You are on page 1of 3

ISO 9001:2009 disusun berdasarkan pada delapan prinsip-prinsip manajemen mutu.

Prinsip- prinsip ini dapat digunakan oleh manajemen sebagai suatu kerangka kerja (frame work) yang membimbing organisasi pada peningkatan kinerja. Berikut 8 Prinsip-prinsip Manajemen Mutu : Prinsip 1 Organisasi yang berfokus pada pelanggan (Customer Focus) Organisasi tergantung pada pelanggannya. Oleh karena itu, organisasi harus mengerti keinginan pelanggan baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang, memenuhi permintaan pelanggan dan bahkan berusaha keras untuk melampauinya. Prinsip 2 Kepemimpinan (Leadership) Pemimpin menetapkan satu tujuan dan arah organisasi. Mereka harus menciptakan dan memelihara lingkungan internal di mana karyawan dapat terlibat secara penuh dalam mencapai tujuan organisasi. Prinsip 3 Keterlibatan karyawan (Involvement of People) Karyawan pada semua tingkat adalah unsur dari suatu organisasi dan keterlibatan mereka senantiasa memberikan sumbangsih bagi kepentingan perusahaan. Prinsip 4 Pendekatan Proses (Procces Orientation) Suatu hasil yang diinginkan akan dicapai secara lebih efisien jika sumber daya dan aktivitas yang saling berkaitan diatur sebagai satu proses. Prinsip 5 Pendekatan sistem pada manajemen (System Approach to Management) Jika proses-proses yang saling berkaitan dapat diidentifikasikan dan diatur sebagai suatu sistem, maka tujuan dan sasarannya dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. Prinsip 6 Peningkatan yang berkesinambungan (Continuous Improvement) Peningkatan yang berkesinambungan harus menjadi suatu tujuan permanen dari organisasi. Prinsip 7 Pendekatan faktual untuk pengambilan keputusan (Factual Approach to Decision Making) Keputusan efektif berasal dari data dan informasi yang dianalisis dengan baik . Prinsip 8 Hubungan pelanggan yang bermanfaat bagi kedua pihak (Mutually Beneficial Supplier Relationship) Hubungan antara suatu organisasi dan para pemasoknya adalah saling ketergantungan, dan hubungan saling ketergantungan itu menghasilkan nilai lebih bagi keduanya.

Sistem manajemen mutu adalah suatu sistem manajemen organisasi yang mengacu pada standardisasi internasional yang difokuskan pada proses kegiatan (ISO 9001). Standardisasi dalam sistem manajemen mutu dapat diintegraikan ke dalam system manajemen organisasi, sehingga penerapannya lebih fleksibel. Mengacu pada kebutuhan Kementerian Pendidikan Nasional tentang tata kelola manajemen, Biro Hukum dan Organisasi memberi fasilitasi tentang penerapan sistem manajemen mutu kepada unit organisasi di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional, khususnya bagi unit organisasi yang berkomitmen untuk menerapkan sistem manajemen mutu (ISO 9001). Fasilitasi yang diberikan adalah: 1. 2. 3. 4. Pengenalan SMM (ISO 9001:2008); Pelatihan penyusunan dokumen mutu; Pelatihan audit internal; Pendampingan/konsultansi penerapan sistem manajemen mutu.

Unit Pelaksana: Subbagian Sistem dan Prosedur

Manajemen mutu dapat dianggap memiliki tiga komponen utama: pengendalian mutu, jaminan mutu dan perbaikan mutu. Manajemen mutu berfokus tidak hanya pada mutu produk, namun juga cara untuk mencapainya. Manajemen mutu menggunakan jaminan mutu dan pengendalian terhadap proses dan produk untuk mencapai mutu secara lebih konsisten.

[sunting] Evolusi manajemen mutu


Manajemen mutu adalah fenomena mutakhir. Kebudayaan maju yang mendukung seni dan kerajinan membolehkan pembeli memilih barang dengan standar mutu yang lebih tinggi dibandingkan dengan barang normal. Dalam masyarakat yang menghargai seni dan kerajinan, salah satu tugas dari sang empu adalah mengepalai bengkel, serta melatih dan mengawasi pegawai dan pemagang. Sang empu menetapkan standar, menilai pekerjaan pegawai dan memerintahkan pengerjaan ulang ataupun perbaikan yang diperlukan. Pekerjaan secara kerajinan memiliki keterbatasan yaitu hanya mampu menghasilkan sedikit produk, namun dipihak lain memiliki keunggulan yaitu setiap produk dapat dibuat secara berbeda sesuai dengan keinginan pemesan. Pendekatan pekerjaan kerajinan terhadap mutu merupakan masukan utama saat pembentukan awal manajemen mutu sebagai bagian dari ilmu manajemen. Revolusi industri mengganti pendekatan pekerjaan kerajinan dengan produksi masal dan pekerjaan berulang yang bertujuan untuk menghasilkan barang yang sama dalam jumlah yang besar. Penggagas awal di Amerika Serikat terhadap pendekatan ini adalah Eli Whitney, saat dia menganjurkan pembuatan komponen senapan, yang memiliki sifat mampu-tukar, sehingga dapat membentuk lini perakitan senapan. Penggagas selanjutnya adalah Frederick Winslow Taylor, seorang insinyur mekanik yang mengupayakan perbaikan efisiensi industrial. Dia sering disebut sebagai "bapak manajemen ilmiah," Dia merintis gagasan Pergerakan Efisiensi (Efficiency Movement) yang kemudian menjadi bagian dari dasar-dasar manajemen mutu, termasuk aspek standardisasi dan praktik perbaikan. Henry Ford juga merupakan tokoh penting yang menerapkan praktik manajemen mutu dalam lini perakitan mobil Ford. Di Jerman, Karl Friedrich Benz, yang sering disebut sebagai penemu kendaraan bermotor, mencoba praktik produksi secara perakitan, walaupun produksi masal sepenuhnya baru dilaksanakan oleh Volkswagen setelah perang dunia kedua. Sejak periode ini, maka selanjutnya perusahaan di Eropa dan Amerika Serikat berfokus kepada produksi dengan biaya yang lebih rendah dan efisiensi yang lebih tinggi.

You might also like