You are on page 1of 11

IDENTIFIKASI MORFEM, MORF, DAN ALOMORF Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Fonologi dan Morfologi

Oleh: Siti Nadhirotus Saadah : D07209063

Dosen Pembimbing: Jauharoti Alfin

FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang linguistik atau tata bahasa yang mempelajari kata dan proses pembentukan kata secara gramatikal disebut dengan morfologi. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan atau arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Posisi morfologi sesungguhnya berada di antara fonologi dan sintaksis. Posisi ini mau tidak mau menjadikan morfologi memiliki keterkaitan dengan keduanya. Keterkaitan dengan morfologi terbukti dengan adanya kajian morfonologi, yakni ilmu yang mengkaji terjadinya perubahan fonem yang disebabkan oleh proses morfologi. Sedangkan keterkaitan dengan sintaksis terlihat dengan adanya kajian morfosintaksis. Morfologi juga dijelaskan sebagai bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasinya. Oleh sebab itu pada makalah ini kita akan menjelaskan tentang morfem,morf dan alomorf. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan morfem? 2. Apa yang dimaksud dengan morf? 3. Apa yang dimaksud dengan alomorf? C. Tujuan 1. Mengetahui definisi tentang morfem. 2. Mengetahui definisi tentang morf. 3. Mengetahui definisi tentang alomorf.

BAB II PEMBAHASAN A. Identifikasi Morfem Ada beberapa pengertian tentang morfem diantaranya: 1) Morfem ialah satuan gramatik yang paling kecil yang tidak mempunyai satuan lain selain unsurnya (Ramlan, 1983 : 26). 2) Morfem ialah satuan bentuk terkecil yang mempunyai arti (Alwasilah, 1983 : 10). 3) Morfem ialah kesatuan gramatik yang terkecil yang mengandung arti, yang tidak mempunyai kesamaan baik dalam bentuk maupun dalam arti dengan bentuk-bentuk yang lain (Sitindoan, 1984 : 64). 4) Morfem yaitu semua bentuk baik bebas maupun terikat yang tidak dapat dibagi ke dalam bentuk terkecil yang mengandung arti (Bloch dan Trager dalam Prawirasumantri, 1985 : 127). 5) Morfem adalah komposit bentuk pengertian yang terkecil yang sama atau mirip yang berulang (Samsuri, 1982 : 170). Yang dimaksud berulang disini yaitu kehadirannya berkali-kali dalam tuturan. 6) Bloomfield (1933 : 161) mendefinisikan morfwem sebagai a linguistic from wich bears no partial phonetic-semantic resemblance to any other form, is a simple form or morpheme. (Maksud pernyataan itu, satu bentuk lingual yang sebagiannya tidak mirip dengan bentuk lain mana pun secara bunyi maupun arti adalah bentuk tunggal atau morfem). 7) Morphemes are the smallest individually meaningfull element is the utterances of a language (Hockett, 1958 : 123). Maksudnya, morfem adalah unsur-unsur yang masing-masing mempunyai makna dalam tutur sebuah bahasa. Dari ketujuh definisi yang telah dikutip di atas, tergambar adanya persamaan konsep. Pada dasarnya, morfem merupakan satuan gramatik terkecil

baik bebas maupun terikat yang memiliki arti, baik secara leksikal maupun gramatikal. Morfem dapat diidentifikasi dengan cara hadir secara berulang-ulang dalam bentuk lain. Jadi, morfem adalah bentuk yang sama dan berulang-ulang dalam satuan bentuk yang lain. Sebagai contoh kita ambil bentuk /kedua/. Ternyata bentuk /kedua/ dapat kita bandingkan dengan bentuk-bentuk sebagai berikut:

Kedua Ketiga Kelima Ketujuh (morfem ke- dapat berulang-ulang) Semua bentuk ke pada daftar diatas dapat disegmentasikan sebagai satuan

tersendiri dan yang mempunyai makna yang sama, yaitu menyatakan tingkat atau derajat. Contoh lain:

Meninggalkan Ditinggal Tertinggal Peninggalan Ketinggalan Sepeninggal(morfem tinggal dapat berulang-ulang

Dari daftar tersebut ada bentuk yang sama, yang dapat disegmentasikan dari bagian unsur-unsur lainnya, bagian yang sama itu adalah bentuk tinggal. Maka, bentuk tinggal adalah sebuah morfem karena bentuk dan maknanya sama.

