You are on page 1of 7

Moh.

Sahawi 125030500111008

Siapa itu Polybius dan Apa Pemikirannya ?


A. Masa Hidup Polybius lahir pada tahun kira-kira 203 SM atau 198 SM di Megalopolis, Arcadia. Ia adalah seorang Yunani yang berasal dari suku Achaea yang juga ia merupakan seorang keturunan bangsawan. Ayahnya yang seorang bangsawan sekaligus negarawan ikut membuat Polybius dekat dengan kalangan legislatif dan militer. Oleh karena itu, pada saat muda ia telah menjadi anggota Liga Achea dan mempunyai peranan penting di dalam liga tersebut. Karir Militer melesat ketika ia menjadi seorang komandan Kavaleri ketika perang Macedonia II melawan Romawi. Pada perang di Pydna tahun 168 M, Yunani yang kalah dalam perperangan melawan Romawi memaksa Polybius menjadi tahanan dan tawanan oleh pihak Romawi selama 17 tahun, dia sendiri dibawa ke kota Roma. Polybius () adalah seorang sejarawan Yunani pada Periode Helenistik yang dikenal akan bukunya yang berjudul The Histories. Ia juga dikenal akan gagasannya mengenai sistem pemerintahan, yang digunakan dalam Lesprit des lois Montesquieu. Di Roma, berdasarkan budaya tinggi, ia dibawa ke rumah paling terkenal, khususnya dengan yang Aemilius Paulus, penakluk dalam Perang Macedonia Ketiga, yang dipercayakan kepadanya dengan pendidikan anak-anaknya, Fabius dan Scipio muda. Ketika para sandera Achaean dibebaskan pada tahun 150 SM, Polybius diperbolehkan meninggalkan untuk kembali ke rumah, tetapi pada tahun berikutnya ia pergi bersama temannya ke Afrika, dan hadir pada penangkapan Kartago bahwa ia dijelaskan. Kemungkinan bahwa setelah penghancuran Kartago, ia berangkat ke pantai Atlantik, Afrika serta Spanyol. Setelah kehancuran Korintus pada tahun yang sama, ia kembali ke Yunani dan memanfaatkan koneksinya di Romawi untuk meringankan kondisi di sana; Polybius dipercayakan dengan tugas sulit mengatur bentuk baru pemerintahan di kota-kota Yunani, dan di kantor ini memperoleh pengakuan tertinggi untuk dirinya sendiri. Tahun-tahun berikutnya yang ia habiskan di Roma, terlibat pada penyelesaian pekerjaan sejarah, dan kadang-kadang melakukan perjalanan panjang melalui negara-negara Mediterania untuk kepentingan sejarah, lebih khusus dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan secara langsung dari situs sejarah. Hal ini juga tampak bahwa ia mencari dan mewawancarai

