Professional Documents
Culture Documents
bertahap. Kadar air menjadi sedikit, kolagen menjadi kurang larut, kaku dan kurang lentur dan jumlahnya menurun. Dermal protein berubah jadi amorf, sehingga kulit jadi tipis, kering dan keriput. Produksi kelenjar sebasea menurun, lemak kulit berkurang, kulit lebih mudah mengalami dehidrasi, begitu pula aktivitas pengeluaran keringat berkurang. Pengaruh hormon yang berkurang, mengakibatkan atrofi kulit dan apendiknya, juga terjadi pengurangan jumlah melanosit yang aktif dan berkurangnya kemampuan thanning. Vaskularisasi yang berkurang dan lapisan lemak yang menipis menyebabkan pengaturan suhu terganggu, kulit mudah mengalami luka, sering terasa gatal, trauma yang ringan dapat menimbulkan kelainan kulit dan lain-lain. Secara struktural, kulit adalah suatu organ kompleks yang terdiri dari epidermis, dermis, dan subkutis. Hal yang dikaitkan dengan penuaan adalah perubahan yang terlihat pada kulit, seperti atropi, keriput dan kulit yang kendur. Perubahan yang terlihat ini sangat bervariasi, tetapi pada prinsipnya terjadi karena hubungan antara penuaan intrinsik (alami) dan penuaan ekstrinsik (lingkungan). MASALAH-MASALAH KULIT DAN MUKOSA PADA LANSIA a. Masalah umum pada lansia Menurut Arisman (2004) dan Nugroho (2000) perubahan fisiologis akibat penuaan, meliputi : Perubahan Fisiologis Pada Lansia
Sistem tubuh: Integumen. Temuan normal :Kulit kehilangan kelenturan dan kelembapannya pada masa lansia. Lapisan epitel menipis dan serat kolagen elastis menyusut dan menjadi kaku. Menurut Setiabudhi (1999) permasalahan khusus pada lansia
terbagi 2 aspek yaitu: 1) Permasalahan dari Aspek Fisiologis Terjadinya faktor perubahan sosial, normal ekonomis pada dan fisik lansia yang dipengaruhi oleh
1
kejiwaan
dalam jaringan dan organ tubuh seperti kulit menjadi kering dan berkeriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian atau menyeluruh, pendengaran
menyusut karena proses osteoporosis yang berakibat badan menjadi bungkuk, tulang keropos, massanya dan kekuatannya berkurang dan mudah patah, elastisitas jaringan paru - paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi tekanan darah tinggi, otot jantung bekerja reproduksi, terutama lambat terutama pada pada tidak efisien, adanya penurunan dan fungsi organ menjadi
reaksi
2) Permasalahan dari Aspek Psikologis Menurut Hadi Martono (1997) dalam Budi Darmojo (1999) beberapa masalah psikologis lansia antara lain: a) Kesepian meninggalnya penurunan (loneliness), yang dialami lansia pada saat
pasangan hidup, terutama bila dirinya saat itu mengalami status kesehatan atau seperti menderita penyakit fisik terutama hidup karena
keluarga yang cukup banyak tetapi mengalami kesepian. b) Duka cita (beravement), dimana pada periode duka cita ini merupakan periode yang sangat rawan bagi lansia. Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan bisa meruntuhkan ketahanan kejiwaan yang sudah rapuh dari seorang lansia, yang selanjutnya memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatannya. Adanya perasaan kosong kemudian diikuti dengan ingin menangis dan kemudian suatu episode biasanya bersifat self limiting. c) Depresi, pada lansia stress lingkungan kemampuan beradaptasi sudah menurun. d) Gangguan cemas, terbagi dalam beberapa golongan yaitu fobio, gangguan panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsetif-kompulsif. Pada lansia gangguan cemas merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan biasanya berhubungan dengan sekunder akibat
2
sering
efek
samping
obat
atau
gejala penghentian
dimana
terbagi
dalam
bentuk
psikosis bisa
terdapat pada lansia, baik sebagai kelanjutan keadaan dari dewasa muda atau yang timbul pada lansia. f) Parafrenia, merupakan suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering
terdapat pada lansia yang ditandai dengan waham (curiga) yang sering lansia berniat merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau tetangga
terisolasi atau di isolasi atau menarik diri dari kegiatran sosial. g) Sindroma Diagnosa, merupakan suatu keadaan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku yang sangat menganggu. Rumah atau kamar yang kotor serta berbau karena sering lansia ini bermain-main dengan urine dan fesesnya. Lansia sering memupuk barang-barangnya dengan tidak teratur (Jawa: Nyusuh). Kondisi ini walaupun kamar telah dibersihkan lansia
dimandikan bersih namun dapat berulang kembali. b. Masalah sistem integumen pada lansia Tabel 1. Perubahan normal sistem integumen akibat penuaan Perubahan normal terkait usia Implikasi klinis
Waktu perbaikan sel epidermal lebih Kulit mudah rusak dan lecet lambat Penurunan area kontak antara epidermis Penyembuhan luka lebih lambat dan dermis Penipisan lapisan dermal Penurunan vaskularitas Penutupan dan penyembuhan luka buruk Termoregulasi berkurang, penurunan
absorpsi agens topikal Penurunan jumlah korpus messner dan Penurunan sensasi sentuhan dan tekanan korpus pacini Penurunan jumlah dan dengan peningkatan risiko terhadap cedera kamampuan Penurunan termoregulasi
3
Tabel 2. Perubahan normal lapisan kulit Perubahan epidermis pada Perubahan Waktu meningkat Penurunan melanosit pengaantian Konsekuensi klinis sel Waktu lambat Perlindungan ultraviolet kurang Penuruna sel langerhans Respons terhadap pemeriksaan kulit berkurang Pendataran rete ridges Kulit mudah terpisah, dari sinar penyembuhan luka
