You are on page 1of 13

MATERI 14.DKK.05.

1
MENDESKRIPSIKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Keselamatan kerja merupakan suatu permasalahan yang banyak menyita perhatian berbagai organisasi saat ini karena mencakup permasalahan segi perikemanusiaan, biaya dan manfaat ekonomi, aspek hukum, pertanggungjawaban serta citra organisasi itu sendiri. Semua hal tersebut mempunyai tingkat kepentingan yang sama besarnya walaupun disana sini memang terjadi perubahan perilaku, baik di dalam lingkungan sendiri maupun factor lain yang masuk unsure eksternal industry. Philosophy K3 adalah upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan tenaga kerja dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat yang adil dan sejahtera. Berdasarkan definisi, keselamatan berarti suatu keadaan dimana seseorang terbebas dari peristiwa celaka dan nyaris celaka. Sedangkan kesehatan memiliki arti tidak hanya terbebas dari penyakit namun juga sehat atau sejahtera secara fisik, mental serta sosial. Jadi Keselamatan dan kesehatan kerja adalah seseorang terbebas dari celaka dan nyaris celaka dimanapun dia berada dan sehat secara rohani, jasmani maupun dilingkungan sosial. Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ditempat kerja adalah: 1. Menciptakan sistem kerja yang aman 2. Menjamin tercapainyan kesejahteraan pada pekerja, properti dan lingkungan dalam melaksanakan pekerjaan. B. Hazard Hazard/bahaya adalah suatu bahan/kondisi yang berpotensi menimbulkan

kerusakan/kerugian. Pada dasarnya hazard selamanya akan menjadi hazard, walaupun tidak menimbulkan kerugian konsekuensi pada manusia. Kerugian/konsekuensi baru muncul setelah adanya kontak pada manusia, melalui beberapa cara: 1. Manusia yang menghampiri bahaya 2. Bahaya yang menghampiri manusia 3. Manusia dan bahaya saling menghampiri. C. Resiko Resiko adalah suatu kemungkinan terjadinya dampak/konsekuensi pada kelompok/individu yang terpapar dengan hazard. Untuk mengelola resiko perlu adanya suatu manajmen resiko (risk management). Tujuan dari manajemen resiko adalah menimisasi kesempatan ataupun peluang.
Revisi Juli 2012 -- Halaman | 1

kerugian dan meningkatkan

D. Syarat-Syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja ditetapkan untuk : 1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan 2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran 3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan 4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatakan diri pada waktu kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya 5. Memberi pertolongan pada kecelakaan 6. Memberi alat pelindung diri (APD) pada pekerja 7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca sinar atau radiasi, suara dan getaran 8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat bekerja, baik fisik amupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan 9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai 10. Menyelenggarakan udara yang cukup 11. Menyelengarakan suhu dan lembab udara yang baik 12. Memelihara kebersihan, keselamatan dan ketertiban 13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja dan alat kerja 14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang 15. Mengamankan dan menyelenggarakan segala jenis bangunan 16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang 17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya 18. Menyesuaikan dan mempergunakan pengamanan pada pekerjaan yang berbahaya

kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. E. Sejarah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Falsafahnya 1. Sejarah K3 Keselamatan dan kesehatan kerja atau dalam bahasa inggrisnya Work and Health Safety mempunyai fungsi mencegah kecelakaan dan menjamin kesehatan ditempat tenaga kerja melakukan pekerjaan. Tidak seorangpun didunia ini yang ingin mengalami kecelakaan. Karena itu K3 bersifat umum dan ditujukan untuk keselamatan dan kesehatan seluruh umat manusia. Hal ini terbukti dengan diadakannya International conference di Roma pada tahun 1955 yang diikuti oleh 27 negara, di kota Brussel, Belgia. Pada tahun 1958 yang diikuti 0leh 51 negara , di Paris tahun 1961 dan yang keempat dilaksanakan di London Inggris. Semenjak manusia bekerja mulai dari zaman purbakala untuk keperluan hidup sehari-hari banyak yang telah mengalami cedera, luka dan sebagainya. Pengalaman demikian membuat mereka mencari jalan dan cara mencegah agar kecelakaan tidak terjadi. Masyarakat yang semula primitive lambat laun berkembang dan muali mengenal cara kerja untuk menghasilakan sesuatu yang dapat
Revisi Juli 2012 -- Halaman | 2

