You are on page 1of 30

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Latar belakang keinginan saya membuat karya ilmiah tentang Budidaya Sawi Sebagai Penunjang Ekonomi Petani adalah karena Jagad Indonesia ini memungkinkan dikembangkan tanaman sayur-sayuran yang banyak bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Sehingga ditinjau dari aspek klimatologis Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan untuk bisnis sayuran. Di antara tanaman sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan adalah caisim. Karena caisim ini sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang menyukai dan memanfaatkannya. Selain itu juga sangat potensial untuk komersial dan prospek sangat baik.. Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek sosialnya sangat mendukung, sehingga memiliki kelayakan untuk diusahakan di Indonesia. Sebutan sawi orang asing adalah mustard. Perdagangan internasional dengan sebutan green mustard, chinese mustard, indian mustard ataupun sarepta mustard. Orang Jawa, Madura menyebutnya dengan sawi, sedang orang Sunda menyebut sasawi.Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan.Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Menurut hasil kajian, pendapatan rumah tangga tani pada daerah dengan usahatani berbasis non padi umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan daerah berbasis padi. Perkembangan ekonomi berbasis padi di lahan sawah juga menunjukkan kejenuhan bahkan dari segi produktivitas telah terjadi levelling off. (Anonimus, 2005) Beberapa permasalahan pokok yang menyebabkan kejenuhan usahatani di lahan sawah diantaranya adalah: (1) ratarata penguasaan lahan kecil dan bahkan makin mengecil; (2) semakin terbatasnya kapasitas ekonomi usahatani padi dalam meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani; (3) terhambatnya upaya diversifikasi akibat kendala teknis, sosial dan ekonomi. Untuk mengantisipasi tantangan tersebut di atas, petani sawah di Bali khususnya telah lama melakukan kegiatan usahatani non padi dengan mengusahakan tanaman sayuran berumur pendek setelah panen padi. Tanaman sayuran yang cukup potensial diusahakan dan memberikan keuntungan yang cukup tinggi adalah sawi hijau (caisim), mentimun, kacang 1

panjang, bayam potong, dan gonda (sayuran khas Bali).

Diantara tanaman sayuran

tersebut, caisim yang paling banyak diusahakan karena ditinjau dari aspek teknis budidaya caisim relatif lebih mudah dibandingkan dengan jenis tanaman hortikultura lainnya. Dari segi pengusahaan, caisim cukup menjanjikan keuntungan yang lebih baik. Sebagai contoh, pengusahaan caisim seluas 2 are (0,02 ha) dengan teknik sebar benih langsung (tanpa pesemaian) dapat dihasilkan 4-5 kwintal atau rata-rata 4,5 kwintal sayur segar pada musim kemarau per periode penanaman. Dengan harga rata-rata Rp. 1500/kg maka akan diperoleh keuntungan tidak kurang dari Rp. 675. 000. Haryanto dkk (2005) melaporkan bahwa dari pengusahaan caisim seluas 1 ha dengan rata-rata produksi 25 ton sayur segar dengan rata-rata harga Rp. 100/kg keuntungan yang diperoleh tidak kurang dari Rp. 13.000.000 pada musim kemarau per periode penanaman. Pengembangan berbagai tanaman hortikultura, khususnya penanaman caisim, mentimun, kacang panjang, bayam potong, dan gonda setelah padi dapat ditingkatkan, namun masih belum seimbang dengan permintaan pasar. Keadaan ini dimungkinkan antara lain sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk, perbaikan pendapatan dan peningkatan kesadaran gizi masyarakat. Selain itu di kota-kota besar tumbuh permintaan pasar yang menghendaki kualitas yang baik dengan berbagai jenis yang lebih beragam. Konsekuensi dari kebutuhan yang demikian menyebabkan permintaan beberapa jenis sayuran meningkat (Pabinru, 1991). Permintaan terhadap komoditas sayuran yang meningkat tersebut

menghendaki penanganan yang optimal, baik dari segi produksi, panen dan pasca panen, pemasaran dan pendekatan aspek kelembagaan. Kondisi tersebut di atas dibenarkan oleh Baharsyah (1990), yang menyatakan bahwa pola permintaan pangan dan hortikultura secara umum akan tetap meningkat dengan percepatan disekitar pertumbuhan penduduk dan elastisitas pendapatan yang sudah mengecil. Demikian pula komposisi menu makanan rumah tangga akan berubah secara dinamis kearah peningkatan proporsi konsumsi hasil-hasil peternakan, perikanan dan hortikultura, sehingga terjadi keseimbangan konsumsi karbohidrat, protein dan vitamin serta mineral yang lebih baik. Sementara itu Pasandaran dan Hadi (1994) melaporkan bahwa konsumen sayuran sebagian besar adalah masyarakat perkotaan, dimana rata-rata konsumsi sayuran masyarakat kota perkapita adalah 6,9% lebih tinggi daripada masyarakat desa, yaitu mencapai 29-32 kg/kapita/tahun dari anjuran 60 kg/kapita/tahun. Dengan demikian pengeluaran untuk

pangan di pedesaan lebih kecil dari pada perkotaan. Hal yang menarik terjadi adalah semakin tinggi pengeluaran rumah tangga maka semakin tinggi pula pengeluaran untuk sayuran dan 2

buah (Gatoet & Arifin, 1992).

Kondisi ini memberikan prospek bagi pengembangan

usahatani sayuran di daerah pedesaan yang memiliki nilai ekonomis serta memiliki orientasi pasar. Sementara itu produktivitas dan keuntungan yang diperoleh dari usahatani caisim setelah padi dengan teknik sebar langsung yang biasa dilakukan oleh petani rendah. Karena itu diperlukan adanya inovasi teknologi terutama dalam teknik penanaman untuk memperoleh perlakuan (perbandingan benih caisim dan urea) sebelum disebar yang memberikan produktivitas yang paling optimal. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji produktivitas dan keuntungan yang diperoleh petani dari budidaya caisim setelah panen padi pada lahan sawah irigasi melalui perbaikan teknik penanaman

1.2 Rumusan masalah 1.2.1. Apa saja Jenis Sawi? 1.2.2. Apakah Syarat Tumbuhnya? 1.2.3. Bagaimana Budidaya Tanaman Sawi? 1.2.4. Bagaimana cara Penanaman Vertikultur? 1.2.5. Bagaimana cara Penanaman Hidroponik? 1.2.6. Apa saja Hama dan Penyakit pada sawi? 1.2.7. Apa itu Panen dan Pasca Panen? 1.2.8. Bagaimana Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Dengan Pemberian Bokashi? 1.2.9. Apa saja Masalah Sawi? 1.3.Ruang Lingkup Masalah Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain.

