You are on page 1of 8

BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN TEORI

I. Pengertian Bunyi
Bunyi merambat sebagai gelombang sebab bunyi dapat mengalami interferensi, pemantulan, pembiasan dan difraksi. Bunyi merupakan gelombang mekanik karena hanya dapat merambat melalui medium (zat padat, cair atau gas). Getaran- getaran sumber bunyi menghasilkan variasi tekanan pada udara sehingga molekul-molekul udara pada bagian tertentu mengalami rapatan dan pada bagian lainnya mengalami renggangan. Tetapi molekul udara sendirir tidak ikut merambat melainkan hanya bergetar. Jadi,gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. Dibawah ini beberapa sifat bunyi yang perlu kita ketahui dalam suatu auditorium atau ruang tertutup.

II. Pemantulan (Refleksi)


Bunyi merupakan gelombang. Gelombang bunyi pada saat merambat jika mengenai dinding yang keras, akan dipantulkan. Hukum pemantulan bunyi : 1. Bunyi datang, garis normal, dan bunyi pantul terletak pada satu bidang datar. 2. Sudut datang sama dengan sudut pantul

Macam-macam bunyi pantul : 1. Gema / echo Gema adalah bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli sehingga

bunyinya jelas. 2. Gaung / kerdam Gaung adalah bunyi pantul yang terdengar hanya sebagian bersamaan dengan bunyi asli, sehingga bunyi menjadi tidak jelas. Gaung biasa terjadi di ruangan yang cukup luas, seperti aula, dan ruang-ruang pertemuan. Untuk menghilangkan gaung, dinding pemantul dilapisi dengan peredam bunyi yaitu dinding yang lemah, seperti : busa, wol, karpet, karton, gabus, dan lainnya. 3. Bunyi pantul yang datangnya bersamaan dengan bunyi asli dapat memperkuat bunyi asli. Contoh suara guru di dalam kelas lebih keras bila dibanding dengan di luar kelas.

Permukaan yang keras, tegar, dan rata seperti beton, bata, batu, plester, atau gelas memantulkan semua energi bunyi yang jatuh padanya, karena sinar bunyi datang dan bunyi pantul terletak dalam bidang datar sama, dan sudut gelombang bunyi datang sama dengan sudut gelombang bunyi pantul (Hukum Pemantulan). Namun harus diingat, panjang gelombang bunyi jauh lebih panjang daripada gelombang sinar cahaya, dan hukum pemantulan bunyi hanya berlaku jika panjang gelombang bunyi adalah kecil dibandingkan ukuran permukaan pemantulan. Ini berarti bahwa penggunaan hukum ini harus dipikirkan dengan cermat untuk bunyi berfrekuensi rendah. Permukaan pemantul yang cembung cenderung menyebar gelombang bunyi dan permukaan yang cekung cenderung mengumpulkan gelombang bunyi pantul dalam ruang. Dalam auditorium, ukuran sedang dan besar, kondisi mendengar dapat banyak diperbaiki dengan penggunaan pemantul pemantul bunyi yang besar yang ditempatkan di tempat yang sesuai.

RESONANSI Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda, karena pengaruh getaran benda lain di dekatnya. Syarat terjadinya resonansi adalah benda pertama (sumber getaran) dengan benda kedua (sumber getaran lain) mempunyai frekuensi yang sama. Contoh peristiwa resonansi : Senar gitar dipetik, udara dalam gitar ikut bergetar. Dua garpu tala yang mempunyai frekuensi yang sama didekatkan, jika salah 2

satu garputala digetarkan yang lain ikut bergetar. Resonansi pada ayunan, jika salah satu beban diayun, beban yang panjang talinya sama ikut berayun.

III. Penyerapan (Absorpsi)


Penyerapan terjadi akibat turut bergetarnya material terhadap gelombang suara yang sampai pada permukaan material tersebut. Getaran suara yang sampai dipermukaan turut menggetarkan partikel dan pori pori udara pada material tersebut. Sebagian dari getaran tersebut terpantul kembali ke ruangan, sebagian berubah menjadi panas dan sebagian lagi di teruskan ke bidang lain dari material tersebut. Contohnya kita dapat mendengarkan suara musik yang diputar dari ruang sebelah kita jika dinding ruang tersebut tidak dipasangkan peredam suara. Umumnya bahan kain, kapas, karpet dan sejenisnya memililki reaksi serap yang lebih tinggi terhadap gelombang suara dengan frekuensi tinggi dibandingkan dengan frekuensi rendah.