pertumbuhan abnormal, seperti keratosis seboroik dan lesi kulit papilomatosa (akrokordon) Perubahan dermis Kolagen kurang terorganisir Vaskularitas berkurang pada Penurunan elastisitas Meningkatnya kekuatan, kurang mlentur di bawah tekanan Kelemahan, hilangnya turgor Pucat, hilangnya termoregulasi
Penurunan uunsur-unsur sel , Respons imun yang lemah makrofag, fibroblas, sel batang Perubahan subkutis pada Reserpsi lemak tubuh Peningkatan risiko hipertermia risiko cedera
abdomen Perubahan bagian kulit pada Hilangnya melanosit Rambut beruban Penipisan rambut pada kepala
Perubahan jenis dan distribusi Pria: rambut wajah berkurang rambut tetapi rambut di dalam telinga dan hidung meningkat Wanita: rmbut wajah pada bibir atas dan dagu meningkat Pertumbuhan kuku berkurang Kuku lunak, rapuh, dan kurang
4
berkilau Penurunan korpus meissner Penurunan korpus pacini Penurunan kelenjar keringat Penurunan sensasi raba Penurunan sensasi tekan Kulit kering, penurunan
Kerusakan kulit yang berhubungan dengan penuaan dini karena sinar matahari (photoaging) Penuaan dini karena sinar matahari, atau dermatoheliosis, adalah suatu kondisi pada kulit akibat dari sinar UV yang merusak. Wajah, leher, lengan, dan tangan paling banyak menunjukkan perubahan ini. Perubahan dini adalah hasil peradangan kronis, yang dikenal sebagai elastosis. Serabut elastis secara berangsur-angsur mengalami degradasi, menjadi lebih tebal, dan tidak teratur, serta menyebabkan kulit menjadi kendur dan keriput.ketika peradangan kronis berlanjut dan perubahan dini memberi jalan ke arah perubahan yang lebih lanjut, kulit tidak mengalami perubahan inflamasi dan adanya fibroblas yang diam. Keseluruhan jumlah kolagen yang matang menurun dan pembuluh darah kecil mulai mengalami dilatasi, menghasilkan telangiektasi yang terlihat jelas, kelenjar sebasea membesar dan ukuran pori-pori membesar. Perubahan tahap akhir lebih lanjut akibat penuaan dini karena sinar matahari termasuk penurunan respons perlindungan kulit terhadap sinar matahari karena distribusi melanin berkurang dan mejadi tidak beraturan. Oleh karena itu, lansia berisiko tinggi untuk mengalami kerusakan kulit akibat terpajan sinar matahari yang berlebihan. Lesi yang khas dari pajanan sinar matahari termasuk keratosis seboroik dan aknitik, solar lentigines, keratoakantoma, epitelioma sel basal, dan karsinoma sel skuamosa. Kerusakan kulit yang berhubungan dengan tekanan Lansia berisiko tinggi mengalami dekubitus karena adanya perubahan nutrisi, perubahan sensasi untuk perlindungan terhadap tekanan, adanya penyakit kronis, defisit perawatan diri, dukungan di rumah tidak adekuat, inkontinensia, defisit mobilitas, dan perubahan tingkat kesadaran. Setiap jaringan dapat mengalami ulserasi jika terpajan tekanan dari luar yang lebih besar dibandingkan tekanan penutupan kapiler untuk jangka waktu lama. Derajat ulserasi bergantung pada beberapa faktor, baik faktor
5
intrinsik maupun ekstrinsik. Pada saat tekanan terus berlanjut tanpa interupsi, jaringan tersebut mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi yang penting bagi metabolisme sel dan kemudian sel mengalami hipoksia dan membengkak. Jika diberikan tekanan pada titik ini, jaringan akan dipenuhi darah karena pembuluh darah kapiler membesar dan daerah tersebut akan berwarna kemerahan, yanng dikenal secara klinis dengan hiperemis regional. Periode hiperemia akan bertahan kira-kira separuh dari lamanya periode hipoksia yang telah terjadi. Dalam keadaan ini, area yang berada di bawah tekanan dapat dengan sepenuhnya kembali ke kondisi semula pada saat faktor risiko telah kenali dan dihilangkan dan tindakan pencegahan dimulai. Namun, jika masalah tidak diketahui pada titik ini, tekanan tidak akan dapat dihilangkan dan edema sel akan berkembang menjadi trombosis pembuluh darah kecil, penurunan suplai oksigen yang lebih lanjut, dan jaringan akan mulai mengalami ulserasi. Lesi derajat 1: daerah berwarna merah Lesi derajat 2: epidermis telah mengelupas, menampakkan dermis yang memiliki vaskulaarisasi sangat tinggi Lesi derajat 3: jaringan mengalami nekrosis, subkutis menjadi lebih terlibat Lesi derajat 4: tulang dan otot dasar mulai terlibat Perubahan proliferasi dan perbaikan sel Ketika waktu penggantian epidermal meningkat dan sel digantikan lebih lambat, penyembuhan luka menjadi lebih panjang dan kemungkinan untuk menderita trauma perkutan meningkat. Penutupan luka yang lambat dapat mendorong ke arah peningkatan risiko terjadinya infeksi sekunder karena adanya kerusakan integritas kulit. Infeksi sekunder sering kali merupakan hasil dari pertumbuhan stafilokokus atau streptokokus dari luka yang tercemar dengan flora normal kulit. Lansia lebih rentan terhadap ulserasi pada kulit dan struktur yang lebih dalam yang diakibatkan oleh penekanan karena penurunan massa otot dan lemak pada tubuhnya, juga penurunan sensitivitas mereka terhadap tekanan dan nyeri. Perubahan dalam toleransi jaringan untuk distorsi dari tekanan dan peregangan terjadi seiring peningkatan usia sebagai hasil dari penurunan cadangan nutrisi, sirkulasi, dan ketajaman sensoris.