1.4.Tujuan Penelitian 1.4.1. Sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir semester genap 1.5.Sistematika Penyajian Sistematika Penyajian pada karya ilmiah ini lima bab. Bab pertama pendahuluan,bab kedua Rumusan masalah,bab ketiga metode penelitian,bab keempat pembahasan,bab kelima penutup. 3

Di dalam bab pertama pendahuluan terdiri atas lima subbab,di antaranya yaitu latar belakang,rumusan masalah,ruang lingkup masalah,maksud dan tujuan,sistematika penyajian. Bab 2 sesuai landasan teori Bab 3 yaitu metode penelitian.Di dalam bab3 terdapat empat hal yaitu sumber data,cara memperoleh data,instrumen penelitian dananalisis data. Bab 4 dalah pembahasan.Di dalam pembahasan terdapat... Bab 5 yaitu penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1.Sawi Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain. Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi hijau (Brassica rapa kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin). Selain itu, terdapat pula sawi putih (Brassica rapa kelompok pekinensis, disebut juga petsai) yang biasa dibuat sup atau diolah menjadi asinan. Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalah sesawi sayur (untuk membedakannya dengan caisim). Kailan (Brassica oleracea kelompok alboglabra) adalah sejenis sayuran daun lain yang agak berbeda, karena daunnya lebih tebal dan lebih cocok menjadi bahan campuran mi goreng. Sawi sendok (pakcoy atau bok choy) merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi yang mulai dikenal pula dalam dunia boga Indonesia.

2.2.Sawi hijau Sawi hijau (Brassica rapa convar. parachinensis; suku sawi-sawian atau Brassicaceae) merupakan jenis sayuran yang cukup populer. Dikenal pula sebagai caisim, caisin, atau sawi bakso, sayuran ini mudah dibudidayakan dan dapat dimakan segar (biasanya dilayukan dengan air panas) atau diolah menjadi asinan (kurang umum). Jenis sayuran ini mudah tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Bila ditanam pada suhu sejuk tumbuhan ini akan cepat berbunga. Karena biasanya dipanen seluruh bagian tubuhnya (kecuali akarnya), sifat ini kurang disukai. Pemuliaan sawi ditujukan salah satunya untuk mengurangi kepekaan akan suhu ini. 2.3.Deskripsi Herba semusim yang mudah tumbuh. Perkecambahannya epigeal. Sewaktu muda tumbuh lemah, tetapi setelah daun ketiga dan seterusnya akan membentuk setengah roset dengan 5

batang yang cukup tebal, namun tidak berkayu. Daun elips, dengan bagian ujung biasanya tumpul. Warnanya hijau segar, biasanya tidak berbulu. Menjelang berbunga sifat rosetnya agak menghilang, menampakkan batangnya. Bunganya kecil, tersusun majemuk berkarang. Mahkota bunganya berwarna kuning, berjumlah 4 (khas Brassicaceae). Benang sarinya 6, mengelilingi satu putik. Buahnya menyerupai polong tetapi memiliki dua daun buah dan disebut siliqua. 2.4.Kegunaan lain Karena mudah tumbuh dan responsif terhadap perubahan lingkungan, sawi hijau sering dimanfaatkan sebagai tumbuhan percobaan untuk pemupukan, kesuburan tanaman, gangguan karena kurangan hara, serta bioremediasi. 2.5.Sawi putih Sawi putih tidak sama dengan sesawi putih! Sawi putih (Brassica rapa convar. pekinensis; suku sawi-sawian atau Brassicaceae ) dikenal sebagai sayuran olahan dalam masakan Tionghoa; karena itu disebut juga sawi cina. Ia dikenal pula sebagai petsai. Disebut sawi putih karena daunnya yang cenderung kuning pucat dan tangkai daunnya putih. Sawi putih dapat dilihat penggunaannya pada asinan (diawetkan dalam cairan gula dan garam), dalam capcay, atau pada sup bening. Sawi putih beraroma khas namun netral. Habitus tumbuhan ini mudah dikenali: memanjang, seperti silinder dengan pangkal membulat seperti peluru. Warnannya putih. Daunnya tumbuh membentuk roset yang sangat rapat satu sama lain. Sawi putih hanya tumbuh baik pada tempat-tempat sejuk, sehingga di Indonesia ditanam di dataran tinggi. Tanaman ini dipanen selagi masih pada tahap vegetatif (belum berbunga). Bagian yang dipanen adalah keseluruhan bagian tubuh yang berada di permukaan tanah. Produksinya tidak terlalu tinggi di Indonesia. Sayuran ini populer di Tiongkok, Jepang, dan Korea. Di Korea varietas lain sawi putih dipakai sebagai bahan baku kimchi, makanan khas Korea.

Brassica juncea Sesawi India atau mustar India (Brassica juncea (L.) Czern.) banyak dibudidayakan di India dan wilayah Asia lainnya. Jenis sesawi ini relatif lebih tahan kekeringan daripada jenisjenis Brassica lainnya. B. juncea adalah hasil persilangan alami dua spesies antara Brassica rapa dan Brassica nigra. Biji sesawi coklat dipergunakan sebagai bahan baku rempah-rempah mustar yang disebut brown mustard ("mustar coklat") karena kandungan sinigrin dan sinapinnya, seperti juga B. nigra dan Sinapis alba. Di India, beberapa kultivarnya dimuliakan dengan meningkatkan kandungan minyaknya, sehingga berfungsi sebagai tumbuhan penghasil minyak, seperti Brassica napus. Di Cina dan Afrika, sejumlah kultivar ditanam untuk diambil daunnya sebagai sayuran yang ditumis. Di Cina, daun sesawi ini juga dijadikan asinan. Rasa daun sesawi jauh lebih "menyengat" daripada sayuran dari kubis dan kerabatnya. Di beberapa tempat di Eropa sesawi India ditanam sebagai sumber hijauan bagi ternak.

2.6.Kailan Kailan (, jiln, Brassica oleracea Kelompok alboglabra) adalah sayuran yang berdaun tebal, datar, mengkilap, berwarna hijau, dengan batang tebal dan sejumlah kecil kepala bunga berukuran kecil hampir vestigial mirip dengan bunga pada brokoli. Kailan termasuk dalam spesies yang sama dengan brokoli dan kembang kol, yaitu Brassica oleracea. Kailan sering digunakan dalam masakan Tionghoa, dan terutama dalam masakan Kanton. Sayur ini lazim ditumis dengan bumbu jahe dan bawang putih, atau direbus dan dihidangkan dengan saus tiram. Daun maupun batang kailan dapat dimakan, biasanya dipotong-potong kecil sebelum dimasak. Nama kailan atau gai-lan merupakan pelafalan dalam bahasa Kanton. 2.7.Budidaya Tanaman Sawi Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan, penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta pemeliharaan tanaman. 7

Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tunmpang sari. Tanaman yang dapat ditumpangsarikan antara lain : bawang dau, wortel, bayam, kangkung darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada juga melalui pembibitan terlebih dahulu.Berikut ini akan dibahas mengenai teknik budidaya sawi secara konvensional di lahan. PENANAMAN VERTIKULTUR Langkah - angkah penanaman secara vertikultur adalah sebagai berikut : 1. Benih disemaikan pada kotak persemaian denagn media pasir. Bibit dirawat hingga siap ditanaman pada umur 14 hari sejak benih disemaikan. 2. Sediakan media tanam berupa tanah top soil, pupuk kandang, pasir dan kompos dengan perbandingan 2:1:1:1 yang dicampur secara merata. 3. Masukkan campuran media tanam tersebut ke dalam polibag yang berukuran 20 x 30 cm. 4. Pindahkan bibit tanaman yang sudah siap tanam ke dalam polibag yang tersedia. Tanaman yang dipindahkan biasanya telah berdaun 3 - 5 helai. 5. Polibag yang sudah ditanami disusun pada rak-rak yang tersedia pada Lath House.

