You are on page 1of 6

Proses terjadinya suatu negara

Istilah negara merupakan terjemahan dari de staat (belanda), the state (inggris), letat (perancis), statum (latin), lo stato (italia), dan der staat (jerman). Menurut bahasa sansekerta, nagari atau nagara berarti kota, sedangkan menurut bahasa sukusuku di Indonesia sering disebut negeri atau negara, yaitu tempat tinggal. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Negara adalah persukutuan bangsa yang hidup dalam satu daerah/wilayah dengan batas-batas tertentu yang diperintah dan diurus oleh suatu badan pemerintah dengan teratur. Jadi, negara dalam arti sempit sama dengan pemerintahan dalam arti luas (lembaga legislative, eksekutif, dan yudikatif) yang merupakan alat untuk mencapai kepentingan bersama, sedangkan negara dalam arti luas adalah kesatuan social yang diatur secara institusional untuk lembaga-lembaga tertinggi dalam kehidupan social yang mengatur, memimpin, dan mengkoordinasi masyarakat supaya dapat hidup wajar dan berkembang terus.

a. Terjadinya negara secara primer Berdasarkan penelitian para ahli, terjadinya negara tidak secara mendadak melainkan melalui evolusi. Artinya, muncul secara perlahan-lahan (lamban). Dalam pekembangan hidupnya, manusia sebagai makhluk yang rasional cenderung untuk hidup berkelompok, berorganisasi, atau berasosiasi. Kebersamaan hidup itu didasari oleh adanya pertalian darah karena keturunan, perasaan senasib, agama yang sama, kepribadian, dan bangsa terhadap tempat tinggalnya. Awal kehidupan yang penting adalah keluarga (ayah, ibu, dan anak). Kemudian berkembang menjadi kesatuan keluarga yang lebih sehingga terbentuklah suku, marga, dan bangsa ang menetap dalam suatu wilayah tertentu, yaitu desa, kota, maupun negara. Menurut Friedrich Yulius Stahl, keluarga yang patrilineal adalah negara yang pertama. b. Terjadinya negara secara sekunder Terjadinya negara secara sekunder membicarakan lahirnya negara baru yang dalam pertumbuhannya dihubungakan dengan negara yang sebelumnya sudah ada. Munculnya negara baru, berkaitan dengan adanya pengakuan dari negara lain, yaitu pengakuan de facto dan de jure. De facto adalah pengakuan menurut kenyataan yang ada (sesuai dengan fakta). Pengakuan de facto merupakan suatu syarat untuk mendapatkan pengakuan secara de jure. Dengan pengakuan ini suatu negara sudah dapat melakukan hubungan dengan negara-negara lain dalam batas-batas tertentu, misalnya dalam perdagangan. De jure adalah pengakuan secara resmi menurut hukum (inernasional). Pengakuan ini diberikan kepada suatu negara, bila dianggap pemerintahnya sudah stabil dan efektif serta mampu menjamin keamanan dan ketertiban warga negara dan penduduk dalam wilayah Jadi, pengakuan dari negara lain merupakan unsure penting bagi suatu negara baru di tengah-tengah negara lainnya.