6
Penurunan proliferasi sel dan waktu perputaran yang lebih panjang menghasilkan suatu efek yang diperpanjang pada pengiritasi kulit lokal seperti deterjen cair dan agens topikal. Respons terhadap pengiritasi mungkin tertunda, sehingga lebih sulit mengisolasi agens yang menyerang tersebut. Perubahan kekuatan imun Perubahan kompetensi imun mencerminkan perubahan dalam imunitas sel, seperti penurunan fungsi dan jumlah sel T dan B. Lansia menunjukkan suatu penurunan atau tidak adanya respons inflamasi. Fenske dan lober melaporkan bahwa lokasi uji tempel kulit harus dipantau 3 minggu setelah penempelan suatu iritan yang dicurigai. Kecenderungan lansia untuk menderita kanker kulit juga merupakan akibat suatu gangguan sistem imun. Peningkatan kerentanan terhadap virus perkutan dan infeksi jamur adalah konsekuensi lain dari penurunan kompetensi imun lansia. Infeksi jamur dapat menyebar dengan cepat, sering disebabkan oleh inkontinensia, dan mungkin sulit untuk diobati. Karena penyebaran infeksi jamur kulit yang cepat, diagnosis dan perawatannya harus cepat untuk menghindari konsekuensi sistemik.
A. PERAWATAN KULIT DAN MEMBRANE MUKOSA 1. Masalah umum kulit pada lanjut usia Perubahan sistem kulit & jaringan ikat. Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak. Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi. Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel sel yang memproduksi pigmen. Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang baik. Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh. Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu. Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
7
Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak rendahnya akitfitas otot. Kerusakan kulit yang berhubungan dengan penuaan dini karena sinar matahari Penuaan dini karena sinar matahari / dermatoheiosis adalah suatu kondisi pada kulit akibat dari sinar UV yang merusak. Perubahan dini adalah hasil peradangan kronis yang disebut elastosis. Perubahan tahap akhir penurunan respon perlindungan kulit terhadap sinar matahari karena distribusi melanin berkurang dan menjadi tidak beraturan. Oleh karena itu, lansia beresiko tinggi untuk mengalami kerusakan kulit akibat terpajan sinar matahari yang berlebihan.
Kerusakan kulit yang berhubungan dengan tekanan Lansia beresiko tinggi mengalami dekubitus karena adanya perubahan nutrisi, perubahan sensasi, untuk perlindungan terhadap tekanan, adanya penyakit
kronis, defisit perewatan diri, dukungan di rumah tidak adekuat, inkontinensia, defisit mobilitas, dan perubahan tngkat kesadaran. Penurunan kekuatan imun Perubahan kompetensi imun mencerminkan perubahan dalam imunitas sel, seperti penurunaan fungsi dan jumlah sel T dan B. Kecenderungan lansia untuk menderita kanker kulit juga merupakan akibat suatu gangguan fungsi imun. Peningkatan kerentanan terhadap virus perkutan dan infeksi jamur adalah konsekuensi lain dari penurunan fungsi imun lansia.
B. PERAWATAN KULIT PADA LANJUT USIA 1. Pencegahan primer a. Bahaya interpersonal Salah satu resiko yang cepat terjadi pada kult walaupun tidak selalu terlihat jelas adalah kekeringan. Seiring dengan peningkatan kekeringan, lansia merasakan gatal (pruritus) yang lebih terlokalsasi atau pada seluruh tubuh. Pruritus dapat menjadi masalah dan mendorong ke arah ulserasi kulit akibat garukan, ulserasi tersebut akan lambat untuk sembuh dan menunjukkan adanya bahaya infeksi. Lansia harus didorong untuk memelihara kuku tetap
8
bersih, kulit harus dibersihkan pada saat kotor atau pada interval yang rutin. Agen topikal yang bertindak sebagai barier untuk kelembaban atau yang mengandung silikom dan mukopolisakarida untuk mengurangui gesekan. Klien harus didukung seaktif mungkin denga memasukkan periode istirahat untuk menghindari kelelahan berlebihan. b. Bahaya lingkungan Kelembaban yang rendah merupakan faktor predisposisi bagi lansia untuk mengalami pruritus yang disebabkan oleh kulit yang kering. Rumah klien dapat dilembabkan dengan memasang alat pelembab udara atau sejenisnya. Efek dari kelembaban udara yang rendah juga dapat ditangani dengan memprtahankan asupan cairan yang memadai, mengurangi frekuensi mandi, dan menggunakan lotion dalam mencegah kehilagan cairan. Bahaya lain yang seringkali tdak erdeteksi adalah perubahan lingkungan, seperti tata letak barang, yang dapat memberi resiko trauma pada lansia. Oleh karena itu lansia perlu diarahkan/ diajarkan mengenai barang barang yang ada di sekitarnya, dan tidak dianjurkan untuk melakukan perubahan tata letak, karena lansia harus mempelajari kembali letak letak barang yang ada di sekitarnya. 2. Pencegahan sekunder Pengkajian Informasi penting dari riwayat kesehatan termasuk riwayat trauma, riwayat alergi kulit, masalah apapun yang berhubungan dengan penyembuhan dan setiap keluhan pada kulit seperti luka, ruam, dan ulkus Warna, kelembaban, dan turgor kulit diinspeksi. Jika terdapat luka, ukur luas dan kedalaman, serta perhatikan warna dan bau. Kaji temperatur kulit Tekstur kulit dikaji dengan palpasi Asuhan keperawatan Asuhan keperawatan ditujukan ke arah pemeliharaan dan perbaikan integritas kulit yang normal. Dokumentasi
9
Bila terdapat luka,dokumentasikan karakteristik luka. Dokumentasikan semua proses keperawatan yang dilakukan