Sawi sesuai ditanam dalam kawasan yang mempunyai suhu diantara 23-35oC dan kelembapan yang tinggi. Terlalu banyak hujan boleh merosakkan daun sawi dan menjejaskan kualitinya. Penggunaan rumah pelindung hujan atau struktur berjaring boleh mengatasi masalah ini. Tanah perlu dibajak dan digembur sedalam 15-20 cm. Kemudian batas yang berukuran 1.2 m lebar, 7.5 m panjang dan 20-30 cm tinggi disediakan. Biji benih sawi boleh ditanam terus ke atas batas. Sebanyak 1.5 kg biji benih digunakan untuk sehektar. Sebelum menanam, biji benih dirawat dengan racun kulat thiram dan digaulkan dengan pasir halus atau tanah peroi dan ditabur sama rata ke dalam jalur-jalur pada batas. Selepas 10-14 hari, penjarangan dibuat mengikut ukuran yang disyorkan, iaitu 20 cm antara baris (alur) dan 10 cm antara pokok.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Sumber data Dalam penelitian karya tulis ini,digunakan metode penulisan dengan cara peninjauan dan cara tinjaua kepustakaan menurut bukutinjauan

kepustakaan disebut juga study kepustakaan yaitu mencari data dari kepustakaan misalnya dari data buku jurnal masalah dan lain-lain. Semakin banyak sumber bacaan semakin banyak pula pengetahuan yang diteliti namun tidak semua buku bacaan dan laporan dapat diolah. 3.2 Cara memperoleh data a. Mepelajari hasil yang diperoleh dari setiap sumber yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. b. Mempelajari metode penelitian yang dilakukan termasuk metode penelitian pengambilan sampel pengumpulan data sumber data dan satuan data c. Mengumpulkan data dari sumber lain yang berhubungan dengan bidang penelitian. d. Mempelajari analisis deduktif dari problem yang tertera(analisis berpikir secara kronologis) 3.3 Instrumen penelitian Instrumen penelitian ini adalah penelitian sendiri karena subjek penelitiannya berupa pustaka yang memerlukan pemahaman dan penafsiran penelitian,penulis mencatat hal-hal yang berhubungan dengan pesan social budaya dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas yang digunakan sebagai instruktur penelitian seluruh data dikumpulkan dalam catatan khusus. 3.4 Analisis data ` Data yang dikumpulkan dalam catatan khusus selanjutnya dianalisis,proses analisis

dilakukan dengan cermat dan dideskripsikan dengan lengkap sehingga menghasilkan analisis yang representative teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini analisis isi.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1.Jenis Sawi KLASIFIKASI BOTANI Divisi : Spermatophyta. Tumbuhan spermatophyta adalah tumbuhan yang penggolongannya memiliki biji dan berkembang biak secara generatif. Aada beberapa ciri tumbuhan spermatophyta yang bisa kita amati seperti tubuh terdiri atas daun batang dan akar sejati, daun berfungsi untuk membuat makanan, batang ada di dalam tanah, ada juga yang di atas tanah, menghasilkan bunga sebagai alat perkembangan generatif dan berkembang biak dengan biji. Tumbuhan spermatophyta dapat digolongkan menjadi dua divisi, berdasarkan letak bijinya: 1. Tumbuhan berbiji terbuka Tumbuhan yang memiliki biji terbuka mempunyai ciri ciri berdaun sempit dan kaku kecuali melinjo yang berdaun lebar, berakar tunggang. bercabang dan berkayu batangnya, biji telanjang nampak dari luar karena tidak terbungkus daun bunga, mengalami pembubuhan tunggal 2. Tumbuhan berbiji tertutup Tumbuhan berbiji tertutup memiliki ciri mempunyai bunga yang sesungguhnya ( lengkap ), daun pipih dan lebar, bakal biji tidak nampak karena terlindung oleh daun buah atau putiknya, mengalami pembuahan ganda, berdasarkan keping bijinya digoolngkan menjadi dua yakni tumbuhan berkeping satu ( monocotyledoneae ) dan tumbuhan berkeping ganda ( Dycotyledoneae ) Subdivisi : Angiospermae. Tumbuhan berbunga Tumbuhan berbunga atau Spermatophyta adalah kelompok terbesar tumbuhan yang hidup di daratan. Namanya diambil dari cirinya yang paling khas, yaitu menghasilkan organ reproduksi dalam bentuk bunga. Bunga sebenarnya adalah modifikasi daun dan batang untuk mendukung sistem pembuahan tertutup. Sistem pembuahan tertutup (dikatakan tertutup karena bakal biji terlindung di dalam bakal buah atau ovarium) ini juga menjadi ciri khasnya yang lain. Ciri yang terakhir ini membedakannya dari kelompok tumbuhan berbiji yang lain: tumbuhan berbiji terbuka atau Gymnospermae. Dari kedua ciri tersebut muncullah nama Anthophyta ("tumbuhan bunga") dan Angiospermae ("berbiji terbungkus/tertutup"). Nama lain yang juga dikenakan kepadanya adalah 10

Magnoliophyta ("tumbuhan sekerabat dengan magnolia"). Nama Angiospermae diambil dari penggabungan dua kata bahasa Yunani Kuno: (aggeion, "penyangga" atau "pelindung") dan (sperma, bentuk jamak untuk "biji") yang diperkenalkan oleh Paul Hermann pada tahun 1690. Dalam sebagian besar sistem taksonomi modern, kelompok ini sekarang menempati takson sebagai divisio. Namun demikian, klasifikasi terbaru berdasarkan APG (Sistem klasifikasi APG II) menempatkannya dalam suatu klad yang tidak menempati suatu takson dan dinamakan angiosperms. Ciri-ciri khas Tumbuhan berbunga dibedakan dari kelompok lain berdasarkan apomorfi (ciri-ciri terwariskan) yang khas dikembangkan oleh kelompok ini. Kebanyakan ciri-ciri ini terletak pada bagian reproduktif. Berikut adalah ciri-ciri tersebut: Bunga Bunga menjadi penciri yang paling nyata dan membedakannya dari kelompok tumbuhan berbiji yang lain. Bunga membantu kelompok tumbuhan ini memperluas kemampuan evolusi dan lungkang (ruang prasyarat hidup atau niche) ekologisnya sehingga membuatnya sangat sesuai untuk hidup di daratan. Benang sari Stamen atau benang sari jauh lebih ringan daripada organ dengan fungsi serupa pada tumbuhan berbiji terbuka (yaitu strobilus). Benang sari telah berevolusi untuk dapat beradaptasi dengan penyerbuk dan untuk mencegah pembuahan sendiri. Adaptasi ke arah ini juga memperluas jangkauan ruang hidupnya. Ukuran gametofit jantan sangat tereduksi Gametofit jantan yang sangat tereduksi (berada dalam serbuk sari dan hanya terdiri dari tiga sel) sangat membantu mengurangi waktu antara penyerbukan, di saat serbuk sari mencapai organ betina, dan pembuahan. Selang waktu normal antara kedua tahap tersebut biasanya 1224 jam. Pada Gymnospermae waktu yang diperlukan untuk hal tersebut dapat mencapai setahun. Karpela menutup rapat bakal biji Karpela atau daun buah rapat membungkus bakal biji atau ovulum, sehingga mencegah pembuahan yang tidak diinginkan. Sel sperma akan dikontrol oleh putik untuk membuahi sel telur (ovum). Setelah pembuahan, karpela dan beberapa jaringan di sekitarnya juga akan berkembang menjadi buah. Buah berfungsi adaptif dengan melindungi biji dari perkecambahan yang tidak diinginkan dan membantu proses penyebaran ke wilayah yang lebih luas. 11

