You are on page 1of 13

MAKALAH PENGELOLAAN SUMBER DAYA HAYATI Manfaat Durio kutejensis Sebagai Tumbuhan Revegetasi Lahan Bekas Tambang

OLEH : NAMA NIM DOSEN : ERICA PUSPA NINGRUM : J1C111208 : ANANG KADARSAH S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2011

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah Manfaat Durio kutejensis Sebagai Tumbuhan Revegetasi Lahan Bekas Tambang dalam rangka menyelesaikan mata kuliah tugas Pengelolaan Sumber Daya Hayati Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntutan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada Bapak Anang Kadarsah S.Si., M.Si yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari tiada gading yang tak retak, demikian pula makalah ini yang masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki untuk dapat menyelesaikan makalah ini dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Oleh karena itu penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran guna penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2 DAFTAR ISI ........................................................................ ......................... . 3 BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 3 1.1Latar Belakang ..................................................................................... 4 1.2Tujuan .................................................................................................. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4 2.1Pengertian ............................................................................................. 6 2.2Klasifikasi ............................................................................................. 9 2.3 Morfologi ............................................................................................. 9 2.4 Potensi .................................................................................................. 10 BAB III PENUTUP 3.1Kesimpulan ........................................................................................... 11 3.2Saran ..................................................................................................... 11 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Negara Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki komoditas pertambangan batubara yang baik. Kalimantan Selatan merupakan salah satu kawasan yang kaya akan lahan tambang. Berbagai jenis lahan tambang

potensial terdapat di daerah ini, salah satu komoditi lahan tambang yang dimilikinya adalah tambang batubara. Produksinya mencapai 10 % dari

produksi total batubara nasional (Rachmanadi,2012). Proses pertambangan yang ada di Kalimantan Selatan ini masih minim melakukan upaya reklamasi. Pada kenyataannya, hanya sekitar 30% dari total lahan bekas tambang batubara yang seharusnya direklamasi. Lahan yang dibuka perusahaan pertambangan batubara seluas 3.446 hektar, namun hanya 1.274 hektar yang sudah direklamasi (Siregar, 2009). Batubara merupakan sumber energi alternatif yang dapat diandalkan. Oleh karena itu, produksi batu bara yang relatif besar ( 36 miliyar ton), biaya

produksi relatif rendah, dan mutu yang baik. Besarnya potensi ekonomi yang diperoleh dari batubara tersebut, membuat pengusaha/investor eksploitasi pertambangan terhadap kawasan potensial untuk dijadikan merupakan melakukan daerah daerah

batubara. Kecamatan

Cempaka

penambangan batubara yang berada dalam wilayah Kodya Banjarbaru. Upaya reklamasi sangat minimum dilakukan dan sering mengalami kendala. Hal ini membuat kekhawatiran serta kecemasan berarti bagi masyarakat yang berada pada daerah sekitar lokasi ini. Pada umumnya setelah daerah ditambang, upaya perbaikan dilakukan dengan menanam beberapa jenis tumbuhan endemik daerah tersebut agar cepat

mengembalikan unsur hara yang ada didalamnya. Salah satunya adalah dengan tumbuhan pampaken (Durio kutejensis).

1.2 Rumusan Masalah 1. Pengertian reklamasi terhadap lahan bekas pertambangan batubara dan peraturan berdasarkan Undang Undang. 2. Klasifikasi Durio kutejensis. 3. Morfologi Durio kutejensis. 4. Potensi tumbuhan Durio kutejensis sebagai tumbuhan endemik

Kalimantan.

1.3 Batasan Masalah Sebagaimana keperluan penulisan makalah yang akan dituangkan maka penulis membatasi pokok masalah sebagai berikut : 1. Proses dan teknik pemisahan bahan tambang batubara hingga distribusi limbahnya. 2. Anatomi tumbuhan Durio kutejensis. 3. Peranan secara luas Durio kutejensis terhadap fungsi ekologi yang ada didalamnya.