A.1. Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem Untuk mengenal suatu morfem lebih jauh, kita kita dapat menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Samsuri (1982:172) dan Ramlan (1983:31)

mengemukakan masing-masing enam prinsip pengenalan morfem. Samsuri mengemukakan tiga prinsip pokok dan tiga prinsip tambahan, sedangkan Ramlan tidak membedakan keenam prinsip tersebut. Sementara itu Ahmadslamet (1982:46) mengetengahkan pendapat Nida (1963) memaparkan tujuh prinsip. Dalam uraian ini akan dipaparkan enam prinsip Ramlan dan satu prinsip tambahan dari Nida untuk melengkapinya. Prinsip ke-1 Satuan-satuan atau bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis dan arti atau makna yang sama termasuk satu morfem. Bentuk baju pada kata berbaju, menjahit baju, baju batik, dan baju biru merupakan satu morfem. Satuan-satuannya itu mempunyai struktur fonologis yang sama yakni /b/a/j/u/ dan arti yang sama yaitu alat penutup badan. Prinsip ke-2 Satuan-satuan atau bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang berbeda termasuk satu morfem apabila memiliki satu arti yang sama sedangkan perbedaan struktur tersebut dapat dijelaskan secara fonologis. Satuan-satuan men-, mem-, meng-, meny-, menge-, me-, pada kata menjawab, membawa, menggali, menyuruh, mengebom, dan melerai mempunyai makna yang sama yaitu menyatakan tindakan aktif. Perbedaan struktur fonologis tersebut dapat dijelaskan secara fonologis yaitu disebabkan oleh lingkungan yang dimasukinya yakni fonem awal bentuk dasar yang mengikutinya yaitu /j/, /b/, /g/, /s/, kata yang terdiri atas satu suku kata, dan /l/. fonem /N/ pada morfem meN- berubah menjadi /m/ seperti pada kata membawa, hal itu disebabkan fonem /b/ merupakan fonem bilabial, sama dengan fonem /m/. karena fonem tersebut sejenis, maka pengucapannya akan mudah. Itulah sebabnya tidak menbaca, mengbaca, menybaca, atau mebaca dan mengebaca.

Prinsip ke-3 Satuan-satuan atau bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologis, masih dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai makna atau arti yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer. Satuan-satuan be-, ber-, dan bel- pada kata-kata bekerja, berjalan, dan belajar termasuk satu morfem, walau bentuk bel- pada belajar tidak dapat dijelaskan secara fonologis, tetapi ketiga bentuk itu merupakan bentuk yang komplementer (nonkontrastif). Maknanya pun sama, oleh karena itu termasuk morfem yang sama yaitu morfen ber-. Prinsi ke-4 Apabila deretan suatu satuan berparalel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem yang disebut morfem zero. Bahasa Indonesia memiliki deretan struktur seperti di bawah ini. 1) Ia membeli sepeda. 2) Ia menjahir baju. 3) Ia membaca buku. 4) Ia makan roti. 5) ia minum es. Kelima kalimat tersebut berpola sama yaitu SPO (Subjek + Predikat + Objek). Predikatnya merupakan kata kerja transitif. Pada kalimat 1, 2, da 3 kata kerja itu ditandai oleh adanya afiks meN-, sedangkan pada kalimat 4 dan 5 ditandai oleh kekosongan yakni tidak hadirnya morfem meN-. Kekosongan itu merupakan sebuah morfem yang disebut morfem zero.

Prinsip ke-5 Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologis yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda. Apabila bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang sama itu berbeda artinya, maka satuan-satuan itu merupakan morfem-morfem yang berbeda, akan tetapi apabila satuan-satuan itu mempunyai arti yang berhubungan, maka bentuk itu merupak satu morfem, dan merupakan morfem yang berbeda apabila distribusinya sama. Sebagai contoh kita ambil kata buku dalam Ia membaca buku. Yang berarti kitab, dan kata buku dalam buku tebu yang berarti ruas merupakan morfem yang berbeda walau struktur fonologisnya sama. Kata duduk dalam Ia sedang duduk. Merupakan satu morfem dengan duduk dalam Duduk orang itu sangat sopan. Karena keduanya mempunyai arti yang berhubungan dan mempunyai distribusi yang berbeda. Kata duduk dalam Ia sedang duduk. Berfungsi sebagai predikat, dan termasuk ke dalam golongan kata kerja, sedangkan duduk dalam Duduk orang itu sangat sopan. Berungsi sebagai subjek dan termasuk golongan kata benda sebagai akibat adanya proses niminalisasi. Sebaliknya kata mulut pada Mulut gua itu lebar. Merupakan morfem yang berbeda dengan kata mulut pada Mulut orang itu lebar. Karena arti keduanya berbeda sedangkan distribusinya sama yaitu sebagai subjek. Prinsip ke-6 Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem. Denganperkataan lain, Nida menyebutnya setiap pembentukan yang dapat mengisi sendiri lajur sekatan suatu deretan struktur dianggap sebuah morfem. Perhatikanlah satuan-satuan yang terdapat pada lajur sekatan berikut ini ! diperpersama sama -kan -an -nya -nya -lah -kah