c. Asal mula terjadinya negara berdasarkan fakta sejarah 1) Pendudukan (occupatie) Hal ini terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai, kemudian diduduki dan dikuasai. Misalnya Liberia yang diduduki budak-budak Negro yang dimerdekakan tahun 1847 2) Peleburan (fusi) Hal ini terjadi ketika negara-negara kecil yang mendiami suatu wilayah mengadakan perjanjian untuk saling melebur atau bersatu menjadi negara yang baru. Misalnya terbetuknya Federasi Jerman tahun 1871 3) Penyerahan (cessie) Hal ini terjadi ketika suatu wilayah diserahkan kepada negara lain berdasarkan suatu perjanjian tertentu. Misalnya, wilayah Sleeswijk pada perang dunia I diserahkan oleh Austria kepada Prusia, (Jerman). 4) Penaikan (accesie) Hal ini terjadi ketika suatu wilayah terbentuk akibat penaikan Lumpur Sungai atau dari dasar Laut (Delta). Kemudian di wilayah tersebut dihuni oleh sekelompok orang sehingga terbentuklah negara. Misalnya wilayah negara Mesir yang terbentuk dari Delta Sungai Nil. 5) Penguasaan (Anexatie) Suatu wilayah di kuasai oleh bangsa lain tanpa reaksi dan berdirilah negara di wilayah itu. Contoh ketika pembentukan negara Israel banyak mencamplok daerah mencamplok daerah Palestina. 6) Pengumuman (proklamasi) Hal ini terjadi karena suatu daerah yang pernah menjadi daerah jajahan ditinggalkan begitu saja. Sehingga penduduk daerah tersebut bias mengumumkan kemerdekaan. Contohnya Indonesia yang pernah di tinggalkan Jepang karena pada saat itu Jepang dibom oleh Amerika di daerah Hiroshima dan Nagasaki. 7) Pembentukan Baru (Inovation) Munculnya suatu negara baru di atas wilayah suatu negara yang pecah dan lenyap karena suatu hal. Misalnya, negara Columbia yang pecah dan lenyap, kemudian muncul negara baru di wilayah tersebut (Columia Baru, Venezuela) 8) Pemisahan (Separatise) Suatu wilayah negara yang memisahkan diri menyatakan kemerdekaannya. Misalnya, tahun 1939, Belgia memisahkan diri dari belanda dan kemudian merdeka, Timor Timur memisahkan diri dari negara RI dan menjadi negara Timor Leste. d. Terjadinya negara berdasarkan pendekatan teoretis 1. Teori ketuhanan Menurut teori ini, negara tidak terjadi karena kehendak manusia, melainkan kehendak tuhan. Raja/penguasa yang memerintah merupakan wakil tuhan/dewa. Menentang kekuasaan

raja/ penguasa berarti menentang kekuasaan tuhan/dewa. Pernyataan ini member peluang besar bagi seorang raja untuk berbuat semaunya dengan dalih kehendak tuhan. 2. Teori perjanjian masyarakat atau kedaulatan rakyat Berdasarkan teori ini, negara diciptakan oleh manusia melalui perjanjian masyarakat demi ketentraman dalam hidupnya. Rakyat memiliki kekuasaan tertinggi dalam negara, sedangkan raja sebagai pelaksanana kehendak rakyat yang telah dijanjikan. Teori ini berkembang pada abad ke-16. Tokoh-tokoh teori ini adalah Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704), Montesquieu (1688-1755), dan J.j.Rousseau (1712-1778) Hobbes menggambarkan keadaan manusia sebagai serigala bagi sesamanya (homo homini lupus) sebelum adanya negara (state of nature). Manusia hidup dalam keadaan perang yang berlangsung terus menerus, perang semua melawan semua (bellum omnium contra omnes). Setiap hari manusia tercekam oleh rasa ketakutan, sehingga tidak ada lagi rasa aman dan tenteram. Kondisi demikian mendorong manusia segera membentuk negara (negara sebagai keharusan). Untuk mewujudkannya mereka sepakat mengadakan perjanjian/kontrak dengan raja/penguasa. Dalam perjanjian/kontrak mereka, antara lain disebutkan: a) Dengan suka rela melepaskan hak-hak kodratinya kepada raja, b) Semua orang tidak boleh memberontak sekalipun tidak puas dengan kebijakan-kebijakan yang diambil raja, c) Negara harus diberi kekuasaan yang mutlak sehingga kekuasaannya tidak dapat ditandingi dan disaingi oleh kekuasaan manapun. Teori Hobbes ini dijadikan sebagai dasar konstruksi kerajaan-kerajaan yang absolute. e. Teori kekuasaan atau kedaulatan negara Menurut teori ini adanya negara merupakan kodrat alam. Demikian pula kekuasaan yang dimiliki para penguasa/penyelenggara/raja. Sejak lahirnya negara kedaulatan itu ada, sehingga negara sumber kedaulatan. f. Teori kedaulatan hukum Menurut teori ini, hukum berada diatas segala-galanya. Ini berarti bahwa yang berdaulat adalah lembaga atau orang-orang yang berwenang mengeluarkan perintah atau larangan yang mengikat semua warga negara. Lembaga itu adalah pemerintah dalam arti luas. Pemerintah mendapat kekuasaan atau kewenangan berdasarkan hukum yang berlaku.

