You are on page 1of 5

Ujian Sisipan Teori Pembangunan

Nama Jurusan Matakuliah

: Fuad Setiawan Khabibi : S2 Manajemen dan Kebijakan Publik UGM : Teori Pembangunan

Pemasalahan Dari artikel yang dimuat di dalam Gatra tersebut. Saya menangkap dua permasalahan besar pembangunan yang dialami oleh Indonesia, yaitu: (1) tingkat kemiskinan yang begitu tinggi dan (2) lebarnya jurang kesenjangan antara kaya-miskin. Kedua permasalahan tersebut membawa barbagai dampak yang sangat mengkhawatirkan, diantaranya seperti: (a) terkonsentrasinya kepemilikan tanah pada kalangan yang berduit, (b) lonjakan besar-besaran urbanisasi dari desa ke kota dan (c) sulitnya memperoleh pinjaman dari Bank oleh masyarakat miskin. Persoalan tersebut menjadi semakin hangat ketika prestasi Indonesia dibandingkan tergolong buruk jika dibandingkan dengan Negara-negara berkembang di wilayah ASEAN. Teori Untuk menganalisis kedua permasalahan utama tersebut, saya akan menggunakan teori pertumbuhan ekonomi W.W. Rostow dan teori motif prestasi dan pertumbuhan ekonomi Mc Clelland. Teori Rostow akan digunakan untuk menganalisis fenomena tingkat kemiskinan yang begitu tinggi dan lebarnya jurang kesenjangan antara kaya-miskin (ketika pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,1 % di tahun 2011).1 Sedangkan teori motif prestasi dan pertumbuhan ekonomi Mc Clelland digunakan untuk menjelaskan mengapa fenomena peristiwa kemiskinan dan kesenjangan begitu tinggi.

http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_banner1.pdf diakses pada 3 November 2012

Analisis Teori Pertumbuhan Ekonomi Rostow Ditinjau dari perspektif Rostow. Dari masa Orde Baru hingga sekarang, Indonesia masih menjadi penganut setia teori Rostow. Sebuah teori yang berpikiran bahwa tujuan akhir dari pembangunan adalah mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Untuk mencapai hal tersebut, pembangunan harus berjalan secara linear dan berorientasi pada high economic growth. Namun dalam perjalanannya mencapai kesejahteraan melalui mekanisme pencapaian high economic growth, ada berbagai hal yang diabaikan dalam proses tersebut. Budaya, sosial, politik dan salah satu hal yang berhubungan dengan studi kasus ini adalah pemerataan. Dalam berbagai literatur, Rostow belum pernah mencatat mengenai pentingnya pemerataan. Teori five stage scheme yang ia sampaikan sudah sampai pada tahapan kesejahteraan. Namun, Rostow belum mencatat bahwa kesejahteraan tanpa pemerataan hanya akan menimbulkan sebuah permasalahan. Sehingga kesejahteraan yang lebih merata belum mampu diciptakan. Studi kasus tersebut juga terjadi di Indonesia. Permasalahan timbul karena Indonesia terlalu Rostowian.2 Walaupun sudah mengetahui kekurangan dari teori Rostow, hingga sekarang pemerintah terkesan masih latah. Mengadopsi teori pertumbuhan Rostow tanpa melakukan modifikasi riil. Sudah lama Indonesia mengetahui bahwa high economic growth hanya akan menjadi masalah tanpa pemerataan. Sudah banyak pelajaran yang bisa dipetik dari masa pemerintahan Orde Baru. Namun, Indonesia tetap saja jatuh ke lubang permasalahan yang sama. Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi. Ide mengenai pemerataan sebenarnya sudah mulai diangkat pada masa pemerintahan SBYJK. Ide tersebut tertuang dalam mekanisme konsep trickle down effect. Pertumbuhan ekonomi pada kalangan atas diharapkan mampu menetes ke kalangan bawah. Namun mekanisme tersebut

Rostowian adalah istilah para postmodernis yang berarti terlalu berpegang teguh ke teori Rostow. Istilah ini juga digunakan dalam buku Yaakub.1989. Socio-cultural dimensions of development planning: proceedings of a seminar held at Kundasang, Ranau, Sabah. Institute for Development Studies (Sabah).

tidak berjalan dengan baik. Akibatnya kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin hingga saat ini sulit ditanggulangi. Data yang ditunjukan oleh Gatra selama kurun waktu 3 tahun, dari 2008-2010, angka kemiskinan di Indonesia melonjak hingga 2,7 juta orang. Tepatnya di tahun 2010, terdapat 43,1 juta orang yang berpendapatan Rp. 7.060,-/hari.3 Sedangkan pertumbuhan ekonomi pada saat itu adalah 6,1% dan kembali meroket menjadi 6,5% di tahun 2011.4 Sungguh pertumbuhan perekonomian yang luar biasa. Namun menggelisahkan ketika kita melihat kontradiksi antara angka kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi yang begitu tajam. Indikator pertumbuhan ekonomi memang sering mendapat kritikan dari beberapa pakar ekonomi, karena terkadang indikator tersebut tidak sesuai dengan kondisi riil di lapangan. Dan secara nyata, hal itulah yang dialami oleh Indonesia. Dari perspektif ekonomi, salah satu kelemahan perhitungan pertumbuhan perekonomian adalah tidak diperhatikannya distribusi pendapatan. Bisa saja angka pertumbuhan perekonomian sebesar 6,1% salah. Karena ada 40 orang terkaya di Indonesia yang memiliki pendapatan mencapai Rp. 680 triliun atau setara dengan 10,3 % dari Product Domestic Bruto (PDB) yang ikut dihitung. Hal tersebut seperti yang ditulis oleh Gatra. Gatra menulis bahwa Sumber-sumber ekonomi semakin terkonsentrasi pada segelintir orang. Ada 40 orang terkaya di Indonesia yang kekayaannya mencapai Rp. 680 triliun atau setara 10,3 persen Product Domestic Bruto (PDB) nasional. 5 Jadi, jika perhitungan pertumbuhan perekonomian Indonesia tidak melibatkan 40 orang terkaya yang menguasai 10,3% dari PDB itu, mungkin angka pertumbuhan perekonomian akan turun tajam. Tidak sampai angka 6,1% pada tahun 2011. Dalam kuantitatif, data yang terlalu besar seharusnya memang harus dilihilangkan/tidak diikutsertakan secara langsung, karena dapat

