You are on page 1of 9

Klorosis (dari bahasa Inggris, chlorosis) adalah keadaan jaringan tumbuhan, khususnya pada daun, yang kekurangan klorofil,

sehingga tidak berwarna hijau, melainkan kuning atau pucat hampir putih. Klorosis sering kali merupakan petunjuk terjadinya kekurangan hara atau serangan penyakit yang dialami oleh tumbuhan. Klorosis tidak selalu diikuti oleh kematian jaringan, meskipun ketiadaan klorofil akan mengakibatkan jaringan kekurangan pasokan energi. Warna kuning daun Keterangan Klorosis adalah jaringan daun menguning karena kekurangan klorofil. Kemungkinan penyebab klorosis termasuk drainase yang buruk, akarnya rusak, akar dipadatkan, alkalinitas tinggi, dan kekurangan gizi di pabrik. Kekurangan gizi dapat terjadi karena ada jumlah yang cukup dalam tanah atau karena nutrisi tidak tersedia karena pH tinggi (alkali tanah). Atau nutrisi tidak dapat diserap akar karena terluka atau pertumbuhan akar miskin. Kurangnya zat besi adalah salah satu nutrisi yang lebih umum terkait dengan klorosis. Kekurangan mangan atau seng di pabrik juga akan menyebabkan klorosis. Cara untuk memisahkan kekurangan zat besi dari seng atau kekurangan mangan adalah untuk memeriksa apa dedaunan berubah klorosis pertama. Klorosis besi dimulai pada daun muda atau terminal dan kemudian bekerja ke dalam untuk daun tua. Namun, kekurangan mangan dan seng mengembangkan pada bagian dalam atau daun yang lebih tua pertama dan kemudian kemajuan luar. Tanaman membutuhkan zat besi untuk pembentukan klorofil. Klorofil memberikan warna hijau daun dan diperlukan untuk pabrik untuk menghasilkan makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sendiri. Besi juga diperlukan untuk fungsi enzim banyak yang mengelola metabolisme tanaman dan respirasi. Besi menjadi lebih larut sebagai pH tanah naik di atas 6,5-6,7 (7,0 adalah netral - di bawah 7,0, pH asam, 7,0 di atas, pH bersifat basa). Dengan kebanyakan tanaman, zat besi hanya dapat diserap sebagai ion bebas (Fe + +) ketika pH antara 5,0 dan 6,5. Unsur-unsur lain seperti kalsium, seng, fosfor mangan,, atau tembaga dalam jumlah tinggi dalam tanah dapat mengikat besi sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Namun, kekurangan kalium dalam tanaman akan mengurangi ketersediaan besi untuk tanaman. Kurangnya zat besi dalam tanah juga masalah. Di wilayah Chicagoland, sebagian besar tanah memiliki besi yang memadai. Masalahnya adalah ketersediaan zat besi dalam tanah untuk tanaman. Dalam Northeastern Illinois, sebagian besar tanah terbentuk dari batuan kapur. Jadi masalah klorosis sering disebabkan oleh pH tanah yang tinggi. Herba tanaman serta tanaman berkayu rentan terhadap klorosis. Gejala Gejala dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor. Bagaimana alkali tanah? PH semakin tinggi, semakin klorosis tanaman. Berapa lama tanaman telah klorosis? Secara umum, semakin lama tanaman telah klorosis, yang klorosis semakin parah. Umumnya, klorosis ringan dimulai sebagai jaringan pagar (hijau lebih ringan untuk kapur warna hijau) dari interveinal (antara vena), sedangkan warna kuning menunjukkan kondisi yang lebih serius. Dalam beberapa kasus, hanya bagian dari tanaman ini klorosis. Daerah yang terkena (atau seluruh pabrik) dapat terhambat atau gagal untuk menghasilkan bunga dan buah. Selain itu, daun klorosis lebih rentan terhadap panas dan penyakit daun. Dengan klorosis berat, pembuluh darah daun akan berubah kuning, diikuti oleh kematian daun, cabang yang terkena mungkin mati kembali, dan kematian dari seluruh pabrik dapat terjadi.