veteran perang dalam rangka untuk mengklarifikasi rincian peristiwa yang ia sedang tulis dan diberikan akses ke bahan-bahan arsip untuk tujuan yang sama. Sedikit yang diketahui dari kehidupan kemudian Polybius. Ia kemungkinan besar melakukan perjalanan dengan Scipio ke Spanyol dan bertindak sebagai penasihat militer selama Perang Numantine, perang kemudian dia menulis tentang dalam monografi hilang pada subjek. Hal ini juga kemungkinan bahwa Polybius kembali ke Yunani di kemudian hari, karena ada banyak prasasti dan patung-patung dia di Yunani. Ada laporan kematiannya pada 118 SM setelah jatuh dari kuda, meskipun hal ini hanya dicatat dalam satu sumber dan sumber yang dikenal dapat diandalkan. B. Karya yang Dihasilkan Mengapa Romawi mampu menaklukkan dunia? Mungkin secara imajinatif bisa sedikit digambarkan mengenai apa yang ada dipikirannya ketika ia mulai menulis karya tulisnya yang berhubungan dengan politik-sejarahsastra- dan tentu saja Romawi itu sendiri. Secara kasar bisa digambarkan seorang Polybius adalah seorang Legislator, negarawan dan pejabat militer pengkhianat, dimana ia menuliskan suatu karya yang mengagungkan bangsa dan negara penjajahnya. Karyanya The Histories, mengambarkan hal tersebut. Ia pertamatama membuat sebuah Hipotesis bahwa Kebijakan politik dan Konstitusi Roma yang menyebabkan daerahdaerah yang diserang Romawi mampu takluk dalam kurun waktu kurang dari 53 tahun. Seperti yang dituliskan sebelumnya, kedekatan dengan Scipio Aemilius memberikan dampak yang besar kepada dirinya di Roma. Selain, pengalamnnya sebagai seorang Militer di Aechea, Yunani terdahulu, ia juga mulai akrab dengan lingkungan bangsawan dan militer di Roma. Karena kedekatannya dengan para golongan kelas atas, tidak salah ia dapat merasakan fasilitas sosial kelas atas, dan sempat berpergian ke beberapa tempat seperti di Italia, Prancis, Spanyol dan Kartago. Fasilitas sosial ini juga berimplikasi dengan kemudahannya mengakses berbagai sumber lisan, bahan tulis dan dokumen yang relevan di dalam penulisan The Histories. Tradisi penulisan Thucydides rupa-rupanya mempengaruhi dirinya di dalam menulis karya tulisnya. Di dalam mencari sumbernya, ia berusaha seakurat mungkin, dan melakukan pengujian sumber serta penggunaan bukti bukti yang satu formula dengan yang diajarkaan oleh Thucydides. Teknik Korobasi menjadi teknik yang dia gunakan di dalam menguji sumber dan mendapatkan bukti. Setiap hubungan apapun akan memiliki akibat yang ditimbulkan, hal ini berlaku pada gagasan dan cara pandang Polybius di dalam karya The Historiesnya. Alihalih ingin menjelaskan tentang Romawi, pada bab 6 The historiesnya, ia malah mengagunggkan Romawi dengan konstitusinya. Ia menganalisis institusi politik yang ada di Roma dan menyatakan undangundang yang digunakan Roma yang menyebabkan Romawi menjadi kuat, selain itu konstitusinya yang membuat Romawi lebih berhasil dibandingkan Yunani. Berikut kutipan dari tulisan Polybius :

Rome, foreseeing the dangers presented by such a cycle, did not organize her government according to anyone type, but rather tried to combine all the good features of the best constitutions. All three kinds of government shared in control of the Roman state. Such fairness and propriety was shown in the use of these three types in drawing up the constitution, that it was impossible to say with certainty if the system was aristocratic, democratic, or monarchical. If one looked at the power of the Consuls, the constitution seemed monarchical; if at that of the Senate, it looked aristocratic; and if at the power of the masses, it seemed clearly to be a democracy. Roman Consuls exercise authority over all public affairs. All other magistrates except the tribunes are under them and bound to obey them, and they introduce embassies to the Senate. they consult the Senate on matters of urgency, they carry out in detail the provisions of its decrees, they summon assemblies, introduce measure, and preside over the execution of popular decrees. In war their power is almost uncontrolled; for they are empowered to make demands on allies, to appoint military tribunes, and to select soldiers. They also have the right of inflicting punishment on anyone under their command, and spending any sum they decide upon from the public funds. If one looks at this part of the administration alone, one may reasonably pronounce the constitution to be a pure monarchy or kingship. . . Siklus Polybius
Beliau adalah seorang yang ahli sejarah yang berkebangsaan yunani. Tetapi oleh karena suatu hal ia pernah dipenjara di romawi, dia adalah orang yang rajin, taat, cakap. Ini terbukti meskipun ia dipenjarakan, tetapi selama di penjara ia sempat dan dapat mengadakan penelitian tentang sistem dan susunan ketatanegaraan di romawi. Dan setelah di keluarkan dari penjara ia mengadakan perjalanan keliling dunia, antara lain afrika. Tujuannya untuk mendapatkan atau menghasilkan suatu teori kenegaraan yang menganggumkan, antara lain teori tentang perubahan bentuk-bentuk Negara. Ajarannya kemudian terkenal dengan nama siklus Polybius. Menurut Polybius bentuk Negara atau pemerintahan yang satu sebenarnya adalah merupakan akibat daripada bentuk Negara yang lain, yang telah langsung mendahuluinya. Dan bentuk Negara yang terakhir itu kemudian adalah sebab daripada bentuk Negara itu tadi dan begitu terus menerus. Jadi diantara berbagai-bagai bentuk Negara terdapat hubungan sebab akibat. Bentuk Negara selalu berubah-ubah sedemikian rupa, sehingga perubahannya itu merupakan suatu lingkaran, yang merupakan cyclus oleh karena itu dinamakan Cyclus Theory. Menurut ajaran Polybius bentuk-bentuk Negara dapat digolongkan menjadi tiga golongan besar yang kemudian masing masing golongan itu dibedakan lagi menajdi dua jenis. Dengan demikian kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa dalam garis besarnya ajaran-ajaran dari: plato, aristoteles, dan Polybius tentang bentuk-bentuk Negara pada prinsipnya adalah sama, semuanya berpendapat kalo ada tiga bentuk Negara,ini yang pokok, serta kemudian masing-masing bentuk itu dibedakan lagi menjadi dua jenis, sehingga menjadi enam bentuk Negara, yang meskipun tiga bentuk tadi hanya menjadi ekses saja daripada tiga bentuk yang pokok tadi. Lalu kemudian terkenal sebagai ajaran tentang bentuk-bentuk Negara pada zaman kuno yang bersifat klasik/tradisional. Yang perlu digaris bawahi menurut Polybius, dalam kerajaan romawi itu dapat dicapai bentuk pemerintahan yang paling baik karena dipersatukan dalam unsur-unsur yang terbaik dari bermacammacam bentuk pemerintahan yang dibedakan satu sama lain, semata-semata menurut Aristoteles.