Sedangkan bahan tembok, kaca, besi, kayu umumnya meneruskan sebagian energi gelombang nada rendah ke sisi lain dari material tersebut, dan sebagian

gelombang suara bergetarnya menjadi panas dan sebagian lagi dipantulkan kembali ke ruang dengar.

Bahan lembut, berpori, kain serta juga manusia menyerap sebagian besar gelombang bunyi yang menumbuk mereka, dengan kata lain benda - benda itumerupakan penyerap bunyi. Dari definisi, penyerapan bunyi adalah perubahan energi bunyi menjadi suatu bentuk lain seperti energi panas saat melewati atau menumbuk permukaan lain. Jumlah panas yang dihasilkan pada perubahan energi sangat kecil, sedang kecepatan perambatan gelombang bunyi tidak dipengaruhi oleh penyerapan. Bahan penyerap bunyi memiliki batas penyerapan sehingga dibutuhkan pengaturan dan pengendalian volume bunyi yang sesuai dengan jumlah volume

penyerap bunyi. Dalam akustik lingkungan unsur unsur berikut dapat menunjang penyerapan bunyi, seperti : Lapisan permukaan dinding, lantai, dan atap Isi ruangan seperti penonton, bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan lunak, dan karpet. Udara dalam ruangan.

IV. Penyebaran (Difusi)


Difusi bunyi adalah penyebaran buni yang terjadi dalam ruangan dengan cara merambat melalui medan penghantar bunyi, seperti pintu kayu, kaca, plafond gypsum, dll. Difusi bunyi yang cukup adalah ciri akustik yang diperlukan pada jenis jenis ruang tertentu (ruang konser, auditourium, studio musik, dan stdiou rekaman), karena ruang ruang ini membutuhkan distribusi merata. Difusi bunyi dapat diciptakan dengan beberapa cara, yaitu: Pemakaian elemen permukaan yang dan tidak

penyebar

teratur dalam jumlah yang banyak seperti pilaster, pier, balok balok, plafond yang kotak kotak, dan dinding yang bergerigi. Penggunaan lapisan permukaan pemantul bunyi dan penyerap bunyi secara bergantian. Distribusi lapisan penyerap bunyi yang berbeda secara tidak teratur dan acak.

Salah satu solusi akustik yang terbaik adalah meletakan panel serap dan sebar (difusi) pada bidang pantul pararel. Pantulan suara dari lantai mudah untuk diatasi dengan meletakan karpet atau permadani. Frekuensi rendah, biasanya, tidak terserap oleh karpet atau rug, menghasilkan fase negative pada frekuensi midbass yang saling meniadakan, akibat interfensi suara langsung dan suara pantulan, sering

disebut dengan Allison Affect, diambil dari nama designer loudspeaker Roy Allison, yaitu orang pertama mempublikasikan fenomena ini. Perlu di ingat, jenis karpet berhubungan pula dengan kualitas suara. Sebagai contoh karpet wool memilki suara yang lebih alami dibandingkan dengan karpet sintetik. Karena serabut padan karpet wool memiliki panjang dan ketebalan yang tidak sama, sehingga masing masing serabut menyerap frekuensi yang berbeda. Karpet sintetik, sebaliknya, terbuat dari serabut dengan panjang dan ketebalan yang persis sama sehingga masing masing serabut menyerap frekuensi yang sama.

IV. Pembelokan (Difraksi)


Difraksi (GAMBAR 4.2.C) adalah gejala akustik yang menyebabkan gelombang bunyi dibelokkan atau dihamburkan sekitar penghalang, seperti sudut (corner), kolom, tembok dan balok, yang lebih nyata pada frekuensi rendah daripada frekuensi tinggi. Ini membuktikan bahwa hokum akustik geometri tidak sesuai untuk meramalkan dengan tepat kelaluan bunyi dalam ruang tertutup karena penghalang yang biasanya ada dalam akustik ruang adalah terlampau dengan bunyi yang kecil panjang dapat

disbanding gelombang

didengar. Walaupun akustik geometri merupakan pendekatan yang berguna bila berhubungan dengan

permasalahan bunyi frekuensi tinggi, akustik geometri ini hampir tidak dapat digunakan untuk frekuensi di bawah 250 Hz. Dengan kata lain, bunyi frekuensi rendah (panjang gelombang besar) tidak akan mengikuti hukum

akustik geometri bila mereka berhubungan dengan elemen arsitektur dengan ukuran kecil. Khususnya mereka tidak akan merambat dalam araha yang lurus melewati lubang dan tidak akan berdifraksi atau dihamburkan oleh elemen akustik skala kecil.