1.4 Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui proses reklamasi yang ada di Kalimantan Selatan dengan memperhatikan tanaman endemik khas yaitu Durio kutejensis. Dengan melihat morfologi dan potensi dari Durio kutejensis dengan pemaparan persebarannya dalam upaya revegetasi lahan bekas pertambangan batubara yang ada di Kalimantan Selatan.

BAB II ISI

A. Pengertian reklamasi terhadap lahan bekas pertambangan batubara dan peraturan berdasarkan Undang Undang. Penambangan batubara di Indonesia pada umumnya menyebabkan kerusakan dan perubahan bentuk lahan karena menggunakan metode penambangan terbuka. Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan dengan kegiatan reklamasi yang diharapkan dapat memulihkan kondisi ekosistem seperti rona awalnya. Salah satu kegiatan reklamasi adalah penanaman kembali dengan menggunakan jenis-jenis tanaman yang cepat tumbuh sehingga lahan bekas tambang dapat kembali produktif. Selain dilakukan untuk menjaga lahan agar tetap stabil dan lebih produktif, reklamasi juga dilakukan untuk mencegah erosi. Bekas lokasi tambang yang telah direklamasi harus dipertahankan agar keseimbangan ekosistem tetap terjaga. Reklamasi merupakan suatu proses perbaikan pada suatu daerah tertentu (lahan bekas tambang) sebagai akibat dari kegiatan penambangan sehingga dapat berfungsi kembali secara optimal. Dalam melaksanakan reklamasi diperlukan perencanaan yang matang agar tepat pada sasaran. Perencanaan reklamasi harus sudah dipersiapkan sebelum kegiatan penambangan Karena telah di atur dalam dokumen lingkungan. Lingkup reklamasi meliputi penatagunaan lahan, pencegahan dan penanggulangan air asam tambang, dan pekerjaan sipil . Dalam reklamasi lahan akibat penambangan harus melihat dari empat aspek, yaitu aspek teknis, ekonomi, sosial/lingkungan, dan kelembagaan. Aspek teknis dapat dilihat dari sifat fisik dan sifat kimia tanah, aspek lingkungan dilihat dari dampak penambangan batubara terhadap sosial masyarakat, aspek ekonomi dari produktivitas lahannya. Sedangkan aspek kelembagaan dilihat dari fungsi dan peran masing-masing institusi dalam pelaksanaan kegiatan reklamasi lahan.
6

tuk mengurangi dampak negatif dari lahan terdegradasi pasca tambang, maka pengembalian produktivitas lahan bekas tambang yang pada umumnya dalam kondisi rusak berat harus dilakukan upaya perbaikan lahan (direklamasi). Selain itu, reklamasi juga diperlukan karena pertambahan penduduk dan sebagai etika konservasi Reklamasi harus sudah diperhitungkan pada lahan terdegradasi seperti dalam kegiatan pasca tambang, sehingga areal bekas penambangan tidak ditinggalkan begitu saja dalam keadaan rusak. Sebelum kegiatan revegetasi dilakukan terlebih dahulu dilakukan penataan lahan agar siap untuk ditanami (Ferdinand, 2005). Kegiatan pertambangan dapat mengakibatkan perubahan kondisi lingkungan. Dapat dilihat dari hilangnya fungsi proteksi tanah yang juga berakibat pada terganggunya fungsi-fungsi lainnya. Disamping itu juga dapat mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati, terjadinya degradasi pada daerah aliran sungai, perubahan bentuk lahan. Kondisi reklamasi menuntut agar setiap perusahaan tambang dapat