3. Pencegahan tersier Perawatan perlu diarahkan pada penatalaksanaan gejala daripada pengobatan atau penyembuhan.
Perawatan Kosmetika Yang Dapat Dianjurkan Selain penatalaksanaan yang telah disebutkan diatas, mulai dari penatalaksanaan primer hingga tersier, kulit lansia pun memerlukan perawatan kosmetika. Berdasarkan sumber dari Cermin Dunia Kedokteran No. 41, 1986,,menyatakan bahwa perawatan kulit dengan kosmetika pada usia lanjut ditujukan terutama untuk mengatasi kekeringan. Perawatan kuratif secara medis lebih banyak diperlukan untuk mengatasi rasa gatal, gangguan sirkulasi yang menurun, mengurangi keriput dan kelainan-kelainan kulit lainnya. Mengatasi kekeringan kulit pada usia lanjut sama seperti perawatan kulit kering pada umumnya yaitu dengan menggunakan emolien, memakai pelembab, dan menghindari faktor-faktor yang menambah kekeringan kulit seperti pakai bahan pembersih yang mengandung alkohol, sabun dan detergen lainnya. Hal ini pun sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Prof. DR. Dr. Maya Devita Lokanata Sp. KK. Adapun perawatan kosmetikauntuk kulit usia lanjut yakni:
Pembersih : Untuk membersihkan wajah, pada golongan usia ini tidak dianjurkan menggunakan sabun, melainkan menggunakan krem pembersih dan penyegar yang tidak mengandung alkohol.
Pelembab : Pemakaian pelembab yang mengandung lemak sangat dianjurkan baik pada pagi hari maupun pada malam hari.
Untuk mengatasi keadaan kulit yang kering, kasar dan bersisik, dapat digunakan krem yang mengandung asam vitamin A. Bahan ini berfungsi memperbaiki aliran darah dan menghilangkan lapisan tanduk dan kulit ari yang terlalu tebal sehingga kulit menjadi halus dan lembut.
C. PERAWATAN MEMBRAN MUKOSA PADA LANSIA Membran mukosa (selaput lendir) adalah jaringan lunak basah yang melapisi bukaan tubuh, khususnya mulut, hidung, rektum dan vagina.
10
1. Perawatan Mukosa Oral pada Lansia Hygiene Mulut Hygiene mulut yang baik termasuk kebersihan, kenyamanan dan kelembaban struktur mulut. Perawatan yang tepat mencegah penyakit mulut dan kerusakan gigi. Klien di rumah sakit atau fasilitas jangka panjang seringkali tidak menerima perawatan agresif yang mereka butuhkan. Perawatan mulut harus diberikan teratur dan setiap hari. Diet Untuk mencegah kerusakan gigi klien harus mengubah kebiasaan makan, mengurangi asupan karbohidrat, terutama kedupan manis diantara
makanan. Makanan manis atau yang mengandung tepung akan menempel pada permukaan gigi. Setelah memakan yang manis, klien harus menggosok gigi dalam waktu 30 menit untuk mengurangi aksi plak. Gosok gigi Gosok gigi dengan teliti sedikitnya empat kali sehari (setelah makan dan waktu tidur) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif. Sikat gigi harus mempunyai pegangan yang lurus, dan bulunya harus cukup kecil untuk menjangkau semua bagian mulut. Sikat gigi harus diganti setiap tiga bulan. Penggunaan Fluorida Pada kebanyakan komunitas persediaan air terdiri dari fluoride. Rosier dan Beck (1991) melaporkan ringkasan studi epidemiologi yang menunjukkan bahwa pemberian fluor pada air minum telah memainkan peranan yang dominan dalam menurunkan karies gigi. Flossing Flossing gigi adalah penting untuk mengangkat plak dan tartar dengan efektif diantara gigi. Flossing melibatkan insersi floss gigi, satu per satu. Hygiene Mulut Khusus Beberapa klien memerlukan metode hygiene mulut yang khusus karena tingkat ketergantungan mereka pada perawat atu ada kelainan mukosa mulut. Klien yang tidak sadar. Lebih rentan terkena kekeringan sekresi air liur pada mukosa yang tebal karena mereka tidak mampu untuk makan, atau minum, sering bernapas melalui mulut, dan seringkali memperoleh terapi oksigen.
11
Prosedur perawatan mulut untuk klien yang tidak sadar Langkah 1. Mengkaji adanya refleks Rasional muntah. Menunjukkan klien beresiko dari aspirasi. mulut
sekresi
mengalir
miring dengan kepala diputar kea rah sisi daripada menumpuk dibelakang faring dan yang terkena. 2. Menjelaskan prosedur kepada klien. mencegah aspirasi. Klien yang tidak sadar masih mampu mendengar. 3. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan; a. larutan anti infeksi Menghilangkan enkrustrasi dan bertindak sebagai anti infeksi. b. sikat gigi spon atau spatel lidah Sikat membersihkan gigi dengan efektif. dibungkus kasa tunggal;sikat gigi Spon kecil c. spatel lidah berbantalan d. handuk wajah e. mangkok piala ginjal f. handuk kertas g. gelas air dengan air dingin h. jeli larut air i. mesin pengisap portable Melubrikasi bibir dengan Mengangkat sekresi mulut yang tertinggal selama membersihkan rongga mulut., Rongga mulut berisi mikroorganisme atau swab menstimulasi dan
membersihkan gigi dan mukosa. Mempertahankan mulut terbuka dan gigi terpisah selama prosedur tanpa membuat trauma struktur mulut.