Kontrol Pengobatan untuk klorosis bervariasi dengan penyebabnya. Jika klorosis adalah akibat pemadatan tanah, drainase yang buruk, pertumbuhan akar akar yang buruk atau cedera, aerification kemudian inti, ubin, pemberian mulsa atau praktek budaya lainnya mungkin diperlukan. Kekurangan gizi dapat dirawat di salah satu dari beberapa cara. Aplikasi foliar nutrisi dalam bentuk larut air atau chelate dapat memperbaiki masalah ini untuk sementara, tetapi hanya mempengaruhi daun yang hadir selama aplikasi. Daun yang tumbuh dan berkembang setelah perawatan tidak terpengaruh oleh pengobatan. Oleh karena itu, beberapa perawatan per musim tanam mungkin diperlukan untuk menjaga hijau dedaunan. Metode lain adalah aplikasi trunk. Batang aplikasi cepat dan mungkin beberapa tahun terakhir. Namun, Anda harus tunggu hingga tiga puluh hari untuk pohon untuk merespon aplikasi bagasi. Ada beberapa cara untuk menerapkan nutrisi melalui bagasi. Kedua metode melibatkan pengeboran lubang di bagasi - jumlah lubang didasarkan pada diameter batang. Dengan jenis pertama dari aplikasi, wadah dengan tabung kemudian melekat pada lubang. Gerakan pohon kelembaban akan membantu menarik nutrisi ke dalam bagasi. Setelah kontainer kosong, mereka dilepas dan lubang terpasang. Metode lain membutuhkan kapsul plastik untuk dipalu ke dalam lubang dibor. Kapsul ini dirancang untuk ditinggalkan di pohon. Dalam kedua kasus, mempertimbangkan untuk menyewa seorang profesional untuk melakukan aplikasi trunk. Metode terakhir untuk mengobati klorosis adalah melalui pengobatan tanah. Tes tanah harus diambil untuk menentukan pH tanah juga sebagai ketersediaan nutrisi yang dapat menyebabkan klorosis. Berdasarkan tes tanah, pH dikoreksi atau nutrisi yang diterapkan oleh pengeboran lubang di tanah dengan derajat empat puluh lima sampai kedalaman dua belas inci mulai 3-5 meter dari bagasi dan pergi sejauh keluar sebagai pohon adalah garis tinggi atau properti, yayasan, jalanjalan, dan jalan memungkinkan. GEJALA TANAMAN KEKURANGAN UNSUR HARA Kekurangan salah satu atau beberapa unsur hara akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak sebagaimana mestinya yaitu ada kelainan atau penyimpangan-penyimpangan dan banyak pula tanaman yang mati muda yang sebelumnya tampak layu dan mengering. Keadaan yang demikian akan merugikan petani dan tentu saja sangat tidak diharapkan oleh petani A. Gejala Kekurangan Unsur Hara Makro 1. Kekurangan Unsur Nitrogen ( N ) Gejala sehubungan dengan kekurangan unsur hara ini dapat terlihat dimulai dari daunnya, warnanya yang hijau agak kekuningan selanjutnya berubah menjadi kuning . Jaringan daun mati dan inilah yang menyebabkan daun selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan. Pada tanaman dewasa pertumbuhan yang terhambat ini akan berpengaruh pada pertumbuhan, yang dalam hal ini perkembangan buah tidak sempurna, umumnya kecil-kecil dan cepat matang. Kandungan unsur N yang rendah dapat menimbulkan daun penuh dengan serat, hal ini dikarenakan menebalnya membran sel daun sedangkan selnya sendiri berukuran kecil-kecil. 2. Kekurangan unsur fosfor ( P ) Sebagaimana telah dijelaskan bahwa fungsi fosfat dalam tanaman adalah: dapat mempercepat pertumbuhan akar semai, mempercepat dan memperkuat pertumbuhan tanaman dewasa pada umumnya, meningkatkan produk biji-bijian dan memperkuat tubuh tanaman padi-padian sehingga tidak mudah rebah. Karena itu defisiensi unsur hara ini akan menimbulkan hambatan pada pertumbuhan sistem perakaran, daun, batang seperti misalnya pada tanaman serealia (padi-padian, rumput-rumputan, jewawut, gandum, jagung) daunnya berwarna hijau tua/ keabu-abuan, mengkilap, sering pula terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah, selanjutnya mati. Tangkai daun kelihatan lancip. Pertumbuhan buah jelek, merugikan hasil biji.

