You are on page 1of 24

MAKALAH ETIKA PROFESI

KONSEP DASAR PERILAKU


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Profesi

Disusun oleh : 1. Arlinda Novitasari 2. Fitri Wulandari 3. Nur Hidayati P07133111002 P07133111015 P07133111028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN 2012

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tak pernah berhenti memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Epidemiologi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan umatnya yang masih istiqomah di jalan beliau. Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Tuntas Bagyono, SKM, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Yogyakarta. 2. H. Sardjito Eko Windarso,SKM,MP, selaku pengampu mata kuliah Etika Profesi Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Yogyakarta. 3. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan motivasi serta bantuan baik secara moral maupun spiritual. 4. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah hini. Penyusun menyadari bahwa tak ada jalan yang tak berkelok, tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari semua pihak demi karya yang lebih baik. Akhir kata dengan segala kerendahan hati semoga makalah ini bermanfaat untuk semua pihak yang membutuhkan. Yogyakarta, September 2012

Penyusun

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................. 1 KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2 DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 4 A. Latar Belakang.............................................................................................. 4 B. Tujuan .......................................................................................................... 5 C. Ruang Lingkup............................................................................................ 5 D. Manfaat ....................................................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6 A. Pengertian dan Ruang Lingkup Perilaku.................................................... 6 B. Pengertian Perilaku..................................................................................... 6 C. Domain Perilaku ........................................................................................ 7 D. Taksonomi Perilaku.................................................................................... 13 E. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku. 16 F. Strategi Menghadapi Perubahan Perilaku.. 20 BAB III 22 A. Kesimpulan. 22 B. Saran........................................................................................................... 23 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia hidup tidak lepas dari kegiatan dan aktifitas yang mengiringinya. Bangun tidur, mandi, sarapan kemudian bekerja ada yang menuntut ilmu, bermain, menonton tv lalu ketika malam menjelang (manusia) beristirahat, tidur atau sekedar mengobrol santai dengan orang-orang terdekat dan tentunya masih banyak kegiatan dan aktifitas lainnya yang dilakukan, dan individu satu dengan individu lain pasti sangat berbeda. Kegiatan (manusia) inilah yang disebut dengan perilaku. Perilaku dianggap sebagai sesuatu yang sulit diukur. Kaitannya dengan psikologi, ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan dan perilaku manusia. Perilaku dapat digolongkan menjadi dua, yaitu perilaku yang kasat mata atau bisa dilihat (duduk, tidur, berbicara, dll) dan perilaku yang tak kasat mata (motivasi, obsesi, sikap, dll). Perilaku tersebut menunjukkan keberadaan manusia, yakni berupa interaksi antar sesama manusia dan interaksi manusia dengan lingkungannya. Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang paling dirasakan sampai yang paling tidak dirasakan kaitannya dengan perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Perilaku manusia beraneka macam dan beragam . setiap individu manusia memiliki perilaku yang bermacam macam dan beragam. Ada yang memiliki perilaku positif dan negatif,manusia yang memiliki perilaku positif akan berdampak positif bagi kehidupanya dan lingkungan sekitarnya begitu juga manusia yang mempunyai perilaku negatif maka akan berdampak negatif bagi kehidupannya dan lingkungannya. Perilaku manusia sangat berkaitan erat dengan lingkungan,maka perlu juga memahami ilmu lingkungan. Karena bagaimanapun juga segala tingkah
4

laku manusia berhubungan erat dengan lingkungan di sekitarnya. Antara perilaku dan lingkungan ini sendiri memiliki hubungan timbal balik dan mempengaruhi satu sama lain. Dapat disimpulkan bahwa tujuan mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan lingkungannya adalah untuk mengetahui pengaruh hubungan antara tingkah laku manusia serta dampak perilaku manusia tersebut terhadap lingkungan untuk kepentingan manusia itu sendiri dan lingkungannya. B. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengertian dan ruang lingkup perilaku. 2. Mengetahui dan memahami pengertian perilaku. 3. Mengetahui dan memahami domain perilaku. 4. Mengetahui dan memahami taksonomi perilaku. 5. Mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku. 6. Mengetahui dan memahami strategi menghadapi perubahan perilaku. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup pembahasan dalam makalah ini adalah bidang etika profesi tentang melakukan kegiatan penyuluhan. D. Manfaat Dengan membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat lebih mudah untuk memahami faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dengan sebelumnya kita mengetahui apa yang dimaksud dengan perilaku, domain perilaku, dan taksonomi perilaku, sehingga kita dapat mengetahui cara dan strategi untuk menghadapi perubahan perilaku seseorang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Perilaku Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik. Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit), dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit), Pengertian lain dari perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. (Notoatmodjo, 2003).