MONARKI merupakan bentuk yang tertua, yang didirikan atas kekuasaan dari rakyat yang kesatuan berhubung dengan kecenderungan yang berdasarkan alam. Cita-cita akan keadilan dan kesusilaan telah menyebabkan orang pada mulanya sangat mengharagai bentuk monarki, dalam monarki, kekuasaan Negara dipegang oleh satu orang tunggal yang berkuasa, berbakat dan mempunyai sifat-sifat yang lebih. Unggul daripada warga lain lalu mendapatkan kepercayaan untuk memerintah. Penguasa yaitu raja, semula melaksanakan untuk kepentingan umum artinya kepentingan rakyat sangat diperhatikan jadi sifat pemerintahan adalah baik. Tetapi lama kelamaan keturunan raja itu tidak lagi menjalankan pemerintahan untuk kepentingan umum, melainkan hanya untuk kepentingan pribadi, mulai memerintah dengan sewenang-wenang, kepentingannya tidak mendapatkan perhatian sama sekali. Maka menjadilah pemerintahan tunggal yang sifatnya jelek. Maka jadi lah bentuk Negara MONARKI menjadi TYRANNI Tyranny merupakan sistem pemerintahan yang bersifat sewenang-wenang, maka muncullah beberapa orang yang berani dan mempunyai sifat-sifat baik kaum bangsawan. Mereka ini bersatu, tampil ke muka dan mengadakan pemberontajab. Setelah kekuasaan beralih di tangan mereka(pemberontak). Mereka menjalankan pemerintahan dengan sangat memperhatikan kepentingan umum maka jadi lah Negara yang pemerintahannya dipegang oleh beberapa orang yang dalam menjalankan pemerintahannya sangat memerhatikan kepentingan rakyat dan kepentingan umum ini menyebabkan bentuk negara berubah dari tyranny menjadi aristokrasi. Pemerintahan aristokrasi, pada awalnya baik-baik saja, tapi lama- kelamaan, mungkin karena keturunan mereka yang kemudian memegang pemerintahan itu tidak lagi menjalankan pemerintahan yang berkeadilan dan untuk kepentingan rakyat. Tetapi yang diperhatikan adalah kepentingan pribadi. Maka pemerintahan itu dipegang oleh beberapa orang yang sifat pemerintahannya sangat buruk , ini menyebabkan bentuk negara yang berubah dari bentuk aristokrasi menjadi oligarki. Karena dalam oligarki ini terdapat keadilan, maka rakyat lah kemudian yang memberontak, mengambil nasib mereka. Negara dimana pemerintahannya dijalankan oleh rakyat dan yang tujuannya untuk melaksanakan kepentingan rakyat, maka bentuk negara yang OLIGARKI menjadi DEMOKRASI. Pada awalnya pemerintahan yang dilaksanakan oleh rakyat memang baik, karena sangat memperhatikan kepentingan rakyat, dan sangat menghargai persamaan serta kebebasan. Tetapi kemudian lamakelamaan, kebebasan itu tidak dihargai karena menganggap bahwa kebebasan itu merupakan suatu hal yang biasa, malahan mereka ingin bebas sama sekali dari peraturan-peraturan yang ada. Akibatnya lalu timbul kekacauan, kebobrokan, korupsi marajela dimana-mana, sehingga peraturan hukum tidak menjadi kekuatan yang mengikat, bahkan mereka bebas berbuat sesuka hatinya, masing-masing orang ingin mengatur dan memerintah. Maka bentuk Negara yang demokrasi tadi menjadi okhlorasi. Dari keadaan yang serba kacau diatas, timbullah keinginan untuk memperbaiki nasibnya, bersamaan dengan itu kemudian muncullah seseorang yang berani dan kuat, yang dengan jalan kekerasan akhirnya dapat memegang kekuasaan. Maka kekuasaan pemerintahan beralih ke tangan seorang yang tunggal lagi, yang