menmen- perterberseke-

sama sama sama sama sama sama

-i -kan -i -an

-an

Satuan-satuan di atas yang terdiri atas satu, dua, tiga, dan empat fonem, merupakan satuan-satuan yang disebut morfem, sebab semuanya dapat mengisi sekatan tertentu dengan arti atau makna tertentu pula. Bagian-bagian yang mengisi lajur atau sekatan berikut ini tidak dapat disebut morfem, sebab sama sekali tidak mengandung makna atau arti. sa bersa sa Prinsip ke-7 Bagian gabungan yang diketahui maknanya setelah bergabung dengan bagian lainnya dianggap sebuah morfem. Contoh satuan atau bentuk seperti itu dalam bahasa Indonesia antara lain: keliar, juang, laying, seling, temu, baru jelas maknanya apabila bergabung menjadi: berkeliaran, berjuang, melayang, selingan, pertemuan. Seperti telah dijelaskan, satuan-satuan seperti itu disebut pokok kata. Selain pokok kata, banyak satuan lain dalam bahasa Indonesia yang baru mempunyai makna apabila bergabung dengan bentukan lain yang sangat khusus, misalnya belia, siur, bangka, renta, gulita yang hanya dapat hadir di belakang satuan-satuan muda, simpang, tua, tua, dan gelap. Bentukan atau satuan seperti itu dinamakan morfem unik yakni morfem yang hanya dapat bergabung dengan morfem tertentu. ma ma mai

B. Morf Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya. Contoh: Me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-. C. Alomorf Alomorf adalah nama untuk semua bentuk yang sudah diketahui status morfemnya dan sudah menjadi anggota morfem tertentu. Contoh: Mem- pada membaca morf /mem/ menjadi alomorf /mem/ dari morfem /me/ Jadi, morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk sebuah bentuk yang sama. Morfem dengan Morf dan Alomorf Banyak morfem yang hanya mempunyai satu struktur yakni jumlah maupun urutan fonemnya selalu tetap. Di lain pihak, banyak morfem yang mempunyai beberapa struktur fonologis, misalnya morfem peN- mempunyai struktur-struktur fonologis pe-, pem-, pen-, peng-, peny-, dan penge-, seperti terlihat pada kata-kata: pelari, pembimbing, pendengar, penguji, penyakit, dan pengecat.satuan-satuan pe, pem-, peng-, peny-, dan penge- masing-masing disebut morf yang semuanya alomorf dari morfem peN- (Ramlan, 1983 : 27; Prawirasumantri, 1985 : 128; Ahmadslamet, 1983 : 27; Keraf, 1983 : 51). Jadi dapatlah dikatakan bahwa morfem peN- mempunyai morf-morf pe-, pem-, pen-, peng-, peny-, dan pengesebagai alomorfnya. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa alomorf itu merupakan variasi bentuk suatu morfem. Keraf (1982 : 51) mengatakan bahwa variasi itu disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang dimasukinya. Maksudnya, bergantung kepada jenis fonem awal sebuah satuan yang dilekati oleh morfem tersebut. Perubahan /N/ itu harus homogen. Sebagai contoh /N/ akan menjadi /m/ apabila dilekatkan pada bentuk dasar yang diawali fonem /b/. fonem /m/ dan /b/ sama-sama bunyi bilabial. Sedangkan yang dimaksud dengan morf adalah wujud kongkret dari alomorf itu sendiri.

KESIMPULAN

morfem merupakan satuan gramatik terkecil baik bebas maupun terikat yang memiliki arti, baik secara leksikal maupun gramatikal. . Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem ada enam prinsip Ramlan dan satu prinsip tambahan dari Nida untuk melengkapinya. Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya. Alomorf adalah nama untuk semua bentuk yang sudah diketahui status morfemnya dan sudah menjadi anggota morfem tertentu.

DAFTAR PUSTAKA Drs. Abdul Chaer, Linguistik Umum.1994. PT. Rineka Cipta: Jakarta Ramlan,M., Morfologi.1980. U.P Karyono: Yogyakarta Prof. DR. H. Abdul Muis Badulu, M.S. dkk., Morfosintaksis.2005. PT. Rineka Cipta: Jakarta Muhadjir, Morfologi Dialek Jakarta.1984. Djambatan: jakarta

You might also like