penginfeksi yang tinggi. 4. Mencuci tangan dan menggunakan sarung Mengurangi tangan sekali pakai. mikroorganisme. atur yang dipersiapkan sebelumnya memastikan 12 pengisap prosedur lancar dan aman. transmisi perpindahan
5. Meletakkan handuk kertas di atas meja Mencegah atas meja menjadi kotor. Peralatan tempat tidur dan
6. Menarik tirai sekitar tempat tidur atau Memberikan privasi menutup pintu ruangan. 7. Meninggikan tempat tidur pada tingkat Penggunaan mekanika tubuh yang baik denga horizontal tempat tidur. tertinggi;menurunkan pagar tempat tidur pada posisi tinggi mencegah cedera pada perawat dank lien. posisi kepala yang sesuai
tidur dan ke dekat perawat;memastikan mencegah aspirasi. kepala klien diputar ke arah matras. 9. Meletakkan handuk di bawah wajah klien Mencegah linen tempat tidur menjadi kotor. dan mangkok piala ginjal di bawah dagu. 10. Secara hati-hati meretraksi gigi bagian Mencegah klien dari menggigit jari dan atas dan bawah klien dengan spatel lidah menyediakan kemudahan ke rongga mulut. yang berbantalan dengan memasukkan spatel dengan cepat tetapi lembut diantara geraham belakang.Masukkan saat klien rileks. 11. Membersihkan mulut dengan Tindakan penggosokkan mengangkat partikel diantara gigi dan sepanjang Pengusapan sekresi dan
menggunakan sikat atau spatel lidah yang makanan dilembabkan dengan anti infeksi dan air. permukaan Meminta perawat kedua mengisap sekresi membantu yang mengumpul selama
pengunyahan. pengangkatan
Membersihkan permukaan mengunyah dan mukosa. Suksion mengangkat sekresi dan bagian dalam pertama kali. Membersihkan cairan yang berkumpul pada faring
permukaan luar gigi. Menusapkan bagian posterior.Pengulangan dasar mulut dan sebelah dalam pipi. Secara mengangkat kotoran
lembut mengusap atau menyikat lidah tetapi peroksida yang mengiritasi mukosa. hindari menstimulasi reflex muntah(jika ada). Melembabkan lidi kapas yang bersih dengan air untuk membilas. Ulangi membilas
13
beberapa kali, mengisap semua sekresi yang tersisa. 12. Memberikan jeli larut air pada bibir. Melubrikasi bibir untuk mencegah kering dan retak.
Menyediakan stimulasi yang bermakna pada klien yang tidak sadar atau kurang
responsive. 14 Melepaskan sarung tangan dan letakkan Mencegah transmisi muikroorganisme. pada tempat yang sesuai. 15. Mengatur kembali kembali posisi klien Mempertahankan kenyamanan dan keamanan yang nyaman, naikkan penghalang tempat klien. tidur, dan kembalikan tempat tidur pada posisi semula. 16. Membersihkan peralatan dan kembalikan Pembuangan peralatan kotor yang tepat pada tempatnya yang sesuai. Letakkan linen mencegah tranmisi infeksi. kotor ke dalam tempat yang sesuai. 17.Mencuci tangan. 18. Menginspeksi rongga mulut. Mengurangi tranmisi mikroorganisme. Menntukan kemanjuran pembersihan. Setelah sekresi tebal terangkat maka dapat terlihat inflamasi atau lesi dibawahnya. 19. Mencatat prosedur, termasuk observasi Mencatat respons klien terhadap terapi yang berhubungan (mis. Perdarahan gusi, keperawatan. Perdarahan dapat menunjukkan mukosa kering, ulserasi, atau krusta pada masalah sistemik yang lebih serius. Lesi lidah) dan laporkan setiap temuan yang tidak rongga mulut mungkin menjadi kanker. umum kepada perawat penanggung jawab atau dokter.
Prosedur perawatan mulut untuk klien menggunakan gigi palsu Langkah Rasional
1. Menanyakan kepada klien apakah gigi Gigi palsu yang tidak pas bergesekan dengan palsunya tidak pas dan apakah ada gilisah gusi, dan membrane mukosa.Daerah iritasi atau membrane mukosa yang nyeri atau mungkin memerlukan perawatan khusus. iritasi. Setelah gigi palsu dilepas,
14
2. Menjelaskan prosedur dan pastikan klien Meningkatkan pemahaman dan kerjasama bahwa akan menggunakan praktik pilihan klien. pribadi(jika sesuai). 3. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan : a. Sikat gigi berbulu lembut b. Sikat gigi untuk gigi palsu c. Mangkok piala ginjal atau westafel d. Detrifikasi gigi palsu atau pasta gigi e. Gelas air (untuk air hangat dan dingin) f. Kasa tunggal 4x4 g. Waslap h. Cangkir plastic gigi palsu i. Sarung tangan sekali pakai Mencegah kontak dengan mikroorganisme di dalam saliva. 4. Mencuci tangan Mengurangi transmisi mikroorganisme Digunakan untuk mengangkat gigi palsu. Digunakan untuk menggosok gusi dan lidah.
5. Mangatur bahan-bahan di meja tempat Menjamin prosedur lancar dan terorganisir. tidur atau dekat wastafel. 6. Mengisi mangkok piala ginjal setengah Membantu mendistribusi dentrifikasi di atas penuh dengan air biasa atau meletakkan permukaan gigi palsu. Kain melindungi gigi waslap pada wastafel dan menyalakan air palsu menjadi patah. Air panas menyebabkan sampai terisi kurang lebih 2,5 cm. gigi palsu menjadi melengkung atau lunak.
8. Meminta klien untuk melepas gigi palsu Kassa mencegah tergelincir secara tidak dan letakkan gigi pada mangkok piala sengaja ginjal. Meletakkan gigi palsu mangkok. saat menangani gigi
palsu.Permutaran gigi palsu pada sudut mengurangi penarikan bibir selama pelepasan gigi.
