You are on page 1of 7

Peran enzim dalam metabolisme

Enzim merupakan biomolekul yang mengkatalis reaksi kimia, di mana hampir semua enzim adalah protein. Pada reaksi-reaksi enzimatik, molekul yang mengawali reaksi disebut substrat, sedangkan hasilnya disebut produk.[1] Cara kerja enzim dalam mengkatalisis reaksi kimia substansi lain tidak merubah atau merusak reaksi ini.[2] Peran enzim dalam metabolisme Metabolisme merupakan sekumpulan reaksi kimia yang terjadi pada makhluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup.[3] Reaksi-reaksi ini meliputi sintesis molekul besar menjadi molekul yang lebih kecil (anabolisme) dan penyusunan molekul besar dari molekul yang lebih kecil (katabolisme). Beberapa reaksi kimia tersebut antara lain respirasi, glikolisis, fotosintesis pada tumbuhan, dan protein sintesis. Dengan mengikuti ketentuan bahwa suatu reaksi kimia akan berjalan lebih cepat dengan adanya asupan energi dari luar (umumnya pemanasan), maka seyogyanya reaksi kimia yang terjadi pada di dalam tubuh manusia harus diikuti dengan pemberian panas dari luar. Sebagai contoh adalah pembentukan urea yang semestinya membutuhkan suhu ratusan derajat Celcius dengan katalisator logam, hal tersebut tidak mungkin terjadi di dalam suhu tubuh fisiologis manusia, sekitar 37 C. Adanya enzim yang merupakan katalisator biologis menyebabkan reaksi-reaksi tersebut berjalan dalam suhu fisiologis tubuh manusia, sebab enzim berperan dalam menurunkan energi aktivasi menjadi lebih rendah dari yang semestinya dicapai dengan pemberian panas dari luar. Kerja enzim dengan cara menurunkan energi aktivasi sama sekali tidak mengubah G reaksi (selisih antara energi bebas produk dan reaktan), sehingga dengan demikian kerja enzim tidak berlawanan dengan Hukum Hess 1 mengenai kekekalan energi.[4] Selain itu, enzim menimbulkan pengaruh yang besar pada kecepatan reaksi kimia yang berlangsung dalam organisme. Reaksi-reaksi yang berlangsung selama beberapa minggu atau bulan di bawah kondisi laboratorium normal dapat terjadi hanya dalam beberapa detik di bawah pengaruh enzim di dalam tubuh.[5]

Metabolisme : Katabolisme dan Anabolisme


Metabolisme adalah reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam sel. Reaksi kimia ini akan mengubah suatu zat menjadi zat lain. Metabolisme sel dapat dibagi menjadi dua, yaitu katabolisme dan anabolisme. Katabolisme adalah proses penguraian senyawa untuk menghasilkan energi. Sedangkan, anabolisme adalah proses sintesis senyawa atau komponen dalam sel hidup. Umumnya, dalam proses metabolik melibatkan aktivitas katalis biologik yang disebut enzim dengan melibatkan ATP. Metabolisme merupakan rangkaian reaksi kimia yang diawali dengan substrat yang diakhiri dengan produk. Reaksi dalam sel tidak terjadi bolak-balik, melainkan berjalan ke satu arah. Tiap produk akan menjadi reaktan bagi reaksi selanjutnya. Reaksi ini berurutan sampai produk akhir, membentuk suatu jalur metabolisme.

Jalinan merupakan rangkaian reaksi yang membentuk suatu jalur metabolisme. Dalam jalur ini, A adalah substrat (reaksi awal) dan E adalah produk akhir. Jalur metabolisme ini dipengaruhi oleh enzim yang mengkatalis tiap tahap reaksi kimia. Referensi :

Rachmawati, F., Nurul Urifah, Ari Wijayati. 2009. Biologi : untuk SMA/ MA Kelas XII, Program IPA. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta, p. 172.

Selain tersebut di atas, berikut penjelasan mengenai metabolisme, katabolisme dan anabolisme berdasarkan beberapa referensi.