B. Pengertian Perilaku 1. Menurut Ensiklopedi Amerika Perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula. 2. Menurut Robert Y. Kwick (1972) Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari. 3. Menurut Soekidjo Notoatmodjo, 1987:1
6

Perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup. 4. Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : a. Perilaku tertutup (convert behavior) Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. b. Perilaku terbuka (overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

C. Domain Perilaku Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yakni:

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakterisitik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin. 2. Determinan atau faktor eksternal yaitu lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologis pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 domain. Pembagian ini dilakukan untuk tujuan pendidikan. Bahwa dalam suatu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yakni: a. Kognitif (cognitive domain), yaitu peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge). b. Afektif (affective domain), yaitu sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude). c. Psikomotor (psychomotor domain), yaitu praktik atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang sehubungan dengan materi pengetahuan yang diterima (practice). Dalam perkembangannya, Teori Bloom ini dimodifikasi untuk

pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni: 1) Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang

diberikan. (knowledge) Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni, indra penglihatan, pendengaran, penciuman, raba dan rasa. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Proses yang terjadi pada saat seseorang mengadopsi perilaku baru secara berurutan ( Rogers, 1974), yaitu: a) Awareness (kesadaran), orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
8

b) Interest (tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul. c) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d) Trial (mencoba), subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e) Adoption (berperilaku baru), subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Penerimaan perilaku baru yang didasari oleh pengetahuan akan menyebabkan perilaku baru yang bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak disadari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. 2) Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan. (attitude) Sikap masih merupakan reaksi tertutup, tidak dapat langsung dilihat , merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
9

Sikap terdiri dari 3 komponen pokok, Allport (1954): a) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu obyek b) Kehidupan emosional terhadap suatu obyek c) Kecenderungan untuk bertindak Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh seorang ibu telah mendengarkan penyakit polio (penyebabnya,

akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berpikir ini, komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat akan mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Sehingga ibu ini mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit polio ini. Tingkatan Sikap. 1. Menerima (receiving). Orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya : Sikap orang terhadap gizi dapat terlihat dari kesediaan dan perhatian terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. 2. Merespon (responding). Merespon yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Usaha tersebut menunjukkan bahwa orang menerima ide. 3. Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Misalnya : Seorang ibu mengajak ibu lainnya (tetangga, saudara dsb) untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu. Berdasarkan

10

contoh diatas, ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. 4. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Bertanggung jawab merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya:seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya.

Pengukuran sikap : 1. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau

pernyataan responden terhadap suatu objek. Misalnya : bagaimana pendapat Anda tentang pelayanan di Rumah Sakit ? 2. Secara tidak langsung dapat dibuat pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden. Misalnya :Apabila rumah ibu luas, apakah boleh dipakai untuk kegiatan posyandu ? 3) Tindakan atau praktek yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan. (practice) Tindakan merupakan suatu perbuatan nyata yang dapat diamati atau dilihat. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang sudah positif terhadap imunisasi tersebut harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya suami atau isteri, orang tua atau mertua sangat penting untuk mendukung praktek keluarga berencana. Tingkatan praktek
11

1. Persepsi (perception) Persepsi merupakan mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Misalnya : Ibu dapat memilih makanan yang bergizi untuk anak balitanya. 2. Respon terpimpin (guided response). Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. Misalnya : Ibu memasak sayur dengan benar, yaitu mulai dari cara mencuci, memotong dan lamanya memasak. 3. Mekanisme (mecanism). Mekanisme yaitu dapat melakukan dengan benar, secara otomatis/ kebiasaan. Misalnya : Mengimunisasikan bayinya tanpa perintah atau ajakan orang lain. 4. Adopsi (adoption). Adopsi merupakan tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Dengan kata lain, dapat memodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya : ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan- bahan yang murah dan sederhana Pengukuran praktek : 1. Tidak langsung : wawancara terhadap kegiatann yang telah dilakukan beberapa jam,hari atau bulan yang lalu. 2. Langsung : mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu lebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya. Oleh karena itu menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respons batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahui itu. Pada akhirnya, rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan
12

menimbulkan

respon

lebih

jauh

lagi

yaitu

berupa

tindakan (action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau objek tadi. Akan tetapi, di dalam kenyataan stimulus yang diterima oleh subjek dapat langsung menimbulkan tindakan, artinya, seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru dengan mengetahui terlebih dahulu terhadap makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain, tindakan (practice)seseorang tidak harus disadari oleh pengetahuan atau sikap.

