You are on page 1of 15

LAPORAN PENDAHULUAN MASA NIFAS

I.

PENGERTIAN Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil) yang berlangsung kurang lebih 6 minggu (Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002). Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini memerlukan waktu 6 minggu. (Farrer, 2001)

II. TUJUAN PERAWATAN MASA POST PARTUM 1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis 2. Melaksanakan skrinning yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. 3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, dan perawatan bayi sehat. 4. Memberikan pelayanan KB.

III. PERIODE NIFAS 1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-

jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari 2. minggu 3. Remote Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8

terutama bila selama hamil / waktu persalinan ada komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan. IV. PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI 1. Involusi rahim

Setelah 2 hari uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 uterus tidak terba lagi dari luar. 2. Involusi tempat placenta Mengecil dengan cepat pada akhir minggu ke-2 yaitu 3-4 cm dan pada akhir masa nifas 1 2 cm. 3. Pembuluh darah rahim Setelah persalinan pembuluh-pembuluh darah akan mengecil kembali karena darah yang diperlukan tidak sebanyak waktu hamil. 4. Servik dan vagina Beberapa hari stelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari canalis serfikalis. Pada servik terbentuk sel-sel otot baru, pada minggu ketiga post partum rugae kembali nampak, luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari. 5. Dinding perut dan peritonium Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, namun berangsur-angsur akan pulih kembali dalam 6 minggu. 6. Saluran kencing Dapat terjadi udem, dan hyperemia, pada masa nifas (puerperium) kandung kemih kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah sehingga kandung kencing masih terdapat urine residual. Sisa urine dan trauma kandung kemih waktu persalinan akan memudahkan terjadinya infeksi. 7. Laktasi Keadaan buah dada / payudara 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan. Buah dada belum mengandung susumelainkan kolostrum. Mulai 3 hari post partum buah dada membesar, keras dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu dan kalau areola mamae dipijat, keluarlah cairan putih dari puting susu. 8. Lokea Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam nifas. Macam-macam lochea : a. Lochea rubra (hari 1 - 4)

Jumlahnya sedang, berwarna merah dan terutama darah b. Lochea serosa (hari 4 8) Jumlahnya berkurang dan berwarna merah muda (hemoserosa) c. Lochea alba (hari 8 14)

Jumlahnya sedikit, berwarna putih atau hampir tidak berwarna d. Lochea purulenta Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau busuk. 9. Perubahan-perubahan penting lainya a. Hemokonsentrasi

Pada masa hamil didapat hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt antara sirkulasi ibu dan plasenta, setelah melahirkan shunt akan hilang secara tiba-tiba, sehingga volume darah ibu relatif akan bertambah dan dapat menimbulkan beban pada jantung sehingga dapat menimbulkan decompensasi cordis. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi timbulnya hemokonsentrassi. Hal ini terjadi pada hari ke 3 sampai 15 hari post partum. b. Laktasi Sejak kehamilan muda sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar mamae, perubahan pada kedua mammae antara lain : 1) Proliferasi jaringan, terutama kelenjar kelenjar dan alveolus mammae dan lemak. 2) Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan berwarna kuning (kolostrum). 3) Hipervaskularisasi, terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam mammae. 4) Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hipofise hilang dan berpengaruh timbulnya hormon laktogenic (prolaktin), sehingga mammae yang terlah dipersiapkan terpengaruhi dengan akibat kelenjar-kelenjar berisi air susu. Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi sehingga terjadi pengeluaran air susu yang berlangsung pada hari 2-3 post partum.

V. MASALAH PSIKOLOGIS YANG SERING TERJADI Kehamilan, kelahiran dan perubahan menjadi orang tua menyebabkan terjadinya keadaan krisis yang membutuhkan adaptasi, apabila adaptasi tersebut tidak berhasil, maka wanita tersebut