dipasarkan. Selama pekerjaan masih dikerjakan dengan tangan dan merupakan industry rumah yang bersifat peroranga, pencegahan kecelakaan tidak begitu sulit diatasi. Ia hanya memperbaikai alatalat dan cara kerjanya saja. Sifat-sifat yang demikian segera berobah sejak timbulnya Revolusi Industri. Hukum-hukum alam yang semula tidak disadari kini muali tersingkap dan dipelajari dengan seksama sehingga lahir ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan dengan praktis. Sejak itu industrei tumbuh dengan pesat, beraneka ragam dan serba rumit. Yang semula merupakan usha manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan industry kecil seperti menenun pakian dengan tangan, maka dengan penemuan-penemuan baru yang dimuali abad ke-18 dibangunalah pabrikpabrik tekstil raksasa. Penemuan yang satu selalu disusul dengan penemua-penemuan yang baru sehingga alat tangan sebagian besar berubah menjadi alat-alat mesin dan komputer. Siklus ini selalu berjalan dan berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sampai saat sekarang dan akan berlansung sepanjang manusia masih ada. Karena pada prinsipnya manusia ingin bekerja praktis, cepat, selamat, sehat dan tidak banyak menangung resiko terhadap keutuhan anggota badannya, sehingga ia akan selalu berusaha mengembangkan ilmu dan teknologinya untuk mencapainya. Jika kita ingat bahwa umat manusia semenjak dititahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa selalu menginginkan berada dalam keadaan selamat, sehat serta bahagia, dan selalu berikhtiar agar jasmani dan rohaniah tetap dalam keadaan utuh, berfungsi baik dan berkembang, maka problema keselamatan dan kesehatan kerja yang penting bagi kehidupan manusia tidak akan terhapus dan terus berkembang mengikuti jejak kemajuan teknik dan teknologi. Oleh seba itu dibuatlah peraturan-peraturan mengenai berbagai jenis keselamatan kerja seperti: a. Keselamatan Kerja dalam Industri (Industrial Safety) b. Keselamatan Kerja di Pertambangan (Mining Sefety) c. Keselamatan Kerja dalam Bangunan (Building and Construction Safety) d. Keselamatan Kerja Lalu Lintas (Traffic Safety) e. Keselamatan Kerja Penerbangan (Flight Safety) f. Keselamatan Kerja Kereta Api (Railway Safety) g. Keselamatan Kerja di Rumah (Home Safety) h. Keselamatan Kerja di Kantor (Office Safety) 2. Falsafah K3 Arti dan tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah Menjamin Keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya, tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya. Pendek dan jelas perumusan falsafah ini dan senantiasa dipakai sebagai dasar dan titik tolak dari setiap usaha keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam fasafah tercakup pandangan serta pemikiran filosofis, sosial-teknis dan sosial ekonomis. Keselamtan dan kesehatan kerja mempunyai sasaran terperinci sebagai berikut : a. Mencegah terjadinya kecelakaan b. Mencegah timbulnya penyakit akibat pekerjaan
Revisi Juli 2012 -- Halaman | 3