Ukuran gametofit betina sangat tereduksi Sebagaimana pada gametofit jantan, ukuran gametofit betina juga sangat berkurang menjadi hanya tujuh sel dan terlindung dalam bakal biji. Ukuran yang mengecil ini membantu mempercepat perkembangan hidup tumbuhan. Hanya kelompok Angiospermae yang memiliki perilaku semusim dalam proses kehidupannya. Perilaku ini membuatnya sangat mudah menjelajah lungkang yang jauh lebih luas. Endosperma Pembentukan endosperma pada biji adalah ciri khas Angiospermae yang sangat mendukung adaptasi karena melengkapi embrio atau kecambah dengan cadangan makanan dalam perkembangannya. Endosperma secara fisiologis juga memperkuat daya serap biji akan hara yang diperlukan tumbuhan muda dalam perkembangannya. Klasifikasi Pada awalnya, nama Angiospermae dimaksudkan oleh Paul Hermann (1690) bagi seluruh tumbuhan berbunga dengan biji yang terbungkus dalam kapsula, dan dipertentangkan dengan Gymnospermae sebagai tumbuhan berbunga dengan buah achene atau berkarpela terbelah. Dalam pengertiannya, keseluruhan buah atau bagiannya dianggap sebagai biji dan "terbuka". Kedua istilah ini dipakai oleh Carolus Linnaeus dengan pengertian yang sama tetapi digunakan sebagai nama-nama dari kelas Didynamia. Ketika Robert Brown pada tahun 1827 menemukan bakal biji yang benar-benar terbuka (tak terlindung) pada sikas dan tumbuhan runjung, ia memberikan nama Gymnospermae bagi kedua kelompok tumbuhan ini. Tahun 1851 Wilhelm Hofmeister menemukan perubahanperubahan yang terjadi pada kantung embrio dari tumbuhan berbunga (penyerbukan berganda). Hasil penemuan ini menjadikan Gymnospermae sebagai kelas yang benar-benar berbeda dari dikotil, dan istilah Angiospermae mulai diterapkan untuk semua tumbuhan berbiji yang bukan kedua kelompok yang disebutkan Robert Brown. Pengertian terakhir inilah yang masih bertahan hingga sekarang. Dalam sistem taksonomi modern, kelompok tumbuhan berbunga ditempatkan pada berbagai takson. Selain Angiospermae, kelompok ini disebut juga dengan Anthophyta ("tumbuhan bunga"). Sistem Wettstein dan Sistem Engler menempatkan Angiospermae pada tingkat subdivisio. Sistem Reveal memasukkan semua tumbuhan berbunga dalam subdivisio Magnoliophytina, namun pada edisi lanjut memisahkannya menjadi Magnoliopsida, Liliopsida, dan Rosopsida. Sistem Takhtajan dan sistem Cronquist memasukkan kelompok ini ke dalam tingkat divisio dengan nama Magnoliophyta. Sistem Dahlgren dan sistem Thorne (1992) menggunakan nama Magnoliopsida dan meletakkannya pada tingkat kelas. 12

Saat ini, sistem klasifikasi yang paling akhir, seperti sistem APG (1998) dan sistem APG II (2003), tidak lagi menjadikannya sebagai satu kelompok takson tersendiri melainkan sebagai suatu klade tanpa nama botani resmi dengan nama angiosperms (sistem ini menggunakan nama-nama bahasa Inggris atau diinggriskan untuk nama-nama tidak resmi). Pembagian internal (taksonomi) Klasifikasi internal kelompok ini mengalami banyak perubahan. Sistem klasifikasi Cronquist (1981) masih banyak dipakai tetapi mulai dipertanyakan keakuratannya dari sisi filogeni terutama karena bertentangan dengan hasil-hasil penyelidikan molekular. Kesepakatan umum tentang bagaimana tumbuhan berbunga dikelompokkan mulai tercapai sejak hasil "Angiosperm Phylogeny Group" (APG) dikeluarkan pada tahun 1998 dan diperbaharui pada tahun 2003 sebagai Sistem klasifikasi APG II. Sistem klasifikasi Cronquist membagi tumbuhan berbunga menjadi dua kelompok: Magnoliopsida dan Liliopsida. Nama pemeri lain yang diizinkan dalam Pasal 16 ICBN adalah Dicotyledoneae (dikotil) dan Monocotyledoneae (monokotil) atas dasar sejarah dan menunjukkan satu ciri cukup mudah untuk diamati meskipun tidak selalu demikian: tumbuhan dikotil memiliki dua daun lembaga sedangkan tumbuhan monokotil memiliki satu daun lembaga. Sistem APG, yang menggunakan konsep kladistika dan banyak memakai metode pengelompokan statistika (clustering) serta memasukkan data-data molekular, mendapati bahwa monokotil merupakan kelompok monofiletik atau holofiletik, dan menamakannya monocots (bentuk jamak dari monocot), tetapi dikotil ternyata tidak demikian (disebut sebagai kelompok bersifat parafiletik). Meskipun demikian terdapat kelompok besar dikotil yang monofiletik yang dinamai eudicots atau tricolpates. Nama eudicot berarti "dikotil sejati" karena menunjukkan ciri-ciri yang biasa dinyatakan sebagai ciri khas dikotil, seperti bunga dengan empat atau lima mahkota bunga dan empat atau lima kelopak bunga. Sisa dari pemisahan ini, yang tetap parafiletik, biasa dinamakan sebagai paleodicots (paleo- berarti "purba" atau "kuno") untuk kemudahan penyebutan. Penyelidikan menggunakan filogeni yang menggunakan data-data molekular hingga sekarang telah menemukan delapan kelompok utama pada tumbuhan berbunga, yaitu monocots, eudicots, Amborellaceae, Nymphaeales, Austrobaileyales, Chloranthales, Ceratophyllales, dan magnoliids. Keanekaragaman jenis dan manfaat Jenis tumbuhan berbunga diperkirakan berkisar antara 250.000 hingga 400.000 yang dapat dikelompokkan hingga paling sedikit 402 suku (berdasarkan taksiran dalam Sistem APG II). 13