3. Kekurangan Unsur Kalium ( K ) Defisiensi Kalium memang agak sulit diketahui gejalanya, karena gejala ini jarang ditampakkan ketika tanaman masih muda, jadi agak berlainan dengan gejala-gejala karena difisiensi N dan P Gejala yang terdapat pada daun terjadi secara setempat-setempat. Padapermulaannya tampak agak mengkerut dan kadang-kadang mengkilap dan selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampakmenguning, warna seperti ini tampak pula di antara tulang-tulang daun, pada akhirnya daun tampak bercak-bercak kotor, berwarna coklat, sering pula bagian yang bercak ini jatuh sehingga daun tampak bergerigi dan kemudian mati. Pada tanaman kentang gejala yang dapat dilihat pada daun yang mana terjadi pengkerutan dan peng-gulungan, warna daun hijau tua berubah menjadi kuning bertitik-titik coklat. Gejala yang terdapat pada batang yaitu batangnya lemah dan pendekpendek sehinga tanaman tampak kerdil. Gejala yang tampak pada buah misalnya buah kelapa dan jeruk banyak yang berjatuhan sebelum masak, sedang masaknya buahpun berlangsung sangat lambat. Bagi tanaman yang berumbi menderita defisiensi K hasil umbinya sangat kurang dan kadar hidrat arangnya demikian rendah. 4. Kekurangan Unsur Kalsium (Ca) Defisiensi unsur Ca meyebabkan terhambatnya pertumbuhan sistem perakara, selain akar kurang sekali fungsinyapun demikian terhambat, gejala-gejalanya yang timbul tampak pada daun, dimana daun-daun muda selain berkeriput mengalami per-ubahan warna, pada ujung dan tepi-tepinya klorosis ( berubah menjadi kuning) dan warna ini menjalar diantara ujung tulang-tulang daun, jaringan-jaringan daun pada beberapa tempat mati. Kuncup-kuncup yang telah tumbuh mati. Defisiensi unsur Ca menyebabkan pula pertumbuhan tanaman demi-kian lemah dan menderita. Hal ini dikarenakan pengaruh terkumpulnya zat-zat lain yang banyak pada sebagian dari jaringanjaringannya. Keadaan yang tidak seimbang inilah yang menyebabkan lemah dan menderitanya tanaman tersebut atau dapat dikatakan karena distribusi zat-zat yang penting bagi pertumbuhan bagian yang lain terhambat ( tidak lancar). 5. Kekurangan Unsur Magnesium ( Mg ) Unsur Mg merupakan bagian pembentuk klorofil, oleh karena itu kekurangan Mg yang tersedia bagi tanaman akan menimbulkan gejala gejala yang tampak pada bagian daun, terutama pada daun tua. Klorosis tampak pada diantara tulang-tulang daun, sedangkan tulang-tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau. Bagian diantara tulang-tulang daun itu secara teratur berubah menjadi kuning dengan bercak kecoklatan. Daun-daun ini mudah terbakar oleh terik matahari karena tidak mempunyai lapisan lilin, karena itu banyak yang berubah warna menjadi coklat tua/kehitaman dan mengkerut. Defisiensi Mg menimbulkan pengaruh pula pada pertumbuhan biji, bagi tanaman yang banyak menghasilakn biji hendaknya diperhatikan pemupukannya dengan Mg SO4, MgCO3 dan Mg(OH)2. 6. Kekurangan Unsur Belerang ( S ) Defisiensi unsur S gejalanya klorosis terutama pada daun-daun muda, perubahan warna tidak berlangsung setempat-tempat, melainkan pada bagian daun selengkapnya, warna hijau makin pudar berubah menjadi hijau yang sangat muda, kadang mengkilap keputih-putihan dan kadangkadang perubahannya tidak merata tetapi berlangsung pada bagian daun selengkapnya. Perubahan warna ini dapat pula menjadi kuning sama sekali, sehingga tanaman tampak berdaun kuning dan hijau, seperti misalnya gejala-gejala yang tampak pada daun tanaman teh di beberapa tempat di Kenya yang terkenal dengan sebutan Tea Yellows atau Yellow Disease B. Gejala Kekurangan Unsur Hara Mikro 1. Kekurangan Unsur Besi ( Fe ) Defisiensi zat besi sesungguh-nya jarang sekali terjadi. Terjadinya gejala-gejala pada bagian tanaman terutama daun yang kemudian dinyatakan sebagai kekurangan tersedia-nya zat Fe ( besi ) adalah karena tidak seimbang tersedianya zat Fe dengan zat kapur pada tanah yang berkelebihan kapur dan yang bersifat alkalis. Jadi masalah ini merupakan masalah pada daerah daerah yang tanahnya banyak mengandung kapur. Gejala-gejala yang tampak pada daun muda, mula-mula secara setempat-tempat berwarna hijau pucat atau hijau kekuningan-kuningan, sedang tulangtulang daun tetap berwarna hijau serta jaringan-jaringannya tidak mati. Selanjutnya pada tulangtulang daun terjadi klorosis yang tadinya berwarna hijau berubah menjadi warna kuning dan ada pula yang menjadi putih. Gejala selanjutnya yang paling hebat terjadi pada musim kemarau, daun-