dalam menjalankan pemerintahannya sangat memerhatikan kepentingan umum, karena mereka ingin memperbaiki nasib rakyatnya yang sudah bobrok. Maka kembali ke bentu Negara MONARKI.

Kelemahan dari teori Polybius adalah sifatnya yang deterministik; artinya, perubahan bentuk pemerintahan akan mengikuti siklus yang berurutan dari pemerintahan seorang yang baik, kemudian digantikan oleh pemerintahan seorang yang buruk, kemudian diganti pemerintahan sekelompok orang yang baik, dan seterusnya. Padahal, dalam praktik bisa saja pemerintahan tirani ditumbangkan oleh rakyat, yang kemudian membangun pemerintahan demokrasi. Jadi, perubahan pemerintahan tirani menuju demokrasi tidak perlu melewati pemerintahan aristokrasi dan oligarki terlebih dahulu. Dalam sejarah banyak contoh pemerintahan tirani dijatuhkan oleh penguasa lain yang kemudian menjadi raja / monark yang baik. Jadi, perubahan tirani menjadi monarki tidak harus melalui jalur pemerintahan aristokrasi, oligarki, demokrasi, dan oklokrasi. Klasifikasi mutakhir tentang bentuk pemerintahan yang biasa digunakan para pakar adalah demokrasi, oligarki, dan kediktatoran (Ranney, 1992), yaitu: Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana kekuasaan untuk membuat keputusan tertinggi dalam suatu Negara dikontrol oleh semua warga Negara dewasa dari masyarakat yang bersangkutan. Kediktatoran adalah bentuk pemerintahan dimana kekuasan untuk membuat keputusan tertinggi dalam suatu Negara dikontrol oleh satu orang. Oligarki adalah bentuk pemerntahan dimana kekuasaan untuk membuat keputusan tertinggi dalam suatu Negara dikontrol oleh sekelompok elite. Para pakar ilmu politik kini lebih suka menyebut demokrasi, oligarki, dan kediktatoran bukan sebagai bentuk pemerintahan, melainkan sebagai sistem politik. Siklus Polybius sendiri bisa dilihat pada gambar di bawah ini :

Polybius Square
Polybius Square, atau yang dikenal juga dengan nama Polybius Checkerboard, merupakan sebuah sandi atau kode yang digunakan untuk mengubah huruf menjadi angka. Sandi ini diberi nama sesuai dengan nama penemunya, yaitu Polybius. Sandi digunakan untuk merahasiakan suatu pesan agar tidak diketahui oleh orang banyak, hanya orang tertentu yang bisa mengetahui pesan tersebut. Dalam sandi Polybius Square ini, kita menggunakan referensi tabel di bawah ini.

