You are on page 1of 3

KEBIJAKAN PEMERINTAH ORDE BARU

Setelah berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia, langkah selanjutnya yang ditempuh oleh pemerintah adalah melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang diupayakan pada zaaman orde baru direalisasikan melalui pembangunan jangka pendek dan pembangunan jangka panjang. Pembangunan jangka pendek dirancang melalui pembangunan lima tahun (Pelita). Setiap pelita memiliki misi pembangunan dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan bangsa Indonesia Namun, pengertian dari pembangunan nasional yang sesungguhnya merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa, Negara. Pembangunan nasional dilakukan untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk memberikan arah dalam usaha mewujudkan tujuan nasional tersebut, maka MPR telah menetapkan garis-garis besar haluan Negara (GBHN) sejak tahun 1973, yang pada dasarnya merupakan pola umum pembangunan nasional dengan rangkaian program-programnya. GBHN dijabarkan dalam rencana pembangunan lima tahun (Repelita) yang berisi program-program kongkret yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun. Pelaksanaan Repelita telah dimulai sejak tahun 1969. Pembangunan nasional yang selalu dikumandangkan tidak terlepas dari trilogi pembangunan. Bunyi trilogi pembangunan itu adalah sebagai berikut: Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis Selain itu, dikumandangkan juga bahwa pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sebagai akibat pelaksanaan pembangunan tidak akan bermakna apabila tidak diiringi oleh pemerataan pembangunan. Oleh karena itu, sejak Pelita III pemerintah orde baru menetapkan 8 jalur pemerataan sebagai berikut: Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya pangan, sandang, dan perumahan Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan Pemerataan pembagian pendapatan Pemerataan kesempatan kerja Pemerataan kesempatan berusaha Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita Pemerataan penyebaran pembangunan seluruh wilayah tanah air

Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan

PROSES MENGUATNYA PERAN NEGARA PADA MASA ORDE BARU


Sejak orde baru berkuasa banyak perubahan yang dicapai oleh bangsa Indonesia. Langkah yang dilakukan pemerintah orde baru adalah menciptakan stabilitas ekonomi politik. Tujuan perjuangan orde baru adalah menegakkan tata kehidupan Negara yang didasarkan atas kemurnian pelaksaan pancasila dan UUD 1945. Pada siding umum IV MPRS, diambil suatu keputusan menugaskan jenderal Soehartl sebagai pengemban surat perintah sebelas maret atau Supersemar yang sudah ditingkatkan menjadi ketetapan MPRS No. IX/MPRS 1966. Kabinet baru ini dinamai Kabinet Ampera tugasnya untuk menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembangunan nasional yang kemudian dikenal dengan Dwidarma Kabinet Ampera. Program yang dibebankan MPRS kepada Kabinet Ampera adalah: a. Memperbaiki kehidupan rakyat terutama dibidang sandang dan pangan b. Melaksanakan Pemilu dalam batas waktu seperti tercantum dalam ketetapan MRPS No. IX/MPRS/1966 yakni 5 Juli 1968 c. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional sesuai dengan ketetapan MRPS No. IX/MPRS/1966 d. Melanjutkan perjuangan Anti Imperialisme dan Kolonialisme dalam segala bentuk dan menifestasinya Ke empat program ini disebut Catur Karya Kabinet Ampera. Program ini dijalankan oleh pemerintah Orde Baru. Pada tanggal 21 maret 1968, Jenderal Soeharto selaku jabat presiden menyampaikan laporan kepada sidang umum V MPRS mengenai pelaksanaan Dwidarma dan Catur Karya Kabinet Ampera. Pertama kali dilaporkan bahwa telah dilaksanakan usaha mendudukkan kembali posisi, fungsi, dan hubungan antar lembaga Negara tertinggi sesuai dengan yang diatur dalam UUD 1945. Menurut UUD 1945, MPR memegang kekuasaan tertinggi dalam Negara Republik Indonesia. Presiden dan DPR berada dibawah MPR. Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, kedudukan MPRS berada di bawah kekuasaan presiden. Hal itu dapat terjadi karena ketua MPRS dirangkap oleh wakil perdana menteri III yang dengan jelas berada dibawah presiden dalam susunan keanggotaan pada badan sehingga MPRS selalu membenarkan apa yang diinginkan oleh presiden apalagi DPR praktis dianggap sepi oleh presiden. Presiden jarang berbicara didepan DPR. Bahkan pada setiap perayaan ulang tahun proklamasi kemerdekaan Indonesia, Presiden Soekarno berbicara langsung kepada rakyat. Di samping itu, lembaga-lembaga Negara lainnya seperti mahkamah agung, kejaksaaan agung, badan pemeriksaan

keuangan didalam pelaksanaannya di bawah presiden. Padahal berdasarkan UUD 1945, yang bertugas membantu presiden hanyalah para menteri yang diangkat oleh presiden. Pada zaman orde baru, tatanan kehidupan kenegaraan dikembalikan kepada kemurnian pelaksanaan UUD 1945, hal itu terlihat pada peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia, dimana Presiden Soeharto berbicara langsung dihadapan wakil-wakil rakyat yaitu DPR. Pidato kenegaraan Presiden Soeharto selalu diucapkan didepan sidang DPR.

You might also like