15
makanan
dan
bakteri
yang
dan sikat permukaan gigi palsu. Memegang menumpuk pada permukaan gigi palsu dan
sikat secara horizontal dan menggunakan mencegah baud an terbentuknya noda. gerakan kebelakang dan ke depan untuk Memegang gigi palsu dekat dengan air membersihkan memegang sikat permukaan secara penggigit. mengurangi peluangretak karena air akan dan mencegah keluar jika gigi palsu tergelincir.
horizontal
menggunakan gosokan pendek dari atas gigi palsu pada permukaan penggigit gigi untuk membersihkan permukaan gigi sebelah luar. memegang menggunakan membersihkan memegang sikat secara vertical pendek dalam horizontal dan untuk gigi. dan
sikat
bawah gigi palsu. 10. Membilas gigi palsu dengan teliti dalam Air air biasa. hangat bercampur dan membilas
11. Mengembalikan gigi palsu pada pasien Penyimpanan melindungi gigi palsu tetap atau simpan dalam air biasa di dalam cangkir lembab untuk memudahkan saat pemasukan. plastic. Gigi palsu plastic menjadi rapuh dan melengkung jika tidak dipertahankan untuk tetap lembab. 12. kosongkan mangkok piala ginjal dan Membantu menstimulasi sirkulasi gusi dan tambahkan air dingin yang segar. Berikan mengangkat sisa-sisa lapisan kotoran gusi pasta gigi pada sikat gigi lembut, dan sikat dan mukosa. gusi dan langit-langit, dan lidah dengan lembut. 13. Minta klien untuk berkumur dengan teliti. Berkumur mengangkat semua partikel
makanan dan sekresi. 14. Memasukkan kembali gigi palsu Mulai Bagian terbesar dari gigi palsu sebelah atas dengan lembut memasukkan gigi palsu lebih mudah untuk dimasukkan pertama kali 16 sebelah atas yang lembab. Meminta klien jika klien mempunyai poringan sebelah atas untuk menggunakan jari untuk menekan gigi dan bawah. Pelembaban melubrikasikan gigi
agar
mempermudah
insersi.
masukkan gigi palsu sebelah bawah yang Penggunaan tekanan yang lembut pada gigi lembab. palsu sebelah atas memperkuatnya menempel pada langit-langit. 15. Membuang sarung tangan pada tempat Mengontrol penyebaran infeksi. yang sesuai dan simpan bahan-bahan.
mencuci tangan. 16. Menanyakan klien jika gigi palsu terasa Pembersihan mengangkat sumber iritasi. nyaman atau tidak. 17. Mencatat prosedur pada flowsheetatau Dokumentasi yang akurat dan tepat waktu catatan perawat. mempertahankan keakuratan catatan klien.
2. Perawatan Mukosa Vagina pada Lansia Perubahan yang terjadi pada vagina lansia wanita, meliputi: Labia mengalami atrofi dan lebih datar pada wanita lansia Atrofi vulva terjadi akibat penurunan vaskularisasi, elastisitas, jaringan adiposa, dan kadar estrogen. Karena lebih rentan, vulva menjadi mudah terirtasi. Lingkungan vagina menjadi lebih kering dan lebih basa, mengakibatkan perubahan jenis flora yang ada. Perubahan tersebut berakibat perdarahan pervagina dan nyeri saat bersenggama dan peningkatan resiko terjadinya infeksi (vaginitis). Perawatan vagina pada lansia dapat mencegah terjadinya Infeksi saluran kemih pada lansia, nyeri saat bersenggama, dan gatal-gatal. Perawat dalam hal ini dapat menerangkan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, terutama organ kewanitaannya. Sebelumnya perawat dapat melakukan pengkajian dasar, seperti Pemeriksaan alat kelamin. Pemeriksaan alat kelamin wanita bagian luar, liang rahim dan leher rahim untuk melihat kelainan yang mungkin ada, misalnya lecet, keputihan, pertumbuhan abnormal seperti benjolan dan radang. Untuk mengetahui ada/tidaknya infeksi pada vagina, sebelumnya lakukan pemeriksaan vagina, sekresi, warna, kelembaban, dan permukaan vagina.
17
Atropi vagina akan tampak warna pucat, mukosa kering, tampak pipih/datar dan jaringan mudah rapuh. Pada lansia yang memasuki massa menopause, mengalami kekeringan pada vagina yang mengakibatkan dyspareunia. Penanganan yang dianjurkan
adalah HRT (terapi penggantian hormon), terutama yang bersifat terapi local. Topical estrogen Recombinations for vaginal dryness/atrophy Vaginal Creams 17-beta estradiol 2-4 g/day 4 week 1 g/day 1-3 week 1 g 1-2 /week Conjugated equine estrogens 0,5-2 g/day 3 week 0,5 g 1-2 /week Vaginal Rings 17- beta estradiol 1 ring dimasukan ke dalam vagina 3sehari Lepaskan ring yang lama sebelum memasukan ring baru Berikan 7,5 mcg/day selama 90 hari Estradiol acetate* 1 ring dimasukan ke dalam vagina 3 sehari Lepaskan ring yang lama sebelum memasukan ring baru 2 dosis tersedia: berikan 5 atau 10 mcg/day selama 90 hari Vaginal tablets Estradiol henihydrate 25 mcg: 1 tablet vaginal pada malam hari selama 2 week, kemudian 2xseminggu Untuk perawatan non farmakoterapi, pada kekeringan di vagina, yaitu dengan tetap melakukan aktivitas seksual
18
Dapat menggunakan vaginal lubricant (eg, Astroglide, K-Y Jelly, Lubrin, Moist Again) dapat mengurangi ketidaknyamanan saat hubungan seksual menjadi sulit. Pemeriksaan sekresi vagina untuk mengetahui adanya infeksi dan yang menyebabkan infeksi pada vagina. Atropik vaginitis terjadi ketika atropi vagina di sertai dengan tanda-tanda inflamasi. Atropik vaginitis berespon dengan baik pada terapi estrogen. Pada lansia juga lebih beresiko terjadinya ISK, karena penurunan kadar estrogen menyebabkan penurunan tonus, control, dan massa otot di
kandung kemih. Sebelumnya perwat dapat menanyakan apakah penah mengalamai ISK sebelumnya
3. Perawatan Membran Mukosa Mata pada Lansia Personal Hygiene : Ketika mencuci wajah setiap pagi, gunakan handuk bersih dan air untuk menyeka untuk mencegah infeksi. Jangan menggunakan handuk umum atau tangan untuk menggosok mata. Jangan menggunakan obat mata atau kacamata orang lain.