Unsur-unsur pembentuk negara Negara sebagai organisasi memiliki status yang kokoh apabila di dukung oleh tiga unsur pokok yang menjadi persyaratan mutlak berdirinya suatu negara. Tiga unsur tersebut disebut unsur konstitutif. Menurut para ahli Negara, antara lain Oppenheim dan Lauterpacht tiga unsur pokok tersebut adalah: 1. Rakyat atau masyarakat 2. Wilayah/daerah, meliputi udara, darat, dan perairan (perairan bukan syarat yang mutlak) 3. Pemerintah yang berdaulat Selain ketiga unsur pokok tersebut, masih terdapat unsur yang keempat yaitu pengakuan dari Negara lain yang disebut unsur deklaratif, sebagai pelengkap dalam pergaulan internasional. Unsur dekratif adalah sifat yang ditunjukkan oleh adanya tujuan Negara, undang-undang dasar, pengakuan

dari Negara lain baik secara de jure meupun de facto, serta masuknya negara dalam organisasi dunia seperti PBB. Uraian unsur-unsur kostitutif sebagai berikut: a. Rakyat Rakyat adalah semua orang yang berdiam di dalam suatu Negara atau menjadi penghuni Negara rakyat merupakan unsure terpenting dari Negara karena manusia yang pertamatama berkepentingan agar organisasi Negara berjalan dengan baik Berdasarkan hubungannya dengan daerah tertentu di dalam suatu negara, rakyat dibedakan menjadi: 1) Penduduk dan bukan penduduk (berdasarkan hubungannya dengan wilayah negara). Penduduk adalah mereka yang bertempat tinggal tetap atau berdomisili tetap di dalam wilayah negara (menetap) 2) Bukan penduduk adalah mereka yang berada di dalam suatu wilayah negara hanya untuk sementara waktu (tidak menetap) Berdasarkan hubungannya dengan pemerintah negaranya, rakyat dibedakan menjadi: 1) Warga negara, adalah mereka yang berdasarkan hokum tertentu merupakan anggota dari suatu negara, dengan status kewarganegaraan warga negara asli atau warga negara keturunan asing. 2) Bukan warga negara, adalah mereka yang berada di suatu negara tetapi secara hukum tidak menjadi anggota negara yang bersangkutan, namun tunduk pada pemerintah di mana mereka berada. b. Wilayah Wilayah adalah batas tempat tinggal bagi rakyat dan pemerintah dalam menjalankan kedaulatan. Negara memerlukan wilayah atau daerah sebagai tempat menetapnya rakyat dan pemerintah untuk melaksanakan kegiatan pemerintahannya. Wilayah suatu negara yang meliputi wilayah daratan, lautan, dan udara. 1) Daratan Daratan sebagai wilayah negara dibatasi oleh daratan negara tetangga atau dibatasi wilayah perairan negaranya sendiri. Batas wilayah darat suatu negara biasanya ditentukan dengan suatu perjanjian antara suatu negara dengan negara lain dalam bentuk traktat (perjanjian bilateral). Perbatasan antara negara dapat berupa: a) Batas alam, misalnya sungai, danau, pegunungan, atau lembah b) Batas buatan, misalnya pagar tembok, pagar kawat berduri c) Batas menurut geofisika, misalnya lintang utara/selatan, bujur timur/barat Pembatasan wilayah suatu negara sangat penting sekali karena menyangkut pelaksanaan kedaulatan suatu negara dalam segala bentuk, seperti hal-hal berikut a) Berkuasa penuh terhadap kekayaan yang ada di dalamnya b) Berkuasa mengusir orang-orang yang bukan warga negaranya dalam wilayah tersebut bila tidak memiliki izin dari negara itu 2) Lautan