A. Pengertian Metabolisme (Kistinnah dan Lestari, 2009) Seperti yang Anda ketahui dalam proses penyediaan energi, baik pada tumbuhan maupun manusia, melalui rentetan reaksi kimia. Jika seluruh reaksi kimia terjadi dalam sel makhluk hidup, maka reaksinya disebut reaksi biokima. Seluruh proses atau reaksi biokimia yang terjadi dalam sel disebut metabolisme. Metabolisme merupakan rangkaian reaksi kimia yang diawali oleh substrat awal dan diakhiri dengan produk akhir, yang terjadi dalam sel. Perlu Anda ketahui reaksi tersebut meliputi reaksi penyusunan energi (anabolisme) dan reaksi penggunaan energi (katabolisme). Dalam reaksi biokimia terjadi perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain, misalnya energi kimia dalam bentuk senyawa Adenosin Trifosfat (ATP) diubah menjadi energi gerak untuk melakukan suatu aktivitas seperti bekerja, berlari, jalan, dan lain-lain. Proses metabolisme yang terjadi di dalam sel makhluk hidup seperti pada tumbuhan dan manusia melibatkan sebagian besar enzim (katalisator) baik berlangsung secara sintesis (anabolisme) dan respirasi (katabolisme). Apa peran enzim di dalam reaksi kimia yang terjadi di dalam sel ? Pada saat berlangsungnya peristiwa reaksi biokimia di dalam sel, enzim bekerja secara spesifik. Enzim mempercepat reaksi kimia yang menghasilkan senyawa ATP dan senyawa-senyawa lain yang berenergi tinggi seperti pada proses respirasi, fotosintesis, kemosintesis, sintesis protein, dan lemak. Senyawa Adenosin Trifosfat (ATP) merupakan molekul kimia berenergi tinggi. Berasal dari manakah energi itu? Molekul Adenosin Trifosfat (ATP) berasal dari perubahan glukosa melalui serangkaian reaksi kimia yang panjang dan kompleks. Energi yang terkandung dalam glukosa tersebut berupa energi ikatan kimia yang berasal dari proses transformasi energi sinar matahari. Transformasi energi tersebut dalam biologi dapat digambarkan melalui Gambar 1.1 sebagai berikut.

Gambar 1.1 Bagan transformasi energi dalam biologi.

Bagan itu dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Selama proses fotosintesis, energi matahari yaitu dalam bentuk radiasi atau pancaran cahaya matahari matahari berubah menjadi energi kimia dalam ikatan senyawa organik. Lambang f merupakan frekuensi cahaya dan lambang h merupakan konstanta Planch, yang berkaitan dengan energi dan frekuensi. 2. Pada waktu dalam respirasi sel, energi kimia dalam senyawa kimia berubah menjadi persenyawaan yang berupa ATP. 3. Dalam sel, energi kimia ikatan fosfat yang kaya akan energi (ATP) dapat difungsikan untuk kerja mekanis, listrik, dan kimia. 4. Pada akhirnya energi mengalir ke sekeliling sel dan hilang sebagai energy panas dalam bentuk entropi. Bagan transformasi energi dalam biologi dapat dibedakan menjadi tiga proses berikut. 1. Transformasi Energi oleh Klorofil Energi radiasi sinar matahari yang ditangkap oleh klorofil kemudian diubah menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis. Energi kimia tersebut digunakan untuk mensintesis CO2 dan H2O menjadi glukosa dan senyawa kompleks lainnya sebagai energi pengikat dan penghubung inti-inti atom yang tersimpan dalam bentuk senyawa karbohidrat (sebagai bahan makanan). Jadi, energi radiasi matahari yang berbentuk energi kinetik diubah menjadi energy potensial dan energi kimiawi