mengembalikan fungsi lahan seperti sebelumnya (kondisi yang aman). Kegiatan ini dilakukan secara terus menerus mulai dari selama penambangan sampai akhir penambangan. Tujuan jangka pendek reklamasi adalah membentuk bentang alam yng stabil terhadap erosi. Bentuk lahan tersebut akan dibuat sebagai lahan produktif. Bentuk lahan produktif tersebut disesuaikan dengan lahan pada saat pasca tambang. Bekas lokasi tambang yang telah direklamasi harus tetap dijaga dan dipertahankan agar terjadi keeseimbangan ekosistem yang ada disekitarnya. Reklamasi lahan bekas tambang selain merupakan upaya untuk memperbaiki kondisi lingkungan pasca tambang, agar menghasilkan lingkungan ekosistem yang baik dan diupayakan menjadi lebih baik dibandingkan rona awalnya, dilakukan dengan mempertimbangkan bahan galian yang masih tertinggal. Kesadaran akan permasalahan lingkungan hidup mendorong Negara

berkembang seperti Indonesia memikirkan tentang lingkungan maka lahirlah

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang undang ini merupakan kesempurnaan dari Undangundang No 23 Tahun 2007. Setiap pencemaran dan kerusakan lingkungan serta dampak yang ditimbulkan baik fisik maupun sosial menjadi tanggung jawab dari pihak perusahaan. Salah satunya dengan menyediakan fasilitas dan dana khusus yang dikenal dengan dana lingkungan. Saat ini biaya pemulihan lingkungan diserahkan melalui royalty dan iuran tetap. Tetapi hal ini sangat merugikan negara karena royalti adalah penerimaan Negara dari sektor pertambangan yang seharusnya digunakan untuk membiayai

pembangunan. Kalau untuk pemulihan lingkungan boleh jadi akibat yang ditimbulkan biaya pemulihannya lebih besar dari royaltinya. Untuk memperbaiki kekeliruan yang merugikan negara tersebut, perlu adanya dana khusus terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan baik fisik maupun sosial dalam setiap Undang-Undang. Dalam rangka pelaksanaan konsep pertambangan yang berwawasan lingkungan, setiap usaha pertambangan diwajibkan melakukan upaya meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positifnya. Salah satu cara yang bijaksana untuk mewujudkan konsep tersebut adalah dalam mengeksplotasi sumber daya galian selalu mempertimbangkan bahwa sumber daya bahan galian merupakan aset generasi yang akan datang. Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi, mineral serta flora dan fauna yang tumbuh diatas tanah maupun di dalam lautan. Lingkungan sering juga disebut lingkungan hidup. Pelaksanaan lingkungan hidup dilakukan oleh instansi pemerintah sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing, masyarakat, serta pelaku pembangunan lainnya dengan memperhatikan keterpaduan perencanaan dan kebijakan nasional pengelolaan lingkungan hidup

Dengan pemahaman lingkungan diatas, maka upaya pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya pengelolaan komponen-komponen lingkungan hidup beserta fungsi yang melekat dan interaksi yang terjadi di antara komponen tersebut. Pengelolaan lingkungan hidup dipahami sebagai pemanfaatan yang

memperhatikan fungsi masing-masing komponen dan interaksi antar komponen lingkungan hidup dan pada akhirnya diharapkan pengelolaan lingkungan hidup akan memberikan jaminan eksistensi masing-masing komponen lingkungan hidup. Berdasarkan tumbuhan yang sudah hidup sebelumnya dan berfungsi dan

menempati satuan structural dari suatu fungsi ekologi yang ada dalam ekosistem tambang maka suatu jenis tumbuhan yaitu Durio kutejensis memiliki suatu kekuatan yang penting dalam proses pengembalian unsur hara yang sudah diambil oleh karena kegiatan pertambangan dan hal ini menjadi signifikan dikarenakan Durio kutejensis sudah mampu hidup dan menduduki satuan structural dari fungsi ekologi itu sendiri sehingga keberadaannya pun mampu menjadi suatu kekuatan dalam suksesi reklamasi pertambangan batubara ini.