Daily Activities : Diet seimbang dengan vitamin A dan protein memadai. Jangan merokok. Istirahat yang cukup untuk merilekskan mata. Hati-hati ketika menggunakan semprotan. Jangan menyemprot dekat mata dan tutup mata ketika menggunakan semprotan rambut. Menonton TV di bawah pencahayaan yang baik. Jarak antara mata dan layar TV setidaknya harus 6 kali layar diagonal panjang. Pastikan pencahayaan cukup apabila menggunakan komputer. istirahat sejenak setiap setengah jam untuk merilekskan mata dengan melihat beberapa objek jauh.
19
Tips selama membaca: 1. Atur pencahayaan yang memadai, atau membaca di bawah pencahayaan alami. 2. Yakinlah bahwa meja dan kursi tinggi cocok, sehingga mata berjarak sekitar 12 inci dari buku 3. kertas yang dibaca sebaiknya tidak jenis mengkilap. 4. Cetakan jelas dan besar. 5. Ketika mata merasa lelah, cobalah istirahat. Anda dapat melihat beberapa objek jauh atau menutup mata Anda untuk beristirahat. 6. Tidak membaca di kendaraan bergerak atau di tempat tidur. 4. Perawatan Membrane Mukosa Rectum pada Lansia Proses penuaan menyebabkan hilangnya elastisitas mukosa abdomen dan berkurangnya tonus otot pada dinding perineum dan sfingter ani sehingga dapat meyebabkan diare pada lansia. Terapi non farmakologi yang dapat perawat lakukan pada seorang lanjut usia adalah membiasakan lanjut usia mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, tidak makan atau membeli makanan di sembarang tempat, minum air yang sudah diolah terlebih dahulu, dan dijauhkan dari lingkungan yang kotor atau tidak sehat,
memilih makanan yang mengandung gizi yang cukup dan makanan makanan yang berkualitas yang menyehatkan. Diare umumnya ditularkan melaui 4 F, yaitu Food, Feces, Fly dan Finger. Oleh karena itu upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan tersebut. Beberapa upaya yang mudah diterapkan adalah : Penyiapan makanan yang higienis Penyediaan air minum yang bersih Kebersihan perorangan Cuci tangan sebelum makan Pemberian ASI eksklusif Buang air besar pada tempatnya (WC, toilet) Tempat buang sampah yang memadai Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan Lingkungan hidup yang sehat
20
A. Masalah keperawatan yang mungkin muncul Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Risiko kerusakan integritas kulit - Tissue Integrity : Skin Anjurkan Faktor-faktor risiko: Eksternal : Hipertermia atau hipotermia Substansi kimia Kelembaban udara Faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat menimbulkan luka, tekanan, restraint) Immobilitas fisik Radiasi Usia yang ekstrim Kelembaban kulit Obat-obatan Ekskresi dan sekresi Setelah tindakan selama. integritas terjadi hasil: Integritas kulit yang baik dipertahankan Melaporkan adanya dilakukan and Mucous Membranes - Status Nutrisi - Tissue Perfusion:perifer - Dialiysis Integrity menggunakan longgar Hindari kerutan pada tempat tidur Access Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali kulit akan adanya keperawatan Monitor Gangguan kulit kemerahan pasien pakaian untuk yang NOC : NIC : Pressure Management Intervensi
tidak Oleskan lotion atau minyak/baby kriteria oil pada derah yang tertekan Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat bisa Monitor status nutrisi pasien
dengan
Internal : Perubahan status metabolik Penonjolan tulang Defisit imunologi Berhubungan dengan
gangguan sensasi atau Gunakan pengkajian risiko untuk nyeri pada daerah kulit yang gangguan Menunjukkan pemahaman dalam mengalami memonitor faktor risiko pasien (Braden Scale, Skala Norton) Inspeksi kulit terutama pada
21
dengan perkembangan Perubahan sensasi Perubahan status nutrisi (obesitas, kekurusan) Perubahan pigmentasi Perubahan sirkulasi Perubahan turgor (elastisitas kulit) Psikogenik
proses perbaikan kulit dan terjadinya berulang Mampu kulit mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami Status nutrisi adekuat Sensasi dan warna melindungi
posisi pasien.
mencegah Jaga kebersihan alat tenun sedera Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian tinggi protein, mineral dan vitamin serum albumin dan dan Monitor transferin
kulit normal
B. MASALAH PADA MEMBRAN MUKOSA ORAL LANSIA 1. PENGKAJIAN Pada proses pengkajian tentang oral hygiene perawat memeriksa bibir, gigi, mukosa buccal, gusi, langit-langit dan lidah klien. Perawat memeriksa semua daerah ini dengan hati-hati tentang warna, hidrasi, tekstur, dan lukanya. Klien yang tidak mengikuti praktek hygiene mulut yang teratur akan mengalami penurunan jaringan gusi yag meradang, gigi yang hitam (khususnya sepanjang margin gusi), karies gigi, kehilangan gigi, dan halitosis. Data objektif Xerostoma (mulut kering) Saliva kental Lidah kering dan pecah Mulut berbau Banyak plak pada mulut Klien kelihatan sulit untuk bicara Data subjektif Klien menyatakan
ketidaknyamanan mulut Klien menyatakan air liur lebih sedikit Klien mengatakan nafsu makan berkurang
22
2. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL a. Perubahan membrane mukosa mulut yang berhubungan dengan : Trauma oral
Asupan cairan yang terbatas Hygiene mulut yang tidak efektif Trauma yang berhubungan dengan kemoterapi atau terapi radiasi pada kepala dan leher.