daun muda yang banyak yang menjadi kering dan berjatuhan. Tanaman kopi yang ditanam didaerah-daerah yang tanahnya banyak mengandung kapur, sering tampak gejala-gejala demikian. 2. Kekurangan Unsur Mangan (Mn) Gejala-gejala dari defisiensi Mn pada tanaman adalah hampir sama dengan gejala defisiensi Fe pada tanaman. Pada daun-daun muda diantara tulang -tulang daun secara setempat-setempat terjadi klorosis, dari warna hijau menjadi warna kuning yang selanjutnya menjadi putih. Akan tetapi tulang-tualng daunnya tetap berwarna hijau, ada yang sampai ke bagian sisi-sisi dari tulang. Jaringan-jaringan pada bagian daun yang klorosis mati sehingga praktis bagian-bagian tersebut mati, mengering ada kalanya yang terus mengeriput dan ada pula yang jatuh sehingga daun tampak menggerigi. Defisiensi ter-sedianya Mn akibatnya pada pembentukan biji-bijian kurang baik. 3. Kekurangan Unsur Borium ( B ) Walaupun unsur Borium sedikit saja diperlukan tanaman bagi pertumbuhannya tetapi kalau unsur ini tidak tersedia bagi tanaman gejalanya cukup serius, seperti: * Pada bagian daun, terutama daun-daun yang masih muda terjadi klorosis, secara setempatsetempat pada permukaan daun bagian bawah, yang selanjutnya menjalar ke bagian tepi-tepinya. Jaringan-jaringan daun mati. Daun-daun baru yang masih kecil-kecil tidak dapat berkembang, sehingga per-tumbuhan selanjutnya kerdil. Kuncup-kuncup yangmatiberwarnahitam/coklat. * Pada bagian buah terjadi penggabusan, sedang pada tanaman yang menghasilkan umbi, umbinya kecil kecil yang kadang-kadang penuh dengan lubang-lubang kecil berwarna hitam, demikian pula pada bagian akar-akarnya. 4. Kekurangan Unsur Tembaga ( Cu ) Defisiensi unsur tembaga akan menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut: * Pada bagian daun, terutama daun-daun yang masih muda tampak layu dan kemudian mati (die back), sedang ranting-rantingnya berubah warna menjadi coklat dan ahkirnya mati. * Pada bagian buah, buah-buah tanaman umumnya kecil-kecil berwarna coklat pada bagian dalamnya sering didapatkan sejenis perekat ( gum ).Gejala-gejala seperti terdapat pada tanaman penghasil buah-buahan ( yang kekurangan zat Cu ), seperti tanaman jeruk, apel, peer dan lain-lain. 5. Kekurangan Unsur Seng/Zinkum ( Zn) Tidak tersediannya unsur Zn bagi pertumbuhan tanaman meyebabkan tanaman tersebut mengalami beberapa pen-yimpangan dalam per-tumbuhannya. Penyimpangan ini menimbulkan gejala-gejala yang dapat kita lihat pada bagian daun-daun yang tua: *Bentuk lebih kecil dan sempit dari pada bentuk umumnya. *Klorosis terjadi diantara tulang-tulang daun. * Daun mati sebelum waktunya, kemudian berguguran dimulai dari daun-daun yang ada di bagian bawah menuju ke puncak. 6. Kekurangan Unsur Molibdenum (Mo) Molibdenum atau sering pula disebut Molibdin tersedianya dalam tanah dalam bentuk MoS2 dan sangat dipengaruhi oleh pH, biasanya pada pH rendah tersedianya bagi tanaman akan kurang. Defisiensi unsur ini menyebab-kan beberapa gejala pada tanaman, antara lain per-tumbuhannya tidak normal, terutama pada sayur-sayuran. Secara umum daun-daunnya mengalami perubahan warna, kadang-kadang mengalami pengkerutan terlebih dahulu sebelum mengering dan mati. Mati pucuk ( die back ) bisa pula terjadi pada tanaman yang mengalami kekurangan unsur hara ini. 7. Kekurangan Unsur Si, Cl Dan Na Unsur Si atau Silisium hanya diperlukan oleh tanaman Serelia misalnya padi-padian, akan tetapi kekurangan unsur ini belum diketahui dengan jelas akibatnya bagi tanaman. Defisiensi unsur Cl atau Klorida dapat menimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang abnormal ( terutama pada tanaman sayur-sayuran), daun tampak kurang sehat dan berwarna tembaga. Kadang-kadang pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan kapas menunjukkan gejala seperti itu. Defisiensi unsur Na atau Natrium bagi pertumbuhan tanaman yang baru diketahui pengaruhnya yaitu meng-akibatkan resistensi tanaman akan merosot terutama pada musim kering. Tanpa Na tanaman dalam pertumbuhan-nya tidak dapat meningkatkan kandungan air ( banyak air yang dapat dipegang per unit berat kering ) pada jaringan daun. Gejala-gejal lainnya belum diketahui secara