c. Mencegah/mengurangi kematian d. Mencegah/mengurangi cacad tetep e. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan-bangunan, alat-alat kerja, mesin-medin, instalasi-instalasi dan sebagainya f. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin kehidupan produktifnya g. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat-alat kerja dan sumber-sumber produksi lainlainnya sewaktu kerja dan lain sebagainya h. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, aman dan nyaman sehingga dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja i. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi, industri serta pembangunan. Kesemuanya itu menuju pada peningkatan taraf hidup (Standard of Living) dan kesejahteraan umat manusia. Di Indonesia setelah terbentuknya Negara Kesatuan Repuplik Indonesia, maka pada tangagal 6 Oktober 1950 dibentuk Kementerian Perburuhan, Sejak itu Negara Kesatuan Republik Indonesia berkedudukan di Jakerta dan mengalami perubahan dan perkembangan. Pada tanggal 10 Oktober 1950 debentuk Jawatan Pengawasan Keselamatan Kerja yang terdiri dari kantor pusat dan kantor daerah. Pada tanggal 1 Juli 1954 Jawatan Keselamatan Kerja digabungkan menjadi satu yaitu Jawatan Pengawasan Perburuhan. Beberapa tahun kedua jawatan ini tidak menguntungkan dan jalannya kurang lancar karena soal psikologis dan teknis penggambungan. Maka pada tanggal 1 Januari 1959 dengan peraturan Menteri Perburuhan tanggal 19 Desember 1958 no. 24 tahun 1958 diadakan perubahan terhadap peraturan Menteri Perburuhan tanggal 3 Mei 1954 no. 70 tahun 1954 dan dibentuk Jawatan Keselamatan Kerja dengan bentuk dan kedudukan seperti sekarang ini, terpish dari Jawtan Pengawasan Perburuhan. Yang dimaksud dengan tenaga kerja menurut Undang-undang tanggal 19 Nopember 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarat. Arti Tenaga Karja disini sangatlah luas, meliputi semua pejabat Negara seperti Presiden, Ketua MPR, DPA, DPR, Kopelisian, semua pengusaha, Buruh, pekerja dan sebagainya. Sedangkan tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk suatu keperluan atau suatu usha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya termasuk tempat kerja semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. F. Landasan Hukum Ada tiga alasan yang menyebabkan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yaitu: 1. Keselamatan adalah Hak Asasai Manusia (HAM) 2. HAM dilindungi oleh peraturan perundang-undangan
Revisi Juli 2012 -- Halaman | 4

3. Efisiensi atau mengurangi kerugian akibat kecelakaan kerja Untuk menjamin perlindungan pekerja atas keselamatan dan kesehatannya dalam bekerja, maka pemerintah mengatur pelaksanaanya dalam undang-undang: 1. Undang-undang No. 3 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 Mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor 2. Undang-undang No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja (lembaran Negara No. 55 Tahun 1969) 3. Undang-undang No. 1 Tahu 1970 Tentang Keselamatan Keselamatan Kerja (lemberana

Negara No. 1 Tahun 1970) 4. Undang-undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja 5. Undang-undang No. 23 Tahun1992 Tentang Kesehata Kesehatan 6. Undang-undang RI No. 25 Tahun 1991 Tentang Ketenaga Kerjaan 7. Keputusan Presiden RI No. 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja 8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.01/Men/1980 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan. 9. Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. Per.05/Men/1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) 10. Keputusan bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja nomor Kep. 174.Men/1986 bersama 104/KPTS/1986 Tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi. 11. Peraturan Pemerintah RI No. 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (pasal 30) 12. Standar K3 Internasional: a. Konvensi ILO No. 167 Tahun 1988, Tentang Safety and Health in Construction b. Rekomendasi ILO No. 175 Tahun 1988, Tentang Safty and Health inConstruktion c. ILO/OSH june 2001, Tentang Guidelines Onoccupational Safety and Health Managemant Systems (OSHMS) Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan meteri Tenaga Kerja Tahun 1986, memetapkan berlakunya Buku Pedoman Pelaksanaan Tentang Keselamatan dan Keshatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi. Persyaratan administrasi dan teknis K3 telah dirumuskan dalam buku pedoman tersebut. Pihak-pihak yang terlibat pada penyelenggaraan konstruksi perlu memahaminya dan membudayakannya. Pokok-pokok yang diatur dalam buku pedoman adalah: 1. Penyusunan Administrasi a. b. c. d. Ruang lingkup berlakunya peraturan Kewajiban umum Organisasi keselamtan dan kesehatan kerja Laporan kecelakaan
Revisi Juli 2012 -- Halaman | 5

e.

Keselamatan dan Kesehatan dan pertolongan pertama pada kecelakaan.

