You are on page 1of 16

STUDI KASUS PASIEN PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN SUSPEK DERMATITS ATOPIK DITINJAU DENGAN PENDEKATAN DIAGNOSIS HOLISTIK KELUARGA

DI PUSKESMAS MENTENG PERIODE 18 JUNI - 20 JULI 2012

OLEH: NOVRIALDY KESUMA PUTRA, S.Ked 110.2006.191

PEMBIMBING DR.dr. ARTHA BUDI SUSILA DUARSA, M.KES

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI JAKARTA 2012

LAPORAN KASUS BERKAS PASIEN A. Identitas Pasien Nama Jenis Kelamin Usia Alamat Nama Ayah Usia Nama Ibu Usia CM : Nn. Rani Purenawati : Perempuan : 20 tahun : jalan Tambak 2 no. 25 RT 6/ RW 05 Menteng Jakarta pusat : Tn. Agus Rahman : 45 tahun : Ny. Nurwati : 43 tahun : 014522

Tanggal Berobat : 21 Juni 2012 B. Anamnesa Dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 21 juni 2012 pukul 10.00 WIB 1. Keluhan Utama: gatal-gatal 2. Keluhan Tambahan: warna kemerahan pada kulit 3. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke Puskesmas Menteng dengan keluhan gatal-gatal sejak beberapa jam yang lalu. Gatal-gatal dirasakan pasien disertai dengan warana kemerahan di kulit. Awalnya pasien mengaku sedang membca buku seusai mandi pagi pada sekitar jam enam pagi tak berapa lama pasien merasakan udara kamarnya terasa semakin dingin kemudian timbulah rasa gatal tersebut. Rasa gatal pertama kali dirasakan ditangan kemudian menyebar hingga keseluruh tubuh. Setelah beberapa lama digaruk timbullah warna kemerahan dikulit pasien terutama di daerah yang terasa gatal. Pasien mengaku rasa gatalnya tersebut sering hilang timbul dan gatalnya tersebut terasa hampir diseluruh tubuh. Pasien juga mengaku kalau rasa gatalnya

tersebut sering dirasakan malam hari atau saat udara dingin atau pun setelah pasien memakan makanan laut. Pasien mengaku keluahan seperti ini sudah dirasakan sejak pasien duduk dibangku SD dan pasien mengaku sudah sering berobat dengan keluahan yang sama. Pasien mengaku sudah sempat minum obat-obatan warung untuk menghilangkan rasa gatal tersebut namun gatalnya tidak kunjung ada perbaikan. Riwayat memakan menu laut sebelumnya disangkal, riwayat timbulnya demam saat terasa gatal atau sebelum gatal disangkal. Riwayat asma diasangkal pasien. Pasien mengaku bahwa ia telah menerima imunisasi yang lengkap saat balita. Riwayat batuk dan pilek disertai mata kemerahan disangkal. Atas keluhanya tersebut pasien datang berobat ke puskesmas Menteng guna mendapat terapi pengobatan lebih lanjut. 4. Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien mengaku sering mengalami penyakit seperti ini sejak duduk dibangku SD. 5. Riwayat Penyakit Keluarga: Ibu pasien memiliki penyakit asma dari kecil. 6. Riwayat Sosial Ekonomi Saat ini pasien bekerja sebagai kasir di salah satu warnet daerah menteng dengan penghasilan sekitar Rp. 2.000.000 per bulan. Ayah pasien bekerja sebagai pegawai swasta disalah satu perusahaan swasta dengan penghasilan Rp. 5.000.000 per bulan. 7. Riwayat Kebiasaan Pasein saat ini sudah mengurangi konsumsi makanan laut dan menghindari udara dingin. A. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum 2. Vital Sign Kesadaran : : : Composmentis Tampak Sakit Sedang

Tekanan Darah Nadi Pernafasan Suhu TB BB IMT baik) Kepala Mata THT Leher Thoraks interkostal (-) o Cor o Pulmo

: : : : : : : : : : : : : :

110/70 mmHg 76 kali/menit 24 kali/menit 36,8oC 160 cm 49 kg BB/TB2 = 49/2,56 = 19,14kg/m2 (gizi

3. Status Generalis

Normocephal, rambut berwarna hitam, tidak mudah dicabut. Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+) dalam batas normal Trakea di tengah, Pembesaran KGB (-) Simetris kanan dan kiri, retraksi

BJI-II regular, murmur (-), gallop (-) SN Vesikuler +/+, Wheezing (-/-),

Rhonki (-/-) Abdomen : Datar, Bising usus (+) normal, Nyeri Tekan (-), Hepar teraba 2cm dibawah arcus costae dan 1 cm dibawah proc. Xipoideus. Ekstremitas : Akral hangat, edema Terlihat 4. Status Lokalis Terlihat utrikaria a/r brakhialis dan antebrakhialis manus dextra dan sinestra. utrikaria a/r antebrakhialis manus dextra dan sinestra. brakhialis dan

Terlihat ekskoriasis a/r brakhialis dan antebrakhialis manus

dextra dan sinestra.