yang disimpan dalam molekul karbohidrat dan bahan makanan lainnya sebagai energi ikatan yang menghubungkan atomatom bakunya. 2. Transformasi Energi Oleh Mitokondria Di dalam mitokondria energi kimia digunakan untuk mengubah karbohidrat dan senyawa lainnya sebagai energi ikatan fosfat melalui respirasi sel untuk oksidasi DNA, RNA, protein, dan lemak. Mitokondria banyak terdapat pada sel-sel otot makhluk hidup dan sel-sel saraf. 3. Transformasi Energi oleh Sel Jika sel melakukan kegiatan, maka energi kimiawi dari ikatan fosfat akan terlepas dan berubah menjadi energi bentuk lain seperti energi mekanik untuk kerja kontraksi otot, energi listrik untuk meneruskan impuls saraf, energi sintesis untuk membangun senyawa pertumbuhan, serta sisanya akan mengalir ke sekeliling sel dan hilang sebagai energi panas. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, pada saat berlangsungnyaproses metabolisme dalam sel makhluk hidup, ada beberapa komponen penting yang berperan di dalamnya yaitu adanya aktivitas enzim, dihasilkan energy tinggi berupa Adenosin Trifosfat (ATP) dan reaksi oksidasi reduksi (pelepasan dan pembebasan) elektron. Komponen-komponen yang Berperan dalam Metabolisme Untuk memperlancar berlangsungnya proses reaksi metabolisme dalam sel makhluk hidup melibatkan komponen-komponen penting yang sangat berperan sebagai penunjangnya. Tanpa komponen-komponen penunjang itu, maka proses reaksinya tidak akan berjalan dengan lancar. Komponen-komponen yang sangat berperan dalam proses metabolisme sel makhluk hidup terdiri atas enzim, Adenosin Trifosfat (ATP), reaksi oksidasi reduksi. Referensi : Kistinnah I. dan E. S. Lestari. 2009. Biologi 3 : Makhluk Hidup dan Lingkungannya Untuk SMA/MA Kelas XII. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 306. B. Pengertian Metabolisme (Subardi et al., 2009) Metabolisme sangat penting bagi makhluk hidup untuk kelangsungan hidupnya. Metabolisme adalah segala proses reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup, mulai dari makhluk hidup bersel satu sampai makhluk hidup yang susunan tubuhnya sangat kompleks. Metabolisme terdiri atas dua proses sebagai berikut. 1. Anabolisme Anabolisme adalah proses-proses penyusunan energi kimia melalui sintesis senyawa-senyawa organik. 2. Katabolisme Katabolisme adalah proses penguraian dan pembebasan energi dari senyawa-senyawa organik melalui proses respirasi. Semua reaksi tersebut dikatalisis oleh enzim, baik oleh reaksi yang sederhana maupun reaksi yang rumit. Metabolisme juga berperan mengubah zat yang beracun menjadi senyawa yang tak beracun dan dapat dikeluarkan dari tubuh. Proses ini disebut detoksifikasi. Umumnya, hasil akhir anabolisme merupakan senyawa pemula untuk proses katabolisme.