B. Klasifikasi Adapun klasifikasi dari pampaken adalah : Regnum Divisio Class Ordo Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Bombaceae : Durio : Durio kutejensis

C. Morfologi Sebagai tumbuhan endemik Kalimantan, Durio kutejensis masih dekat berkerabat dengan durian yang memiliki genus Durio morfologinya yaitu kulit buah pampaken berwarna kuning, daging buah bertekstur dengan ketebalan yang berbeda, tinggi

pohon ini mencapai 50 m. Perbedaan sangat mencolok adalah pada dari daun, buah dan bunga nya. Daun pampaken lebar dan berwarna hijau, pada bagian bawahnya kuning keemasan yang lebuh cerah dan mengkilap daripada durian biasa. Kulit buah pampaken berwarna hijau kekuningan melebihi warna kuning yang dimiliki durian, duri lebih rapat, kecil, runcing, dan kurang tajam apabila dibandingkan dengan durian. Tekstur daging buah pampaken lebih kering, berwarna jingga dan aroma yang tidak menyengat serta tidak mengandung alkohol.

4.

Potensi

tumbuhan

Durio

kutejensis

sebagai

tumbuhan

endemik

Kalimantan. Pada lahan yang menjadi suatu bekas dari kegiatan pertambangan dengan cara merevegetasi daerah tersebut dengan suatu tumbuhan seperti Durio kutejensis merupakan suatu keuntungan dengan memanfaatkan lahan tersebut proses perkecambahan dengan perawatan tertentu akan menunjang lebih cepat pertumbuhan Durio kutejensis. Dengan adanya habitat ini maka dapat menghindari kelangkaan pada jenis tersebut dan mengembalikan unsure hara dengan cepat, jenis Durio kutejensis memiliki kelebihan yaitu Salah satu keunggulan dari buah pampaken adalah kadar vitamin A yang tinggi, hal ini tampak pada warna daging buah yang sangat kuning (jingga). Daging buah mengandung karoten yang merupakan provitamin A dan berkorelasi positif dengan kandungan vitamin A. Menurut penelitian Wahdah et al. (2003), kadar vitamin A buah pampaken 3.420 SI, sedangkan buah durian hanya 603 SI.

10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 1. Reklamasi merupakan suatu proses perbaikan pada suatu daerah tertentu (lahan bekas tambang) sebagai akibat dari kegiatan penambangan sehingga dapat berfungsi kembali secara optimal. 2. Durio kutejensis memiliki suatu kekuatan yang penting dalam proses pengembalian unsur hara yang sudah diambil oleh karena kegiatan pertambangan dan hal ini menjadi signifikan dikarenakan Durio kutejensis sudah mampu hidup dan menduduki satuan structural dari fungsi ekologi. 3. Kegiatan pertambangan dapat mengakibatkan perubahan kondisi lingkungan. Dapat dilihat dari hilangnya fungsi proteksi tanah yang juga berakibat pada terganggunya fungsi-fungsi lainnya.

3.2 Saran Dalam pengelolaan sumber daya hayati yang ada didalam ekosistem bekas galian tambang batubara hendaknya dengan memperhatikan fauna dan flora khas/endemic daerah itu sendiri agar fungsi dan potensinya dalam ekosistem dan lingkungan social mampu tercapai sepenuhnya.

11

DAFTAR PUSTAKA

Antarlina,Sri. 2009.Buletin Plasma Nutfah Vol 15 No 2. Balai Pertanian Lahan Rawa : Banjarbaru. Dony Rachmanadi. Upaya Reklamasi Lahan Bekas Tambang Batubara di Kalimantan Selatan. http://library.forda-mof.org/libforda/data_pdf/2880.pdf. Diakses pada 28 Oktober 2012 Ferdinand. 2005. Lahan bekas tambang yang rusak berat harus direklamasi. http://www.apbi-icma.com/news.php?pid=1228&act=detail Diakses pada 28 Oktober 2012 Siregar, T. H. S. 2009. Potensi dan pemanfaatan lahan bekas tambang untuk usaha agribisnis perkebunan berbasiskaret. http://perkebunankaret.blogspot.com/2009/09/potensi-dapemanfaatanlahan-bekas.html. Diakses pada 28 Oktober 2012

12

LAMPIRAN

Gambar 1 : Buah Durio kutejensis

Gambar 2 : Pohon Durio kutejensis

13

You might also like