2. Persyaratan Teknis Pintu masuk/keluar, lampu/penerangan, ventilasi, kebersihan, pencegahan terhadap

kebakaran/perlindungan terhadap benda-benda jatuh dan bagian bangunan yang rubuh, tarli pengaman, kebisingan dan getaran (vibrasi), dan sebagainya 3. Persyaratan/Ketentuan lain-Lain Ketentuan teknis mengenai perancah, tangga peralatan pengangkat, tali, rantai, permesinan, peralatan, pekerjaan bawah tanah, pengalian-pengalian, pemancangan, pengerjaan beton, pembongkaran. G. Organisasi K3 Untuk menjamin pekerja agar sehat, selamat dan sejahtera serta mendapatkan kepuasan kerja, maka perusahaan perlu membentuk organisasi K3. Dibeberapa perusahaan organisasi ini dinamakan Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Occupupational Health an Safety/OHS), bagian keselamatan dan kesehatan kerja (OHS) atau bahkan digabungakan dengan kesehatan lingkungan menjadi bagian keselamatan, Kesehatan dan Lingkunagn (Safety Health and Evironment/SHE). Organisasi ini biasanya ada dibawah pengawasan Departeman Sumber Daya Manusia atau Departeman Produksi. Depnakertrans sendiri mensyaratkan dibentuknya Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang anggotanya terdiri dari 50% wakil manajmen dan 50% wakil pekerja. Organisasi ini berfungsi menangani masalah dibidang K3, memuat kebijakan atau prosedur kerja yang berguna dalam melindungi keselamatan dan kesehatan kerja. Dibidang jasa Konstruksi sendiri pelaksanakan dilakukan dengan : 1. Menganjurkan kontraktor kualifikasi besar wajib membentuk unit K3 pada kantor pusat perusahaannya dan harus dipimpin oleh orang yang telah mempunyai sertifikat 2. Membenahi ketentuan pelaksanaan pada proyek konstruksi yakni: a. Setiap proyek dikerjakan oleh kontraktor kualifikasi besar harus mengangkat satu orang yang khusus mengamati keselamtan dan kesehatan kerja dan orang tersebut dinamakan Safety Construction Engeneer dan petugas ini pada dasarnya harus mempunyai sertifikat. b. Demikian pula pada proyek konstruksi tersebut, pemilik proyek harus mengangkat pula seorang yang menangani keselamatan dan kesehatan kerja dan dinamakan Safety Construction Officer. H. Manajemen K3 Dalam menciptakan tenaga kerja yang produktif, sehat dan berkualitas dibutuhkan suatu sistem manajemen yang khusus mengatur K3, bertujuan untuk: 1. Sebagai alat untuk mencapaiderajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri atau pekerja-pekerja bebas.

Revisi Juli 2012 -- Halaman | 6

2.

Sebagai upaya pembebasan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, dan gizi tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktifitas tenaga manusia, pemberantasan kelelahan kerja dan pelipat ganda kegairahan serta kenikmatan kerja. Manajmen memiliki kewenangan dalam mengontrol setiap aktivitas kerja. Namun sering

kali aktivitas tersebut tidak terkontrol dengan baik disebabkan karena : 1. Manajemen K3 yang kurang terencana dengan baik 2. Kurang tepat atau kurang mendalamnya perencanaan 3. Pelaksanaan stsndar yang tidak tepat Oleh karena adanya kelemah-kelemahan perncanaan manajmen K3 pada suatu proyek, maka perencanaan Manajmen K3 minimal harus meliputi: 1. Kepemimpinan dan administrasinya 2. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja terpadu 3. Pengawasan 4. Analisis pekerjaan dan procedural 5. Penelitian dan analisis pekerjaan 6. Latihan bagi tenaga kerja 7. Pelayanan kesehatan kerja 8. Penyediaan alat perlindungan diri 9. Peningkatan kesadaran terhadap keselamatan dan kesehatan kerja 10. Sistem pemeriksaan dan pendataan. I. Kasus-Kasus Kecelakaan Kerja Berbagai kejadian/kasus yang terjadi dilingkungan pekerjaan ynang selalu mengintai dan mengikuti setiap pekerja. Oleh karena itu penerapan prosedur K3 dimanapun manusia/tenaga kerja melakukan aktifitas selalu harus diterapkan, kalau tenaga kerja bersangkutan tidak ingin mendapatkan resiko tentang kecelakaan kerja. Kasus-kasus selama ini yang telah terjadi pada seluruh sektor kegiatan tenaga kerja dan biaya/santunan yang harus dibayarkan dapat disampaikan sebagai berikut: Tabel Kasus Semua Sektor Kerja Periode Tahun 2002 s.d. 14 Januari 2005 Total Kasus 305.068 Jumlah Kasus Cacat Fungsi 305.068 Akibat Kecelakaan Cacat Sebagian Cacat Total Meninggal Sembuh Uang Kuburan Santunan Berkala Penganti Biaya (Trasportasi, Obat, Rawat Inap, 20.178 551 5.387 269.835 231.2 Miliyar 7.75 Miliyar 159 Miliyar 5 Miliyar 5 Miliyar 1.49 Miliyar 242.7 Miliyar Pembayaran Santunan (Rp.) 50 Miliyar