b. Defisit perawatan diri mandi/hygiene oral yang berhubungan dengan : Perubahan tingkat kesadaran Kelemahan ektremitas atas
c. Kurang pengetahuan tentang hygiene oral yang berhubungan dengan : Kesalahpahaman praktek hygiene
3. INTEVENSI a) Tujuan Oral hygiene merupakan tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan mulut, gigi dan gusi (Clark, 1993). Menurut Taylor et al (1997), oral hygiene adalah tindakan yang ditujukan untuk : menjaga kontiunitas bibir, lidah dan mukosa membran mulut, mencegah terjadinya infeksi rongga mulut dan melembabkan mukosa membran mulut dan bibir.
Sedangkan menurut Clark (1993), oral hygiene bertujuan untuk : mencegah penyakit gigi dan mulut, mencegah penyakit yang penularannya melalui mulut, mempertinggi daya tahan tubuh, dan memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu makan.
Secara umum dapat di simpulkan tujuan dari hygiens mulut meliputi : Klien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik Klien mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan benar Klien akan memahami praktek hygiene mulut Klien akan mencapai rasa nyaman.
23
b) Hasil yang di harapkan Mukosa mulut dan lidah terlihat merah muda, lembab, utuh. Gusi basah dan utuh, gigi terlihat bersih, dan licin. Lidah berwarna merah muda dan tidak kotor. Bibir lembab, mukosa dan faring tetap bersih. Peradangan, kerak, luka, dan kotoran yang keras tidak ada. Gigi bebas dari partikel makanan. Dan diharapkan klien secara verbal menyatakan kenyamanan dan perasaannya tentang kebersihan mulut sehingga klien akan menelan dan berbicara lebih nyaman.
Diagnosa Keperawatan : Perubahan membrane mukosa mulut yang berhubungan dengan radiasi rongga mulut. Definisi : perubahan membrane mukosa mulut adalah keadaan individu mengalami gangguan pada lapisan rongga mulut. Tujuan Klien memiliki mukosa Hasil diharapkan akan Mukosa, dan bibir yang Intervensi Rasional yang meningkatkan gusi,
lidah, Membangun aturan Menggosok akan merah lembab, perawatan-mulut setelah makan dan waktu tidur. konsisten jaringan
utuh menjadi
waktu pulang.
Peradangan,
kerak, luka, dan menggosok dengan Sikat gigi yang lembut kotoran yang sikat lembut menggunakan gerakan horizontal. gigi yang dengan horizontal gerakan membantu keras akan tidak ada. Gigi bebas dari partikel makanan. Klien verbal
mengatakan kenyamanan dan perasaannya tentang kebersihan mulut. Klien menelan akan dan
mulut yang kering yang terjadi pada terapi untuk mengurangi produksi
penyembuhan
Mereka bertindak sebagai penyegar dan menekan pertumbuahn bakteri. Flossing dengan flos gigi yang tidak berlilin dua kali Flossing mengurangi pertumbuhan yang hancur sistemik produksi bakteri pada
permukaan gigi dan dekat garis gusi. Menggunakan flossing yang tidak
berlilin dan menghindari flossing untuk perdarahan. Klien melakukan akan Teknik mulut hygiene Minta klien untuk hygiene yang keras,
mencegah
dengan benar.
25
Defisit perawatan diri mandi/hygiene oral yang berhubungan dengan : Perubahan tingkat kesadaran
Kelemahan ektremitas atas Hasil diharapkan 1. Klien yang Intervensi Anjurkan Rasional klien Menjaga kebersihan dan kelembaban kulit
Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam, mampu melakukan perawatan diri. klien
tampak
mandi 2x sehari dan ajarkan klien memakai baby oil setiap habis mandi Anjurkan menyikat minimal mandi Anjurkan mencuci klien rambut klien gigi setiap
Menjaga
kebersihan
rutin 1x seminggu, dan anjurkan untuk minta orang anak Anjurkan menyisir rambutnya tiap klien bantuan terdekat /
Menjaga kerapianrambut
Menjaga
kebersihan
hari dan ditata rapi Anjurkan minta pada terdekat untuk / klien bantuan orang anak
memotong
26
kuku bila panjang, bila bisa mandiri ingatkan untuk hati hati dan jangan
dan menjaga agar selalu Anjurkan untuk klien memakai rapi dan tidak terjadi iritasi
pakaian yang tidak berbahan tidak mudah dan nyaman dipakai Berikan penkes kasar, tebal, Meningkatkan pengetahuan kesadaran pentingnya klien dan akan tetap
tentang pentingnya melakukan perawatan menjaga kebersihan bagi lansia diri diri /
27
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J, 2000. Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC Kozier, Barbara et al. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb. Jakarta: EGC Maryam,R.Siti,dkk.Mengenal Medika:Jakarta.2008. Nugroho, 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC Kedokteran Spruijt, J., Vierhout, M., Verstraeten, R., Janssens, J., & Burger, C. (2003). Vaginal electrical stimulation of the pelvic floor: A randomized feasibility study in urinary incontinent elderly Usia Lanjut dan Perawatannya.Salemba
women.ActaObstetriciaEtGynecologicaScandinavica, 82(11), 1043-1048. Stanley,mickey:patricia gaunlett beare.2007.Buku Ajara Keperawatan Gerontik Eds.2.Jakarta:EGC Cermin Dunia Kedokteran No. 41, 1986
28