jelas. 8. Unsur Fungsional / Beneficial Element Unsur fungsional adalah unsur -unsur yang belum memenuhi kriteria unsur essensial seperti yang dikemukakan oleh ARNON & STOKT sehingga unsur-unsur ini tidak dapat digolongkan dalam unsur essensial, namun untuk penting untuk tanaman-tanaman tertentu. Dengan adanya unsur fungsional ini dapat lebih memperbaiki pertumbuhan dan kualitas hasil atau dengan kata lain, tanpa unsur fungsional ini tanaman tetap dapat men-yelesaikan siklus hidupnya dengan sempurna dan normal tetapi dengan adanya unsur ini maka pertumbuhan dan kualitas akan lebih baik pada hasil tanaman tertentu, misalnya mentimun dapat mengantikan sebagaimana peranan K pada tanaman kelapa. Contoh lain dengan pemberian Na pada tanaman bit gula ( Beta vulgaris ) akan memperbesar umbi dua sampai tiga kali. Dari hasil -hasil percobaan, ternyata pada tanaman kenaf dan Rosela ( tanaman serat ) didapatkan bahwa kalau tanaman diberikan NaCl 100 ppm maka pertumbuhan lebih baik dan berat kering meningkat jika dibandingkan dengan tanpa pemberian NaCl.