Hal itu disebabkan sebagian besar proses metabolisme terjadi di dalam sel. Mekanisme masuk dan keluarnya zat kimia melalui membran sel mempunyai arti penting dalam mempertahankan keseimbangan energi dan materi dalam tubuh. Proses sintesis dan penguraian berlangsung dalam berbagai jalur metabolisme. Adapun hasil reaksi tiap tahap metabolisme merupakan senyawa pemula dari tahap reaksi berikutnya. Bersepeda, seperti gambar di samping, dapat meningkatkan laju metabolism hingga 15 kali laju metabolisme biasa. Denyut jantung meningkat dan oksigen yang masuk makin banyak. Perubahan ini memungkinkan makanan dikatabolisasi lebih cepat untuk menghasilkan energi ekstra yang diperlukan. Salah satu akibatnya adalah naiknya suhu tubuh yang menyebabkan tubuh mengeluarkan banyak keringat. Referensi : Subardi, Nuryani, dan S. Pramono, 2009. Biologi 3 : Untuk Kelas XII SMA dan MA. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 122. ANABOLISME DAN KATABOLISME Anabolisme adalah penyusunan senyawa kimia sederhana menjadi senyawa kimia atau molekul komplek menurut Prawirohartono dan Hadisumarto (1997). Proses ini membutuhkan energi dari luar. Energi yang digunakan dalam reaksi ini dapat berupa energi cahaya ataupun energi kimia. Energi tersebut, selanjutnya digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut menjadi senyawa yang lebih kompleks. Jadi, dalam proses ini energi yang diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada senyawa kompleks yang terbentuk. Anabolisme meliputi tiga tahapan dasar. Pertama, produksi prekursor seperti asam amino, monosakarida, dan nukleotida. Kedua, pengaktivasian senyawa-senyawa tersebut menjadi bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP. Ketiga, penggabungan prekursor tersebut menjadi molekul kompleks, seperti protein, polisakarida, lemak, dan asam nukleat. Anabolisme yang menggunakan energi cahaya dikenal dengan fotosintesis, sedangkan anabolisme yang menggunakan energi kimia dikenal dengan kemosintesis. Hasil-hasil anabolisme berguna dalam fungsi yang essential menurut Kimbal (1997) Hasil-hasil tersebut misalnya glikogen dan protein sebagai bahan bakar dalam tubuh, asam nukleat untuk pengkopian informasi genetik. Protein, lipid, dan karbohidrat menyusun struktur tubuh makhluk hidup, baik intrasel maupun ekstrasel Kimbal (1997) Bila sintesis bahan-bahan ini lebih cepat dari perombakannya, maka organisme akan tumbuh. Kimbal (1997) Katabolisme adalah reaksi pemecahan / pembongkaran senyawa kimia kompleks yang mengandung energi tinggi menjadi senyawa sederhana yang mengandung energi lebih rendah. Tujuan utama katabolisme adalah untuk membebaskan energi yang terkandung di dalam senyawa sumber. Bila pembongkaran suatu zat dalam lingkungan cukup oksigen (aerob) disebut proses respirad, bila dalam lingkungan tanpa oksigen (anaerob) disebut fermentasi.Contoh Respirasi : C6H12O6 + O2 > 6CO2 + 6H2O + 688KKal.(glukosa) Contoh Fermentasi :C6H1206 > 2C2H5OH + 2CO2 + Energi. (glukosa) (etanol) Pengertian lain Katabolisme adalah serangkaian reaksi yang merupakan proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan membebaskan energi, yang dapat digunakan organisme untuk melakukan aktivitasnya. Termasuk didalamnya reaksi pemecahan dan oksidasi molekul makanan seperti reaksi yang menangkap energi dari cahaya matahari. Fungsi reaksi katabolisme adalah untuk menyediakan energi dan komponen yang dibutuhkan oleh reaksi anabolisme.

PENGARUH INHIBITOR TERHADAP AKTIVITAS ENZIM Kembali saya postingkan laporan praktikum biokimia. Data lengkap bisa di DOWNLOAD DISINI. Semoga bermanfaat.

Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup, dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia yang secara kolektif membentuk metabolisme perantara dari sel (Wirahadikusumah : 1989). Enzim merupakan biokatalis yang dapat meningkatkan kecepatan reaksi dalam sistem biologi, dan enzim sendiri tidak mengalami perubahan selama reaksi. Tanpa adanya enzim, reaksi berlangsung sangat lambat dan sulit. Sedangkan dengan adanya enzim kecepatan reaksi dapat ditingkaykan sampai 107 kali lipat. Reaksi yang dikatalisis oleh enzim dapat bereaksi pada kondisi yang biasa (suhu dibawah 100oC, tekanan atmosfir dan pH netral) jika dibandingkan dengan reaksi kimia yang bersesuaian. (Redhana:2004) Enzim sebagai katalisator juga mempunyai sifat-sifat seperti katalisator pada umumnya, seperti ikut bereaksi, tetapi pada akhir reaksi didapatkan kembali dalam bentuk semula. Hal tersebut mengakibatkan enzim dapat dipakai kembali setelah melaksanakan aktivitasnya. Enzim membantu reaksi dengan menyediakan jalur reaksi yang memiliki energi aktivasi yang lebih rendah untuk transisi substrat menjadi produk dibandingkan dengan produk yang tidak dikatalisis. Dalam mengkatalisis suatu reaksi, aktivitas suatu enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah assay enzim, kecepatan enzim, konsentrasi substrat, temperatur, koenzim dan gugus prostetik, isoenzim dan konsentrasi enzim.(Redhana:2004) Aktivitas enzim dapat dipengaruhi oleh beberapa jenis molekul. Molekul-molekul yang menurunkan aktivitas katalitik enzim disebut inhibitor. Beberapa inhibitor enzim adalah metabolit seluler untuk mengendalikan jalur metabolit. Inhibitor lain mungkin berupa zat asing, seperti obat dan toksin, dimana pengaruhnya pada inhibisi enzim dapat berupa pengobatan dan pengaruh berbahaya yang dapat mematikan. Pada praktikum ini dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh inhibitor terhadap aktivitas enzim dilihat dari harga Vmaks dan KM reaksi dengan inhibitor dan tanpa inhibitor.