akan mengalami depresi. Masalah kesehatan jiwa yang sering dialami wanita (Kobllinsky, et al, 1993) yaitu : 1. Post Partum Blues Merupakan depresi pada masa kehamilan, relative rendah namun meningkat dalam 12 bulan pertama setelah melahirkan. Umumnya gejala terjadi antara hari ke 3 sampai hari ke 10, seperti menangis, sangat lelah, insomnia, mudah tersinggung, sulit konsentrasi. Berakhir dalam 24 48 jam. Ada korelasi positif dengan riwayat ketegangan sebelum menstruasi dan keadaan hormonal yang tidak stabil. 2. Depresi Post Partum Sama dengan gejala depresi yang dialami dalam kehidupan pada waktu lain. Gejala umumnya terjadi pada 3 bulan pertama setelah melahirkan atau sampai bayi berusia 1 tahun. Kemungkinan penyebabnya biologis, psikososial & sosial. Dialami sekitar 20% ibu post partum. Ada korelasi positif dengan : BBL bayi rendah, masalah perilaku, keluhan somatik, pola pertumbuhan buruk. Akibatnya bisa menimpa ibu maupun anak & dapat terus terjadi sampai tahun kedua setelah kelahiran (Oates, 1995). 3. Post Partum Psikosis Jarang terjadi, gejala terlihat dalam 3 4 minggu setelah melahirkan. Gejala seperti delusi dan halusinasi, penyebab pasti belum diketahui. Hal ini biasanya dialami oleh ibu yang mengalami keguguran atau kematian bayi dalam kandungan/setelah dilahirkan.

VI. PENANGANAN MASA NIFAS (PUERPERIUM) 1. Kebersihan diri Anjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah alat kelamin dengan sabun dan air.

Pastikan bahwa klien mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2x sehari. Kain

dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.

Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah

membersihkan daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari

menyentuh daerah luka. 2. Istirahat Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan berlebihan. Sarankan untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan serta

untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam: Mengurangi jumlah asi yang diproduksi Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. 3. Latihan Diskusikan pentingnya otot-otot panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini

menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada panggul. Jelaskan pentingnya latihan untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul

(kelgel exercise). Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali. 4. Gizi Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari. Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari post partum. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayi

melalui air asinya. 5. Perawatan payudara Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama pada puting susu Menggunakan Bra yang menyokong payudara Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu

setiap kali menyusui. Tetap menyusui dimulai dari puting susu yang tidak lecet.

Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan

diminumkan menggunakan sendok. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paracetamol 1 tablet. Urut payudara dari arah pangkal menuju puting susu dan gunakan sisi tangan untuk

mengurut payudara. Keluarkan ASI sebagian dari depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak. Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI, sisanya keluarkan

dengan tangan. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

6. Senggama Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu

dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri Banyaknya budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai pada

masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.

VII. PENGAMATAN PADA MASA NIFAS 1. Keadaan umum ibu 2. Suhu tubuh 3. Nadi dan tekanan darah 4. Miksi 5. Defekasi 6. Tinggi fundus uteri 7. Lochea 8. Payudara

VIII. PERLUNYA ASUHAN MASA NIFAS 1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya 2. Deteksi masalah, pengobatan dan rujukan 3. Penyuluhan kesehatan 4. Pelayanan KB

IX. KOMPLIKASI POST PARTUM 1. Perdarahan pasca persalianan 2. Infeksi pada masa nifas, kejang dan panas 3. Bendungan ASI 4. Infeksi payudara 5. Abses payudara X. PEMERIKSAAAN POST NATAL ATAU POST PARTUM 1. Pemeriksaan umum : tanda-tanda vital, keluhan 2. Payudara : ASI, puting susu 3. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum, dll 4. Sekret yang keluar (lochea, fluor albus) 5. Keadaan alat reproduksi XI. DISCHARGE PLANNING 1. Fisiotherapi post natal 2. Menyusui bayi 3. Melakukan gymnastik sehabis bersalin 4. Merencanakan KB untuk menjarangkan kehamilan 5. Mengimunisasi bayi XII. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (laserasi, episiotomi) 2. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif, masa nifas, paparan lingkungan patogen 3. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan 4. Kurang pengetahuan: perawatan post partum b.d. Kurangnya informasi. 5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan Kelelahan. 6. PK. Perdarahan

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN a) Keluhan Utama Sakit perut , perdarahan , nyeri pada luka jahitan , takut bergerak b) Riwayat Kehamilan Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai c) Riwayat Persalinan Tempat persalinan Normal atau terdapat komplikasi Keadaan bayi Keadaan ibu

d) Riwayat Nifas Yang Lalu Pengeluaran ASI lancar / tidak BB bayi Riwayat ber KB / tidak

e) Pemeriksaan Fisik Keadaan umum pasien Abdomen Saluran cerna Alat kemih Lochea Vagina Perinium + rectum Ekstremitas Kemampuan perawatan diri

f)