Revisi Juli 2012 -- Halaman | 7

Jasa Dokter, dll) T o t a l Ja m i n a n Sumber PT. Jamsostek (Persero) Pusat-diolah

541 Miliyar

Kasus-kasus selama ini yang telah terjadi pada sektor jasa konstruksi dan biaya/santunan yang harus dibayarkan dapat disampaikan sebagai berikut: Tabel Kasus Sektor Jasa Konstruksi Periode Tahun 2002 s.d. 14 Januari 2005
Total Kasus 9.316 Jumlah Kasus Cacat Fungsi 6.436 Akibat Kecelakaan Cacat Sebagian Cacat Total Meninggal Sembuh Uang Kuburan Santunan Berkala Penganti Biaya (Trasportasi, Obat, Rawat Inap, Jasa Dokter, dll) T o t a l Ja m i n a n 2.908 175.769 1.7.18 86.077 15.95 Miliyar 9.95 Miliyar 2.47 Miliyar 50.68 Miliyar 1.59 Miliyar 0.3 Miliyar 77.42 Miliyar 172.5 Miliyar Pembayaran Santunan (Rp.) 14.3 Miliyar

Sumber PT. Jamsostek (Persero) Pusat-diolah Memperhatikan kedua tabel di atas, bahwa angka kecelakaan kerja pada semua sektor pekerja sangat tinggi dan mengakibatkan kerugian/pengeluaran dana yang sangat tinggi. J. Penyebab Kecelakaan Kerja Penyebab kecelakaan tentu ada sebabnya, penyebab kecelakaan digolongkan dalam dua kelompok besar yaitu kecelakaan yang disebabkan oleh faktor manusia, faktor konstruksi, peralatan dan lingkungan. 1. Faktor Manusia Bahaya kecelakaan umumnya disebabkan oleh manusia itu sendiri, antara lain karena kurangnya pengertian mengenai K3, kurangnya disipelin teknik serta kondisi mental pekerja, misalnya : a. b. c. Emosional Kejenuhan dan lain-lain

2. Faktor Konstruksi, Peralatan dan Lingkungan Bahaya kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor konstruksi, peralatan dan lingkungan, antara lain disebabkan oleh : a. b. c. d. Tidak adanya perencanaan K3 Kurangnya pengamanan Penggunaan/pengoperasian peralatan yang tidak benar/tidak sesuai Kegagalan konstruksi

Revisi Juli 2012 -- Halaman | 8

e.

Keadaan lingkungan yang tidak baik misalnya lapangan atau tempat kerja licin, gelap atau ruangan pengap, dll. Berdasarkan data dari organisasi buruh dunia (ILO), sebab dari kecelakaan kerja yaitu :

1.

Tindakan tidak aman (80%) Bisa berasal dari tingkah laku/sikap yang tidak aman, kelelehan, kurangnya

pengetahuan/keterampilan, cacat tubuh yang tidak terlihat.


2.

Kondisi yang tidak aman (20%) Bila berasal dari peralatan, lingkungan proses, metode kebijakan perusahaan. Sebagaimana yang telah dipaparkan, ada beberapa kecelakaan kerja yang paling sering

terjadi pada pekerjaan konstruksi. Kecelakaan kerja tersebut disebabkan : 1. Kecelakaan Karena Pengangkutan Alat Yang Bergerak dan Lalu Lintas (30%) Kecelakaan ini biasanya disebabkan: a. b. c. d. e. 2. Penempatan bahan dan peeralatan yang kurang baik Disipelin yang kurang dari operator dalam nengangkut barang dan alat Pengoperasian alat oleh tenaga yang belum terampil Terlalu banyaknya muatan Tidak ada atau kurang memadainya rambu/tanda lalu lintas atau pengaman. Kecelakaan Kejatuhan Benda (29%) Kecelakaan ini biasanya disebabkan oleh : a. b. c. Kurang baik atau tidak tepatnya pemasangan dan penggunaan bahan atau alat kerja Tidak tepatnya pengamanan terhadap benda-bend yang jatuh Mengangakat alat atau bahan ketempat yang tinggi secara tidak benar, terlalu banyak atau terlalu berat. d. 3. Tidak mengenakan topi pelindung/helm kepala Kecelakaan Karena Tergelincir, Terpukul, Karena Benda Tajam.Keras (26 %) Kecelakaan ini karena disebabkan : a. b. c. 4. Jalan yang dilalui terlalu licin, berdiri atau berjalan pada tempat yang tidak seharusnya dilalui Terkena benda tajam karena membiarkan pakunya tidak dimatikan/benanamkan Kecelakaan karena terpukul akibat kelalaian sendiri. Kecelakaan Karena Jatuh dari Tempat yang Tinggi (10%) Kecelakaan ini biasanya disebabkan oleh : a. b. c. d. e. Bekerja pada ketinggian tanpa pengaman yang cukup Pekerjaan diding/turap yang banyak menggunakan perancah Tenaga yang tidak kokoh Jatuh dari lubang Peralatan kerja yang tidak nutuh.