Dalam penulisan kode Polybius Square, angka yang vertikal (angka-angka di sebelah kiri tabel) yang ditulis terlebih dahulu, diikuti dengan angka yang horizontal (angka-angka di atas tabel). Jadi, untuk menuliskan huruf B, penulisan yang benar adalah 12, bukan 21. Angka 21 adalah kode untuk huruf F. Contoh lain, untuk menuliskan huruf P, penulisan kode yang benar adalah 35, bukan 53. Angka 53 adalah kode untuk huruf X. Untuk memahami bagaimana cara kerja dari Polybius Square, mari kita coba dengan contoh yang sederhana. Kita akan menjadikan MATH PEDIA sebagai plaintext (teks asli yang ingin dirahasiakan). Langkah pertama adalah ubah masing-masing huruf menjadi angka dengan menggunakan tabel Polybius Square. Pertama, huruf M. Carilah huruf M pada tabel. Kemudian, lihat angka di sebelah kiri yang sejajar dengan huruf M. Itu angka 3. Lalu, lihat angka di atas yang sekolom dengan huruf M. Angka tersebut adalah angka 2. Jadi, kode Polybius Square dari huruf M adalah 32. Kemudian, huruf A. Cari huruf A pada tabel, lihat angka di sebelah kiri yang sejajar dengan huruf A (angka 1) dan angka di atas yang sekolom dengan huruf A (angka 1). Jadi, kode Polybius Square untuk huruf A adalah 11. Dengan cara yang sama, kita dapatkan juga kode Polybius untuk huruf-huruf yang lain T adalah 44 H adalah 23 P adalah 35 E adalah 15 D adalah 14 I adalah 24 A adalah 11 Jadi, ciphertext (pesan rahasia) dari MATH PEDIA adalah 32114423 3515142411. Perlu diingat, kode antar kata dipisahkan dengan spasi, tetapi tidak perlu diberi spasi jika masih dalam satu kata.

Perhatikan kembali tabel Polybius Square dan lihat kolom kode 24. Di kotak tersebut ada dua buah huruf, yaitu I / J. Bagaimana cara kita membedakan kode untuk huruf I dan huruf J?. Sebenarnya tidak ada bedanya Kode Polybius untuk huruf I adalah 24. Kode untuk huruf J pun adalah 24. Kita bisa membedakan kode huruf I dan J setelah mengubah ciphertext menjadi plaintext. Sebagai contoh, saya membuat kode 3524334445. Karena kita masih belum tahu angka 24 untuk huruf apa, kita abaikan dulu. Setelah diubah menjadi plaintext, kode itu menjadi P_NTU. Nah, sudah jelas kalau angka 24 di sana untuk huruf I, bukan J, karena kata yang bisa dimengerti manusia adalah PINTU, bukan PJNTU. Contoh lainnya, saya kembali membuat kode 2411251544. Lagi-lagi, karena kita belum tahu angka 24 itu untuk huruf apa, kita abaikan dulu. Setelah diubah menjadi plaintext, kode itu menjadi _AKET. Sekarang, coba kita ganti huruf yang kosong dengan huruf I dan J. Manakah yang benar? IAKET atau JAKET?. Begitulah kode Polybius Square. Kode ini memang tidak rumit, malah sangat sederhana. Ada sebuah situs yang bisa digunakan untuk kode Polybius, baik dari plaintext menjadi ciphertext maupun sebaliknya. Silahkan klik link di bawah ini http://www.braingle.com/brainteasers/codes/polybius.php C. Kesimpulan
1. Polybius : The Histories

Inkuiri historis : melesatnya Republik Roma Menyaksikan kemunculan kekuasaan Romawi : mengapa itu bisa terjadi? tulisannya berdasarkan : Ketepatan, objektivitas, dan pragmatis Penelitiannya produktif dan dapat menjawab mengapa Romawi berkembang ada keserasian konstitusi: Demokrasi, aristokrasi, dan monarki kritis, tapi memihak kepada Romawi tajam dalam memilih ilustasi,cerita dan peristiwa yangg penting.

D. Penjelasan Point
Pejabat di Aechea selanjutnya di Roma Menulis The Histories, karya yang menjelaskan kenapa Romawi sukses menjadi Imperium Metodologi Thucydides Isinya menyatakan bahwa undang-undang dan konstitusi Roma yang menyebabkan Romawi maju sebagai imperium dunia Pemikirannya terikat pada pandangannya mengenai Romawi sebagai kerajaan dunia Cara pandangnya berhubungan dengan lingkungan dimana ia menuliskan tulisannya dan berhubungan erat dengan hubungannya kepada Scipio Aemilius.

You might also like