Pemeriksaan psikososial Respon + persepsi keluarga Status psikologis ayah , respon keluarga terhadap bayi

V. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis , edema / pembesaran jaringan atau distensi efek efk hormonal 2. Ketdakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan , pengalaman sebelumnya , tingkat dukungan , karakteristik payudara 3. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia efek anastesi , profil darah abnormal 4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan , penurunan Hb , prosedur invasive , pecah ketuban , malnutrisi 5. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek hormonal , trauma mekanis , edema jaringan , efek anastesi ditandai dengan distensi kandung kemih , perubahan perubahan jumlah / frekuensi berkemih 6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan / penggantian tidak adekuat , kehilangan cairan berlebih ( muntah , hemoragi , peningkatan keluaran urine ) 7. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot , efek progesteron , dehidrasi , nyeri perineal ditandai dengan perubahan bising usus , feses kurang dari biasanya 8. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ketidakefektifan model peran stressor 9. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang pemahaman , salah interpretasi tidak tahu sumber sumber 10. Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan nyeri luka jahitan perineum VI. PERENCANAAN 1. Dx 1 Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu berkurang dengan criteria evaluasi : skala nyeri 0-1 , ibu mengatakan nyerinya berkurang sampai hilang , tidak merasa

nyeri saat mobilisasi , tanda vital dalam batas normal . S = 37 C . N = 80 x/menit , TD = 120/80 mmHG , R = 18 20 x / menit Intervensi : a. Kaji ulang skala nyeri Rasional : mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat b. Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri Rasional : untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan c. Motivasi : untuk mobilisasi sesuai indikasi nyeri

Rasional : memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi dan mengurangi secara bertahap. d. Berikan kompres hangat Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perinium e. Delegasi pemberian analgetik Rasional : melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang 2. Dx 2

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai kepuasan menyusui dengan criteria evaluasi : ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup. Intervesi : a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui sebelumnya.

Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar memberikan intervensi yang tepat. b. Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui

Rasional : posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang dapat merusak dan mengganggu. c. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui

Rasional : agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal. 3. Dx 3

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cedera pada ibu tidak terjadi dengan criteria evaluasi : ibu dapat mendemonstrasikan prilaku unsure untuk menurunkan faktor risiko/melindungi harga diri bebas dari komplikasi. Intervensi : a. Tinjau ulang kadar Hb dan kehilangan darah waktu melahirkan observasi dan catat tanda

anemia. Rasional : dapat mengetahui kesenjangan kondisi ibu dan intervensi yang cepat dan tepat b. Anjurkan mobilitas dan latihan dini secara bertahap Rasional : meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke ekstremitas bawah c. Kaji ada hiperfleksia sakit kepala atau gangguan penglihatan

Rasional : bahaya eklamsi ada diatas 72 jam post partum sehingga dapat diketahui dan diinteraksikan 4.Dx 4 Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi dengan KE : dapat

mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi, tidak terdapat tanda-tanda infeksi. Intervensi : a. Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan episiotomi. Rasional : untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensi dengan tepat. b. Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam. Rasional : pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media yang menjadi tempat berkembangbiaknya kuman. c. Pantau tanda-tanda vital.

Rasional : peningkatan suhu > 38C menandakan infeksi. d. Lakukan rendam bokong. Rasional : untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi udema. e. Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.

Rasional : membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal. 5.Dx 5

Tujuan

: setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak mengalami gangguan eliminasi (BAK)

dengan KE : ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak merasa sakit saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari. Intervensi : a. Kaji dan catat cairan masuk dan keluar tiap 24 jam.

Rasional : mengetahui balance cairan pasien sehingga diintervensi dengan tepat. b. Anjurkan berkamih 6-8 jam post partum. Rasional : melatih otot-otot perkemihan. c. Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam duduk, alirkan air keran.

Rasional : agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa dikeluarkan sehingga tidak ada retensi. d. Kolaborasi pemasangan kateter. Rasional : mengurangi distensi kandung kemih. 6.Dx 6 Tujuan : setelah diberikan askep ibu diharapkan tidak kekurangan volume cairan dengan KE

: cairan masuk dan keluar seimbang, Hb/Ht dalam batas normal (12,0-16,0 gr/dL) Intervensi : a. Ajarkan ibu agar massage sendiri fundus uteri.