Sistem APG 1998 menyatakan terdapat 462 suku. Monokotil mencakup sekitar 23% dari keseluruhan spesies dan "dikotil sejati" (eudicots) mencakup 75% dari keseluruhan spesies. Sepuluh besar suku tumbuhan menurut banyaknya jenis adalah sebagai berikut: Asteraceae atau Compositae (suku kenikir-kenikiran): 23.600 jenis Orchidaceae (suku anggrek-anggrekan): 21.950 Fabaceae atau Leguminosae (suku polong-polongan): 19.400 Rubiaceae (suku kopi-kopian): 13.183 Poaceae, Glumiflorae, atau Gramineae (suku rumput-rumputan): 10.035 Lamiaceae atau Labiatae (suku nilam-nilaman): 7.173 Euphorbiaceae (suku kastuba-kastubaan): 5.735 Cyperaceae (suku teki-tekian): 4.350 Malvaceae (suku kapas-kapasan): 4.225 Araceae (suku talas-talasan): 4.025 Orchidaceae, Poaceae, Cyperaceae dan Araceae adalah monokotil. Kesepuluh suku di atas mencakup beragam jenis tumbuhan penting dalam kehidupan manusia, baik dalam bidang pertanian, kehutanan maupun industri. Suku rumput-rumputan jelas merupakan suku terpenting karena menghasilkan berbagai sumber energi pangan bagi manusia dan ternak dari padi, gandum, jagung, jelai, haver, jewawut, tebu, serta sorgum. Suku polong-polongan menempati tempat terpenting kedua, sebagai sumber protein nabati dan sayuran utama dan berbagai peran budaya lain (kayu, pewarna, dan racun). Suku nilamnilaman beranggotakan banyak tumbuhan penghasil minyak atsiri dan bahan obat-obatan. Beberapa suku penting lainnya dalam kehidupan manusia adalah Solanaceae (suku terong-terongan), sebagai sumber pangan penting terutama sayuran Cucurbitaceae (suku labu-labuan), sebagai sumber sayuran penting Brassicaceae atau Cruciferae (suku sawi-sawian), sebagai sumber sayuran dan minyak pangan penting Alliaceae (suku bawang-bawangan), sebagai sumber sayuran bumbu penting Piperaceae (suku sirih-sirihan), sebagai sumber rempah-rempah penting. Arecaceae atau Palmae (suku pinang-pinangan), sebagai pendukung kehidupan penting masyarakat agraris daerah tropika Rutaceae (suku jeruk-jerukan), Rosaceae (suku mawar-mawaran), dan Myrtaceae (suku jambu-jambuan) banyak menghasilkan buah-buahan penting.

14

Tumbuhan berbunga juga menjadi pemasok sumberdaya alam dalam bentuk kayu, kertas, serat (misalnya kapas, kapuk, henep, sisal, serat manila), obat-obatan (digitalis, kamfer), tumbuhan hias (ruangan maupun terbuka), dan berbagai daftar panjang kegunaan lain.

Kelas : Dicotyledonae. Terdiri dari bibit tanaman yang menghasilkan embrio dengan kotiledon dipasangkan dan daun net-veined; dibagi menjadi enam (tidak selalu baik dibedakan) subclass (atau superorders): Magnoliidae dan Hamamelidae (dianggap primitif); Caryophyllidae (sebuah cabang awal dan khas), dan tiga kurang lebih maju kelompok: Dilleniidae; Rosidae; Asteridae Terjemahkan Ordo : Rhoeadales (Brassicales). Brassicales merupakan urutan tanaman berbunga, milik kelompok II eurosids dari dicotyledons bawah sistem APG II. Satu karakter umum untuk banyak anggota order produksi glukosinolat (minyak mustard) senyawa. Kebanyakan sistem klasifikasi telah memasukkan perintah ini, meskipun kadang-kadang dengan nama Capparales (nama yang dipilih tergantung pada yang diperkirakan memiliki prioritas). Urutan biasanya berisi keluarga berikut * Keluarga Akaniaceae * Keluarga Bataceae (semak garam-toleran dari Amerika dan Australasia) * Keluarga Brassicaceae (mustard dan keluarga kubis) (mungkin termasuk Cleomaceae) * Keluarga Capparaceae (lompat keluarga, kadang-kadang termasuk dalam Brassicaceae) * Keluarga Caricaceae (keluarga pepaya) * Keluarga Gyrostemonaceae * Keluarga Koeberliniaceae * Keluarga Limnanthaceae (keluarga meadowfoam) * Keluarga Moringaceae (tiga belas jenis pohon dari Afrika dan India) * Keluarga Pentadiplandraceae * Keluarga Resedaceae (keluarga mignonette) * Keluarga Salvadoracea * Keluarga Setchellanthaceae * Keluarga Tovariaceae * Keluarga Tropaeolaceae (keluarga nasturtium) Di bawah sistem Cronquist, yang Brassicales itu disebut Capparales, dan termasuk di antara "Dilleniidae". Keluarga hanya memasukkan adalah Brassicaceae dan Capparaceae 15

(diperlakukan sebagai keluarga yang terpisah), yang Tovariaceae, Resedaceae, dan Moringaceae. Taksa lainnya sekarang disertakan di sini ditempatkan dalam urutan yang berbeda.

Para Capparaceae keluarga dan Brassicaceae berkaitan erat. Satu kelompok, yang terdiri dari Cleome dan genera terkait, secara tradisional termasuk dalam Capparaceae namun demikian hasil dalam Capparaceae paraphyletic [1]. Oleh karena itu, kelompok ini umumnya sekarang baik termasuk dalam Brassicaceae atau sebagai keluarga sendiri, Cleomaceae. [3 ]

Famili : Cruciferae (Brassicaceae). Brassicaceae Suku kubis-kubisan atau Brassicaceae (atau Cruciferae) ialah salah satu suku anggota tumbuhan berbunga. Dalam keluarga ini terdapat sejumlah jenis sayuran yang banyak berguna bagi kehidupan manusia. Cruciferae adalah nama yang lebih dahulu digunakan yang artinya "pembawa silangan", yang mencerminkan ciri khas suku ini karena memiliki empat kelopak bunga yang tersusun menyerupai tanda silang atau salib. Brassicaceae ditemukan di hampir semua zona iklim sedang hingga daerah tropika dan yang paling banyak ditemukan di kawasan Laut Tengah. Secara keseluruhan, terdapat 350 marga (genus) dan sekitar 3.000 spesies. Keseluruhan marga dicantumkan pada artikel "Daftar marga anggota Brassicaceae".

Genus : Brassica. Brassica Brassica (diucapkan / brsk / bra-si-ca) adalah genus tumbuhan dalam keluarga sawi (Brassicaceae). Para anggota dari genus dapat secara kolektif dikenal baik sebagai kubis, atau sebagai mustard. Tanaman dari genus ini kadang-kadang disebut tanaman Cole, yang berasal dari caulis bahasa Latin, yang berarti batang atau kubis. genus ini luar biasa untuk mengandung tanaman pertanian dan hortikultura lebih penting daripada genus lainnya. Hal ini juga mencakup sejumlah gulma, baik taksa liar dan pelarian dari budidaya. Ini mencakup lebih dari 30 spesies liar dan hibrida, dan kultivar tambahan banyak dan hibrida asal dibudidayakan. Kebanyakan Annuals atau biennale, tetapi beberapa semak kecil. Karena pentingnya pertanian mereka, tanaman Brassica telah menjadi topik

