Professional Documents
Culture Documents
IV. ENZIM
Aktivitas sistem hidup dikontrol oleh enzim. Enzim merupakan molekul protein yang bertindak sebagai katalis biologi dengan karakterisitk. Pertama, fungsi dasar enzim adalah meningkatkan kecepatan reaksi. Umumnya reaksi selular terjadi jutaan kali lebih cepat dibandingkan dengan tanpa enzim. Kedua, umumnya enzim bekeja secara spesifik dengan hanya satu reaktan (disebut substrat) untuk menghasilkan produk.
79
tersebut adalah senyawa non-protein dan logam. Kofaktor terikat ke enzim dan terlibat dalam reaksi dengan melepaskan elektron, proton , atau gugus kimia dari suatu substrat. Enzim yang lengkap dengan kofaktor disebut holoenzim, sedangkan jika hanya bagian dari protein tanpa kofaktor disebut apoenzim (Gambar 4.1.).
80
koenzim sering melepas elektron dari substrat dan menyerahkan ke molekul lain. Seringkali elektron ditambahkan ke proton untuk membentuk atom hidrogen sebelum dilewatkan. Dengan cara ini, koenzim bertindak untuk membawa energi dalam bentuk elektron (atau atom hidrogen) dari satu senyawa ke yang lainnya. Contoh koenzim adalah FAD, NAD, biotin atau koenzim A. Koenzim merupakan molekul relatif kecil dibandingkan dengan bagian enzim. Banyak koenzim merupakan turunan dari vitamin. Koenzim mengisi sebagian dari sisi aktif, karena itu tanpa koenzim, enzim tidak dapat berfungsi.
vitamin niasin riboflavin Asam pantothenat Vitamin B-12 Thiamin (B-1) Koenzim Nikotinamida adenin dinukleotida (NAD) Flavin adenin dinukleotida (FAD) Koenzim A (KoA) Koenzim B-12 Thiaminpyrophosphat (TPP) Fungsi Oksidasi atau transfer hidrogen Oksidasi atau transfer hidrogen Pembawa gugus asetil Transfer gugus asetil Transfer gugus aldehid
Vitamin adalah molekul organik kecil yang diperlukan dalam jumlah sedikit. Biasanya bertindak sebagai koenzim atau prekursor koenzim.
81
4.4. Mekanisme Kerja Enzim Mekanisme dasar bagaimana enzim mengkatalisis reaksi kimia dimulai dengan pengikatan substrat ke sisi aktif (active site) enzim. Sisi aktif merupakan daerah khusus pada enzim dimana substrat dapat berkombinasi. Pengikatan substrat ke enzim menyebabkan perubahan dalam distribusi elektron ikatan kimia substrat dan akhirnya meneyebabkan reaksi mendorong ke pembentukan produk. Produk dilepas dari permukaan enzim dan enzim kemudian memulai reaksi lagi. Ada tiga mekanisme kerja katalisis enzim. Ketiganya menguraiakan proses yang sama, meskipun dengan jalan berbeda, dan kita perlu memahami tentang masing-masing dintara cara tersebut.
a. Mekanisme reaksi
Di dalam reaksi kimia, substrat (S) dikonversi menjadi produk (P): S D P
Pada reaksi yang yang dikatalisis enzim, mula-mula substrat berikatan ke sisi aktif enzim membentuk kompleks enzim-substrat (ES), selanjutnya substrat dikonversi menjadi produk yang masih berikatan dengan enzim, dan akhirnya produk kemudian dilepas. Mekanisme tersebut digambarkan sebagai berikut (Gambar 4.2.):
82
b. Geometri molekul Lokasi yang aktif mempunyai suatu bentuk geometris yang unik dan komplementer denga bentuk geomtris substrat. 1). Teori Gembok dan Kunci Kerja spesifik suatu enzim dengan substrat tunggal dapat dijelaskan dengan menggunakan analogi Gembok dan Kunci (Lock and Key). Postulat ini pertama kali dikemukakan oleh Emil Fischer pada tahun 1894. Dalam analogi ini, Gembok adalah enzim dan Kunci adalah substrat. Hanya kunci (substrat) dengan bentuk dan ukuran yang bersesuaian yang cocok masuk ke lobang (sisi aktif) gembok (enzim). Ilustrasi tersebut digambarkan dalam gambar 4.3.
83
2). Teori Teriduksi-cocok (Induced Fit) Tidak semua bukti percobaan dapat dijelaskan dengan menggunakan model yang asumsikan oleh teori Gembok dan Kunci, karena model ini menganggap enzim sebagai molekul yang sangat kaku. Untuk itu diusulkan suatu model yang disebut teori terinduksi-cocok. Teori terinduksi-cocok menganggap bahwa substrat memegang peranan dalam menentukan bentuk akhir enzim dan bahwa enzim mempunyai bagian yang fleksibel. Hal ini menjelaskan mengapa senyawa tertentu dapat berikatan dengan enzim tetapi tidak terjadi reaksi karena bentuk enzim telah menyimpang terlalu jauh. Molekul lain mungkin terlalu kecil untuk menginduksinya dan dengan demikian tidak terjadi reaksi. Hanya substrat yang sesuai dapat menginduksi sisi aktif. Perhatikan gambar 4.4.