Anatomi dan morfologi organ utama tanaman Tanaman berbiji mendominasi lansekap modern. Merek termasuk tidak hanya pohon pohon yang menghasilkan cone (gymnosperma) seperti cycads, pines, cedars dan spruces, tapi juga tanaman yang menghasilkan buah, tanaman berbunga (angiosperma). Tanaman berbunga dibagi menjadi Dikotil dan Monokotil. Masing masing biji berisi embrio yang setidaknya memiliki 1 daun khusus, atau kotiledon, termodifikasi untuk penyimpanan makanan atau absorbsi. Jumlah daun biji merupakan sifat yang digunakan untuk membedakan 1 tanaman dengan yang lainnya, tapi karena ini ada dalam benih dan tidak mudah diihat langsung, karakteristik lain juga digunakan untuk membedakan antar tanaman. 1. Dikotil dicirikan oleh adanya 2 kotiledon pada embrio, bagian bunga kebanyakan 4 atau 5, berkambium, berkas pengangkut membentuk melingkar dengan pit pusat, berbentuk herbaceous atau woody (berkayu), dan daun kebanyakan bertulangdaun menjari. Dikotil merupakan grup yang lebih besar dari Monokotil. Contoh umum, sebagian besar pohon dan semak, seperti eucalyptus, anyelir, kentang. Monokotil dicirikan oleh adanya 1 kotiledon pada embrio, bagian bunga kebanyakan 3, tanpa cambium, berkas pengangkut tersebar pada batang (pada pith atau jaringan dasar). Hampir semua bentuk semak dengan daun bertulang parallel. Contoh umum adalah jagung, bamboo, tebu, lili, anggrek dan palem.

2.

3.1. Akar Pada kebanyakan tanaman berpembuluh, akar menjadi bagian sporofit yang terletak di bawah tanah dan terutama terlibat dalam penyerapan air dan mineral, serta membuat tanaman dapat berdiri tegak. Dua fungsi lainnya adalah sebagai tempat penyimpanan dan penghubung. Kebanyakan akar berfungsi sebagai penyimpan, seperti pada wortel, bit gula dan ketela rambat. 3.1.1. Organisasi ujung akar Meristem apikal akar sangat mirip dengan meristem apical pucuk, memiliki 3 daerah meristem, protoderm (berkembang menjadi epidermis), prokambium (berkembang menjadi stele) dan meristem dasar (yang membentuk korteks); juga, meristem apikal akar membentuk sel sel di depan posisinya yang membuat tudung akar dan bertugas untuk melindungi meristem apikal akra pada saat akar menembus tanah. Sistem perakaran tidak memiliki kutikula.

Sel sel protoderma memanjang dan memiliki vakuola dan, sedikit jauh dari ujung akar, banyak yang tumbuh menonjol membentuk RAMBUT AKAR. Rambut akar ini berkembang dengan cepat dan menembus partikel tanah. Dinding selnya yang tipis menyerap air (dan ion ion mineral) secara bebas. Zona rambut akar disebut juga lapisan piliferous akar, meningkatkan permukaan penyerapan akar secara luar biasa. Diperkirakan tanaman rye yang tumbuh cepat akan membentuk 5 km akar baru dan 100 km rambut akar per hari. Masa hidup rambut akar sangat pendek. Pada akar yang lebih tua, penyerapan erakhir dan permukaan membentuk kitin (cutinized). Akar lateral berasal dari sekelompok sel sel (perisikel) di dalam akar dan berlawanan dengan ujung protoxylem. Massa sel sel kecil berbentuk kerucut terbentuk dan tumbuh di sebelah kanan axis akar utama, setelah beberapa waktu, menembus epidermis. Anatomi dan organisasinya sama persis dengan akar utama. 3.1.2 Anatomi akar (Gambar hal 11) Penampang melintang akar, dilihat di bawah mikroskop, memperlihatkan fitur fitur berikut: 1. Epidermis atau lapisan piliferous dengan akar rambut Akar rambut dihasilkan pada daerah muda akar di belakang ujung akar, dan pada akar tua mungkin mengkerut atau menghilang. 2. Korteks Daerah yang lebar, homogen, terdiri dari sel sel parenkim berdinding tipis, dengan ruang antar sel yang besar. Sel selnya seringkali berisis butiran pati, terutama pada bagian akar yang lebih tua. 3. Endodermis Bagian terdalam dari korteks dan biasanya merupakan lapisan yang khas, selebar 1 sel, dan dapat dibedakan karena menyerupai pita dengan penebalan dinding, disebut pita kaspari. 4. Stele, terdiri dari:

(i) Perisikel : lapisan sel sel berdinding tipis, berada persis disebelah dalam endodermis. Akar lateral muncul dari perisikel, pada poin yang berlawanan dengan protoxylem (ii) Xylem : terdiri dari baigan dengan dinding tebal, berlignin, dengan susunan radial 3, 4, 5, atau 7 pada akar dikotil, dan mencapai 30 kelompk pada akar monokotil. (iii) Floem : terdiri dari banyak kelompok seperti xylem, terletak diantara kelompok protoxylem. 3.2. Batang (Gambar hal 13) Batang berfungsi terutamanya untuk mendukung daun sehingga daun selalu terekspos ke sinar matahari. Bunga dan buah juga tumbuh pada batang dan cabang cabangnya. Batang bertugas membawa air dan larutan mineral ke atas dan mengantarkan hasil fotosintesis pada daun ke arah bawah. Banyak batang termodifikasi sebagai tempat penyimpanan makanan, ada juga yang berfungsi sebagai organ berfotosintesis, lainnya merupakan alat perbanyakan vegetative (reproduksi aseksual).

3.2.1. Organisasi ujung batang (Gambar hal 14). Dua region pada meristem apikal 1. 2. Daerah luar 1- 4 lapis dimana divisi sel terjadi secara anti-klinal, yaitu vertical terhadap permukaan; mengakibatkan peningkatan luas permukaan dan sedikit penambahan kedalaman; daerah ini disebut TUNICA Dibawah tunika, sel membelah ke seluruh arah, meningkatkan volume jaringan; daerah ini disebut CORPUS.

Jika sel sel baik tunika maupun korpus membelah dengan kecepatan yang sama, akan menghasilkan lapisan permukaan yang lebih luas dan lapisan superficial akan terbentuk. Pengaturan pertama untuk ini adalah divisi periklinal (misalnya parallel terhadap permukaan) pada lapisan kedua tunika, lalu pembelahan akan terjadi lagi dan membentuk tonjolan yang khas pada jaringan. Ini adalah primordial daun, membelah cepat dan membentuk organ kecil berwarna hijau. Dengan penumbuhan ujung batang, lapisan baru terbentuk pada apex, dan primordial daun baru terbentuk. Proses inilah yang membuat filotaksis pada tunas, susunan khas pada batang yang merupakan karakteristik individu pada spesies. Meristem apikal dapat dibedakan menjadi 3 daerah meristematik. 1. 2. 3. Protoderm, yang nantinya membentuk epidermis, lapisan terluar sel sel tunas Prokambium, membentuk berkas pengangkut Meristem dasar, membentuk korteks dan pith.

Sangat kecilnya meristem apikal membuatnya sangat sulit untuk diambil dan dikulturkan, biasanya disebut MERISTEM CULTURE sebenarnya merupakan SHOOT TIP CULTURE atau kultur ujung tunas, dimana eksplan terdiri dari meristem apikal dengan 1 atau 2 primordia daun dengan tunas aksiler. 3.2.2 Anatomi batang Jika batang dipotong melintang beberapa cm dari ujung tunas dan dilihat di bawah mikroskop, jaringan berikut akan tampak (gambar hal 14): 1. 2. 3. Epidermis : lapisan tunggal, terluar, dari sel parenkim dengan dinding luar diselimuti kutin, kadang kadang memiliki rambut dengan banyak sel atau satu sel pada interval. Korteks : terdiri dari sel besar berdinding tipis (parenkim) dengan banyak ruang antar sel, dan mungkin memiliki pita skelerenkim di bagian luar. Stele : silinder pusat, terdiri dari:

a) Cincin berkas pengangkut b) Pith (medulla) menempati tengah batang dan terdiri dari sel sel parenkim besar berdinding tipis. Setiap berkas pengangkut terdiri dari xylem dan floem, dan pada batang dikotil, memiliki zona cambium, yaitu daerah meristematik yang terdiri dari 2 4 lapisan sel sel kecil, berdinding tipis yang ada diantara xylem dan floem. Kambium (satu lapis) membentuk sel sel baru yang akan pada saat dewasa menjadi xylem dan floem (Gambar hal 15).