Revisi Juli 2012 -- Halaman | 9

5. Kecelakaan Karena Terkena Aliran Listrik (5%) Kecelakaan ini banyak disebabkan oleh : a. b. Pekerja menyentuh kabel listrik atau panel yang rusak Terjadi kebakaran diproyek. Kebakaran inji dimungkinkan karena terjadi arus pendek, bahan kimia yang peka bergesekan/panas tidak ditempatkan yang semestinya sesuai petunjuk pabriknya. c. Kurangnya pengaman seperti lingkungan kerja yang tidak rapid an kesalahan penempatan bahan-bahan yang memiliki kepekaan yang tinggi menyebabkan terjadinya ledakan. Dari data statistik kecelakaan kerja di atas kemudian dilakukan analisis yang digolongkan dalam 2 bagian yaitu : 1. Menyangkut Kondisi Kerja a. Peralatan yang tidak sempurna b. Penerangan yang tidak sempurna c. Ventilasi tidak sempurna d. Tekanan udara tidak aman e. Getaran berbahaya f. Bising g. Pengamanan tidak sempurna h. Perlengkapan tidak aman i. Iklim kerja tidak aman j. Dan lain-lain 2. Menyangkut Proses Kecelakaan Terjadi adalah sebagai berikut: a. Terbentur b. Terpukul atau tertimpa c. Terperangkap d. Terjatuh (pada level yang sama) e. Jatuh (dari tempat tertentu) f. Tergelincir g. Terkampar h. Mengisap bahan berbahaya i. Tersentuh listrik j. Tenggelam k. Tertimbun l. Tergigit m. Dan lain-lain Akibat dari kecelakaan kerja yang telah terjadi maka korban dapat digolongkan beberapa kategori yaitu:
1. 2.

Meninggal, luka berat dan sedang Luka ringan


Revisi Juli 2012 -- Halaman | 10

3.

Semantara tidak dapat bekerja (STMB), dalam arti kehilangan jam kerja dierhitungan, yaitu 2 hari atau lebih.

4.

Cacat permanen dan cacat sementara. Kerugian akibat kecelakaan kerja dapat dihitung dalam beberapa aspek seperti :

a. Korban manusia b. Biaya pengobatan dan rehabilitasi c. Jam kerja hilang d. Penggunaan peralatan tidak maksimal e. Penurunan rehabilitasi perusahaan. Akibat lain dari kecelkaan kerja yang seyogianya dapat dihindari dan perlu dicatat adalah penurunan nialai asset, penurunan produksi, kerusakan lingkungan dan ketidaknyamanan masyarakat karena gangguan terhadap proses produksi. K. Penyebab Penyakit Akibat Kerja Penyebab penyakit akibat kerja berasal dari berbagai hal antar alain penyebab factor fisik, kimia, biologis, mental-psikologis dan fisologi. 1. Faktor Fisik a. b. c. Suara bising atau gaduh yang dapat menyebabkan ganguan pendengaran Suhu yang tinggi atau terlalu rendah Getaran yang mampu mengganggu sirkulasi darah dan saraf (sindrom vibrasi, ray naund phenomena dan lain-lain) d. Penerangan yang kurang atau terlalu kuat, sinar infra merah yang dapat merusak mata, sinar ultra violet yang dapat menimbulkan peradangan e. Radiasi sinar radio aktif dapat menyebabkan sakit tumor atau kanker.