Inhibitor merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat atau menurunkan laju reaksi yang dikatalisis oleh enzim. Terdapat dua jenis inhibitor utama, yaitu inhibitor yang bekerja secara tidak balik (irreversible) dan inhibitor yang bekerja secara dapat balik (reversible). Inhibitor tidak dapat balik bekerja dengan mengikat sisi aktif enzim melalui reaksi irreversible, E + I EI, sehingga inhibitor mengikat enzim, inhibitor tidak dapat dipisahkan dari sisi aktif enzim. Keadaan ini menyebabkan enzim tidak dapat mengikat substrat terhadap atau inhibitor merusak beberapa komponen (gugus fungsi) pada sisi katalitik molekul enzim.

Inhibitor dapat balik mengikat sisi aktif enzim melalui reaksi reversible dan inhibitor ini dapat dipisahkan atau dilepaskan kembali dari ikatannya, misalnya dengan dialisis. Inhibitor dapat balik terdiri dari dua jenis, yaitu inhibitor yang bekerja secara kompetitif, dan non-kompetitif . Inhibitor Kompetitif Inhibitor yang bekerja secara kompetitif umumnya mempunyai struktur tiga dimensi yang mirirp dengan substrat yang reaksinya dikatalisis oleh inhibitor tersebut. Oleh karena itu, dalam suatu campuran reaksi inhibitor akan bereaksi dengan substrat untuk terikat pada sisi aktif enzim. Enzim yang telah mengikat inhibitor tidak dapat bereaksi dengan substrat untuk menghasilkan produk, sedangkan enzim yang telah mengikat substrat dapat menghasilkan produk, tetapi tidak dapat berikatan dengan inhibitor. Contoh inhibitor kompetitif adalah malonat yang menginhibisi reaksi yang dikatalisis oleh enzim suksinat dehidrogenase. Enzim suksinat dehidrogenase mengkatalisis pembebasan dua atom hidrogen dari suksinat, yaitu satu dari masing-masing kedua gugus metilenya (-CH2-). Dehidrogenasi suksinat ini dihambat oleh malonat yang menyerupai suksinat karena sama-sama memiliki gugus karboksil bermuatan negatif yang berjarak tepat sehingga dapat menempati sisi aktif enzim. Akan tetapi, malonat tidak terhidrogenasi oleh enzim suksinat hidrogenase, malonat hanya menempati sisi aktif enzim tersebut dan menguncinya sehingga enzim tidak dapat bekerja pada substrat.

Inhibisi Non-Kompetitif Inhibitor kompetitif mengikat enzim pada sisi pengikatan yang berbeda dari substrat. Dengan terikatnya inhibitor, aktivitas katalitik enzim menjadi rusak. Hal ini mungkin disebabkan oleh inhibitor terikat pada sisi katalitik enzim atau pada sisi yang lain (bukan sisi katalitik). Tetapi pengikatannya menyebabkan perubahan komformasi enzim yang mempengaruhi keadaan sisi katalitik walaupun tidak mempengaruhi sisi pengikatan substrat. Inhibitor yang bekerja secara non-kompetitif dapat berikatan dengan molekul enzim bebas dan kompleks enzim-substrat menghasilkan kompleks inhibitor yang tidak aktif (tidak menghasilkan produk).

You might also like