C. Pemeriksaan Penunjang

Saran pemeriksaan: - Hitung jenis (eosinofil) - Prick test D. Penatalaksanaan Non Farmakologi Farmakologi Loratadin 1 x 10mg Metilprednisolon 3 x 8mg Menyarankan pasien agar tidak memakan makanan laut atau zat-zat yang memicu terjadinya alergi Menghindari udara dingin dengan mengubah jadwal shift kerja menjadi shift siang. Merujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap untuk menjalani terapi imunologi. Minum obat secara teratur dan menyiapkan obat anti alergi di saku agar bisa dibawa kemana-mana.

E. Profil Keluarga 1. Karakteristik Keluarga a. Identitas Kepala Keluarga: Tn. Agus Rahman berusia 45 tahun b. Identitas Pasangan: istri bernama Ny. Nurwati berusia 43 tahun c. Struktur Komposisi Keluarga: Tn. Agus merupakan berasal dari Tegal Jawa Tengah, kemudian keluarga Tn. Agus pindah ke Jakarta sejak 20 tahun yang lalu. Di Jakarta Tn. Agus menikah dengan istri bernama Ny. Nurwati 43 tahun yang berasal dari Jakarta. Tn. Agus bekerja sebagai pegawai swasta disalahsatu perusahaan di tj priok dan ny. Nurwati sebagai ibu rumah tangga. kemudian anak pertama

bernama Rani berusia 20 tahun yang merupakan pasien sendiri, dan adik pasien sendiri bernama An. Ryan dwiputra yang berumur 12 tahun. Anak pertama bernama Rani sudah bekerja di warnet sebagai kasir. Anak kedua bernama Ryan masih bersekolah duduk di kelas 6 SD di SDN 02 menteng. Fungsi adaptasi dalam keluarga kurang baik, yaitu kurangnya dukungan dan perhatian Tn. Kanafi kepada pasien terhadap pola makan, pola asuh yang dilakukan oleh ibu pasien. Fungsi partnership kurang baik, yaitu kurangnya komunikasi antara anggota keluarga dalam menyelesaikan masalah. Ny. Nurwati dan Tn, Agus kurang mendiskusikan dan komunikasikan persoalan kesehatan pasien yang dikarnakan kesibukan pasien sebagai kasir di warneta ssehingga berkurangnya intensitas waktu untuk saling berkumpul dan mengobrol.. Fungsi Growth dinilai kurang, hal ini tergambar dari kurangnya motivasi dan dukungan terhadap terhadap pasien dari orang tuanya untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Fungsi affection dinilai kurang harmonis, dimana hubungan suami dengan istri dan hubungan orang tua dengan anak anaknya kurang terjalin saling menyayangi, sehingga perhatian tidak terlalu tampak di antara anggota keluarga karena kesibukan masing-masing anggota keluarga. Fungsi kebersamaan (resolve) terbilang buruk dimana kurangnya kebersamaan dalam membagi waktu untuk keluarga serta ruang untuk bertukar pikiran juga menjadi salah satu hal yang membuat hubungan dalam keluarga ini tidak begitu harmonis. Bahkan dalam satu rumah, tiap anggota keluarga jarang bertemu karena kesibukannya masing-masing anggota keluarga. Tabel 1 Anggota keluarga yang tinggal serumah Kedudukan No Nama Tn. Agus 1. Ny. Nurwati Nn. Rani dalam Keluarga Kepala Keluarga (Ayah) 2. 3. Istri (Ibu) Anak I P P 43 th 20 th SD SMA Gender Umur Pendidikan Pekerjaan Pegawai swasta Ibu rumah tangga Kasir Keterangan Tambahan