2. Faktor Kimia a. b. c. d. e. Gas yang berbahya seperti aminiak, Co, H2S Uap logam yang dapat menimbulkan penyakit kulit Semen menimbulkan sakit kulit Cat dapat menimbulkan sakit dada Debu dapat menimbulkan sakit paru atau asma.

3. Faktor Biologis a. Cacing, serangga b. Bakteri, Virus c. Jamur menimbulkan penyakit kulit/panu d. Getah, tumbuhan menyebabkan penyakit kulit. 4. Faktor Mental Psikologis a. Ketegangan kerja karena pekerjaan yang tidak sesuai bakat/pendidikan b. Stress akibat beben kerja atau tanggung jawab yang terlalu berat c. Tidak mampu bekerja sama dengan teman sekerja.
Revisi Juli 2012 -- Halaman | 11

5. Faktor Fisologi a. Mengangkat barang yang terlalu berat b. Cara kerja yang tidak benar c. Kelelahan fisik karena kesalahan konstruksi/mesin/peralatan d. Kerja dengan berdiri terus-menerus mengakibatkan varises. Berikut ini contoh penyakit akibat kerja: 1. Pengemudi traktor, Road Roller, Crane : a. Timbulnya keletihan dibagian leher dan bahu b. Sakit pegal pada tulang belakang (syndrome sciatica) c. Terjadi kerusakan kecil pada persendian tulang belakang. 2. Bekerja dengan peralatan yang bergetar: Power chain shaw, Vibrating Plate Templer, Concrete Vibrator dapat mengakibatkan sisrkulasi darah tepid an gangguan saraf, antara lain a. Waxy White Finger atau disebut White Finger Disease b. Finger Cynosis, Fimger Numbness c. Foot Numbness d. Lowback Pain (Lumbago) e. Vibration Syndrom f. Gangguan pendengaran sampai tuli. 3. Operator : Generator, Tiang Pancang, Stone Crusher dan sebagainya: a. Gangguan pendengaran yang mampu mengakibatkan ketulian b. Pada tempat tertutup dapat menyebabkan ganguan pernafasan taupun heart sroke. c. Pneumoconiosis 4. Tukang Kayu (Carpenter, Joiner) a. Sakit pinggul dan tulang belakang b. Syndrome sciatica c. Degenersi tulang pinggang (lumbal spine) akibat beban yang terus menerus d. Nyeri pada lutut (patela0 krepitasi sampai terjadinya degenersi persendian lutut. 5. Tukang Batu a. Semen damatis atau peradngan kulit akibat kontak dengan semen b. Kelelahan pinggang terutama adanya rasa nyeri di daerah lumbal bagian bawah 6. Tukang Las a. Conjuctivitism yaitu radang pada conjunctiva (selaput putih) b. Retnis sampai terjadi luka di retina c. Heart cataract, akibat radiasi panas yang terus menerus d. Ganguan pernafasan dari uap/gas yang timbul pada pengelasan e. Kelainan kulit akibat terbakar 7. Pekerjaan dengan Bahan Peledak Dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada system darah/system syaraf yang terjadi karena keracunan asam nitrat.
Revisi Juli 2012 -- Halaman | 12

8. Pekerjaan Pengcatan (Tukang Cat, Tukang Kapur, dll) a. Dapat menyebabkan gejala batuk ringan sampai dengan gangguan pernafasan b. Neumokoniosis, asthma-brohcialler c. Peradangan kulit d. Penyakit ginjal, sampai dengan terjadinya kerusakan glomerus, akibat terpapar oleh sylene, toluene dan sbagainya. e. Gangguan pencernaan, mual-mual sampai terjadi peradangan (gastritis akut). 9. Petigas Laboratorium Khususnya pada laboratorium aspal, mereka dapat terpapar oleh xylene white spirit, methilene chloride yang dapat berakibat adanya ganguan pada system darah pada orgrn-orgen haemopoictic dan gangguan faal hati. 10. Pekerjaan Kantor Administrasi dan lain-lain a. Syndrome sciatic b. Gangguan penglihatan c. Gangguan pernafasan d. Psikosomatis. Petugas survey, pekerjaan pada jaringan irigasi, rawa-rawa, sungai : Heart stoke, Atheletes foot, jamur akibat basah dan lembab, malaria, penyakit kulit akibat serangga, gangguan pencernaan, mual, muntah-muntah hingga peradangan.

Revisi Juli 2012 -- Halaman | 13

You might also like