16

yang menarik ilmiah banyak. Enam spesies sangat penting (Brassica carinata, juncea B., B. oleracea, B. napus, B. nigra dan B. rapa) adalah diambil dengan menggabungkan kromosom dari tiga spesies sebelumnya, seperti yang dijelaskan oleh teori Segitiga U. Genus ini asli di alam liar di Eropa Barat, Mediterania dan daerah beriklim sedang di Asia. Selain spesies budidaya, yang tumbuh di seluruh dunia, banyak spesies liar tumbuh sebagai gulma, terutama di Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Australia. Menggunakan Makanan Hampir semua bagian dari beberapa spesies atau lainnya telah dikembangkan untuk makanan, termasuk akar (rutabaga, lobak), batang (kohlrabi), daun (kol, brussels sprouts), bunga (kembang kol, brokoli), dan biji (banyak, termasuk mustard benih, dan lobak penghasil minyak). Beberapa bentuk dengan daun putih atau ungu atau flowerheads juga kadangkadang ditanam untuk ornamen. Spesies Brassica kadang-kadang digunakan sebagai tanaman makanan oleh larva sejumlah spesies Lepidoptera-lihat Daftar Lepidoptera yang memakan Brassica. Obat sayuran Brassica sangat dihargai untuk nilai gizi mereka. Mereka menyediakan jumlah tinggi vitamin C dan serat larut dan mengandung beberapa nutrisi dengan sifat antikanker ampuh:. 3,3 '-diindolylmethane, sulforaphane dan selenium [rujukan?] Perebusan mengurangi tingkat senyawa antikanker, tapi dikukus, microwave, dan aduk goreng tidak mengakibatkan kerugian yang signifikan Mengukus sayuran selama tiga sampai empat menit dianjurkan untuk memaksimalkan sulforaphane.. sayuran Brassica kaya akan indole-3-carbinol, zat kimia yang meningkatkan perbaikan DNA pada sel dan muncul untuk memblokir pertumbuhan sel kanker Mereka juga merupakan sumber yang baik dari karotenoid, dengan brokoli memiliki tingkat sangat tinggi. . Para peneliti di University of California di Berkeley baru-baru ini menemukan bahwa 3,3 'diindolylmethane dalam sayuran Brassica adalah suatu modulator poten dari respon sistem kekebalan tubuh bawaan dengan aktivitas ampuh antivirus, antikanker dan antibakteri; Namun, itu juga adalah sebuah anti androgen. Sayuran ini juga mengandung goitrogens, yang menekan fungsi tiroid. Hal ini dapat menyebabkan hipotiroidisme dan gondok. Spesies

Ada beberapa perbedaan pendapat di antara ahli botani pada klasifikasi dan status spesies Brassica dan subspesies. [Rujukan?] Berikut ini adalah daftar singkat, dengan penekanan pada spesies ekonomis penting. 17

* B. carinata: Abyssinian mustard atau Abyssinian kubis, digunakan untuk memproduksi biodiesel * B. elongata: mustard memanjang * B. fruticulosa: Mediterania kubis * B. juncea: sawi, mustard dan daun coklat, mustard Sarepta * B. napus: rapeseed, canola, rutabaga (lobak Swedia) * B. narinosa: mustard broadbeaked * B. nigra: mustard hitam * B. oleracea: kale, kubis, brokoli, kembang kol, kai-lan, kubis Brussel, kohlrabi * B. perviridis: hijau tender, bayam mustard * B. rapa (syn B. campestris): kubis Cina, lobak, rapini, komatsuna * B. rupestris: mustar coklat * B. septiceps: lobak seventop * B. tournefortii: mustard Asia Ditinggalkan nama spesies * Kaber B. (mustard liar atau charlock)-lihat arvensis Sinapis * B. alba atau hirta B. (sawi putih atau kuning)-lihat alba Sinapis * Geniculata B. (sawi putih)-lihat incana Hirschfeldia Genome sequencing dan genetika Bayer CropScience (bekerja sama dengan BGI-Shenzhen, Cina, Keygene NV, Belanda dan University of Queensland, Australia) mengumumkan telah diurutkan genom seluruh rapeseed / kanola (Brassica napus) dan perusahaan konstituen genom hadir dalam rapa dan B. B. oleracea pada tahun 2009 [10]. Genom B. rapa saat ini sedang diurutkan oleh Multinasional Brassica Genome Project. Ini juga merupakan komponen A genom spesies tanaman B. napus amphidiploid dan juncea B..

Spesies : Brassica Juncea.

JENIS-JENIS SAWI. Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Petani kita hanya mengenal 3 macam sawi yang biasa dibudidayakan yaitu : sawi putih (sawi jabung), sawi hijau, dan sawi huma. Sekarang ini masyarakat lebih mengenal caisim alias sawi bakso. Selain itu juga ada pula jenis sawi keriting dan sawi sawi monumen. 18

Caisim alias sawi bakso ada juga yang menyebutnya sawi cina., merupakan jenis sawi yang paling banyak dijajakan di pasar-pasae dewasa ini. Tangkai daunnya panjang, langsing, berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis dan berwarna hijau. Rasanya yang renyah, segar, dengan sedikit sekali rasa pahit. Selain enak ditumis atau dioseng, juga untuk pedangan mie bakso, mie ayam, atau restoran cina.

4.2.Syarat Tumbuh Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesia ini. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi.

Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bils di tanam pada akhir musim penghujan. Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7. 4.3.Budidaya Tanaman Sawi Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan, penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta pemeliharaan tanaman. Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tunmpang sari. Tanaman yang dapat ditumpangsarikan antara lain : bawang dau, wortel, bayam, kangkung darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada juga melalui pembibitan terlebih

19

dahulu. Berikut ini akan dibahas mengenai teknik budidaya sawi secara konvensional di lahan. A. BENIH. Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan proses yang akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun. B. PENGOLAHAN TANAH. Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahaptahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. 20

Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2). C. PEMBIBITAN. Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman. Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 120 cm dan panjangnya 1 3 meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 30 cm. Dua minggu sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl.

Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 3 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan. D. PENANAMAN. Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4 8 x 6 10 cm. E. PEMELIHARAAN. Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah

21

air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat.Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru.Penyiangan biasanya dilakukan 2 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan.

Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. 4.4.Penanaman Vertikultur Langkah angkah penanaman secara vertikultur adalah sebagai berikut : 1. Benih disemaikan pada kotak persemaian denagn media pasir. Bibit dirawat hingga siap ditanaman pada umur 14 hari sejak benih disemaikan. 2. Sediakan media tanam berupa tanah top soil, pupuk kandang, pasir dan kompos dengan perbandingan 2:1:1:1 yang dicampur secara merata. 3. Masukkan campuran media tanam tersebut ke dalam polibag yang berukuran 20 x 30 cm. 4. Pindahkan bibit tanaman yang sudah siap tanam ke dalam polibag yang tersedia. Tanaman yang dipindahkan biasanya telah berdaun 3 5 helai. 5. Polibag yang sudah ditanami disusun pada rak-rak yang tersedia pada Lath House. 4.5.Penanaman Hidroponik Langkah-langkah penanaman secara hidroponik adalah sebagai berikut :

22

1. Siapkan wadah persemaian . Masukkan media berupa pasir halus yang disterilkan setebal 3 4 cm. Taburkan benih sawi di atasnya selanjutnya tutupi kembali dengan lapisan pasir setebal 0,5 cm. 2. Setelah bibit tumbuh dan berdaun 3 5 helai (umur 3 4 minggu0, bibit dicabut dengan hati-hati, selanjutnya bagian akarnya dicuci dengan air hingga bersih, akar yang terlalu panjang dapat digunting. 3. Bak penanaman diisi bagian bawahnya dengan kerikil steril setebal 7 10 cm, selanjutnya di sebelah atas ditambahkan lapisan pasir kasar yang juga sudah steril setebal 20 cm. 4. Buat lubang penanaman dengan jarak sekitar 25 x 25 cm, masukkan bibit ke lubang tersebut, tutupi bagian akar bibit dengan media hingga melewati leher akar, usahakan posisi bibit tegak lurus dengan media. 5. Berikan larutan hidroponik lewat penyiraman, dapat pula pemberian dilakukan dengan sistem drip irigation atau sistem lainnya, tanaman baru selanjutnya dipelihara hingga tumbuh besar. 4.6.Hama dan Penyakit A. HAMA. 1. Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.). 2. Ulat tritip (Plutella maculipennis). 3. Siput (Agriolimas sp.). 4. Ulat Thepa javanica. 5. Cacing bulu (cut worm). B. PENYAKIT. 1. Penyakit akar pekuk. 2. Bercak daun alternaria. 23