84
berbagai tingkat
spesifisitas. Beberapa enzim mempunyai spesifisitas untuk satu substrat dan tidak untuk yang lain, sedangkan enzim lainnya bereaksi dengan substrat dengan gugus fungsi, rantai samping, atau posisi pada rantai yang serupa.
c. Perubahan Energi
Cara enzim bekerja dapat juga dijelaskan dengan memperhitungkan perubahan energi yang berlangsung selama reaksi kimia. Kita akan mempertimbangkan bahwa suatu produk mempunyai tingkat energi lebih rendah daripada substrat, sehingga substrat secara alami menjadi produk (dengan kata lain keseimbangan ke arah produk). Sebelum dapat berubah menjadi produk, substrat harus mencapai suatu batas energi yang disebut energi aktivasi (EA). Energi aktivasi adalah energi yang diperlukan untuk memulai suatu reaksi. Semakin besar energi aktivasi, semakin lambat reaksi berlangsung karena hanya sedikit molekul substrat yang mempunyai energi cukup untuk melampaui pembatas energi aktivasi. Umumnya reaksi fisiologis mempunyai energi aktivasi besar. Enzim dapat mereduksi energi aktivasi
85
Gbr. 4.5. Energi aktivasi yang diperlukan suatu reaksi dengan dan tanpa enzim.
Sebagai contoh, untuk reaksi katalase (2H2O2 2H2O + O2) energi aktivasinya
adalah 86 kJ mol-1 dengan tanpa enzim, dan 1kJmol-1 bila dengan enzim katalase.
86
b. Konsentrasi substrat
Pada konsentrasi enzim yang tetap dan konsentrasi substrat rendah, konsentrasi substrat merupakan faktor pembatas. Apabila konsentrasi substrat ditingkatkan, kecepatan reaksi enzim akan meningkat. Namun, pada konsentrasi substrat yang sangat tinggi, enzim akan menjadi jenuh dengan substrat dan konsentrasi substrat yang lebih tinggi tidak meningkatkan kecepatan reaksi.
c. Temperatur
Tiap enzim mempunyai temperatur optimum dimana dapat bekerja dengan baik. Sampai dengan temperatur optimum kecepatan reaksi meningkat dengan meningkatnya temperatur. Peningkatan kecepatan terjadi karena molekul enzim dan substrat keduanya mempunyai energi kinetik yang lebih untuk lebih sering bertabrakan, dan juga karena lebih banyak molekul mempunyai energi yang cukup untuk melampaui pembatas energi aktivasi.
87
Bila temperatur terus meningkat di atas temperatur optimum, panas tersebut menyebabkan enzim mengalami denaturasi. Akibatnya enzim kehilangan bentuk fungsionalnya oleh rusaknya ikatan hidrogen. Temperatur dingin, pada sisi lain, menurunkan aktivitas enzim oleh penurunan gerak molekuler.
d. pH Tiap enzim mempunyai pH optimum yang membantu menjaga bentuk tigadimensiolnya. Perubahan dalam pH dapat menyebabkan denaturasi enzim dengan mengubah muatan enzim, sebagai contoh gugus R asam karboksil menjadi tidak bermuatan pada pH rendah (COOH), tetapi bermuatan pada pH tinggi (COO-). Perubahan ikatan ion enzim berkontribusi dalam bentuk fungsionalnya. Untuk kebanyakan enzim pH optimum antara 7-8 (pH fisiologis umumnya sel), tetapi beberapa enzim dapat bekerja pada pH ekstrem, seperti enzim protease di dalam lambung hewan, yang mempunyai pH optimum 1.
88
5.6. Pengaturan Kerja Enzim Jalur metabolisme merujuk pada reaksi kimia yang terjadi di dalam sel. Secara hipotetik jalur metabolisme ditunjukkan berikut ini:
Reaksi terjadi dalam urutan dan dikatalisis oleh enzim khusus pada tiap tahap. Intermediat dapat digunakan sebagai titik awal untuk jalur berikutnya. Sebagai contoh, C di dalam diagram di atas dapat digunakan untuk menghasilkan D tetapi juga dapat digunakan untuk menghasilkan F. Sel telah membangun mekanisme kontrol untuk mengatur konsentrasi enzim dan aktivitasnya. Pengaturan enzim terdiri atas: 1. Pengaturan genetik 2. Pengaturan enzim yang telah dihasilkan, yang terdiri atas: a. Inhibisi kompetitif b. Inhibisi nonkompetitif c. Inhibisi feedback
89
90
b. Inhibitor Nonkompetitif Bentuk lain inihibisi adalah inihibitor nonkompetitif. Inihibitor ini berikatan pada sisi allosterik enzim. Sisi allosterik berbeda lokasinya dengan sisi aktif (Gambar 4.8).
Pengikatan suatu inhibitor pada sisi allosterik menyebabkan perubahan bentuk enzim, dimana sisi aktif mengalami distorsi sehingga tidak dapat berfungsi. Pengikatan biasannya bersifat temporer. Racun adalah inhibitor yang berikatan secara irreversibel. Sebagai contoh, penicilin menghambat enzim yang diperlukan bakteri untuk membangun dinding selnya. Penghambatan Umpan-balik (Feedback Inhibiton) Penghambatan umpan-balik negatif seperti halnya termostat. Bila kondisi dingin, termostat menyalakan pemanas sehingga menghasilkan panas. Panas menyebabkan pemanas termostat kembali memadamkan pemanas. Panas mempunyai efek negatif terhadap termostat; ini merupakan umpan-balik terhadap tahap awal dalam urutan terkontrol seperti dalam diagram berikut:
91
Sejumlah jalur enzimatik diatur dengan penghambatan umpan-balik. Bila produk enzim terakumulasi, produk tersebut menghentikan enzim, seperti halnya panas menyebabkan termostat kembali menghentikan produksi panas. Produk akhir jalur reaksi berikatan secara allosterik pada enzim pertama dalam jalur dan menghentikan urutan reaksi berikutnya (Gambar 4.9.dan 4.10). Pada umumnya sel mengalami Penghambatan umpan-balik.
92
93