45 th

D3

pemilik rumah

Istri Pasien

An.Ryan

Anak II

12 th

SD

Warnet Pelajar

2. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup a. Lingkungan Tempat Tinggal Tabel 2. Lingkungan Tempat Tinggal Status kepemilikan rumah : menumpang/kontrak/hibah/milik sendiri Daerah pemukiman : kumuh/padat bersih/berjauhan/mewah Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan Luas Rumah : 6 x 4 m2 Rumah kurang sehat Jumlah Penghuni dalam satu rumah : 4 dengan lingkungan rumah orang yang padat. Luas Halaman Rumah : tidak mempunyai halaman rumah tidak bertingkat Lantai rumah tanah/semen/keramik/dll Dinding rumah

dari dari

: :

papan/tembok/kombinasi Jamban keluarga : ada/tidak ada Tempat bermain : ada/tidak ada Penerangan Listrik : 900 watt Ketersediaan air bersih : ada/tidak ada Tempat pembuangan sampah : ada/tidak ada b. Kepemilikan Barang-Barang Berharga Televisi, DVD, laptop, speaker. Magicjar, kompor, kulkas Motor

3. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga a. Sebutkan jenis tempat berobat : Puskesmas dan Rumah sakit swasta. b. Balita : c. Asuransi/Jaminan Kesehatan : -

4. Sarana Pelayanan Kesehatan (PUSKESMAS) Tabel 3 Pelayanan Kesehatan Cara Faktor mencapai Keterangan pusat Angkot Kesimpulan nn. rina biasa ke puskesmas untuk berobat dengan tarif sekitar Rp 10.000 sudah termasuk angkot. Pasien ke puskesmas sekitar 1 x dalam dua bulqn. Menurut pasien harga masih terjangkau. Dipuskesmas pasien harus melakukan antrian yang panjang dan waktu konsultasi yang singkat untuk memperoleh pengobatan sehingga dirasakan pasien kurang nyaman. 5. Pola Konsumsi Makanan Keluarga a. Kebiasaan makan dan penerapan gizi seimbang dalam keluarga Menu makan sehari-hari keluarga Tn. Agus kurang bervariasi, hal ini disebabkan kesibukan setiap anggota keluarga dan kurangnya pengetahuan ny. Nurwati tentang pola menu makanan yang bervariasi. Tidak mementingkan aspek gizi dan kebutuhan protein dalam membuat makanan untuk keluarga, biasanya keluarga Tn. Agus makan sehari tiga kali, yaitu pada pagi hari dirumah, siang hari dikantor dan malam hari di rumah. Sedangkan Nn. Rani biasanya pagi makan dirumah, siang makan dikantor dan malam juga makan dikantor. Menu hidangan seperti tahu, tempe, sambal, nasi gorng, ayam atau ikan.. Sayuran tidak setiap hari di hidangkan, sumber protein hewani seperti daging ayam, ikan, sering dihidangkan. Hal ini tentu saja berdampak bagi

pelayanan kesehatan Tarif pelayanan kesehatan terjangkau Kualitas pelayanan kurang memuaskan kesehatan

pasien Nn. Rani dalam memicu terjadinya reaksi alergi pada tubuhnya. 6. Pola Dukungan Keluarga a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga: Nn. Rani telah mengidap penyakit ini telah bertahun-tahun lamanya dan telah sering berobat sehingga Nn. Rani telah mengerti betul apa yang harus ia lakukan jika penyakitnya tersebut kambuh. b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga: intensitas pertemuan antar anggota keluarga yang kurang merupakan factor penyebab utama sulitnya pasien menjaga pola hidupnya agar penyakit tersebut tidak kambuh lagi. Kurangnya komunikasi antara anggota keluarga menyebabkan suasana di rumah kurang mendukung dalam berbagi pengetahuan tentang pengetahuan masing-masing anggota keluarga mengenai penyakit alergi. F. Genogram 1. Bentuk keluarga : Bentuk keluarga ini adalah keluarga inti (nuclear family). Keluarga terdiri dari Tn. Agus sebagai kepala keluarga, Ny. Nurwati adalah seorang istri, anak pertama Nn. Rani, An. Ryan 12 tahun yang masih duduk di bangku SD.