3. Busuk basah (soft root). 4. Penyakit embun tepung (downy mildew). 5. Penyakit rebah semai (dumping off). 6. Busuk daun. 7. busuk Rhizoctonia (bottom root). 8. Bercak daun. 9. Virus mosaik. 4.7.Panen dan Pasca Panen Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur panen dan cara panennya. Umur panen sawi paling lama 70 hari. Paling pendek umur 40 hari. Terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun. Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah dengan pisau tajam. Pasca panen sawi yang perlu diperhatikan adalah : 1. Pencucian dan pembuangan kotoran. 2. Sortasi. 3. Pengemasan. 4. Penympanan. 5. Pengolahan

4.8.Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Dengan Pemberian Bokashi Pembangunan pertanian merupakan ba-gian integral dari pembangunan nasional. Sebagai bagian dari pembangunan nasional maka, pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan nelayan khususnya serta masyarakat 24

pertanian pada umumnya melalui peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitasnya (Haryanto dan Sucipto, 2003). Sistem pertanian organik adalah meng-hasilkan bahan pangan dengan kualitas nutrisi tinggi serta jumlah yang cukup. Dengan bertani organik, interaksi sistem dan daur alamiah yang mendukung semua bentuk kehidupan terjadi secara efektif, hingga dapat membatasi terjadinya semua bentuk pencemaran lingkungan yang mungkin dihasilkan oleh kegiatan per-tanian (Darliana, 2003). Dalam rangka memasyarakatkan pertanian organik dengan memanfaatkan limbah pertanian yang belum dikelola yang salah satunya dengan pembuatan bokashi. Bo-kashi (bahan organik kaya akan sumber hayati) adalah hasil fermentasi bahan organik (jerami, sampah organik, pupuk kandang) dengan menggunakan teknologi EM (Microorganisme Efektif), sehingga dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan mening-katkan pertumbuhan tanaman dan mening-katkan produksi. Pemberian bokashi juga diharapkan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah terutama mikro-organisme tanah yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Bokashi me-ngandung unsur hara bermutu tinggi dan zat-zat bioaktif lainnya yang dapat merangsang pertumbuhan dan produksi tanaman, tidak menyebabkan polusi dan pencemaran lingkungan serta tidak berbahaya bagi kesehatan manusia (Saranga, 2000). Tanaman sawi bila ditinjau dari aspek ekonomis dan bisnisnya layak untuk dikembangkan atau diusahakan untuk me-menuhi permintaan konsumen yang cukup tinggi serta adanya peluang pasar inter-nasional yang cukup besar. Pengem-bangan budidaya sawi mempunyai pros-pek baik untuk mendukung upaya pe-ningkatan pendapatan petani, peningkatan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, peningkatan pendapatan negara melalui pengu-rangan impor dan memacu laju per-tumbuhan ekspor. Kelayakan pengem-bangan budidaya sawi antara lain di-tunjukkan oleh adanya keunggulan kom-paratif kondisi wilayah tropis Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas tersebut, Di samping itu, umur panen sawi relatif pendek dan hasilnya memberikan keuntungan yang memadai. tetapi tanam-an yang dihasilkan umumnya masih menggunakan pupuk anorganik sehingga belum berorientasi pada produk organik yang harganya cukup mahal. Data Statistik Kabupaten Takalar Tahun 2006, khususnya di Kecamatan Galesong Utara menunjukkan bahwa luas areal tanaman sawi, yaitu 21,2 ha dan luas panen 21,2 ha. Dari luas panen tersebut menghasilkan produksi 201,40 ton dengan rata-rata produksi 9,50 ton ha-1 (Anonim, 2006). Untuk mendapatkan hasil panen sawi yang berkualitas, sehat dan ramah lingkungan, maka alternatif yang ditem-puh khususnya dalam peningkatan pen25

dapatan petani adalah penggunaan bokashi ayam pada tanaman sawi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh bokashi ayam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi.

4.9.Masalah Sawi Sawi Titik Kritis Inflasi di Kobar TINGKAT inflasi yang terjadi di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) pada Juli tahun ini 2,40%, jauh lebih tinggi dari inflasi di Kota Palangkaraya yang hanya 2,33%. Angka ini juga jauh lebih tinggi dari inflasi nasional bulan yang sama, yang hanya sebesar 1,57%.Inflasi adalah suatu keadaan di mana harga barang secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu yang lama dan terus-menerus. Inflasi dapat menyebabkan gangguan pada stabilitas ekonomi di mana para pelaku ekonomi enggan untuk melakukan spekulasi dalam perekonomian. Di samping itu, inflasi juga bisa memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat akibat menurunnya daya beli masyarakat secara umum karena harga-harga yang naik. Selain itu, distribusi pendapatan pun semakin buruk akibat tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dengan inflasi yang terjadi. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kobar, Johansyah, kemarin, mengatakan, inflasi di Kobar terjadi disebabkan adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 121,08 poin pada Juni menjadi 123,98 poin pada Juli. Dipengaruhi harga sawi Kenaikan inflasi itu terjadi karena didorong kenaikan beberapa sejumlah komoditas, terutama sayuran. Kenaikan harga sawi dinilai merupakan titik kritis dan cukup berpengaruh terhadap laju inflasi di Kobar. "Harga sawi hijau memberikan andil kenaikan laju inflasi hingga 127, 27%," katanya. Dia menuturkan, meski harga cabai rawit berada di urutan ke dua menyumbang inflasi tapi tidak setinggi sawi hijau. Pasalnya, ujar dia, cabai rawit masih ada dalam jumlah banyak, hanya didatangkan dari Pula Jawa. Sedangkan sawi hijau, jumlahnya terbatas. Padahal dibutuhkan banyak konsumen. Hal itu jelas tidak seimbang antara kebutuhan dan keberadaan jumlah barang, sehingga putaran sawi lebih cepat dari pada perputaran cabai rawit. Dia memaparkan, selain kenaikan harga sawi dan cabai, kenaikan IHK juga terjadi pada beberapa kelompok pengeluaran seperti biaya pembuatan SIM 60,71%, bawang putih 51,47%, cabai merah 51,32%, serta kemiri dan bayam masing-masing naik 50,00%. (B-3)