D. Taksonomi perilaku Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali dikemukakan oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah. 1. Domain Kognitif Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama berupa adalah Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6) a. Pengetahuan (Knowledge) Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk.
13

b. Aplikasi (Application) Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram. c. Analisis (Analysis) Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan. d. Sintesis (Synthesis) Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk. e. Evaluasi (Evaluation) Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif

14

solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb. 2. Domain Afektif Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol. a. Penerimaan (Receiving/Attending) Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya. b. Tanggapan (Responding) Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan. c. Penghargaan (Valuing) Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku. d. Pengorganisasian (Organization) Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. e. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex) Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya. 3. Domain Psikomotor Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom.
a. Persepsi (Perception)

Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.


b. Kesiapan (Set) 15

Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.


c. Guided Response (Respon Terpimpin)

Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
d. Mekanisme (Mechanism)

Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
e. Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)

Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
f.

Penyesuaian (Adaptation)

Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
g.

Penciptaan (Origination)

Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu.

E. Faktor yang mempengaruhi perilaku 1. Faktor Susunan Syaraf Pusat 2. Faktor Persepsi 3. Faktor Emosi 4. Faktor Proses Belajar 5. Faktor Keturunan dan Lingkungan 6. Faktor Intenal dan Eksternal a. Faktor Internal Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor intern yang dimaksud antara lain jenis ras/keturunan, jenis kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan

16

intelegensia. Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah ini. 1) Jenis Ras/ Keturunan Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas. Tingkah laku khas ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku ras Negroid antara lain bertemperamen keras, tahan menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan sering mengadakan upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang berbeda pula. 2) Jenis Kelamin Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian, melakukan pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkikan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional. 3) Sifat Fisik Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang berdasarkan tipe fisiknya. Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah berlemak adalah tipe piknis. Orang dengan ciri demikian dikatakan senang bergaul, humoris, ramah dan banyak teman 4) Kepribadian Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian

17

tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya. 5) Intelegensia Intelegensia adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh intelegensia. Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah tingkah laku intelegen di mana seseorang dapat bertindak secara cepat, tepat, dan mudah terutama dalam mengambil keputusan. 6) Bakat Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya. b. Faktor Eksternal 1) Pendidikan Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah. 2) Agama Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya. 3) Kebudayaan Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Tingkah laku seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua.
18

4) Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan dapat dikuasainya. 5) Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku seseorang.

Sedangkan menurut Green faktor perilaku dibentuk oleh tiga faktor utama yaitu : 1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor

yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi. 2. Faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan antara lain umur, status sosial ekonomi, pendidikan, prasarana dan sarana serta sumber daya. 3. Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors), faktor

yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku misalnya dengan adanya contoh dari para tokoh masyarakat yang menjadi panutan.

Sedangkan

menurut

teori

WHO

menganalisis

bahwa

yang

menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah :

19

a. Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan). b. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. c. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. d. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. e. Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh. f. Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya. g. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2003)

F. Strategi menghadapi perubahan perilaku Terdapat setidaknya 4 (empat) strategi perubahan : strategi politikal, strategi informasional, strategi fasilitatif, dan strategi attitudinal.
20

1. Strategi politikal adalah cara menjalankan perubahan dari atas ke bawah (top-down). Inisiatif perubahan datang dari atas, dari pemegang kekuasaan tertinggi dalam organisasi dan kemudian dijual ke bawah. Strategi politikal akan berjalan relatif cepat, namun apabila tidak diikuti dengan strategi lain, dampaknya mungkin hanya di permukaan saja. Strategi ini sering ditempuh apabila keadaan dirasakan sangat mendesak sehingga perubahan harus dilakukan dengan cepat. 2. Strategi informasional adalah cara menjalankan perubahan dengan memberikan informasi kepada warga institusi untuk menumbuhkan dan menguatkan kebutuhan untuk melakukan perubahan dan memperlemah perlawanan terhadap perubahan. Di sini diasumsikan bahwa warga institusi akan tergugah untuk melakukan atau menerima perubahan apabila mereka memiliki pengetahuan berdasarkan informasi atau fakta tentang keadaan unstitusi di tengah-tengah para pesaingnya atau di tengah-tengah lingkungan usaha yang lebih besar. Strategi informasional berlangsung lebih lambat dari strategi politikal, namun pengaruhnya lebih dalam. 3. Strategi fasilitatif adalah cara menjalankan perubahan dengan