V. Dengung
Bila bunyi lunak (stedy) dihasilkan dalam suatu ruang, tekanan bunyi membesar secara bertahap dan dibutuhkan beberapa waktu (dalam kebanyakan ruang sekitar 1 sekon) bagi bunyi untuk mencapai nilai keadaan lunaknya. Dengan cara sama, bila sumber bunyi telah berhenti, suatu waktu yang cukup lama akan berlalu sebelum bunyi hilang (menyeluruh) dan tidak dapat didengar. Bunyi yang berkepanjangan ini sebagai akibat pemantulan yang berturut - turut dalam ruang tertutup setelah sumber bunyi dihentikan disebut dengung. Ia mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap kondisi mendengar dalam auditorium karena kehadirannya mengubah persepsi atau tanggapan terhadap bunyi transien, yaitu bunyi yang mulai dan berhenti dengan tiba - tiba. Dalam pengendalian dengung dalam auditorium, bunyi transien dari pidato dan musik perlu dilindungi dan ditingkatkan untuk menjamin inteligibilitas pembicaraan yang tertinggi dan kenikmatan musik yang terlengkap. Pentingnya pengendalian dengung dalam rancangan akustik auditorium telah megharuskan masuknya besaran standar yang relevan, yaitu waktu dengung (RT) yang akan dibahas selanjutnya.

BAB III TINJAUAN STUDI KASIS BAB IV SARAN-SARAN PERBAIKAN


Perbaikan-perbaikan yang akan saya ajukan dibawah ini bersangkutan mengenai fungsi dari black box salihara yang memiliki berbagai fungsi. Saya rubah menjadi ruang yang memiliki fungsi lebih spesifik yaitu sebagai ruang konser. Karena dialih fungsikan maka RT yang seharusnya terjadi, berubah menjadi. Maka beberapa perubahan saya lakukan dan difokuskan pada penggunaan materialnya. 6

1.

Lantai Pada bidang lantai teater salihara ini hanya memiliki alas beton yang diplester tanpa penutup lainnya, sehingg ia bersifat reflector sejati, maka yang saya ubah adalah fungsi dari lantai ini yang semula reflector menjadi absorpter dengan menggunaka karpet wol yang memiliki ketebalan tertentu, mengingat semakin tebal karpet wol maka semakin tinggi pula daya serapnya.

2.

Dinding Dari konsep teater yaitu black box digambarkan dengan denah yang segi empat, maka yang terjadi adalah kemungkinan terjadinya echo. Tetapi hal tersebut dapat dipecahkan dengan solusi bata diplester yang dibuat semakin ke atas semakin miring, Tetapi dalam kasus yang lebih spesifik, ketika ruang tersebut diperuntukan sebagai ruang konser musik maka diperlukan suara yang bulat atau tidak menyebar sehingga dinding yang dibelakang penonton akan sangat menunjang fungsinya apabila dibuat cekung. Maka dari itu dinding ini akan bersifat mengumpulkan bunyi, dan suara penyanyi di depan tidak akan terdengar pecah di telinga penontong paling belakang sekalipun.

3.

Plafond Bidang Plafond adalah bidang terbesar pada teater ini karena minim gangguan atau perlengkapan yang lain seperti pintu, kursi, maupun tirai. Maka plafond disini akan akan menjadi sangat efektif ketika difungsikan menjadi absorpter dengan menggunakan panel akustik yang bersifat menyerap suara.

BAB V KESIMPULAN
Pada dasarnya, teater gedung Teater Salihara sudah memenuhi kriteria sebuah auditorium ditilik dari teori akustik yang telah saya bahas di BAB II dan dari RT-nya yang kurang lebih sesuai, tetapi saya ajukan beberapa perbaikan

mengingat teateer ini saya alih fungsikan yang pada awalnya multifungsi menjadi lebih spesifik yaitu sebagai tempat konser musik, sehingga diperlukan beberapa perubahan agar menunjang fungsi tersebut. Perubahan yang dilakukan pun tidak terlalu signifikan mengingat RT yang dibutuhkan untuk teater dan konser musik tidak terlalu jauh berbeda, maka perubahan yang saya lakukan hanya berkisar dari perubahan material pada lantai dan plafond, lalu perubahan bentuk satu bidang dinding yang diharapkan dapat semakin menyempurnakan Black Box Salihara sebagai tempat konser musik.

DAFTAR PUSTAKA
www.peredamsuara.com/

You might also like