26

Hentikan Operasional 31 Konsesi Sawi JAKARTA Operasional perkebunan sawit di Barito Utara, Katingan, dan Seruyan harus dihentikan. Jika tidak, Menhut bisa dianggap turut membiarkan terjadinya kerugian negara. Direktur Eksekutif Greenomics Indonesia Elfian Effendi meminta Kementerian Kehutanan menghentikan kegiatan 31 perkebunan sawit yang beroperasi di kawasan hutan Kalteng untuk menghindari kerugian negara (kerusakan lingkungan) lebih besar.Menurut Elfian, berdasarkan rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI pada 23 Februari 2009, Kemenhut juga sudah diminta untuk menghentikan operasional perkebunan sawit di Barito Utara, Katingan, dan Seruyan.Namun, rekomendasi tersebut, menurut Elfian, setelah dua tahun Kemenhut belum juga menindaklanjutinya. "Menteri Kehutanan bisa dinilai turut membiarkan terjadinya kerugian negara dan atau kerusakan apabila kegiatan operasional perkebunan sawit di Kabupaten Barito Utara, Katingan dan Seruyan itu tidak dihentikan," ujar Elfian di Jakarta, Senin (28/3).Dalam laporan audit BPK itu disebutkan 29 nama perusahaan sawit dan dua koperasi yang tersebar di tiga kabupaten tersebut dengan luas total areal konsesi mencapai 267.346ha. Dari jumlah tersebut, terdapat 20 perusahaan sawit berstatus operasional, sedangkan sembilan di antaranya tidak operasional.Berdasarkan laporan BPK, kata Elfian, PT Antang Ganda Utama, PT Sumber Inu Forestry, PT Berjaya Agro, dan Koperasi Sekunder Mitra Ganda Perdana Sawit harus menghentikan operasionalnya. Termsuk enam perusahaan di Katingan, PT Karya Dewi Putra, PT Giri Rejeki Mukti, PT Krida Dharma Kahuripan, PT Kereng Pangi Pratama, PT Katingan Hijau Lestari, dan satu unit Koperasi Karya Abadi.Sementara di Seruyan, PT Agro Karya Prima Lestari, PT Agro Mandiri Perdana, PT Buana Artha Sejahtera, PT Harapan Mas Sawit BP, PT Kerry Sawit Indonesia, dan PT Menthobi Sawit Jaya. Kemudian, PT Mitra Agroindo, PT Mitra Tama Abadi Makmur, PT Mitra Unggul Tama Perkasa, PT Sarana Titian Permata, PT Sawitmas Nugraha Perdana, dan PT Sumur Pandan Wangi.Arie Rompas, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalteng mendesak Kemenhut dan kepolisian bertindak tegas terhadap penggunaan kawasan kehutanan secara tidak sah di Kalteng.Data Walhi Kalteng tahun 2010 menyebutkan, sebanyak 81 perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kalteng seluas 718.295ha beroperasi menggunakan kawasan hutan secara ilegal.Ke-81 perusahaan tersebut terdapat di hampir seluruh kabupaten di Kalteng, antara lain di Kotawaringin Timur, Seruyan, dan Katingan. 27

Puluhan perusahaan itu menggunakan kawasan hutan nonkonversi pada hutan produksi dan hutan produksi terbatas (HP dan HPT) tanpa mengantongi izin pelepasan kawasan hutan (IPKH) dari Menhut.Rio, sapaan akrab Arie Rompas, mendukung fakta dan data yang disampaikan Greenomics Indonesia dan audit BPK. Untuk itu, aparat kepolisian bersama Dinas Kehutanan diminta memasang police line di perusahaan yang diduga menggunakan kawasan hutan tanpa IPKH itu.Saya menyayangkan itu sampai sekarang belum dilakukan. Padahal, ini domain Kehutanan dan kepolisian. Mereka bisa menggunakan UU Kehutanan untuk menjerat pelaku, kata Rio, kepada Tabengan, tadi malam.Menurut Rio, police line dan penghentian operasional perusahaan harus dilakukan agar kerugian Negara dan kerusakan hutan dapat ditekan. Sebab, berdasarkan fakta dan bukti dari berbagai pihak, semua perusahaan itu melanggar kawasan.Bahkan, Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kemenhut Darori dan temuan Satgas Pemberantasan Mafia Hukum juga pernah mengungkap fakta yang mencengangkan. Ternyata, kerugian Negara akibat pelanggaran hukum di kawasan hutan oleh usaha perkebunan dan pertambangan di Kalteng mencapai Rp158,5 triliun. Tantang KepolisianSementara itu Kepala Dinas Kehutanan (Kadishut) Kotawaringin Timur (Kotim) Hanif Budi Nugroho menantang aparat kepolisian untuk mengungkap kasus illegal logging (pembalakan liar) yang dilakukan oleh hampir semua perkebunan sawit di Kotim.Menurut Hanif, aparat kepolisian belum berani menegakkan aturan terkait pengungkapan kasus illegal logging yang terjadi di perusahaan perkebunan di Kotim. Padahal mereka (perkebunan sawit) itulah pelaku pembalakan liar yang sesungguhnya, kata Hanif di Sampit, Senin (28/3).Menurut Hanif, sebagian besar perusahaan perkebunan di Kotim belum memiliki IPKH dari Menhut. Ini bisa menjadi dasar bagi kepolisian untuk melakukan penyelidikan. Saya siap memberikan kesaksian untuk kasus ini, kata Hanif.Selain belum memiliki izin pelepasan kawasan, perusahaan perkebunan sawit di Kotim, kata Hanif, juga belum memiliki izin pemanfaatan kayu (IPK). Tapi, mereka sudah melakukan proses land clearing.Dikatakan Hanif, semua kayu yang digunakan untuk pembangunan di perkebunan sawit illegal. Dari mana mereka mendapatka kayu-kayu tersebut, karena tak satu pun perkebunan sawit mengantongi IPK, ujar Hanif. ant/anr/c-dis Sumber : Harian Umum Tabengan,

28

BAB V PENUTUP

5.1.Kesimpulan 5.1.1. Permintaan pasar yang semakin besar terhadap perahu pinisi menyebabkan terjadinya tansformasi proses pembuatan khususnya yang menyangkut upacara- upacara ritual dengan tujuan agar dapat lebih efektif dan efisien. 5.1.2. Pola hubungan kerja yang terbentuk di dalam industri pembuatan perahu Pinisi mencirikan pola hubungan struktur fungsional dengan tampilan tiga status kedudukan dalam organisasi kerja yaitu; jurangan, ponggawa dan sawi 5.1.3. Distribusi pendapatan dalam industri pembuatan perahu Pinisi berdasarkan kesepakatan dalam konteks local, dengan aturan keuntungan bersih diterima oleh juragan setelah dikurangi 10 % dari nilai kontrak untuk upah ponggawa, 20 % dari nilai kontrak untuk bonus prestasi kerja, dan sisa nilai kontrak yang ada dibagi dengan jumlah hari kerja kemudian dibagi dengan jumlahsawi yang bekerja sebagai nilai upahsawi perhari.

5.2.Saran 5.2.1. Sebaiknya sebelum kita membudidayakan tanaman sawi kita harus memperhatikan jenis tanah yang cocok. 5.2.2. Sebaiknya kita juga harus bisa mengenal masalah perkebunan sawi seperti hama dan masalah yang datang dari luar. 5.2.3. Sebelum kita membudidayakan sawi sebaiknya kita juga harus meminta dukungan dari berbagai pihak.

29

Daftar pustaka Anonimus. 2005. Adakah Prospek Diversifikasi Usahatani di Lahan Sawan Irigasi. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 27 (1):13-15. Baharsyah, S. 1990. Pokok-pokok Pemikiran Repelita VI Pertanian. Pengarahan Rapat Kerja Nasional. Departemen Pertanian Jakarta. 15-17 Januari 1990. Gatoet, S.H. & M. Arifin. 1992. Keragaan Konsumsi Sayuran dan Buah Indonesia. Info Hortikultura. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Haryanto, E., Tina Suhartini, Estu Rahayu & Hendro Sunarjono. 2005. Sawi & Selada. Penebar Swadaya. Jakarta. 112 hal.

30

You might also like