Rasional : memberi rangsangan pada uterus agar berkontraksi kuat dan mengontrol perdarahan. b. Pertahankan cairan peroral 1,5-2 Liter/hari. Rasional : mencegah terjadinya dehidrasi. c. Observasi perubahan suhu, nadi, tensi.

Rasional : peningkatan suhu dapat memperhebat dehidrasi. d. Periksa ulang kadar Hb/Ht. Rasional : penurunan Hb tidak boleh melebihi 2 gram%/100 dL. 7.Dx 7 Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan konstipasi tidak terjadi pada ibu dengan KE : ibu

dapat BAB maksimal hari ke 3 post partum, feses lembek. Intervensi : a. Anjurkan pasien untuk melakukan ambulasi sesuai toleransi dan meningkatkan secara

progresif. Rasional : membantu meningkatkan peristaltik gastrointestinal.

b. Pertahankan diet reguler dengan kudapan diantara makanan, tingkatkan makan buah dan sayuran. Rasional : makanan seperti buah dan sayuran membantu meningkatkan peristaltik usus. c. Anjurkan ibu BAB pada WC duduk.

Rasional : mengurangi rasa nyeri. d. Kolaborasi pemberian laksantia supositoria. Rasional : untuk mencegah mengedan dan stres perineal. 8.Dx 8 Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan keluarga dapat menerima perubahan tersebut

dengan KE : mengungkapkan masalah dan pertanyaan menjadi orang tua, mendiskusikan peran orang tua secara realistik, secara aktif mulai melakukan perawatan dengan tepat. Intervensi : a. Berikan askep primer untuk ibu dan bayi.

Rasional : memudahkan terjadinya ikatan keluarga positif. b. Berikan pendidikan informal diikuti demonstrasi perawatan bayi. Rasional : membantu orang tua belajar dasar-dasar keperawatan bayi. 9.Dx 9 Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan pengetahuan ibu tentang perawatan dini dan bayi

bertambah dengan KE : mengungkapkan kebutuhan ibu pada masa post partum dan dapat melakukan aktivitas yang perlu dilakukan dan alasannya seperti perawatan bayi, menyusui, perawatan perinium. Intervensi : a. Berikan informasi tentang perawatan dini (perawatan perineal) perubahan fisiologi, lochea,

perubahan peran, istirahat, KB. Rasional : membantu mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan dan berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional. b. Berikan informasi tentang perawatan bayi (perawatan tali pusat, ari, memandikan dan imunisasi). Rasional : menambah pengetahuan ibu tentang perawatan bayi sehingga bayi tumbuh dengan baik. c. Sarankan agar mendemonstrasikan apa yang sudah dipelajari.

Rasional : memperjelas pemahaman ibu tentang apa yang sudah dipelajari. 10.Dx 10 Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan gerak dan aktivitas terkoordinasi dengan KE :

sudah tidak nyeri pada luka jahitan saat duduk, luka jahitan perinium sudah tidak sakit (nyeri berkurang). Intervensi : a. Anjurkan mobilisasi dan latihan dini secara bertahap.

Rasional : meningkatkan sirkulasi dan aliran darah ke ekstremitas bawah. b. KIE perawatan luka jahitan periniom. Rasional : mempercepat kesembuhan luka sehingga memudahkan gerak dan aktivitas. c. Kolaborasi pemberian analgetik.

Rasional : melonggarkan sistem saraf parifer sehingga rasa nyeri berkurang VII. PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI Implementasi yang dilakukan sesuai dengan masalah yang ada berdasarkan perencanaan yang telah dibuat (Doenges M.E, 2001) VIII. EVALUASI Evaluasi dilakukan dengan 2 cara yaitu evaluasi formatif dan sumatif. a. Evaluasi formatif : evaluasi yang dilakukan berdasarkan respon pasien terhadap

tindakan yang dilakukan. b. Evaluasi sumatif : evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui secara keseluruhan

apakah tujuan tercapai atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA Cardenito, L.J. 2000. Buku Saku Doagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC. Doenges, M.E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta : EGC. Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas. Edisi 2. EGC. Jakarta http://www. Us elsevierhealth. com. Nursing diagnoses. Outcomes and interventions NANDA. 2001. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia Sarwono, P. 1994. Ilmu Kebidanan. Balai Penerbit UI. Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Tridasa. Jakarta

You might also like