuzul Ayat


Waktu kami berada di negeri Romawi (Konstantinopel) sekelompok pasukan Romawi menghadang kami, maka kaum muslimin menyambut mereka dengan pasukan sejumlah mereka atau lebih banyak. Legiun Mesir dibawah komando Uqbah bin Amir dan pasukan lain yang dipimpin Fadhalah bin Ubaid. Seorang tentara kaum muslimin menerjang barisan pasukan Romawi sendirian, melihat itu banyak yang berteriak, Subhanallah ia menjerumuskan dirinya menuju kebinasaan. Mendengar itu Abu Ayyub Al-Anshari (salah seorang sahabat Nabi) berkata : Wahai saudarasaudara, kalian memahami ayat ini dengan penakwilan seperti itu ? Ketahuilah, bahwa ayat ini turun kepada kami kaum Anshar. Ketika Allah memberikan izzah (kejayaan) kepada Islam dan memperbanyak penolongpenolongnya, sebagian kami (kaum Anshar) saling berkata secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui Rasulullah SAW, Ketahuilah, bahwa harta kita sudah habis dan Allah telah memberikan kejayaan kepada Islam dan memperbanyak pendukungnya, apakah tidak lebih baik kita untuk konsentrasi pada harta kita dan kita dapat mengembalikan harta kita yang hilang. Maka Allah kemudian menurunkan ayat ini (QS Al-Baqarah [2] : 195) kepada NabiNya sebagai jawaban kepada kami, arti dari At-Tahlukah (kebinasaan) adalah konsentrasi terhadap harta (niaga, berkebun) dan pemanfaatannya (berfoya-foya) yang berakibat meninggalkan perang (jihad). Abu Ayyub Al-Anshari senantiasa berjihad fisabilillah sampai beliau dikebumikan di tanah Romawi (Konstantinopel), kuburan beliau ada disana. (HR Tirmidzi, Abu Dawud dan Ahmad, lafazh diatas adalah yang terdapat pada riwayat Tirmidzi).

Penetapan Hukum pada Ayat yang ada Sabab al-Nuzulnya


Jika antara redaksi ayat dan sabab al-nuzul sama-sama umum atau sama-sama khusus, maka ditetapkan pada keumumannya atau kekhususannya. Misal: QS. AlBaqarah: 222; al-Lail: 17-21. Jika sabab al-nuzul khusus sedangkan redaksi ayatnya umum, ada dua pendapat:
Mayoritas ulama berpendapat bahwa yang dijadikan dasar adalah keumuman redaksinya, bukan kekhususan sababnya ( .) Misal: QS. Al-Nur: 6-9 Sekelompok ulama yang lain berpendapat bahwa yang dijadikan dasar adalah kekhususan sababnya, bukan keumuman lafadlnya ( .) Dalam hal ini, penerapan ayat pada kasus lain dengan menggunakan qiyas.

Contoh penerapan kaidah


QS An-nur [24] : 4, adalah sebagai berikut:
Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.

QS An-nur [24] : 6-7, adalah sebagai berikut: Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka
tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la`nat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta.

Menurut al-Farra, ayat tersebut turun merespon keberatan Ashim bin Adiy terhadap QS. Al-Nur ayat 4 (ada yang mengatakan tuduhan Hilal Ibnu Umayyah kepada istrinya). Akan tetapi sebagai mana terlihat, bunyi ayat ini bersifat umum. Menurut penganut kaidah keumuman lafazh bukan ke khususan sebab dengan demikian ketentuan hukumnya tidak hanya berlaku bagi Hilal saja, tetapi juga berlaku bagi semua orang yang menuduh istrinya berbuat zina tanpa saksi.

Kaidah Sebab Khusus dengan Kalimat Umum


Kaidah kekhususan sebab bukan keumuman lafazh lebih menekankan perlunya analogi (qiyas) untuk menarik makna dari ayat-ayat yang memiliki latar belakang turunnya ayat (asbabun nuzul) itu, jika qiyas tersebut memenuhi syarat-syaratnya. Contoh, firman Allah dalam QS Al-Maidah [5] : 38-39 : Adapun mengenai pencuri, laki-laki dan perempuan, potonglah tangannya sebagai hukuman atas perbuatannya, sebagai pelajaran dari Allah. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Tetapi barang siapa bertobat setelah berbuat jahat dan memperbaiki diri, maka Allah akan menerima tobatnya, Allah Maha Pengampun, Maha Pengasih. Asbabun nuzul turunnya ayat tersebut, menurut riwayat Ahmad dan lain-lain yang bersumber dari Abdullah bin Umar, bahwa seorang wanita mencuri di zaman Rasulullah, kemudian dipotong tangannya yang kanan. Wanita tersebut bertanya, Apakah diterima tobatku, ya Rasulullah ? Maka Allah menurunkan ayat berikutnya QS [5] : 39 yang menegaskan bahwa tobat seseorang akan diterima Allah apabila ia memperbaiki diri dan berbuat baik. Perubahan waktu dan situasi yang melingkupi meniscayakan perubahan hukum. Ketika ayat tersebut tidak diterapkan dalam suatu masyarakat, seperti ijtihad Umar bin Khattab pada masanya, tidak memotong tangan pencuri dimasa paceklik, apakah lantas dipahami bahwa Umar bin Khattab telah meninggalkan ayat tersebut, atau ayat disesuaikan dengan situasi kondisi?

Faedah Sabab al-Nuzul


Menjelaskan hikmah dibalik pensyariatan hukum bagi kemaslahatan umat. Untuk mengkhususkan hukum bagi ayat yang redaksinya umum. Untuk membatasi kekhususan makna lafadl ayat yang menggunakan redaksi umum, jika terdapat dalil yang menunjuk pada kekhususannya. Memudahkan dalam memahami al-Quran Sabab al-Nuzul dapat menjelaskan orang yang dimaksud dalam suatu ayat, sehingga dapat dihindari perselisihan.

MATERI DISKUSI
1. Apa pengertian asbab al-nuzul? 2. Apakah semua ayat al-Quran ada sebabnya? Jelaskan! 3. Bagaimana cara mengetahui asbab al-nuzul? 4. Jelaskan bentuk-bentuk riwayat tetang asbab al-nuzul! 5. Jelaskan urgensi asbab al-nuzul dalam studi alQuran! 6. Jelaskan kaidah penerapan hukum pada ayat yang ada sebab nuzulnya! 7. Jelaskan faedah/manfaat mengetahui asbab alnuzul!

You might also like