2. Tahapan siklus keluarga: Tahapan siklus keluarga Tn. Agus dan Ny. Nurwati termasuk ke dalam beberapa tahap diantaranya : 1. Keluarga yang Sedang mengasuh anak 2. Keluarga dengan anak usia sekolah 3. Family Map Gambar 6. Family Map

Keterangan : Laki- laki _ _ _ _ : tinggal serumah

: Perempuan : Pasien : Penderita asma : Penderita asma

: Garis pernnikahan

Gambar 7. Denah Rumah Keluarga Dapur tangga

WC

Kamar 3 Kamar 2

Kamar 1

Ruang tengah

G. Identifikasi permasalahan yang didapat dalam keluarga 1. Masalah dalam organisasi keluarga : Hal ini bisa kita lihat dari struktur keluarga. a. Pola dan proses kumunikasi Kurang terjalinnya komunikasi antar anggota keluarga dalam menyelesaikan masalah dan dinamika dalam keluarga. Tn. Agus kurang mengkomunikasikan perihal penyakit alergi yang ada di dalam keluarganyat dan masalah kesehatan Nn. Rani yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Maka akibat dari kurangnya komunikasi, b. Struktur Peran Peran Tn. Agus sebagai kepala keluarga pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya dirasa kurang baik. Hal ini dikarenakan kesibukan dalam pekerjaannya, sehingga waktu untuk keluarga menjadi sedikit sehingga Tn. Agus menjadi kurang peka terhadap persoalan keluarga. Sebagai anggota kelompok masyarakat dari lingkunganya, komunikasi dan peran serta di masyarakat kurang terjalin. Sehingga sulitnya memperoleh informasi tentang kesehatan dari lingkungan sekitar. Peran Ny. Nurwati dalam mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, dirasa kurang optimal. kurangnya pengetahuan dan kesadaran akan gizi dan kesehatan sehingga menyebabkan gangguan kesehatan pada Nn. Rani yang hilang timbul. c. Struktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif. Akibat kesibukan dan kurangnya waktu untuk keluarga, Tn. Agus kurang menjadi sosok panutan atau decision maker bagi keluarga. 2. Masalah dalam fungsi biologis: Masalah Nn. Rani adalah penyakit yang dimiliki olehnya adalah merupakan penyakit autoimun yang dapat hilang timbul tergantung dari factor pencetus. Meningkatnya sensitifitas system imun tubuh menyebabkan penyakit ini gampang timbul. 3. Masalah dalam fungsi psikologis: Keluarga Tn. Agus kurang bisa memberikan kenyamanan emosional anggota, kurang bisa menjadi sosok teladan kepada anggotanya, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah. 4. Masalah dalam fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan: Pendapatan Rumah tangga Tn. Agus kurang lebih dalam satu bulan Rp.5.000.000,-. Pendapatan Nn. Rani dalam 1 bulan sekitar Rp. 2.000.000,-. Penghasilan keluarga sudah terbilang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari namun perilaku Nn. Rani yang boros mengakibat terkesampingnya biaya untuk masalah kesehatan keluarga.. 5. Masalah lingkungan : Tempat tinggal keluarga Tn. Agus berada di lingkungan padat dimana rumah satu dengan yang lain berdekatan. Kurang tempat sampah dan ruang terbuka hijau menyebabkan kurang terjaganya kebersihan kwalitas di lingkungan rumah. 6. Masalah perilaku kesehatan : Anggota keluarga kurang peka dan peduli pada kesehatan. Anggota keluarga berpikir biaya kesehatan semakin tinggi, namun mereka tidak memiliki asuransi kesehatan ataupun kartu jamkesmas. Selama ini jika sakit dianggap ringan oleh anggota keluarga, seperti pusing, nyeri ulu hati, anggota keluarga datang ke apotek terdekat membeli panadol, promaag. dan

Namun jika keluhan tak kunjung berkurang, anggota keluarga segera datang ke Puskesmas Kecamatan Menteng atau pergi ke klinik-klinik swasta terdekat. Dalam hal ini, anggota keluarga kurang mengetahui penyebab penyakit yang saat ini anaknya derita, cara pencegahan penyakit, terutama tentang pola pemberian asupan makanan bergizi terutama menu makanan yang sesuai untuk setiap anggota keluarganya harus lebih ditingkatkan lagi. Pemukiman yang padat penduduk dengan jarak masing-masing rumah yang berdekatan membuat sulitnya menciptakan rumah yang sehat. H. Diagnosis Holistik 1. Aspek personal: (alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran) Pasien Nn. Rani dating ke puskesmas menteng datang dengan keluhan gatal-gatal yang dialaminya akibat kontak dengan udara dingin. Pasien berharap mendapatkan pengobatan yang lebih lanjut di puskesmas tentang penyakit yang telah di idapnya sejak kecil. Pasien merasa khawatir dengan penyakitnya tersebut yang dapat timbul setiap saat dan semakin sering. Namun hingga saat ini pengobatan yang diberikan dari puskesmas masih dirsakan cukup oleh pasien dalam mengobati penyakitnya. 2. Aspek klinik: (diagnosis kerja dan diagnosis banding) Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis susp dermatitis atopic, dengan diagnosis banding dermatitis kontak alergi 3. Aspek risiko internal: (faktor-faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien) Pasien pasien sangat sensitive dengan makanan laut. Kurangnya pengetahuan Ny. Nurwati dalam menyediakan menu makanan yang tepat buat pasien merupakan salah satu pencetus penyakit tersebut sering kambuh. 4. Aspek psikososial keluarga: (faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien) Kondisi tempat kerja Nn. Ranti yang berAC menyebabkan udara yang ada di dalam ruangan tersebut menjadi dingin sehingga dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya penyakit.