Wilayah laut suatu negara adalah semua perairan, lautan, danau, dan sungai yang berada dalam batas-batas negara itu (laut teritorial). Dengan adanya perbedaan pandangan mengenai batas laut teritorial, menimbulkan perselisihan antarnegara. Sekarang masalah kelautan telah memperoleh kepastian hukum melalui Konferensi Hukum Laut Internasional III, 10 desember 1982 yang diselenggarakan oleh PBB di Montego Bay, Jamaica, yang ditandatangani 119 negara peserta. Konferensi tersebut menghasilkan batas-batas wilayah kenegaraan Lautan Teritorial Laut teritorial adalah wilayah laut yang lebarnya 12 mil (laut) dihitung dari titik/garis dasar (tepi laut yang ditentukan pada saat pantai surut) yang merupakan kekuasaan penuh suatu negara Zona berdekatan atau zona bersebelahan Zona berdekatan atau zona bersebelahan, merupakan batas laut selebar 12 mil (laut) dihitung dari batas laut teritorial atau 24 mil (laut) dihitung ari garis dasar Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), merupakan wilayah laut selebar 200 mil (laut) dihitung dari garis dasar, negara yang bersangkutan dapat mengambil kekayaan alamnya dan menangkap pihak asing yang mencuri kekayaan alam di sekitarnya. Landas kontinen Merupakan daratan di dasar laut di luar wilayah teritoral dengan ukuran kedalaman maksimal 200 meter dan lebar maksimal 200 mil (laut), maka negara yang bersangkutan dapat menggali kekayaan alamnya. Landas benua Merupakan daratan di dasar laut di luar ZEE yang lebarnya lebih dari 200 mil laut. 3) Udara Wilayah udara suatu negara ada di atas wilayah daratan dan wilayah lautan negara itu. Kekuasaan atas wilayah udara suatu negara diatur dalam perjanjian Paris tahun 1919 . di negara Indnesia (dulu Hindia Belanda), hal itu diundangkan dalam lembaran negara Hindia Belanda No. 536 tahun 1928 dan No 339. 4) Wilayah ekstrateritorial Berdasarkan kententuan hukum Internasional, yang termasuk wilayah ekstrateritorial adalah wilayah dimana kapal-kapal laut yang berbendera negara tertentu sedang berlayar di lautan bebas, pesawat-pesawat terbang yang sedang mengangkasa di atas lautan bebas di bawah indentitas negara tertentu dan tempat atau gedung perwakilan diplomatic suatu negara tertentu. c. Pemerintah yang berdaulat Pemerinah yang berdaulat adalah pemerintahan negara yang berwibawa, dihormati, dan ditaati rakyatnya serta dihormati oleh negara lain. Menurut pendapat Untecht, tedapat tiga kategori tentang pengertian pemerintah, yaitu : 1) Pemerintah dalam arti luas, yaitu gabungan dari semua badan kenegaraan atau gabungan dari seluruh alat kelengkapan negara baik legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

2) Badan pengusaha tertinggi, yang berwenang memerintah di wiayah negara. Misalnya raja atau presiden. 3) Pemerintah dalam arti sempit,yaitu badan eksekutif di suatu negara, misalnya para menteri yang diimpin oleh perdana menteri. Menurut Jean Bodin, kedaulatan pemerintah negara dibedakan menjad dua macam, yaitu : 1) Kedaulatan ke dalam, merupakan kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh pemerintahan negara untuk melaksanakan fungsinya. 2) Kedaulatan ke luar, merupakan kemampuan suatu pemerintah negara untuk mempertahankan keutuhan wilayah dan kesatuan rakyatnya serta dihormati negara lain. 2. Unsur deklaratif berdirinya negara (pengakuan dari negara lain) Pengakuan dari negara lain dapat bersifat de facto dan de jure . Pengakuan de facto bisa bersifat tetap, bisa juga bersifat sementara, sedangkan pengakuan de jure bersifat tetap, bisa juga bersifat penuh. a. Pengakuan secara de facto Pengakuan dari suau negara terhadap negara lain (yang baru berdiri) secara de facto berarti pengakuan yang berdasarkan kenyataan (fakta) bahwa suatu bangsatelah memenuhi syarat (unsure konsitutif) untuk berdiri sebagai negara. b. Pengakuan secara de jure Pengakuan secara de jure berarti pengakuan resmi secara hukum sesuai dengan kaidah hubungan internasional. Pengakuan secara de jure diwujudkan dalam bentuk piagam pengakuan resmi yang berupa nota/piagam diplomatik.

You might also like