membantu kelompok yang hendak berubah, supaya mereka lebih mudah menghadapi keadaan baru. Bantuan ini dapat berbentuk penyediaan sumber daya atau sarana, atau memberikan kesempatan untuk memperoleh keahlian atau pengetahuan baru yang diperlukan untuk menghadapi perubahan. 4. Strategi attitudinal adalah cara perubahan yang memprioritaskan perubahan sikap, yang pada gilirannya akan mengubah tingkah laku. Strategi attitudinal mengutamakan perubahan yang berdampak luas dan berkelanjutan pada cara pandang dan tingkah laku.

21

Ada

(tiga)

tahap

dalam

perubahan

sikap

ini,

yaitu

tahap unfreezing, movement dan refreezing.

Tahap unfreezing adalah tahap

menjauhkan diri atau melepaskan sikap lama.tahap movement adalah tahap menerima dan menumbuhkan sikap baru, dan tahap refreezing adalah tahap memantapkan, mengukuhkan, menstabilkan sikap baru. Strategi-strategi di atas tidak mutually exclusive. Beberapa strategi dapat dijalankan secara bersamaan, dan dapat saling melengkapi. Misalnya, strategi politikal segera dapat diikuti dengan strategi informasional, dan seterusnya.

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan 1. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas (manusia), baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar yang merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan). 2. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologis pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 domain yaitu : a. Kognitif (cognitive domain), yaitu peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge). b. Afektif (affective domain), yaitu sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude). c. Psikomotor (psychomotor domain), yaitu praktik atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang sehubungan dengan materi pengetahuan yang diterima (practice). 3. Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Setiap domain tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat),

22

mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. 4. Faktor yang mempengaruhi perilaku a. Faktor Susunan Syaraf Pusat b. Faktor Persepsi c. Faktor Emosi d. Faktor Proses Belajar e. Faktor Keturunan dan Lingkungan f. Faktor Intenal dan Eksternal 4. Terdapat setidaknya 4 (empat) strategi perubahan : strategi politikal, strategi informasional, strategi fasilitatif, dan strategi attitudinal. Ada 3 (tiga) tahap dalam perubahan sikap ini, yaitu tahap unfreezing, movement dan refreezing.

B. Saran 1. Dapat dengan jelas membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk. 2. Dapat mengaplikasikan dan menerapkan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari 3. Dapat mengadopsi perilaku positif dari lingkunganya. 4. Mampu memilah- milah perilaku yang ada di lingkungan dan dapat membedakan antara perilaku positif dan negatif. 5. Belajar lebih tanggung jawab terhadap apa yang telah ditangguhkan kepada diri kita.

23

Daftar Pustaka
1. www.wikipedia.com/pengertian-perilaku-manusia/. 2. Dewasastra. 11 Maret 2012. Konsep dan Pengertian Perilaku.

http://dewasastra.wordpress.com/2012/03/11/konsep-dan-pengertianperilaku/. Diakses pada tanggal 12 September 2012. 3. Deni Arisandi. 11 Februari 2012. Pengertian Perilaku.

http://arisandi.com/pengertian-perilaku/. Diakses pada tanggal 12 September 2012. 4. Dentishaa Blog. 8 Mei 2012. Domain

http://luv2dentisha.wordpress.com/2010/05/08/domain-perilaku/. Perilaku. Diakses pada tanggal 12 September 2012.

5. Prasko.com. 3 Maret 2012. http://www.prasko.com/2012/03/ranah-domainperilaku.html. Diakses pada tanggal 12 September 2012. 6. Ghana Syakira Azzahy. Jumat, 07 November 2008. http://syakirablog.blogspot.com/2008/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html. Faktor-

faktor yang mempengaruhi perilaku. Diakses pada tanggal 12 September 2012.


7. Karfianto 21 mei 2010 http://karfianto.wordpress.com/2010/05/21/strategimenghadapi-perubahan/ Diakses pada tanggal 16 September 2012.

24

You might also like