Batang monokotil berbeda dengan dikotil dimana berkas pengangkut umumnya tersebat pada batang dan tidak memiliki kambium (gambar hal 16). Inilah sebabnya kenapa monokotil tidak dapat diperbanyak dengan tunas atau sambungan. Penebalan sekunder pada batang dikotil biasanya tidak terjadi pada batang monokotil dan tidak akan pernah menghasilkan silinder berkayu yang besar yang sangat khas pada dikotil. 3.3. Anatomi daun 3.3.1. Daun Dorsiventral (gambar hal 17). Daun pada banyak dikotil (dan sebagian monokotil) bersifat dorsiventral, yaitu memiliki permukaan atas (adaxial) dan bawah (abaxial) yang berbeda secara morphologis. 1. 2. Epidermis atas terdiri dari satu lapis sel, berbentuk persegi, dinding terluarnya ditutupi oleh kutikula, dan tidak mengandung kloroplas. Beberapa stomata, jika ada, dapat ditemui pada epidermis atas. Mesofil Palisade. Terletak persis di bawah epidermis atas dan terdiri dari satu atau lebih lapisan yang agak sempit, sel sel berdinding tipis yang sangat berdekatan, sel sel persegi memanjang ke arah epidermis. Masing masing sel terdiri dari banyak kloroplas. Ada system yang telah terbentuk dari ruang antar sel melalui jaringan ini. Mesofil bunga karang (spongy mesophyll). Terdiri dari sel berdinding tipis, longgar, bentuk tidak teratur, dimana banyak ruang antar sel. Kloroplas ada di sel sel ini, tapi dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan sel palisade. Epidermis bawah, serupa dalam struktur permukaan atas, tapi memiliki banyak stomata. Tiap pori stomata terbuka ke arah ruang antar sel besar yang disebut ruang substomata atau cavity. Sistem vaskular. Potongan ke arah daerah midrib menunjukkan bentuk xylem seperti bulan sabit ke arah permukaan atas daun dan floem ke arah permukaan bawah. Di atas dan di bawah benang vaskuler,m di sebelah epidermis atas dan bawah, jaringan mesofil digantikan oleh sel sel kolenkim yang meningkatkan kekuatan mekanis daun.

3. 4. 5.

3.3.2 Daun isobilateral (gambar hal 18) Daun isobilateral secara morfologi sama di kedua sisinya, meskipun masih ada permukaan abaxial dan adaxial, yang dapat dibedakan dari T.S (penanpang melintang) dengan melihat posisi xylem dan floem pada berkas pengangkutnya. Daun tipe ini biasanya berorientasi sehingga cahaya masuk merata pada kedua permukaan. Daun pada monokotil umumnya isobilateral.

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Nutrisi didapatkan dari makanan dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh. Penelitian di bidang nutrisi mempelajari hubungan antara makanan dan minuman terhadap kesehatan dan penyakit, khususnya dalam menentukan diet yang optimal. Pada masa lalu, penelitian mengenai nutrisi hanya terbatas pada pencegahan penyakit kurang gizi dan menentukan standard kebutuhan dasar nutrisi pada makhluk hidup. Angka kebutuhan nutrisi (zat gizi) dasar ini dikenal di dunia internasional dengan istilah Recommended Daily Allowance (RDA). Seiring dengan perkembangan ilmiah di bidang medis dan biologi molekular, buktibukti medis menunjukkan bahwa RDA belum mencukupi untuk menjaga fungsi optimal tubuh dan mencegah atau membantu penanganan penyakit kronis. Buktibukti medis menunjukkan bahwa akar dari banyak penyakit kronis adalah stres oksidatif yang disebabkan oleh berlebihnya radikal bebas di dalam tubuh. Penggunaan nutrisi dalam level yang optimal, dikenal dengan Optimal Daily Allowance (ODA), terbukti dapat mencegah dan menangani stres oksidatif sehingga membantu pencegahan penyakit kronis. Level optimal ini dapat dicapai bila jumlah dan komposisi nutrisi yang digunakan tepat. Dalam penanganan penyakit, penggunaan nutrisi sebagai pengobatan komplementer dapat membantu efektifitas dari pengobatan dan pada saat yang bersamaan mengatasi efek samping dari pengobatan. Karena itu, nutrisi / gizi sangat erat kaitannya dengan kesehatan yang optimal dan peningkatan kualitas hidup. Hasil ukur bisa dilakukan dengan metode antropometri.

You might also like