Indikator kemiskinan absolut yang digunakan oleh BPS adalah berpendapatan kurang dari atau sama dengan Rp. 7.060,-/hari.
4

Data BPS. Opcit.,

http://www.gatra.com/terpopuler/46/-ekonomi/3966-angka-penduduk-miskin-naik-27-juta-orang diakses pada 3 November 2012.

merusak rata-rata (mean) data. Jika dimasukan dalam perhitungan, hal tersebut dikhawatirkan dapat merusak validitas perhitungan data.6 Walaupun belum sepenuhnya mampu mewakili kondisi riil pertumbuhan perekonomin di lapangan. Kesimpulannya, studi kasus yang dialami Indonesia sebenarnya merupakan sebuah kritik atas teori pertumbuhan Rostow. Tanpa pemeratan, pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya (high economic growth) bukanlah segala-segalanya. Secara kuantitatif, perhitungan

pertumbuhann perekonomian belum mampu mewakili kondisi riil di lapangan karena data eror yang diakibatkan oleh keikutsertaan 40 orang terkaya di Indonesia dalam perhitungan PDB. Seharusnya 40 orang tersebut tidak diikutkan dalam perhitungan, agar tidak merusak presentase validitas data. Selain itu, salah satu kelemahan terbesar perhitungan pertumbuhan perekonomian adalah belum diperhatikannya aspek distribusi pendapatan. Sehingga tingginya angka pertumbuhan perekonomian belum mampu mewakili secara riil keberhasilan pembangunan sebuah negara. Termasuk untuk menilai keberhasilan untuk memberantas kemiskinan.

Motif Prestasi dan Pertumbuhan Ekonomi Mc Clelland Berbeda dengan Rostow yang berangkat dari teori ekonomi. Teori Mc Clelland justru berangkat dari perspektif psikologis sosial. Dalam bukunya yang berjudul The Achievement Motive in Economic Growth, Mc Clelland percaya bahwa perlu sebuah dorongan internal untuk membentuk dan merubah nasib individu atau bahkan suatu bangsa. Indonesia sebenarnya memiliki dorongan internal itu. Dorongan itu berupa ideologi yang dikenal dengan pancasila. Kesenjangan yang terlalu besar antara si kaya dan si miskin adalah manifestasi dari kapitalisme. Bukan pembangunan perekonomian khas Indonesia yang seharusnya berlandaskan pancasila dan semangat kegotong-royongan. Jika Indonesia tidak mampu mengelola dan melakukan internalisasi pancasila, sebagai sebuah motivasi yang kuat untuk membangun perekonomian dan perang melawan kemiskinan. Maka kemiskinan dakan semakin tinggi dan kesenjangan ekonomi akan semakin melebar. Karena masyarakat tidak peduli

Matakuliah aplikasi statistika. Jurursan Pascasarjana Manajemen dan Kebijakan Publik FISIPOL UGM.

terhadap sesama. Dan kondisi seperti yang ditulis oleh Gatra, dimana yang kaya meningkat cepat, tetapi yang miskin semakin melarat akan terus terjadi. Jadi, Indonesia sebenarnya adalah Negara yang berideologi pancasila kuat. Namun ideologi pancasila tersebut semakin lama-semakin luntur. Jika ideologi pancasila itu dapat adopsi yang diterapkan secara kaffah dalam perekonomian, untuk memberikan motivasi internal dalam mengembangkan pertumbuhan ekonomi yang adil dan beradab. Serta menjamin pemerataan dengan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Maka persoalan kemiskinan dan kesenjangan perekonomian berpotensi dapat tertanggulangi. Sehingga dampak-dampak negatif seperti: (a) terkonsentrasinya kepemilikan tanah pada kalangan yang berduit, (b) lonjakan besarbesaran urbanisasi dari desa ke kota dan (c) sulitnya memperoleh pinjaman dari Bank oleh masyarakat miskin dapat diminimalisasi atau bahkan dihilangkan. Dalam paper ini saya ingin menyampaikan sebuah hipotesis bahwa mekanisme trickle down effect hanya akan bekerja jika internalisasi ideologi pancasila dalam perekonomian mampu berjalan dengan baik. Karena menetesnya air dari atas ke bawah tanpa adanya gaya gravitasi adalah tidak mungkin.7 Gaya gravitasi itulah pancasila.

Dalam tricke down effect, air dianalogikan sebagai kesejahteraan.

You might also like