Keluarga Tn. Agus tidak memiliki jaminan asuransi kesehatan, sehingga keluarga Tn. Agus jarang membawa pasien ke pelayanan kesehatan dan tidak memahami betapa pentingnya deteksi dini penyakit untuk mencegah penyakit berlanjut parah. 5. Aspek fungsional: (tingkat kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari baik di dalam maupun di luar rumah, fisik maupun mental) Nn. Rani mengaku sering terlambat masuk kantor apabila penyakitnya ini kambuh karena harus berobat dulu ke puskesmas. Pasien juga harus lebih menjaga suhu lingkungan ruamahnya dan kantornya agar penyakit pasien tersebut tidak kambuh.
I. Rencana Penatalaksanaan

Tabel 4 Rencana Penatalaksanaan Aspek Kegiatan Meningkatkan kesadaran pasien untuk berobat ke dokter dan periksa kesehatan rutin dan berobat Aspek personal rutin serta menjelaskan tentang penyakit yang pasien derita. Dengan penyuluhan dan menyarankan pasien untuk berobat ke spesialis kulit Aspek klinik kelamin Memberikan obat untuk menghilangkan gejala berupa - Loratadin 1x 10mg - Metilprednisolon 3x8mg Memberikan saran untuk pasien agar berubat ke Pasien Pada saat kunjungan ke puskesmas Mendapatkan penatalaksanaan yang tepat bagi pasien. Pasien setuju untuk minum obat secara rutin Sasaran Pasien Waktu Saat pasien berobat ke Puskesmas dan saat kunjungan ke rumah pasien sebanyak 2 kali Hasil diharapkan Pasien dapat mengerti mekanisme terjadinya reaksi alergi dan factorfaktor pencetusnya sehingga pasien bisa melakukan pola pencegahan terhadap penyakitnya. Ket Pasien mengerti dan setuju

dokter spesialis kulit dan kelamin untuk mendapat terapi lebih lanjut Konseling Keluarga Sadar Gizi : Mewujudkan pola konsumsi makanan yang baik dan benar dengan penerapan perilaku gizi Aspek risiko internal seimbang, yang mencakup pengetahuan tentang pola konsumsi makanan bagi pasien yang alergi, sikap dan praktek keluarga mengkonsumsi makanan seimbang serta berperilaku Aspek psikososial keluarga hidup sehat. 1.menganjurkan kepada pasien untuk mengganti jadwal pekerjaannya dari malam menjadi pagi atau siang. 2.meningkatkan suhu ruangan tempat kerja untuk menghindari kekambuhan penyakit pasien. 3.menyarankan kepada pasien dan keluarga untuk mendaftar sebagai anggota Keluarga Pada saat melakukan kunjungan ke rumah Pasien dapat memperbaiki kualitas hidupnya bersama orang-orang dekatnya Pasien setuju dan mau mengubah jadwal kerjanya keluarga Pada saat di pusk konseling dilakukan oleh Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) puskesma s bersama) Mampu menerapkan susunan hidangan yang baik dan benar, sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) dan tidak bertentangan dengan pantangan makanan yang dimiliki oleh orang yang mengidap alergi Pasien telah memahami nya

asuransi kesehatan agar biaya kesehatan tidak terlalu mahal dan kesadaran Aspek fungsional akan berobat meningkat Menyarankan pasien agar melakukan aktifitas seperti biasa namun perlu di perhatikan agar pasien menjaga pola konsumsi makanan dan menghindari segala sesuatu yang dapat mencetuskan timbulnya penyakit Pasien Kunjungan ke rumah Intensitas kekambuhan penyakit pasien berkurang dan pasien dapat menjalankan perkerjaanya secara produktif dan efisien Pasien mengerti agar melakukan aktifitas seperti biasa dan menghinda ri factor pencetus

D. Prognosis 1. Ad vitam 2. Ad fungsionam : ad bonam : dubia ad bonam

3. Ad sanationam: dubia ad bonam

You might also like